PENGARUH SENAM PENCEGAHAN OSTEOPOROSIS TERHADAP NILAI DENSITAS TULANG PADA WANITA POSTMENOPAUSE DI RUMAH SAKIT SAIFUL ANWAR MALANG

dokumen-dokumen yang mirip
Gambaran Kepadatan Tulang Wanita Menopause Pada Kelompok X di Bandung

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan pembentukan tulang. Salah satu penyakit yang

MANFAAT KEBIASAAN SENAM TERA PADA WANITA TERHADAP KEPADATAN MINERAL TULANG DI DUSUN SOROBAYAN, GADINGSARI, SANDEN, BANTUL SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Osteoporosis merupakan penyakit tulang yang pada tahap awal belum

Diyah Paramita Nugraha 1, Mujahidatul Musfiroh 2, M. Nur Dewi 2 INTISARI

BAB III METODE PENELITIAN

LATIHAN, NUTRISI DAN TULANG SEHAT

Oleh: Yudik Prasetyo Dosen IKORA-FIK-UNY

BAB I PENDAHULUAN. Sehingga hal tersebut akan mempengaruhi pola konsumsi gizi dan aktivitas fisik

HUBUNGAN PENGETAHUAN LANSIA TENTANG OSTEOPOROSIS DENGAN PERILAKU MENGKONSUMSI MAKANAN BERKALSIUM DI PANTI WREDHA X YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas hidup manusia, baik kemajuan dalam bidang sosioekonomi

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun buatan manusia.

LEMBARAN KUESIONER. Analisis faktor faktor yang berhubungan dengan perilaku pencegahan penyakit osteoporosis

EFEK JALAN KAKI PAGI TERHADAP KEPADATAN MINERAL TULANG PADA WANITA LANSIA DI DESA GADINGSARI SANDEN BANTUL SKRIPSI

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya patah tulang. Selama ini osteoporosis indentik dengan orang tua tapi

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

Jurnal Keperawatan, Volume VIII, No. 1, April 2012 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Osteoporosis merupakan kondisi atau penyakit dimana tulang

BAB IV ANALISIS DATA. penelitian dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh Bimbingan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dari masa remaja memberikan dampak pada masalah kesehatan. Salah satu

BAB IV ANALISIS DATA. hipotesis-hipotesis penelitian yang telah dirumuskan dalam BAB I yaitu efektif

PENGARUH SENAM DISMENORE TERHADAP PENURUNAN DISMENORE PADA REMAJA PUTRI DI DESA SIDOHARJO KECAMATAN PATI

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya kesadaran masyarakatakan hidup sehat. menyebabkan jumlah usia lanjut menjadi semakin banyak, tak terkecuali di

BAB IV ANALISIS DATA. Kebajikan Anak-Anak Yatim Kuching, Sarawak, Malaysia. sampel berpasangan. Prosedur Paired Samples Uji T digunakan untuk

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) DENGAN PRAKTIK PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) PADA REMAJA PUTRI

HUBUNGAN KEBIASAAN OLAHRAGA DENGAN KEJADIAN OSTEOPOROSIS PADA LANSIA DI POSYANDU LANSIA DESA KEMANTREN KECAMATAN TULANGAN KABUPATEN SIDOARJO

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Osteoporosis adalah kondisi atau penyakit dimana tulang menjadi rapuh dan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia yang telah memasuki usia diatas 55 tahun mengalami proses penuaan

BAB I PENDAHULUAN. Osteoporosis merupakan salah satu penyakit degeneratif yang. menjadi permasalah global di bidang kesehatan termasuk di Indonesia.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV. Analisis Peran Dukungan Kelompok Sebaya Dalam Mengembangkan Resiliensi. Siswa Di SMP Negeri 15 Pekalongan

HUBUNGAN KEBIASAAN OLAHRAGA DENGAN KEJADIAN OSTEOPOROSIS PADA LANSIA DI POSYANDU LANSIA DESA KEMANTREN KECAMATAN TULANGAN KABUPATEN SIDOARJO

BAB II KEROPOS TULANG (OSTEOPOROSIS)

SURAT PERSETUJUAN MENJADI SAMPLE PENELITIAN

Osteoporosis, Konsumsi Susu, Jenis Kelamin, Umur, dan Daerah, Di DKI Jakarta, Jawa Barat,

PENGARUH SENAM HAMIL TERHADAP PROSES PERSALINAN PADA PRIMIGRAVIDA DI RSIA AISYIYAH KLATEN. Abstrak

BAB 5 HASIL Osteoporosis. Proporsi kasus osteoporosis dan osteoporosis berat terlihat pada gambar. berikut:

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Karakteristik kasus menopause..., Herdiana Christanty Sihombing, FKM UI, 2009

HUBUNGAN SENAM OSTEOPOROSIS DENGAN KEJADIAN OSTEOPOROSIS PADA PESERTA SENAM DI RUMAH SAKIT ISLAM SURABAYA. Farida Umamah, Faisal Rahman

METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

PERBEDAAN KAPASITAS VITAL PARU SEBELUM DAN SESUDAH BERENANG PADA WISATAWAN DI KOLAM RENANG TAMAN REKREASI KARTINI REMBANG

LATIHAN BEBAN BAGI PENDERITA OSTEOPOROSIS

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Gambaran Tentang Lansia yang Diberikan Perlakuan

