BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Proses pembelajaran menggambar ragam hias merancang kriya tekstil pada

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. yang dimaksud adalah suatu proses penyampaian maksud pembicara kepada orang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembelajaran Bahasa Indonesia merupakan salah satu materi pelajaran

YUNICA ANGGRAENI A

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pembelajaran merupakan salah satu pilar upaya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Nasional Pendidikan pasal 19 dikatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. bantu memecahkan masalah dalam berbagai bidang ilmu. Salah satu

II KAJIAN PUSTAKA. hasil belajar siswa meningkat (Wardani, 2008:1.4) Dalam proses pembelajaran apabila penguasaan siswa terhadap materi yang

MENINGKATKAN KREATIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR MELALUI METODE KONTEKSTUAL

BAB I PENDAHULUAN. muncul karena ia membutuhkan sesuatu dari apa yang dipelajarinya. Motivasi

BAB I PENDAHULUAN. Problem pembelajaran sastra di sekolah, lagi-lagi harus berkait

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

ISRINA ENDANG WIDIASTUTI A54D090003

BAB II KAMAN PUSTAKA. A. Meningkatkan Kemampuan Siswa dalam Pemahaman Peredaran Darah. mempertinggi, sedangkan kemampuan. artinya kecakapan.

BAB I PENDAHULUAN. dirasakan oleh siswa kelas VII SMPN 1 Bandar Lampung. Berdasarkan hasil

Rumusan masalahan. Tujuan Penelitian. Kajian Teori. memahaminya. Demikian pula dengan siswa kelas IX SMP Negeri 1 Anyar masih

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

ZULFA SAFITRI A54F100040

I. PENDAHULUAN. Belajar pada hakekatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada

MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SAINS (IPA) DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING)

BAB I PENDAHULUAN. dan ilmu atau pengetahuan. Tujuan pembelajaran matematika adalah terbentuknya

BAB I PENDAHULUAN. tersebut. Motivasi belajar matematika berkurang. Minat belajar merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi setiap saat

Condition of Ind. Ind.Condition-1. Ind.Condition-2. The Rural. Ind. Rural Policy. Rulal Educational. Higher Education. Non Formal Ed.

BAB 1 PENDAHULUAN. Secara umum, menulis merupakan salah satu aspek dari keterampilan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Helen Martanilova, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sikap serta tingkah laku. Di dalam pendidikan terdapat proses belajar,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran di sekolah yang dinilai

Apa itu CTL? M n e g n a g p a a p a h a h r a us u s C TL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya merupakan proses untuk membantu manusia

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab 1 ini tentang pendahuluan yang terdiri dari beberapa sub bab,

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF

Oleh: Dra. Masitoh, M.Pd.

kata kunci: bimbingan teknis, pendekatan kontekstual, dan mutu guru.

BAB I PENDAHULUAN. menyeluruh sehingga anak lebih dewasa. Berbagai upaya telah dilakukan untuk

BAB I PENDAHULAAN. Dewasa ini kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah mengalami perkembangan

Meningkatkan Pemahaman Konsep Perubahan Wujud Benda Pada Siswa Kelas IV SDN 3 Siwalempu Melalui Pendekatan

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN AKTIF DALAM UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA HINDU ` NI NYOMAN SATYA WIDARI

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya dengan menempuh perbaikan di bidang pendidikan. Pendidikan

TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Hani Handayani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan IPA diharapkan menjadi wahana bagi peserta didik untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Nunuk Jarwati SD Negeri Sirapan 01 Madiun

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses yang dinamis yang senantiasa. dari kemajuan ilmu dan teknologi yang menuntut lembaga-lembaga untuk

I. TINJAUAN PUSTAKA. tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran adalah setiap perubahan perilaku yang relatif permanen, perubahan

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan guru dalam mengembangkan kemampuan siswa SD khususnya. bidang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sangat diperlukan.

BAB I PENDAHULUAN. Individu tidak akan berkarya jika karya itu tidak bermanfaat bagi dirinya ataupun

BAB I PENDAHULUAN. sehingga manusia itu tumbuh sebagai pribadi yang utuh. Pendidikan adalah proses

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA MATERI KARYA SENI RUPA TERAPAN NUSANTARA DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN AKTIVITAS SISWA

PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL. contextual teaching and learning

Pendekatan Kontekstual (CTL) dalam KTSP pada Pembelajaran di SD

RUSMI HARTATIK SMP Negeri 1 Sumberrejo Bojonegoro

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 2006, Standar Isi, Hlm. 19 2

Dosen Pembimbing I : Dra. Dinawati Trapsilasiwi, M.Pd Dosen Pembimbing II : Dr. Hobri, S.Pd., M.Pd

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPS DI SMP (Oleh: Dra. Neti Budiwati, M.Si.)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Nendi Rohaendi,2013

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi setiap saat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. ini adalah dengan menetapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

PENDEKATAN KONTEKSTUAL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) PADA PENDIDIKAN ANAK DINI USIA. Muh. Tawil, *)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Atik Sukmawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. tujuan pendidikan menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seni adalah karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika dan artistik.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan kemampuan untuk memperoleh informasi, memilih informasi dan

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH

PENDEKATAN CTL (Contextual Teaching and Learning)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengajaran dan pembelajaran kontekstual atau contextual teaching and

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme. penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Belajar merupakan aktivitas

belajar, belajar seraya bermain, dengan demikian anak akan memiliki kesempatan untuk bereksplorasi, menemukan, mengekspresikan perasaan dan

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan berbagai metode dan media pembelajaran.

