BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BERITA NEGARA. No.1193, 2012 KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Visa. Saat Kedatangan. Perubahan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.825, 2015 KEMENKUMHAM. Visa Kunjungan. Saat Kedatangan. Ketujuh. Perubahan.

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan sangat berperan penting dalam menarik investor.

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

NAMA : MELISA MARIA NPM : JURUSAN : AKUNTANSI PEMBIMBING : NOVA ANGGRAINIE, SE., MMSI

ANALISIS KONVERGENSI PSAK KE IFRS

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi mendorong berkembangnya Negara-negara dalam

BAB I PENDAHULUAN. keuangan untuk mengambil keputusan baik secara internal maupun oleh pihak

Tinjauan Atas PSAK No.1 (Revisi 2009): Penyajian Laporan Keuangan dan Perbedaannya dengan PSAK No.1 (Revisi 1998)

Dalam Bahasa dan Mata Uang Apa Laporan Keuangan Disajikan?

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. konsistensi, relevansi, dan keseragaman agar dapat diperbandingkan. dengan laporan keuangan perusahaan lain.

PSAK TERBARU. Dr. Dwi Martani. 1-2 Juni 2010

BAB I PENDAHULUAN. penyajian dan pengungkapan instrumen keuangan harus sesuai dengan standarstandar

BAB I PENDAHULUAN. mengenai pasar modal juga, investor dapat dengan mudah masuk ke lantai pasar. kegiatan perusahaan semakin lebih kompleks.

BAB I PENDAHULUAN. International Accounting Standards Board (IASB) dan International Accounting

BAB I PENDAHULUAN. Konvergensi International Financial Reporting Standards (IFRS) telah. awal lagi dalam menerapkan IFRS yaitu dari tahun 2002.

BAB I PENDAHULUAN. dari pihak ekstern dan pihak intern. Pihak ekstern terdiri dari masyarakat, UKDW

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa tahun terakhir International Financial Reporting Standards (IFRS)

BAB I PENDAHULUAN. atau membuat penyajian kembali pos-pos laporan keuangan, atau ketika entitas

1 Universitas Bhayangkara Jaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan dan perkembangan yang terjadi di lingkungan pasar modal

BAB I PENDAHULUAN. dari kegiatan operasi. Diperlukan sejumlah modal untuk melakukan kegiatan usaha

2 2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 52, Tambahan Lembaran Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. operasional rutin perusahaan, terutama aset tetap (fixed asset). Aset tetap

PSAK 1 (Penyajian Laporan Keuangan) per Efektif 1 Januari 2015

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ikatan Akuntan Indonesia. IAI Copy Right, all rights reserved

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bagi para pemakai informasi keuangan dalam rangka pengambilan keputusan ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. akibat dari globalisasi, para pelaku kegiatan bisnis antar negara membutuhkan

BAB 1 PENDAHULUAN. memperoleh pembiayaan suatu investasi atau operasi perusahaan dengan minimal

PERPAJAKAN II. Konvergensi IFRS dan Pengaruhnya terhadap Perpajakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dalam penyajian informasi laporan keuangan dibutuhkan sebuah aturan

BAB II LANDASAN TEORI. Suatu unit usaha atau kesatuan akuntansi, dengan aktifitas atau kegiatan ekonomi dari

01FEB AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH I. STANDAR AKUNTANSI DAN AKUNTANSI KEUANGAN Sumber : Kieso, Weygandt, & Warfield Dwi Martani

BAB I PENDAHULUAN. Akuntan Indonesia (DSAK IAI) melakukan adopsi International Financial

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi merupakan proses integrasi internasional yang dapat ditandai

STRUKTUR DASAR AKUNTANSI BAB 2

: HERU WIDYANTO NPM : PEMBIMBING : Dr. SIGIT SUKMONO, SE,. MMSI.,

ANALISIS PENERAPAN SAK ETAP DALAM PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PADA PT. BPR Ganto Nagari 1954

BAB I PENDAHULUAN. menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu entitas

Sekilas tentang Bom Curah (cluster bombs) dan Dunia

JUMLAH KUNJUNGAN KE TAMAN NASIONAL KOMODO MENURUT NEGARA ASAL TAHUN 2012

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. International Financial Reporting Standars (IFRS) merupakan standar

ED PSAK 1. penyajian laporan keuangan. exposure draft

RELEVANSI NILAI OTHER COMPREHENSIVE INCOME DAN KOMPONEN-KOMPONEN OTHER COMPREHENSIVE INCOME UNTUK TUJUAN PEMBUATAN KEPUTUSAN INVESTASI

3. Standar Akuntansi Syariah Standar Akuntansi Syariah akan diluncurkan dalam tiga bahasa yaitu bahasa Indonesia, bahasa Inggris dan bahasa Arab.