LAMPIRAN 1 Penelitian Pendahuluan

II. PENGETAHUAN RESPONDEN Petunjuk pengisian: Berilah tanda (x) pada jawaban yang saudara anggap benar.

BAB I PENDAHULUAN. Laporan Tugas Akhir Universitas Kristen Maranatha

SURAT PERSETUJUAN MENJADI SAMPEL PENELITIAN

Osteoporosis. Anita's Personal Blog Osteoporosis Copyright anita handayani

OSTEOPOROSIS DEFINISI

Berdasarkan data yang telah tersedia, dilakukan uji beda dua rata-rata data,

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian pra-eksperimental dengan pendekatan one

ASUHAN KEPERAWATAN PADA DENGAN OSTEOPOROSIS

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini masalah kegemukan ( overweight) merupakan salah satu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan ekstraksi biji tanaman kopi. Kopi dapat digolongkan sebagai minuman

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit yang berkaitan dengan faktor penuaanpun meningkat, seiring

Lampiran 1 SURAT IJIN PENELITIAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini akan dipaparkan hasil dan pembahasan dari penelitian

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh : NUR ALIEF MAHMUDAH

PENGARUH RENDAM KAKI MENGGUNAKAN AIR HANGAT TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI DI DESA BENDUNGAN KECAMATAN KRATON PASURUAN

Oleh : Rita Nurhayati, Ruri Yuni Astari, M.Keb SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) YPIB MAJALENGKA ABSTRAK

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sebanyak 17 orang dari 25 orang populasi penderita Diabetes Melitus. darah pada penderita DM tipe 2.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik korelasi yaitu

BAB I PENDAHULUAN. memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya (WHO, 2004). Jumlah populasi

Jurnal Kesehatan Kartika 7

Aida Minropa* ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. dalam pencegahannya. Osteoporosis merupakan salah satu penyakit

PERSETUJUAN TINDAKAN KESEDIAAN MENGIKUTI PENELITIAN (INFORMED CONSENT)

Lampiran 1. Hasil print out SPSS proses pelanggan memesan DO

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PRE OPERASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN PRE OPERASI HERNIA DI RSUD KUDUS ABSTRAK

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Proses Pelaksanaan Kegiatan Membaca Manaqib Syaikh Abdul

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN LAMA PEMAKAIAN KB SUNTIK 1 BULAN DENGAN PERUBAHAN BERAT BADAN AKSEPTOR KB DI BPS NY. YULIANA KABUPETEN LAMONGAN.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Jumlah Kelas SMP Negeri 1 Bawen

FORMULIR INFORMASI PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. design dengan pendekatan One Group pretest-posttest. dilakukan pada pre-test (sebelum perlakuan) dan post-test (setelah

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 3, September 2017 ISSN

HUBUNGAN BERBAGAI VARIASI NUTRISI DENGAN PERUBAHAN BERAT BADAN NEONATUS USIA HARI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GARUDA BANDUNG

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Kerangka Pemikiran

PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIK MENGIKUTI PROGRAM PENELITIAN

LAMPIRAN. Lampiran 1 : Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan Jhonson Pascal Test sebelum dan sesudah diberi teh hitam.

Kata kunci: lansia, senam pivot, jalan kaki, rentang gerak sendi/ range of motion (ROM), sendi ekstremitas superior.

Petunjuk dalam Pengisian Kuesioner. Lingkarilah salah satu jawaban yang paling sesuai menurut pendapat Bapak/Ibu, Saudara/Saudari.

PENGARUH TERAPI OKUPASIONAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI TAHUN 2014

UJI SPSS. Shapiro-Wilk. Statistic df Sig. Statistic df Sig. Independent Samples Test. Levene's Test for Equality of t-test for Equality of Means

KUESIONER PENELITIAN

FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI PESERTA PENELITIAN

Ismawandi B.P. Dosen Program Studi Pendidikan Kepelatihan Olahraga Universitas PGRI Adi Buana Surabaya - Abstrak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab 1 Pendahuluan

Laila Rahmi Stikes Syedza Saintika Padang ABSTRAK

PENGARUH TERAPI RELAKSASI AUTOGENIK TERHADAP PERUBAHAN TEKANAN DARAH PADA LANSIA DENGAN HIPERTENSI

Jurnal. The Improving Students Mathematics To The Aljabar Factoritation By Using Auditory Intellectually Repetition (Air) Mode By Resitation Method

Transkripsi:

