BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Setiap orang dituntut untuk mandiri dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Menurut (n.d.) yang diakses pada tanggal 17 September

BAB I PENDAHULUAN. populasi kucing bahkan mencapai ekor ( 5 Mei 2014).

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kemandirian penting bagi anak guna membentuk kepribadiannya di masa depan.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. seri atau drama yang banyak beredar di pasaran dan bisa ditonton oleh semua

BAB I PENDAHULUAN. Sejak revolusi industri, seni dan desain merupakan dua hal yang memiliki kaitan.


BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Anak pada usia 2-5 tahun masuk ke dalam periode peletakan struktur prilaku

BAB I PENDAHULUAN. usia dini (diakses pada 21 November 2013, jam 21.30).

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Memelihara hewan peliharaan merupakan kegiatan yang semakin digemari oleh

BAB I PENDAHULUAN. Dasar, materi tata surya diberikan saat anak duduk dibangku kelas 6. Materi

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil survey yang dilakukan penulis terhadap lima puluh partisipan

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan karakter, watak, dan moralitas anak. Seperti yang dikemukakan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Di era digital ini, teknologi semakin berkembang. Banyak teknologi baru

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak selalu sehat. Menurut Asteria Aritonang seperti dikutip melalui

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan tempat tinggal. Dalam 2-3 tahun terakhir ini, isu mengenai

BAB I PENDAHULUAN. Membiasakan anak untuk membaca memiliki banyak manfaat, seperti membantu

BAB I PENDAHULUAN. pertukaran antar budaya dan bahasa. Kenichi Takeyama, selaku direktur

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang mengajarkan hakikat karakter dalam ketiga aspek yaitu cipta,

BAB I PENDAHULUAN. Membuat balita untuk melakukan sesuatu untuk kali pertama adalah hal

BAB I PENDAHULUAN. Anak pada usia dini tumbuh dengan cepat, sehingga mereka sering melewatkan

STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Menurut Dr. Yahmin Setiawan (diakses dari

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pada umumnya banyak manusia yang takut pada ular, karena memiliki racun atau

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Akan tetapi pentingnya matematika di dalam sekolah selalu dianggap sulit

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan potensi bangsa dimasa depan yang sering kali terabaikan,

BAB I PENDAHULUAN. yang kemudian menghambat perkembangan perilaku. Autisme bisa dideteksi

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan yang diberikan kepadanya. Menurut Peraturan Pemerintah Republik

: PETUNJUK PENGISIAN SKALA

Dongeng Sebagai Media Edukatif bagi Kepribadian Anak

BAB I PENDAHULUAN. Hal tersebut sudah ditanamkan dalam benak anak sejak kecil oleh orang tuanya.

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

BAB I PENDAHULUAN. Agama mengajarkan tentang nilai-nilai kebaikan dan pesan moral agar terciptanya

BAB I PENDAHULUAN. yang atletis dan ideal adalah dengan fitness. (

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya pendidik untuk membantu

BAB I PENDAHULUAN. bangsawan serta orang kaya di Eropa pada masa itu (Haviland, 1988:228).

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, merupakan negara kepulauan terbesar menyimpan kekayaan karang

BAB II METODOLOGI. 2.1 Tema Perancangan

BAB I PENDAHULUAN. karena pada zaman Orde Baru Pancasila sedemikian kuat dan dipaksakan agar

BAB I PENDAHULUAN. Penumpukan sampah rumah tangga seperti jar kaca banyak ditemukan di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sejarah merupakan salah satu pembentuk identitas suatu negara. Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. mempelajari sikap manusia (2010:6). Danandjaya (1997) mengatakan (dalam

BAB I PENDAHULUAN. (2015) yang diakses pada 3 maret 2015, anak sudah dapat melakukan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. perubahan peran, hormon dan psikologi, serta kelelahan fisik yang dialami ibu

BAB I PENDAHULUAN. Aksara Jawa merupakan salah satu budaya peninggalan dari zaman nenek

BAB I PENDAHULUAN. Rosyadi (2006) menjelaskan bahwa kebudayaan Cina banyak memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Diabetes Mellitus ataupun yang lebih sering dikenal dengan sebutan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. dengan istilah baby blues (Ida Ahdiah, 2014, hlm. 97). dosen kampus Atmajaya dengan Wieka Dyah Partasari, Psi., M.Si.