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran(RPP)

Desyandri, S.Pd., M.Pd NIP

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUALSISWA KELAS IV SDI RAI TAHUN PELAJARAN 2011/2012

BAB 1I KAJIAN PUSTAKA Model Pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL)

BAB II LANDASAN TEORI. Secara umum pengertian pembelajaran adalah seperangkat peristiwa yang

TITIK ARIYANI HALIMAH A

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang dapat bersaing secara nasional dan internasional.

PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN EKSPOSISI DENGAN MENGGUNAKAN

DESAIN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA PEMBELAJARAN STATISTIK MATEMATIKA

PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING YANG DAPAT MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI SEGITIGA KELAS VII-G SMP NEGERI 7 MALANG ARTIKEL

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TSTS Dengan Pendekatan CTL Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Lisan dan Koneksi Matematis

BAB II LANDASAN TEORI. suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh seseorang untuk

M. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SENI BUDAYA SMALB TUNARUNGU

Juli Mania Sembiring 1, Edy Surya 2

Transkripsi:

167 BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan 1. Kondisi Awal Pembelajaran Proses pembelajaran menggambar ragam hias merancang kriya tekstil pada awalnya menggunakan paradigma lama pelaksanaan pembelajarannya masih konvensional dengan metode drill metode yang digunakan hampir didominasi yang cenderung siswa terus menerus melihat contoh hasil karya gurunya membuat siswa belum mampu meningkatkan minat dan kemampuan kegiatan kegiatan kreativitas menciptakan karya sendiri. Hasil karya siswa dalam menggambar ragam hias masih sederhana pada umumnya siswa menggmabar motif hias geometris kawung, selain itu ada sebagian menggambar motif hias pilin, motif hias tumpal, motif hias yang di pelajari di SD belum mengenal motif hias dari daerah lain dari Sumatra, Kalimantan dan lainnya. Sarana pembelajaran kurang tidak tersedianya buku buku tentang ornamen motif hias Nusantara pembelajaran hanya menggunakan buku paket saja akibatnya guru kurang mengembangkan rancangan pembelajaran merancang motif hias kriya tekstil sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Sebagian siswa tidak mempunyai perlengkapan alat alat yang diperlukan dalam menggambar ragam hias 167

168 2. Pelaksanaan Pembelajaran CTL dengan Tahap Tahap Kemampuannya Ada kecenderungan dewasa ini untuk kembali pada pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya, bukan mengetahui -nya. Tujuh pendekatan CTL merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata. Tahap pertama permodelan ( modeling) pada latihan mencipta hasil karya sendiri dengan teknik eksplorasi penelusuri bentuk nyata, siswa mengamati langsung beberpa tumbuhan yang ada di sekitar sekolah dan membuat karya seni yaitu merancang motif hias tumbuhan dengan komponen CTL menemukan tahap kedua (Inquiry) dengan unsur pendukung motif hias geometris sebagai komponen CTL konstruktivisme (Constructivism) menggabungkan pelajaran yang sudah dengan yang baru sesuai dengan kehendak siswa dengan memilih pola hias vertikal dan horizontal. Siswa masih menggunakan komponen CTL tahap ke tiga kerja kelompok ( Learning Community ) tahap keempat karena siswa tidak diberi tahu guru belajar mandiri temanlah sebagai berbagi yang pintar membantu yang lemah, Setelah itu komponen CTL tahap kelima refleksi (Reflection) cara berpikir siswa tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke belakang apa yang sudah dipelajari masa lalu. Lalu komponen CTL bertanya tahap keenam (Questioning) guru bertanya apa sudah diketahui siswa dan yang terakhir atau ke tujuh komponen CTL penilaian yang sebenarnya (Authentic assessment) pengumpulan data atau karya untuk memberikan gambaran perkembangan belajar siswa atau prestasi siswa. 168