PENGARUH SENAM PENCEGAHAN OSTEOPOROSIS TERHADAP NILAI DENSITAS TULANG PADA WANITA POSTMENOPAUSE DI RUMAH SAKIT SAIFUL ANWAR MALANG Virgianti Nur Faridah ABSTRAK Osteoporosis dijumpai tersebar di seluruh dunia dan sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan utama terutama di negara berkembang. Osteoporosis lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan laki-laki dan akan meningkat secara nyata saat wanita berusia 50 tahun (sekitar usia menopause dimana produksi estrogen menurun). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membandingkan nilai densitas tulang pada wanita postmenopause yang mengikuti SPOSIS sebelum dan sesudah dilakukan pengamatan. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan Cohort dan dengan desain One Group Pre Test - Post Test Desaign. Jumlah sampel yang digunakan sebanyak 32 orang yang berasal dari populasi peserta SPOSIS Malang Raya yang diseleksi dengan metode Purposive Sampling. Terdapat dua variabel dalam penelitian ini yaitu densitas tulang sebagai variabel dependent yang diukur dengan Bone Densitometry (Calcaneus Ultrasound) dan SPOSIS sebagai variabel independent yang diukur dengan cek list observasi. Sedangkan analisis data yang digunakan yaitu uji t-test menggunakan program SPSS for Window dengan tingkat kepercayaan 95% ( = 0.05). Hasil dari penelitian ini adalah sebagian besar responden mengalami perbaikan atau kenaikan angka densitas tulang (dengan rata-rata 0,2), namun jarang yang diikuti dengan perbaikan kategori yang lebih baik (misalnya dari kategori osteoporosis ke osteopeni atau dari osteopeni ke normal). Dari hasil uji t- test didapatkan nilai t-hitung = 2,261 (t-tabel = 2,04). Sehingga hipotesa penelitian dapat diterima dan disimpulkan bahwa terdapat pengaruh senam pencegahan osteoporosis terhadap perbaikan nilai densitas tulang pada wanita postmenopause. Berdasarkan hasil temuan diatas, disarankan agar jangka waktu pengamatan senam diperpanjang yakni selama 6 bulan dengan frekwensi senam 2-3 kali seminggu, dan diharapkan dapat mengendalikan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi densitas tulang. Kata Kunci : Senam Pencegahan Osteoporosis, Densitas Tulang, Wanita Menopause 1. PENDAHULUAN. Osteoporosis merupakan kelainan dimana terjadi penurunan massa tulang total yang diakibatkan oleh kecepatan resorpsi tulang yang lebih besar daripada kecepatan pembentukan tulang. Tulang secara progresif menjadi rapuh dan mudah patah, tulang menjadi mudah fraktur dengan trauma yang tidak bermakna (Smeltzer & Bare, 2001). Osteoporosis lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan laki-laki dengan proporsi 21,7% berbanding 14,8%. Selain itu resiko osteoporosis pada wanita meningkat secara nyata pada usia 50 tahun (sekitar usia menopause), sedangkan pada laki-laki terjadi di usia yang lebih tua yaitu 55 tahun (Atik, 2003). Hal ini disebabkan karena pada wanita yang telah menopause, produksi hormon estrogennya berkurang. Akibatnya adalah tingkat resorpsi tulang menjadi lebih tinggi daripada formasi tulang yang mengakibatkan berkurangnya massa tulang dan menjurus ke osteoporosis (Lane, 2003). Sedangkan pada laki-laki incidence penyakit ini lebih rendah karena laki-laki dapat mencapai massa tulang yang lebih tinggi daripada wanita, tingkat kehilangan massa tulang yang lebih rendah dan tidak mengalami kehilangan estrogen (Dhani, 2002). Osteoporosis dapat dijumpai tersebar di seluruh dunia dan sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan utama terutama di negara berkembang. Hasil Virgianti Nur Faridah STIKES Muhammadiyah Lamongan. SURYA 46 Vol. 1, No,2, Maret 2009

analisis data oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi dan Makanan Departemen Kesehatan menunjukkan bahwa resiko osteoporosis di 14 propinsi di Indonesia mencapai 19,7% (Atik, 2003). Kemungkinan besar jumlah tersebut akan semakin meningkat di kemudian hari. Diperkirakan pada tahun 2050, 51% kasus patah tulang dunia yang sebagian besar merupakan dampak dari osteoporosis akan banyak terjadi di Asia (Susanto, 2001). Melihat semakin mengancamnya penyakit osteoporosis ini terutama bagi kaum wanita postmenopause, perlu kiranya dipikirkan pencegahan dini terhadap penyakit ini. Beberapa pencegahan osteoporosis khususnya bagi wanita postmenopause yaitu pemberian terapi sulih hormon (misal estrogen), nutrisi yang cukup kalsium dan vitamin D, gaya hidup sehat dengan mengurangi alkohol dan rokok, serta melakukan aktifitas fisik yang teratur (Arsep, 2003). Cara-cara tersebut bisa saling dikombinasikan yang akan bermanfaat untuk mengurangi kehilangan massa tulang selama menopause. Namun menurut Prof. Dr. dr. Ichramsyah, penggunaan terapi estrogen dapat menimbulkan berbagai efek samping, misalnya kanker rahim. Selain itu menurutnya, bila seseorang hanya diberi terapi hormonal pengganti dan pemberian kalsium serta vitamin D tetapi tanpa olahraga, maka hasilnya tidak bisa meningkatkan densitas tulang lebih tinggi. Begitu pula dengan kebiaasan mengurangi alkohol dan rokok, hanya bisa melindungi dari pengeroposan namun tidak meningkatkan densitas tulang (Susanto, 2001). Sehingga pencegahan yang dianggap paling aman tanpa efek samping dan efektif adalah dengan melakukan latihan fisik. Untuk pencegahan osteoporosis, latihan fisik yang dianjurkan adalah latihan fisik yang bersifat pembebanan (weight bearing exercise), yaitu semua aktifitas fisik yang dilakukan dalam posisi berdiri tegak dan ditambah dengan menggunakan alat bantu untuk memberikan beban kepada tulang. Latihan ini disebut dengan Senam Pencegahan Osteoporosis. Sekarang ini, senam pencegahan osteoporosis cukup banyak keberadaannya di Indonesia. Salah satunya berada di Rumah Sakit dr. Saiful Anwar Malang. Berdasarkan studi pendahuluan yang telah kami lakukan, didapatkan bahwa peserta senam ini mencapai ratusan orang dan sebagian besar dari mereka adalah para wanita yang berusia sekitar 30-60 tahun. Beberapa dari peserta yang kami wawancarai menyatakan bahwa selama mengikuti senam setiap seminggu sekali, tubuh menjadi bugar serta merasa lebih kuat untuk menjalani aktifitas seharihari. Senam Pencegahan Osteoporosis ini diindikasikan untuk pria dan wanita sehat yang berusia 30-60 tahun. Senam ini dilakukan dengan memberikan beban kepada tulang untuk memicu tulang terbentuk kembali. Apabila senam ini dilakukan oleh wanita postmenopause yang telah mengalami kehilangan massa tulang akibat proses resorpsi tulang yang lebih tinggi, ternyata dengan latihan pembebanan ini masih bisa menghentikan berkurangnya massa tulang bahkan meningkatkannya (Sumosardjuno, 2002). Untuk membuktikan hal diatas, maka peneliti ingin mengetahui pengaruh senam pencegahan osteoporosis terhadap nilai densitas tulang pada wanita postmenopause. Dalam penelitian ini, peneliti ingin membandingkan nilai densitas tulang pada wanita postmenopause yang mengikuti senam pencegahan osteoporosis sebelum dan sesudah pengamatan senam. 2. METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Observasional Analitik. Sedangkan desain yang digunakan dalam penelitian ini meggunakan One Group Pre Test-Post Test Design. Di dalam desain ini observasi dilakukan sebanyak dua kali yaitu saat sebelum dan sesudah eksperimen (Arikunto, 2002). Terdapat dua variabel dalam penelitan ini, yang menjadi variabel independent adalah senam pencegahan osteoporosis, sedangkan variabel dependentnya adalah nilai densitas tulang. SURYA 47