BAB I PENDAHULUAN. kalangan profesi yang bergabung dalam sebuah lembaga resmi. Seperti banyak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan status penyajian akun-akun Other Comprehensif Income (OCI)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. yang didukung oleh sanksi-sanksi untuk setiap ketidakpatuhan (Belkaoui,

PSAK 1 PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN IAS 1 - Presentation of Financial Statement. Presented by: Dwi Martani

BAB 2 LANDASAN TEORI. Akuntansi mempunyai peranan yang sangat penting dalam masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya laporan keuangan digunakan oleh perusahaan yang

PERUBAHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI, ESTIMASI DAN KOREKSI KESALAHAN

ANALISIS PERKEMBANGAN IMPLEMENTASI PSAK HASIL ADOPSI IFRS PADA PT. MARTINA BERTO, TBK TAHUN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA IFRS (International Financial Reporting Standards) oleh International Accounting Standard Board (IASB).

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan konsep dasar akuntansi, yakni konsep kesatuan usaha (entity theory),

ED PSAK 4. exposure draft

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di perusahaan dengan optimal. Dengan demikian perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. dipilih pada suatu industri untuk investor domestik maupun investor internasional.

Materi: 3 STRUKTUR DASAR AKUNTANSI

PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN KEHUTANAN Nomor.: P.3/II-KEU/2010 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. berkepentingan (Margaretta dan Soeprianto 2012). Keberhasilan. tingkat kepercayaan investor dalam berinvestasi.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan output dari proses akuntansi yang menjadi sarana komunikasi atas hasil pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. membuat laporan keuangan yang dihasilkan menjadi tidak seragam.

BAB I PENDAHULUAN. Para pelaku pasar modal memerlukan informasi untuk membuat keputusan

BAB I PENDAHULUAN. pihak-pihak diluar perusahaan. Segala informasi yang menyangkut keadaan

BAB I PENDAHULUAN. multinasional yang membutuhkan Standar Akuntansi Internasional. Dunia bisnis

PERBANDINGAN IFRS FOR SMEs (2015) vs SAK ETAP

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERSIAPAN PENERAPAN PSAK ETAP Oleh : Syarief Basir, CPA, SH, MBA

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi mendorong berkembangnya perusahaan-perusahaan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. dan hasil kinerja perusahaan. Tujuan akuntansi secara keseluruhan adalah

IMPLEMENTASI PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NOMER 1 DAN 2 (REVISI 2009) UNTUK PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN TAHUN 2010 DAN 2011 PADA PT RA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perbedaan kondisi ekonomi, hukum, sosial, dan politik di berbagai negara,

BAB I PENDAHULUAN. penting di dalam bidang akuntansi. Melakukan adopsi International Financial

Asset Revaluation: The Implication on Tax, Accounting and Performance Management REVALUASI ASET. Waktu / Tempat: Balai Kartini, Senin 16 November 2015

BAB I PENDAHULUAN. Terdapat beberapa perdebatan di dalam ilmu akuntansi yang telah berlangsung

REALISASI PENANAMAN MODAL PMDN-PMA

1. Entitas signifikan Entitas memiliki akuntabilitas publik signifikan jika:

Manajemen Keuangan. Analisis Kondisi dan Kinerja Keuangan. YANANTO MIHADI PUTRA, S.E., M.Si. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP)

Yudhistiro Ardy Institut Bisnis Nusantara Jl. D.I. Panjaitan Kav. 24 Jakarta (021)

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Di Indonesia penilaian sebagai salah satu disiplin ilmu mulai dikenal pada

PERKEMBANGAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN INDONESIA MENUJU INTERNATIONAL FINANCIAL REPORTING STANDARDS

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan bisnis dalam skala nasional dan. intemasional, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) telah mencanangkan

KONVERGENSI KETENTUAN PERPAJAKAN KE IFRS. Godang P. Panjaitan

BAB II LANDASAN TEORI. telaah pustaka untuk mencari bahan acuan atau pijakan yang mempunyai kaitan dengan

BAB I PENDAHULUAN. bangunan yang digunakan sebagai kantor atau pabrik, peralatan, kendaraan dan lainlain.