BAB I PENDAHULUAN. persaingan yang ketat, media promosi sangat diperlukan dalam memasarkan. produk dan membuat produk dikenal oleh masyarakat.

BAB III DATA DAN TEORY

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyebabkan kematian. Namun pada kenyataannya, kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. depan bangsa yang lebih baik pendidikan anak anak harus diperhatikan. Tidak

BAB I PENDAHULUAN. Hasdianah, Siyoto, dan Peristyowati (2014:69) dalam buku Gizi, Pemanfaatan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Hubert Forestier dan Truman Simanjuntak (1998, Hlm. 77), Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut dr. Andre Yanuar, MD, M.Med, FICS, yang diwawancarai melalui via e-

BAB I PENDAHULUAN. konvensional ke media digital online. Teknologi memiliki internet sebagai media

BAB I PENDAHULUAN. sayur.menurut situs fundacionshe.org(diakses pada tanggal 2 oktober 2014 pukul

BAB 1 PENDAHULUAN. teknik belajar pribadinya. Orangtua dapat memanfaatkan multimedia interaktif

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan gaya hidup. Pusat Promosi Departemen Kesehatan sangat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Seperti diberitakan dalam situs berita Kompas tanggal 1 April 2014 (Liauw, 2014),

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, cerita rakyat atau folklor adalah adatistiadat

1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Wisata museum menjadi salah satu pilihan masyarakat untuk menghabiskan masa

BAB 1 PENDAHULUAN. Kota Cirebon dan banyak diminati wisatawan-wisatawan lokal maupun mancanegara

BAB I PENDAHULUAN. dengan gaya tipografi Swiss yang dikenal dengan International Typographic Style

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. daerah di Indonesia mempunyai kebudayaan dan adat istiadatnya sendiri. Dari

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN Terdapat hubungan positif yang signifikan antara motivasi

BAB I PENDAHULUAN. diperbaharui sesuai jaman. USDA (United States Department of Agriculture)

BAB I PENDAHULUAN. sebanyak 15 juta unit kendaraan bermotor di Jakarta (

A. LATAR BELAKANG PENCIPTAAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya anak usia dini sudah mulai belajar untuk mandiri.

BAB II METODE PENULISAN

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan kebutuhan seseorang, yaitu untuk mengekspresikan diri, untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Guru sebagai tenaga kependidikan memiliki tugas untuk melaksanakan proses


BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sekarang anak-anak banyak belajar melalui gadget yang ada, melalui gadget

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Lingkungan hidup tidak dapat terlepas dari aktivitas berbagai makhluk hidup

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III STRATEGI & KONSEP VISUAL

BAB I PENDAHULUAN. Bengkulu merupakan salah satu Kota yang berada di Pulau Sumatra. Terdapat empat

BAB I PENDAHULUAN. potensi, kecakapan dan karakteristik pribadi peserta didik. Kegiatan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pebriani Rizki Ali, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tergantung pada orangtua dan orang-orang disekitarnya hingga waktu tertentu.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap orang dituntut untuk mandiri dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Namun, dewasa ini banyak sekali anak yang tidak dilatih mandiri sejak dini. Anak juga kerap dinomorsatukan dalam pelayanan dan dipenuhi semua kebutuhannya, bagaimanapun caranya. Anak menjadi tidak diberi kesempatan untuk mencoba hal-hal yang mereka inginkan karena orangtuanya yang terlalu takut jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan pada anak mereka. Di sisi lain, anak sudah dimanjakan dengan kehadiran orang tua yang selalu siap jika anak tersebut ingin melakukan sesuatu. Anak hanya tinggal memanggil dan menyebutkan hal-hal yang diinginkan meskipun itu hanya hal kecil yang bisa saja anak tersebut lakukan sendiri, seperti misalnya mengambil air minum. Dari observasi yang penulis lakukan terhadap dua orang anak, laki-laki dan perempuan usia 4 tahun, penulis mendapatkan bahwa kedua anak tersebut terbiasa dengan bantuan orangtuanya dalam melakukan sesuatu. Seperti misalnya saat makan, anak-anak tersebut belum bisa duduk diam dan makan sendiri, melainkan orangtuanya yang harus mengikuti mereka dan menyuapi makanan mereka. Contoh lainnya adalah anak-anak tersebut tidak akan ingat ada tugas dari sekolah jika tidak diperiksa dan diingatkan langsung oleh orangtuanya. Setelah diingatkan pun mereka masih harus disuruh-suruh agar mau mengerjakan tugas sekolah mereka. 1