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta senam pencegahan osteoporosis (SPOSIS) Malang Raya. Jumlah populasi dalam penelitian ini sebanyak 600 orang. Yang menjadi sampel pada penelitian ini adalah beberapa wanita postmenopause yang mengikuti senam pencegahan osteoporosis (SPOSIS) Malang Raya yang memenuhi kriteria inklusi yang telah ditetapkan. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian sebanyak 32 orang. 3. HASIL PENELITIAN Hasil Penelitian Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai tanggal 1 Oktober 2007 sampai dengan 10 Desember 2007 di Ruang Blambangan Rumah Sakit dr. Saiful Anwar Malang. Sampel yang diambil adalah wanita postmenopause yang mengikuti dan menjadi anggota dalam Senam Pencegahan Osteoporosis (SPOSIS) Malang Raya. Berdasarkan perhitungan, jumlah responden yang diambil dalam penelitian ini sebanyak 32 orang. dari hampir 600 orang anggota SPOSIS. Sampel yang telah memenuhi kriteria inklusi didata dan didokumentasikan nilai hasil pemeriksaan densitas tulang pada bulan sebelumnya atau yang paling akhir. Kemudian dilakukan pengamatan atau observasi selama 10 kali pelaksanaan Senam Pencegahan Osteoporosis (SPOSIS). Observasi yang dilakukan peneliti meliputi kehadiran, kesungguhan/kebenaran, dan kelengkapan dalam gerakan senam. Setelah hampir 3 bulan pengamatan, dilakukan test pemeriksaan densitas tulang untuk menilai perubahan kepadatan tulang responden. Pemeriksaan densitas tulang ini menggunakan suatu mesin yang disebut Calcaneus Ultrasound. Alat ini menggunakan mekanisme penghantaran suara yang menembus tulang calcaneus responden dan kemudian hasil akhirnya ditangkap sebagai nilai T Score. Karakteristik Respondeen Tabel 5.1.2.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Usia Frekuensi (F) Persentase (%) 50-52 tahun 6 18,75% 53-55 tahun 5 15,625% 56-58 tahun 4 12,5% 59-61 tahun 5 15,625% 62-64 tahun 5 15,625% 65-67 tahun 2 6,25% 68-70 tahun 4 12,5% 71-73 tahun 1 3,125% Jumlah 32 100% Berdasarkan tabel 5.1.2.1 dapat dilihat bahwa tingkat usia responden sangat bervariasi. Usia yang paling banyak ditemukan yakni usia 50-52 tahun sebanyak 6 orang atau 18,75%. Usia 53-55 tahun, 59-61 tahun dan usia 62-64 tahun terdapat masingmasing 5 orang (15,625%). Terdapat masingmasing 4 orang (12,50%) yang berusia pada rentang 56-58 tahun dan 68-70 tahun. Dan sebesar 6,25% atau 2 orang yang berada pada rentang usia 65-67 tahun. Sedangkan sisanya berada pada rentang usia 66-68 tahun dan 72-74 tahun masing-masing hanya 1 orang responden atau 3,12%. Diagram 5.1.2.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Penggunaan Tambahan Susu, Pil Kalsium, Vitamin D atau Campuran Tanpa tambahan Susu Pil kalk Vitamin D M ixed 34.38% 12.50% 6.25% 21.88% 25.00% Dilihat dari diagram 5.1.2.2 diatas, dapat diketahui bahwa hanya sebesar 6,25% atau 2 orang saja yang mengikuti senam tanpa tambahan apapun. Sedangkan sebesar 12,50% (4 orang) yang menggunakan tambahan vitamin D, 21,88% (7 orang) yang mengkonsumsi pil kalk, dan 25 % (8 orang) yang mengkonsumsi susu. Sisanya yang SURYA 48