BAB II TINJUAN PUSTAKA

ORGANISASI NIRLABA. Oleh: Tri Purwanto

BAB I bermanfaat bagi pemakainya? IASB (International Accounting Standard Board)

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetian Pemahaman Menurut kamus besar bahasa Indonesia pemahaman yaitu proses, cara, perbuatan memahami atau memahamkan. Berarti dapat dikatakan bahwa orang yang mempunyai pemahaman akan standar akuntansi adalah orang yang pandai, paham dan mengerti benar tentang standar akuntansi. Hal ini diperjelas oleh (Sudijono, 1996) bahwa pemahaman merupakan kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu tersebut diketahui dan diingatkan. Menurut Nuraini (2007) dalam kurniawan (2013) menyatakan pemahaman akuntansi merupakan suatu kemampuan seseorang untuk mengenal dan mengerti tentang akuntansi, maka pemahaman IFRS merupakan suatu kemampuan seseorang untuk mengukur, mengklasifikasi (membedakan) dan mengikhisarkan penyajian unsur-unsur laporan keuangan sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam IFRS. 2.2 Pengertian IFRS dan Penggunaan IFRS secara Global Menurut Warren, dkk (2014) International Financial Reporting Standard (IFRS) merupakan seperangkat standar akuntansi global yang dikembangkan oleh International Accounting Standars Board (IASB) untuk penyusunan laporan keuangan perusahaan. IASB merupakan badan independen yang membuat peraturan akuntansi. IASB tidak membuat peraturan akuntansi untuk suatu negara tertentu melainkan dengan membuat peraturan akuntansi yang dapat digunakan oleh berbagai negara dengan tujuan mengembangkan seperangkat standar akuntansi global. IFRS digunakan bagi perusahaan yang menerbitkan utang dagang dan surat berharga untuk ekuitas kepada public yang disebut perusahaan publik. Tujuan dilakukannya konvergensi IFRS yaitu untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas dalam laporan keuangan serta dapat meningkatkan arus investasi global melalui perbandingan laporan keuangan antar satu negara dengan negara lain. Menurut Warren, dkk (2014) Sejak tahun 2005, seluruh 27 7

8 negara di Eropa (UE) telah diwajibkan untuk menyajikan laporan keuangan dengan menggunakan IFRS. Selain itu, lebih dari 100 negara lainnya telah mengadopsi IFRS bagi perusahaan publiknya. Di Negara dengan ekonomi maju, Jepang sedang mempertimbangkan adopsi wajib pada tahun 2016, India memungkinkan penggunaan terbatas atas IFRS, dan China sedang mengonvergensikan standarnya dengan IFRS dari waktu ke waktu. Di Australia, entitas pemerintah lokal menunjukkan peningkatan signifikan pada liabilitas setelah penerapan IFRS (Ahmed dan Alam, 2012) dalam (Kristanti, 2013). Hal yang sama terjadi di New Zealand, rata-rata total aset, total liabilitas dan laba bersih lebih tinggi setelah dilakukan adopsi (Kabir et el, 2010) dalam (Kristanti, 2013). 2.3 IFRS di Indonesia Menurut Warren, dkk (2014) Indonesia secara resmi mengadopsi IFRS untuk perusahaan Indonesia sejak 2008 dan secara efektif diterapkan pada tahun 2012. Penerimaan luas yang diperoleh IFRS di seluruh dunia, bagaimanapun juga telah menempatkan tekanan besar pada Indonesia untuk menyelaraskan SAK dengan IFRS. Indonesia perlu mencapai konvergensi SAK dan IFRS. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) merupakan badan pemerintah Indonesia yang memiliki kewenangan atas akuntansi dan pengungkapan keuangan untuk perusahaan publik Indonesia. OJK telah memperkenalkan peraturan dalam menyajikan laporan keuangan yang biasa disebut sebagai peraturan VIII.G.7. Dalam peraturan tersebut, OJK mewajibkan perusahaan public untuk menerapkan SAK yang diterbitkan oleh DSAK. OJK dan DSAK memiliki kesepakatan bersama bahwa perusahaan publik Indonesia harus menerapkan SAK dan SAK akan dikonvergensikan ke IFRS. Salah satu keterbatasan utama dalam konvergensi adalah DSAK dan IASB terus beroperasi sebagai lembaga yang menetapkan standar akuntansi untuk yuridiksi masing-masing. Dengan demikian, konvergensi tidak akan menghasilkan satu set standar akuntansi global. Hanya standar yang melalui proses penetapan standar gabungan DSAK-IASB yang akan dirilis. Standar yang tidak melalui proses penetapan standar gabungan dapat