Padahal sikap yang cenderung memanjakan seperti ini sangat tidak dianjurkan karena akan berdampak buruk pada anak. Seperti yang ditulis dalam situs kotasantri.com 17 Maret 2012 (Redaksi KSC, 2012) Anak yang manja atau akan cenderung bermasalah dibandingkan dengan anak yang terlatih mandiri. Anak yang tidak mandiri akan tidak siap dalam menghadapi peraturan-peraturan di lingkungannya dan tidak peduli dengan tanggung jawab sosial. Misalnya seperti ketika anak mendapatkan tugas dari sekolah, anak akan menolak untuk melakukan atau mengerjakan tugas tersebut karena telah terbiasa dibebaskan dari tugas dan biasa dibantu. Akhirnya anak akan bersikap licik dan tidak menghargai orang lain karena lebih mementingkan diri sendiri dan lebih banyak menuntut hak-hak mereka. Anak pun akan mengalami kesulitan dalam bergaul. Selain itu menurut Surya (2007) anak tidak akan mampu mengurus dirinya sendiri setelah dewasa dan akan bergantung pada keputusan orang lain jika tidak dibiasakan belajar mandiri sejak dini. Kemandirian anak sendiri tidak terbentuk begitu saja, oleh karena itu anak harus belajar mandiri sejak dini agar mampu untuk memiliki sikap mandiri. Anak perlu didorong dan dimotivasi untuk berbuat sesuatu. Selain itu, anak juga dapat diberi kesempatan untuk memberikan pendapat (hlm.160) dan dilibatkan langsung dalam memilih atau menentukan kegiatan yang merangsang rasa ingin tahu dan dapat menimbulkan efek senang jika anak melakukan kegiatan tersebut. Hal lain yang dapat dilakukan untuk membangkitkan semangat mandiri anak adalah dengan memberikan cerita pada anak. Cerita dapat dimanfaatkan untuk memberikan sugesti pada anak betapa senangnya dapat melakukan sesuatu. Cerita 2

yang merangsang kemandirian akan membuat anak tergerak untuk memulai sendiri karena berusaha meniru tokoh (hlm. 161). Salah satu cara agar anak-anak dapat belajar mandiri melalui cerita seperti yang ditulis artikelkesehatananak.com 14 Oktober 2012 (Wildanysukses, 2012) adalah dengan menggunakan buku interaktif seperti pop-up atau movable book. Movable Book dapat digunakan sebagai alat bantu perkembangan anak karena movable book menggabungkan unsur edukasi dengan hiburan. Selain itu menurut situs popuplady.com n.d. (Rubin, n.d.) movable book membutuhkan partisipasi aktif langsung dengan konten buku sehingga akan membuat pengalaman pembacanya lebih berkesan. Dengan begitu, anak-anak diharapkan akan mampu belajar dengan perasaan senang dan tanpa mengalami paksaan. Berdasarkan permasalahan di atas, maka penulis mengajukan judul tugas akhir Perancangan Buku Interaktif Belajar Mandiri untuk Anak. 1.2. Rumusan Masalah Bagaimana perancangan buku interaktif belajar mandiri untuk anak? 1.3. Batasan Masalah 1. Media yang dibuat adalah buku interaktif yang berupa buku pop-up dan movable book sebagai sarana edukasi pengajaran kemandirian pada anak. 2. Perancangan buku interaktif ini berfokus pada anak balita umur 3-5 tahun yang ada di Jabotabek. 3. Materi pengajaran dalam buku ini berfokus pada aktifitas kemandirian anak balita umur 3-5 tahun di dalam rumah. 3

1.4. Tujuan 1. Perancangan buku interaktif belajar mandiri untuk anak. 1.5. Manfaat Tugas Akhir Tugas akhir ini memiliki manfaat bagi: 1. Penulis Dalam membuat tugas akhir ini, penulis mendapatkan berbagai macam pengetahuan, khususnya tentang perkembangan anak dan hal-hal yang berhubungan dalam perancangan buku interaktif tersebut. Selain itu, tugas akhir ini juga bermanfaat bagi penulis sebagai syarat untuk mendapatkan gelar sarjana seni. 2. Orang Lain Dengan adanya tugas akhir ini, orang lain khususnya anak-anak dapat belajar mandiri sejak dini dengan perasaan yang senang dan tanpa paksaan melalui buku interaktif yang penulis rancang untuk tugas akhir ini. 3. Universitas Selain bermanfaat bagi penulis dan orang lain, tugas akhir ini juga bermanfaat bagi mahasiswa lain yang membutuhkan referensi maupun informasi mengenai perancangan buku interaktif. 4