terbanyak (34,38% atau 11 orang) adalah responden yang menggunakan campuran dari 2 atau lebih dari jenis diatas. Diagram 5.1.2.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Presensi (Kehadiran) lainnya (37,50%) menunjukkan gerakan yang kurang benar atau memerlukan pembenaran dari instruktur. Diagram 5.1.2.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Kelengkapan Gerakan Senam 25,00% 43,75% 31,25% Kehadiran 80-100% Kehadiran 50-80% Kehadiran 50% 60.00% 40.00% Lengkap Kurang Diagram 5.1.2.3 diatas mengatakan bahwa 43,75% atau sebanyak 14 responden menunjukkan kehadiran sebesar 50-80% selama 10 kali pengamatan. Sedangkan responden yang dapat dikatakan aktif yakni dengan kehadiran 80-100% sebesar 31,25% atau 10 orang responden. Sisanya sebesar 25% (8 orang) merupakan responden yang kurang aktif dengan kehadiran 50%. Diagram 5.1.2.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Kebenaran dalam Gerakan Senam 3 7. 5 0 % 6 2, 5 0 % Penjelasan dari diagram 5.1.2.5 diatas adalah bahwa sebesar 40% dari 10 kali senam, responden telah mengikuti seluruh tahapan senam secara lengkap. Sedangkan sisanya sebesar 60% dari 10 kali pengamatan senam, responden tidak mengikuti senam secara lengkap. Hasil Dokumentasi Pemeriksaan Densitas Tulang Sebelum Dilakukan Pengamatan Sebelum pelaksanaan observasi, seluruh responden diwawancarai dan menunjukkan kertas hasil pemeriksaan densitas tulang yang terakhir. Untuk lebih jelasnya akan ditunjukkan frekuensi masing-masing kriteria diagnosa seperti pada diagram 5.1.3.2 berikut : F r e k u e n s i 14 12 10 8 6 4 2 7 13 12 Benar Kurang 0 Normal (>-1,0) Osteopeni (-1,0 s/d -2,5) Osteoporosis (<-2,5) Berdasarkan diagram 5.1.2.4 dapat dijelaskan bahwa sebagian besar responden (62,50% atau 20 orang) dapat mengikuti gerakan senam dengan benar sesuai dengan contoh instruktur. Sedangkan dalam jumlah yang lebih sedikit yakni sebesar 12 orang Diagram 5.1.3.2 Distribusi Frekuensi Kriteria Densitas Tulang Sebelum Pengamatan (Pre Test) Dari Diagram 5.1.3.2 diatas dapat disimpulkan bahwa dari 32 responden, yang mempunyai densitas tulang normal sebanyak SURYA 49

7 orang (21,87%), sedangkan responden yang mempunyai massa tulang yang rendah atau osteopeni sebesar 13 orang (40,62%). Sisanya adalah responden yang telah mengalami keropos tulang atau osteoporosis sebesar 12 orang (37,50%). Hasil Pemeriksaan Densitas Tulang Setelah Dilakukan Pengamatan Senam Setelah didata nilai T-Score terakhir dari masing-masing responden, kemudian dilakukan pengamatan setiap kali pelaksanaan senam (SPOSIS), yakni setiap hari Jum at pukul 15.00-17.00 WIB di Ruang Blambangan RSSA Malang. Aspekaspek yang diamati antara lain kehadiran; kesungguhan, kebenaran dan kelengkapan gerakan senam. Setelah 10 kali pengamatan senam selama hampir 3 bulan, pada minggu terakhir dilaksanakan pemeriksaan densitas tulang. Sama seperti nilai densitas tulang sebelum pengamatan, hasil pemeriksaan densitas tulang setelah pengamatanpun sangat bervariasi, seperti yang terlihat pada tabel 5.1.4.1 diatas. Berikut ini akan ditampilkan frekuensi responden yang termasuk dalam kategori normal, osteopeni atau osteoporosis. 7 Normal (>- 1,0) 14 Osteopeni (- 1,0 s/d -2,5) 11 Osteoporosis (<-2,5) 14 12 10 8 6 4 2 0 Jmlh Diagram 5.1.4.2 Distribusi Frekuensi Hasil Pemeriksaan Densitas Tulang setelah Pengamatan (Post-Test) Pada diagram 5.1.4.2 diatas terlihat bahwa setelah dilakukan pengamatan selama 10 kali senam, jumlah responden yang memiliki densitas tulang normal sebesar 7 orang (21,87%). Sedangkan responden yang massa tulangnya rendah atau osteopeni sebanyak 14 orang (43,75%), dan sisanya sebanyak 11 responden (34,37%) telah menderita osteoporosis. Perbandingan Nilai Densitas Tulang Sebelum dan Sesudah Dilakukan Pengamatan Senam Dari hasil tabulasi data dapat dilihat distribusi perubahan nilai hasil pengukuran densitas tulang pada diagram 5.1.5.2 dibawah ini : 9% 25% Naik Tetap Turun Diagram 5.1.5.2 Distribusi Frekuensi Perubahan Nilai Densitas Tulang 66% Apabila diagram 5.1.5.1 dan diagram 5.1.5.2 dicermati, maka dapat disimpulkan bahwa responden yang mengalami kenaikan nilai densitas tulang sebanyak 21 orang (65,63%). Yaitu 5 orang berasal dari responden berdensitas tulang normal, 9 orang dari responden osteopeni dan 7 orang lagi dari responden osteoporosis. Salah satu dari mereka menunjukkan pergeseran dari osteopeni ke normal dan 2 orang dari kategori osteoporosis menjadi osteopeni. Nilai kenaikannya sangat bervariasi yaitu 5 orang naik 0,1 ; 5 orang lagi naik 0,2; 2 orang naik 0,3; 1 orang naik 0,4; 2 orang naik 0,5; 1 orang naik 0,6; 2 orang naik 0,7; 1 orang naik 0,9; 1 orang naik 1,0 dan 1 orang lagi naik 1,4. Terdapat pula responden yang nilai densitas tulangnya tidak mengalami kenaikan atau tetap yakni sebanyak 3 orang (9,38%). Ketiga orang tersebut berasal dari kategori osteoporosis sebanyak 2 orang dan seorang lagi dari kategori osteopeni. Sedangkan responden yang mengalami penurunan nilai densitas tulang sebanyak 8 orang (25%), dengan nilai penurunannya antara lain 2 orang turun 0,1; 2 orang lagi turun 0,2; 1 SURYA 50