9 menciptakan ketidakkonsistenan antara SAK dan IFRS. Dengan demikian, konvergensi tidak menjamin keseragaman lengkap antara SAK dan IFRS. Sebuah ringkasan singkat dari keputusan Indonesia yang utama yang berhubungan dengan IFRS diuraikan dalam tabel dibawah ini : Tahun Tabel 2.1 Perjalanan menuju IFRS Proses 2008-2011 DSAK memutuskan untuk mengadopsi IFRS ke dalam SAK Mempersiapkan semua infrastruktur yang diperlukan seperti pendidikan dan pelatihan, peraturan, dan teknologi Mengantisipasi konsekuensi adopsi dari IFRS 2011 Menyelesaikan proses adopsi dan untuk menyelesaikan menyiapkan semua infrastruktur yang dibutuhkan 2012 Implementasi pertama dari SAK yang telah mengadopsi IFRS oleh perusahaan publik Mengevaluasi semua konsekuensi ekonomi dari adopsi IFRS 2013-2015 Meminimalkan perbedaan antara SAK dan IFRS secara bertahap Mendidik dan melatih perusahaan public yang terdaftar dalam pengelola dan mengantisipasi setiap revisi SAK Sumber : Warren, dkk (2014) Tabel 2.2 Daftar nama negara yang telah mengadopsi IFRS No Nama Negara No Nama Negara No Nama Negara 1 Abu Dhabi- Uni Emirat arab 24 Israel 47 Norwegia 2 Afrika Selatan 25 Italia 48 Panama 3 Argentina 26 Jamaika 49 Peru 4 Australia 27 Jerman 50 Polandia 5 Austria 28 Kanada 51 Portugal 6 Belanda 29 Kenya 52 Prancis 7 Belgia 30 Korea selatan 53 Qatar 8 Bosnia 31 Kosta rika 54 Republik Cheska 9 Brasil 32 Kroasia 55 Republik Slovakia 10 Bulgaria 33 Kuwait 56 Rumania 11 Cile 34 Latvia 57 Rusia 12 Denmark 35 Lebanon 58 Selandia Baru 13 Dubai-Uni Emirat Arab 36 Libia 59 Serbia 14 Ekuador 37 Liechtenstein 60 Slovenia

10 15 Estonia 38 Lithuania 61 Spanyol 16 Finlandia 39 Luksemburg 62 Swedia 17 Guatemala 40 Meksiko 63 Turki 18 Hong kong 41 Mesir 64 Yordania 19 Hungaria 42 Mongolia 65 Yunani 20 Indonesia 43 Belanda 66 Zambai 21 Irak 44 Selandia baru 22 Inggris 45 Nikaragua 23 Irlandia 46 Nigeria Sumber : Warren, dkk (2014) 2.4 Empat Standar Akuntansi yang Berlaku Di Indonesia Menurut Martani (2012 : 16) Standar akuntansi yang berlaku di Indonesia terdiri empat standar (empat pilar standar akuntansi) yaitu : 1. Standar Akuntansi Keuangan (SAK) Standar Akuntansi Keuangan (SAK) digunakan untuk entitas yang memiliki akuntabilitas publik yaitu entitas atau dalam proses pendaftaran di pasar modal atau entitas fidusia (yang menggunakan dana masyarakat seperti asuransi, perbankan, dan dana pensiun). 2. Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) Standar akuntansi keuangan entitas tanpa akuntabilitas publik (ETAP) digunakan untuk entitas yang tidak memiliki akuntabilitas publik signifikan dalam menyusun laporan keuangan untuk tujuan umum (general purpose financial statement). 3. Standar Akuntansi Keuangan Syariah (SAK Syariah) Standar Akuntansi keuangan Syariah (SAK Syariah) adalah standar yang digunakan untuk entitas yang memiliki transaksi syariah atau entitass berbasis syariah. 4. Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) Standar akuntansi pemerintah (SAP) adalah standar akuntansi yang digunakan untuk menyusun laporan keuangan instansi pemerintahan bai pusat maupun daerah. Menurut Martani, dkk (2012:16) IFRS sebagai standar internasional memiliki tiga ciri utama sebagai berikut : 1. Principles-Based Standar yang menggunakan Principles-Based hanya mengatur hal-hal yang pokok dalam standar sedangkan prosedur dan kebijakan detail diserahkan kepada pemakai. Standar mengatur prinsip pengakuan sesuai substansi ekonomi, tidak didasarkan pada ketentuan detail dalam atribut kontrak perjanjian. Sedangkan