169. 3. Hasil Hasil yang Dicapai a. Perbaikan guru proses pembelajaran 1. Dalam proses membuka pelajaran tahap 1 belum menarik perhatian siswa, memberikan motivasi maka tahap ke 2 ini guru membuka pelajaran memberikan motivasi memberikan acuan acuan bahan pelajaran yang disajikan, metode CTL komponen menemukan (Inquiry) teknik eksplorasi motif hias tumbuh tumbuhan Tidak membahas pelajaran yang lalu 2. Menjelaskan tujuan pembelajaran CTL baik tujuan merancang kriya tekstil motif tumbuan menyusun komposisi menambah unsur pendukung motif geometris sesuai dengan langkah langkah yang direncanakan kejelasan menerangkan materi. 3. Sikap guru dalam proses pembelajaran baik dengan penyajian bahan pelajaran kecermatan dalam memanfaatkan waktu karena proses pembelajaran CTL berpusat kepada siswa. 4. Memberikan motivasi baik guru memperlihatkan alat peraga bermacam macam ragam hias kriya tekstil. Guru membimbing dan berkeliling melihat siswa belajar mandiri menemukan (Inquiry) motif tumbuhan teknik ekspolrasi dan memberikan semangat mengungkapkan perasaan dan gagasan imajinasi 5. Guru menutup pelajaran baik meninjau kembali pelajaran, memberikan kesempatan bertanya, menginformasikan bahan pelajaran berikutnya menciptakan b. Perbaikan siswa selama proses pembelajaran 1. Kehadiran siswa atau partisipan baik walaupun ada siswa tidak mengukuti kegiatan merancang kriya tekstil alasan sakit 169

170 2. Persiapan alat alat cukup baik ada siswa yang tidak membawa peralatan pencil dan mistar menjadi membawa peralatan setelah bimbingan 3. Antusiasme dalam menerima tugas baik karena siswa bersemangat menggambar di luar kelas karena belajar sambil bermain. 4. Teknik keterampilan menggambar atau merancang cukup karena siswa sudah berani merubah tumbuhan atau stilasi. 5. Kesungguhan dalam mengerjakan tugas baik mereka masih bertanggung jawab mengerjakan tugasnya. 6. Sikap waktu mengerjakan tugas baik karena semua siswa mengumpulkan hasil karya siswa tidak santai walaupun belajar bermain dan menyenangkan. 7. Krativitas menciptaka kresi baru baik siswa sudah berani menciptakan sendiri belajar mandiri.8. Kerja sama kelompok baik semua siswa saling memberi berbagi ide dan gagasan.. Hasil penampilan guru dari cukup menjadi baik dan aktivitas siswa yang mulanya cukup dan kurang menjadi baik. c. Penggunaan fasilitas belajar untuk kemajuan siswa 1. Alat alat peraga berbagai jenis karya tekstil atau reproduksi hasil karya seni rupa terapan 2. Lembar kerja siswa, alat alat mistar, pewarna cat poster, dan kuas 3. Buku sumber berbagai jenis buku ragam hias untuk diperlihatkan kepada siswa, fasilitas tempat 4. Faktor Pendukung dan Penghambat 170

171 Faktor pendukung dalam penelitian ini tempat dilaksanakannya penelitian di SMP Negeri 1 Cihampelas Kabupaten Bandung Barat. Siswa kelas VIII 4,VIII 6 dan VIII 3 yang dijadikan sampel penelitian dalam menggambar ragam hias. Bekerja sama dengan teman sejawat guru kolaborasi guru seni budaya,guru tatabusana dan PKS kurikulum.faktor penghambat siswa yang tidak masuk sekolah tidak bisa melaksanakan tindakan siklus selanjutnya dan siswa masih ada yang tidak membawa peralatan menggambar misalkan mistar,pensil dan kuas. B. Saran Berdasarkan hasil pembelajaran dan pengamatan siklus pertama hingga siklus ke tiga,maka pada bagian ini dikemukakan saran saran yang diperkirakan bermanfaat bagi pihak terkait yang peduli tentang pendidikan seni budaya khususnya seni rupa melatih siswa kreatif. 1. Kepada guru seni rupa di lapangan agar lebih kreatif mencari sumber pembelajaran dan media pembelajaran dalam usaha meningkatkan motivasi belajar siswa, dengan demikian diharapkan tercipta pembelajaran yang bertujuan untuk mengembangkan aktivitas dan kreativitas siswa, dan perbaikan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran serta evaluasi. 2. Kepala sekolah sebagai pihak yang paling strategis dan memiliki kewenangan dalam menentukan kebijakan kebijakan pendidikan pada tingkat sekolah, maka diharapkan lebih memperhatikan pengadaan sarana dan prasarana pendukung belajar.kepala sekolah selayaknya dapat memberikan motivasi dan kesempatan seluas- luasnya kepada guru untuk mengembangkan potensinya dan meningkatkan kompetensi 171

172 dalam melaksankan pembelajaran. Peningkatan kompetensi ini dapat dilakukan melalui wadah pengembangan profesional guru seperti kegiatan MGMP maupun kegiatan kegiatan lain seperti penataran workshop, dan sebagainya perlu terus diberdayakan. 3. Kepada Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Barat dan Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung Barat, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan salah satu masukan untuk meningkatkan kinerja guru dan membenahi pembelajaran untuk mencapai kurikuler yang lebih optimal 4. Kepada guru pendidikan seni disarankan mengambil pengalamannya berkreasi, berpameran, dan dalam kegiatan apresiatif untuk menemukan model pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan jiwa anak di sekolah 172