orang turun 0,4; 2 orang turun 0,5 dan 1 orang lagi turun 0,9. Rincian kedelapan orang tersebut berasal dari kategori normal sebanyak 2 orang, 3 orang dari kategori osteopeni dan 3 orang lagi dari kategori osteoporosis. Dimana terdapat satu dari mereka yang bergeser turun dari kategori normal menjadi osteopeni dan satu orang lagi dari kategori osteopeni menjadi osteoporosis. Sehingga apabila dirata-rata dari 32 responden, nilai densitas tulang responden mengalami perbaikan rata-rata sebesar 0,20. Analisa Data Untuk mengetahui pengaruh Senam Pencegahan Osteoporosis (SPOSIS) terhadap nilai densitas tulang pada wanita postmenopause, maka digunakan analisa data uji t-test dengan menggunakan program SPSS for Windows. Hasil (output) yang didapatkan dapat dilihat pada table 5.2.1 berikut. Tabel 1 Output Uji t-test Paired Sample Statistics Mean N Std. Deviation Pair 1 PRE - POST Pair PRE 1 POST - 2.0375-1.8344 32 32 1.19805 1.29281 Paired Sample Correlations N Correlations Sig. Pair 1 PRE & POST Mean -.203 1 Std. Error Mean.21179.22854 32.919.000 Paired Sample Test Paired Differences Std. Deviati on Std. Error Mean.50831.0898 6 Paired Sample Test Pair 1 PRE - POST df 95% Confidence Interval of the Differences Lo Upper wer -.386 4 -.0199-2.26 1 Sig. (2-tailed) 31.031 t Dari hasil output pada tabel 5.2.1 dapat dijelaskan bahwa dari 32 responden yang diteliti terdapat rata-rata hasil pemeriksan densitas tulang sebelum dilakukan pengamatan (Mean PRE) sebesar - 2.0375, sedangkan rata-rata nilai densitas tulang setelah pengamatan (Mean POST) sebesar -1.8344. Sehingga jika dikurangi akan didapatkan rata-rata perbedaan nilai densitas tulang sebelum dan sesudah pengamatan (Mean PRE-POST) sebesar - 0.2031. Dengan menggunakan tingkat kepercayaan sebesar 95% (α = 0,05) didapatkan nilai t hitung sebesar 2,261 (t tabel = 2,04). Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh positif Senam Pencegahan Osteoporosis terhadap nilai densitas tulang pada wanita postmenopause. 4. PEMBAHASAN Nilai Densitas Tulang Sebelum Pengamatan Berdasarkan Usia Sebelum dilakukan pengamatan, seluruh responden didata terlebih dahulu hasil pemeriksaan tulang yang paling akhir sebagai nilai pre test. Jika hasilnya diamati, responden yang mempunyai densitas tulang normal merupakan responden yang berusia antara 49-57 tahun atau jika dirata-rata berusia 53 tahun. Usia tersebut bisa dikatakan masih baru beberapa tahun mengalami menopause. Menurut WHO, ratarata wanita akan mengalami menopause antara usia 45-55 tahun. Pada usia tersebut, salah satu perubahan yang terjadi adalah penurunan kadar hormon estrogen yang dapat menurunkan massa tulang total akibat proses resorpsi tulang yang lebih besar daripada formasi tulang (Kuntjoro, 2002). Namun dalam hal ini responden baru saja mengalami menopause dan proses pengurangan jaringan tulang juga masih baru dimulai atau belum lama terjadi sehingga masih didapatkan nilai densitas tulang yang relatif tetap normal. Apabila kita melihat responden yang termasuk kategori osteopeni (massa tulang rendah namun belum keropos), didapatkan sebagian besar dari mereka berada pada usia yang lebih tua yakni sekitar 51-73 tahun atau SURYA 51