11 standar yang rule based, memuat ketentuan pengakuan akuntansi secara detail. Keunggulan pendekatan ini akan menghindari dibuatnya perjanjian atau transaksi mengikuti peraturan dalam konsep pengakuan. Penyusunan laporan keuangan dapat merancang suatu transaksi sehingga dapat diakui secara akuntansi dan bukan melihat dari substansi ekonomi dari transaksi tersebut. Namun, standar yang bersifat Principles-Based mengharuskan pemakainya untuk membuat penilaian (adjustment) yang tepat atas suatu transaksi untuk menentukan substansi ekonominya dan menentukan standar yang tepat untuk transaksi tersebut. 2. Nilai wajar Standar akuntansi banyak menggunakan konsep nilai wajar (fair value). Penggunaan nilai wajar untuk meningkatkan relevansi informasi akuntansi untuk pengambilan keputusan. Informasi nilai wajar lebih relevan karena menunjukkan nilai terkini. Hal ini sangat bertolak belakang dengan konsep harga perolehan yang mendasarkan penilaiaan pada nilai perolehan pertama (historical cost). Banyak pengakuan akuntansi saat ini yang dasar penilaiaannya masih menggunakan historical cost. IFRS membuka peluang penggunaan nilai wajar yang lebih luas untuk beberapa item, seperti aset tetap dan aset tak berwujud, dibuka opsi penggunaan nilai wajar selain nilai perolehan. Nilai wajar lebih relevan namun harga perolehannya diyakini lebih reliable. 3. Pengungkapan Mengharuskan lebih banyak pengungkapan dalam laporan keuangan. Pengungkapan diperlukan agar pengguna laporan keuangan dapat mempertimbangkan informasi yang relevan dan perlu diketahui terkait dengan apa yang dicantumkan dalam laporan keuangan dan kejadian penting yang terkait dengan item tersebut. Pengungkapan dapat berupa kebijakan akuntansi, rincian detail, penjelasan penting, dan komitmen. 2.5 Masalah dan Tantangan yang Dihadapi Indonesia dalam Konvergensi IFRS Setiap negara menghadapi masalah dalam melaksanakan konvergensi standar akuntansi nasionalnya dengan IFRS. Tetapi jenis dan bobot masalah dan tantangan yang dihadapi masing-masing Negara berbeda-beda. Masalah yang dihadapi Amerika Serikat, Prancis, Jerman, Australia, Jepang, dan Indonesia berbeda. Menurut Kartikahadi, dkk (2012:27) permasalahan yang dihadapi Indonesia antara lain sebagai berikut : 1. Ketidakstabilan nilai rupiah Sehubungan dengan nilai rupiah yang cenderung lemah di pasar valuta asing, dan sering kali tidak stabil, maka perubahan IAS 21 the effects of changes in foreign exchange rates mendekati FABS akan mempunyai dampak serius dalam penyusunan laporan keuangan perusahaan yang sarat exposure valuta asing, terutama bila terjadi devaluasi atau depresiasi rupiah secara serius, seperti kejadian di tahun 1978, 1983, 1986, 1997