1.6. Metode Pengumpulan Data Metode yang digunakan dalam proses perancangan buku interaktif sebagai sarana pengajaran kemandirian ini menggunakan metode pengumpulan data kualitatif. Selain itu metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1.6.1 Data Primer 1.6.1.1. Wawancara Wawancara yang berkaitan dengan penelitian ini akan dilakukan secara mendalam dengan beberapa narasumber sehingga akan didapat informasi dari jawaban dan pendapat para narasumber tersebut. Adapun partisipan dalam sesi wawancara ini adalah anak balita, orangtua, dan psikolog anak. 1.6.1.2.Observasi Observasi akan dilakukan di beberapa toko buku untuk mengamati buku interaktif seperti apa yang sedang berada di pasaran. Selain itu, penulis akan mengamati aktifitas anak balita umur 3-5 tahun di rumah sang anak untuk mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan kemandirian anak. 1.6.1.3.Focus Group Discussion Untuk mendapatkan data-data yang valid, penulis akan melakukan focus group discussion dengan 8 orang anak umur 3-5 tahun untuk menanyakan secara langsung tentang rancangan visual apa yang biasa mereka lihat dan juga melihat apa reaksi mereka jika diberikan buku interaktif seperti buku movable dan pop-up. 5

1.6.1.4. Kuisioner Kuisioner yang berisi pertanyaan-pertanyaan mengenai rancangan visual akan penulis lakukan guna mendapatkan hasil tampilan visual yang sesuai dengan kemauan anak balita pada umumnya. Adapun pertanyaan dalam kuisioner ini menyangkut bentuk gambar, tipe warna dan juga jenis huruf. 1.6.2. Data Sekunder Penulis menggunakan metode studi pustaka yang berasal dari buku, e-book, internet yang mencakup pendidikan dan organisasi maupun jurnal ilmiah resmi untuk menjadi data pendukung dalam perancangan buku interaktif ini yang dapat diuji kebenarannya melalui data primer. 1.7. Metode Perancangan 1.7.1. Identifikasi Masalah 1. Hal-hal yang cenderung membuat anak mudah bosan dengan media pengajaran. 2. Anak memerlukan media interaktif untuk membantu proses pembelajaran. 3. Penyampaian materi pelajaran kemandirian agar dapat diterima dengan baik oleh anak balita tersebut. 6

1.7.2. Menentukan Tujuan Tujuan yang ingin dicapai dalam tahap ini tentunya adalah membantu anak balita untuk dapat belajar mandiri sejak dini, mengingat kemandirian adalah salah satu hal penting dalam tumbuh kembang anak. 1.7.3. Brainstorming Setelah mengidentifikasikan masalah dan menentukan tujuannya, maka brainstorming akan dilakukan sebagai bentuk dari pengembangan ide yang didapat dari data primer dan data sekunder. Data-data tersebut akan ditambahkan dengan konsep kreatif agar dapat menjadi media interaktif yang dapat dipahami oleh target. 1.7.4. Evaluasi Dari pemetaan masalah yang diuraikan, desain interaktif akan selalu berkaitan dengan media. Oleh karena itu selain materi pengajaran, media penyampaian juga akan menjadi faktor penting dalam sebuah media interaktif. Namun, niat belajar tidak akan tumbuh jika sang anak tidak tertarik dengan hal yang akan dipelajarinya. Maka dari itu tampilan dan kreativitas dari buku interaktif ini akan sangat diperhatikan, sehingga akan membantu anak untuk tertarik mempelajari materi pengajaran yang telah disediakan. 1.7.5. Sketsa Setelah mempelajari tahap brainstorming dan evaluasi, maka sketsa awal pun dilakukan guna mendapat bayangan akan hasil akhir dari buku interaktif tersebut. 7

1.8. Skematika Perancangan Gambar 1.1. Skematika Perancangan 8