dengan rata-rata 60 tahun. Pada usia ini proses pengeroposan tulang terus terjadi sehingga tulang mulai menunjukkan penipisan atau pengurangan densitas. Sumosardjuno (2002) mengatakan bahwa setelah menopause dan hilangnya estrogen, kepadatan tulang berkurang semakin jelas dan meningkat selama kurun waktu kurang lebih 10 tahun dan kemudian merata. Dikatakan pula bahwa wanita kira-kira kehilangan sebanyak 15% setiap kurun waktu 5 tahun, tetapi tidak semua wanita mengalami osteoporosis. Proses pengurangan massa tulang ini menurut Francis (1990) bisa terjadi oleh karena pada saat postmenopause, absorbsi kalsium akan menurun dan hal ini merupakan stimulus terjadinya penurunan konsentrasi kalsium plasma. Kekurangan kalsium oleh tubuh ini diatasi dengan memproduksi hormon parathyroid yang banyak yang akan menyerap kembali kalsium yang terdapat dalam tulang, terjadilah proses resorpsi tulang yang lebih besar daripada proses formasi tulang. Proses resorpsi tulang ini terjadi terus-menerus sampai akhirnya tulang menjadi tipis dan akhirnya berlubang atau terlepas dari jaringan sekitarnya. Lama kelamaan tulang menjadi keropos dan rapuh atau disebut dengan osteoporosis (Francis, 1990). Usia responden yang termasuk kategori osteoporosis ternyata tidak jauh berbeda dengan kasus osteopeni yaitu sekitar usia 51-70 tahun atau dengan rata-rata 61 tahun. Densitas Tulang Setelah Pengamatan Perubahan Nilai Densitas Tulang Setelah Pengamatan Setelah dilakukan pengamatan selama 10 kali senam, pada minggu kesepuluh, selain observasi senam tetap dilaksanakan, juga mendatangkan petugas untuk memeriksa densitas tulang masingmasing responden. Hasil yang didapatkan yaitu sebagian besar responden mengalami perbaikan atau kenaikan angka T-score meskipun jarang yang diikuti dengan kenaikan kategori yang lebih baik. Hal tersebut dapat dijelaskan akibat pengaruh positif dari keikutsertaan dalam SPOSIS (Senam Pencegahan Osteoporosis). Senam yang menitikberatkan pada pembebanan berat badan ini dapat merangsang pembentukan tulang melalui efek langsung dari tarikan otot terhadap tulang (muscle pumping action), dan efek peningkatan gravitasi terhadap tulang akibat beban lebih berat yang disokong oleh kerangka tubuh. Jadi saat kita melakukan latihan dalam posisi berdiri atau berjalan, terdapat dua stimulus yang terjadi pada tulang, yakni stimulus tarikan dan tekanan. Stimulus tarikan terjadi pada tulang akibat gerak aktif sendi dan kontraksi otot. Sedangkan stimulus tekanan diperoleh akibat beban yang lebih besar yang ditanggung tulang. Akibat adanya stimulus tarikan dan tekanan inilah yang kemudian memicu tulang terbentuk kembali. Tulang terbentuk melalui proses remodelling yang berlangsung minimal dalam waktu 3 bulan dengan mengaktifkan osteoblast untuk membentuk tulang kembali. Dalam hal ini tulang kemudian bertambah untuk mengadopsi tekanan yang lebih tinggi yang ditimbulkan oleh latihan (Kusumastuti, 2003). T-Score 2 1 0-1 -2-3 -4-5 1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 Subyek Gambar 6.2.1.1 Perubahan Nilai Densitas Tulang Pre Dan Post pengamatan Sumber : SPOSIS RSSA Malang, 2007 Selain Senam Pencegahan Osteoporosis menimbulkan kenaikan nilai densitas tulang, terdapat pula responden yang mengalami penurunan nilai T-score yakni sebanyak 8 orang. Hal ini bisa terjadi dikarenakan keaktifan dalam SPOSIS yang kurang optimal baik frekuensi kehadirannya yang kurang maupun gerakan yang kurang sungguh-sungguh/benar dan kurang lengkap. Selain itu juga akibat faktor usia dimana Pre Post SURYA 52

kebanyakan terjadi pada responden dengan usia yang telah lanjut. Satu hal yang tidak bisa dipungkiri bahwa terjadinya reaksi fisiologis yaitu progesifitas proses resorpsi tulang yang lebih besar daripada formasi tulang yang secara terus menerus berlangsung walaupun telah melakukan senam. Wanita dapat kehilangan 30 50% massa tulangnya setelah menopause, hal ini terutama dipengaruhi oleh penurunan estrogen pada 10 15 tahun selama menopause yang berpengaruh pada metabolisme vitamin D dan merangsang sekresi kalsitonin (Lane, 2003). Pengaruh Senam Pencegahan Osteoporosis terhadap Nilai Densitas Tulang pada Wanita Dari hasil analisa data menggunakan uji t-test didapatkan output seperti terlihat pada table 5.2.1 dimana dengan tingkat kepercayaan sebesar 95% diperoleh t hitung 2,261, sedangkan t tabel untuk df = 31 adalah 2,04. Karena t hitung lebih besar daripada t tabel maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan nilai densitas tulang sebelum dan sesudah pengamatan Senam Pencegahan Osteoporosis (SPOSIS). Jadi dapat dikatakan bahwa SPOSIS berpengaruh terhadap peningkatan nilai densitas tulang pada wanita postmenopause. 5. Kesimpulan Dan Saran a. Kesimpulan 1. Dari hasil pendataan nilai densitas tulang sebelum pengamatan pada 32 orang responden didapatkan 7 orang yang berdensitas tulang normal, 13 orang dengan osteopeni dan 12 orang yang osteoporosis. 2. Setelah dilakukan pengamatan selama 10 kali senam, dilakukan pemeriksaan densitas tulang menggunakan alat Calcaneus Ultrasound dan didapatkan hasil yang tidak begitu berbeda yaitu 7 orang normal, 14 orang dengan osteopeni dan 11 orang yang osteoporosis. Namun juga didapatkan hasil bahwa sebagian besar responden mengalami kenaikan angka T-score yaitu sebanyak 21 orang, 3 orang tetap/tidak mengalami perubahan angka dan 8 orang sisanya justru mengalami penurunan. 3. Setelah dilakukan uji statistik dengan t-test diperoleh hasil bahwa terdapat pengaruh positif Senam Pencegahan Osteoporosis terhadap peningkatan nilai densitas tulang pada wanita postmenopause. Namun dalam hal ini peningkatan densitas tulang bukan semata-mata karena pengaruh senam, tetapi juga akibat pengaruh asupan kalsium dan vitamin D. b. Saran 1. Secara uji statistik, SPOSIS dapat berpengaruh terhadap peningkatan nilai densitas tulang walaupun tidak selalu diikuti dengan pergeseran kriteria menjadi yang lebih baik. Oleh karena itu perawat bisa memberikan saran dan turut mensosialisasikan kepada wanita postmenopause untuk mengikuti Senam Pencegahan Osteoporosis (SPOSIS) guna mencegah keropos tulang. 2. Diharapkan pada penelitian yang akan datang dapat melaksanakan penelitian dalam jangka waktu yang lebih panjang dan dengan frekuensi senam yang lebih sering (2-3 kali seminggu), sehingga dapat menghasilkan perubahan densitas tulang yang lebih optimal dan akurat. 3. Pada penelitian ini peneliti mengabaikan faktor-faktor lain yang mempengaruhi, seperti nutrisi, berat badan, penyakit, obat, gen, dll. Diharapkan pada penelitian yang sama dimasa mendatang dapat mengendalikan faktor-faktor tersebut untuk menghilangkan bias penelitian. SURYA 53

DAFTAR PUSTAKA Arsep P, 2003. Pencegahan Tulang Keropos Osteoporosis. (Online), (http://www.klinikpria.com/datato pik/andropause/osteoporosisdapat dicegah.html, dikses 6 Mei 2004). Atik, 2003. Osteoporosis di Indonesia Relatif Tinggi. (Online), (http://www.kompas.com/kompascetak/0309/09/iptek/550642.htm, diakses 6 Mei 2004). Deftos, L J, 2003. Calcium And Phosphate Homeostasis. (Online). (http://www.endotext.com/parathy roid/parathyroid2/parathyroidfram e2.htm, diakses 6 Mei 2004). Dhani, 2002.Wanita Lebih Beresiko Alami Keropos Tulang. (Online), (http://situs.kesrepro.info/aging/m ei/2002/ag04.htm, diakses 6 Mei 2004). Francis, RM. 1990. Osteoporosis : Patogenesis dan Management. London : Butler & Tanner ltd. P. 2, 3, 51. Greenwood, Sadja, 1984. Menopause Secara Alami : Persiapan Menghadapi Paruhan Hidup Kedua. Terjemahan oleh Anton Adiwiyoto. 1986. Jakarta : PT. BPK Gunung Mulia. P. 35-70. Guyton and Hall, 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC. P.1298. Kusumastuti, Peni, 2003. Menyikapi Proses Pengeroposan Tulang dengan Senam Pencegahan Osteoporosis. Makalah disajikan dalam Seminar Ilmiah Populer tentang Osteoporosis, Malang, 19 Oktober 2003. Lane, Nancy E, 2003. Osteoporosis, Petunjuk untuk penderita & Lagkahlangkah Penggunaan Bagi keluarga. Edisi 1, Cetakan 2. Terjemahan oleh Eri D. Nasution. 2003. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. P. 8-23, 36-37. Nursalam, 2003. Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Rahman, Arif. Febiyanto, Novian, 2002. Diagnosis Osteoporosis dengan Mengukur Kepadatan Mineral Tulang. (Online), (http://www.kompas.com/kompascetak/0209/02/iptek/diag36.htm, diakses 6 Mei 2004). Sastroasmoro, Sudigdo, 1995. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta : Binarupa Aksara. Smeltzer, Suzanne C. Bare, Brenda G. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddart Edisi 8. Jakarta : EGC. Sri Kuntjoro. H, 2002. Kesehatan Wanita Menopause, (Online), (http ://www.epsikologi.com/usia/270902.htm, diakses 6 Mei 2004) Sumosardjuno, Sadoso, 2002. Peran Olahraga pada Penatalaksanaan Osteoporosis. (Online), (http://www.kompas.com/kompascetak/0210/28/iptek/pera47.htm, diakses pada 6 Mei 2004). Susanto, Agus, 2001. Yuk Senam Osteoporosis Yuk!. Bersama Dalam Cinta Keluarga (Online), (http://www.rsbj.com/scripts/baca. SURYA 54

asp?nomor=00001, diakses 6 Mei 2004) SURYA 55