12 2. Landasan hukum yang berbeda Aspek hukum dan peraturan perundangan yang berlaku di suatu Negara sering kali merupakan faktor yang perlu diperhatikan dalam mengadopsi suatu standar akuntansi. Misalnya dalam PSAK 1 penyajian laporan keuangan, dalam definisi SAK termasuk peraturan regulator pasar modal untuk entitas yang berada dibawah pengawasannya. 3. Profesi penunjang lain yang belum berkembang setaraf internasional Pengapliasian beberapa standar akuntansi memerlukan dukungan dari profesi penunjang lain (penilai, aktuaris, dll) yang setaraf dengan Negara maju. 4. Frekuensi perubahan IFRS IASB relatif sering melakukan revisi atas standar yang dikeluarkannya. Setiap standar akuntansi perlu dipahami secara jelas sebelum diterapkan. Standar IFRS harus diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dan seringkali terdapat kendalan dikerenakan sulitnya menemukan terjemahan yang sesuai, konsistensi penggunaan terjemahan, penggunaan suatu istilah untuk penerapan konsep yang berbeda. Selain itu kesiapan perguruan tinggi dan akuntan pendidik untuk berganti kiblat ke IFRS juga menjadi suatu hambatan. Perguruan tinggi merupakan salah satu tempat yang dapat digunakan untuk mensosialisasikan IFRS. Oleh karena itu, perguruan tinggi mempunyai peran dalam proses konvergensi IFRS. 2.6 Pernyataan standar akuntansi keuangan (PSAK 1) tentang Penyajian Laporan Keuangan (setalah terjadinya konvergensi) 2.6.1 Tujuan laporan keuangan Menurut Ikatan akuntan Indonesia (IAI) (2013) laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas. Tujuan laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar pengguna laporan keuangan dalam pembuatan keputusan ekonomik. Laporan keuangan juga menunjukkan hasil pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber daya dipercayakan kepada mereka. 2.6.2 Ruang Lingkup PSAK 1 Menurut Kartikahadi, dkk (2012: 117) menyatakan bahwa PSAK 1 berlaku untuk semua entitas dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan bertujuan umum sesuai dengan standar akuntansi keuangan, termasuk entitas yang

13 menyajikan laporan keuangan konsolidasi sebagaimana diatur dalam PSAK 4 laporan keuangan konsolidasian dan laporan keuangan tersendiri. PSAK ini tidak wajib bagi entitas tanpa akuntabilitas publik (ETAP). Untuk ETAP, DSAK-IAI telah menerbitkan secara khusus SAK-ETAP yang menjadi dasar penyajian dan penyusunan laporan keuangan ETAP. Namun, jika suatu ETAP memilih untuk menetapkan pengaturan dalam PSAK, maka ETAP tersebut harus menetapkan PSAK secara keseluruhan, termasuk menetapkan PSAK 1 sebagai dasar untuk penyajian dan penyusunan laporan keuangannya. PSAK ini tidak berlaku bagi entitas syariah. Untuk entitas syariah, DSAK- IAI telah menerbitkan SAK syariah, termasuk PSAK 101 penyajian laporan keuangan syariah. 2.6.3 Komponen Laporan Keuangan terdiri atas : Menurut Greuning,dkk (2013:23) satu set laporan keuangan yang lengkap 1. Laporan posisi keuangan pada akhir periode 2. Laporan laba rugi komprehensif selama periode 3. Laporan perubahan ekuitas selama periode 4. Laporan arus kas selama periode 5. Catatan atas laporan keuangan, berisi ringkasan kebijakan akuntansi penting dan informasi penjelasan lain. 6. Laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif yang disajikan ketika entitas menerapkan suatu kebijakan akuntansi secara retrospektif atau membuat penyajian kembali pos-pos laporan keuangan, atau ketika antitas mereklasifikasi pos-pos dalam laporan keuangannya. Penjelasan dari komponen laporan keuangan diatas : 1. Laporan Posisi Keuangan/Neraca (Statement Of Financial Position) adalah suatu daftar yang menunjukkan posisi keuangan, yaitu komposisi dan jumlah aset, liabilitas, dan ekuitas dari suatu entitas tertentu pada suatu tanggal tertentu. PSAK 1 memperkenalkan adanya komponen keenam yang merupakan laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif dalam hal entitas melakukan penerapan retrospektif atau mereklasifiasikan pos-pos laporan keuangan. Misalnya entitas menyajikan laporan keuangan untuk periode yang berakhir 31 desember 20X2 dan pada periode tersebut, entitas melakukan penerapan kebijakan akuntansi secara retrospektif, maka pada saat menyajikan laporan keuangan yang berakhir 31 Desember 20X2, entitas akan menyajikan

14 laporan posisi keuangan 31 Desember 20X2 dengan perbandingan 31 desember 20X1 dan Januari 20X1. 2. Laporan laba rugi komprehensif (statement of compherensive income) PSAK 1 memperkenalkan laba rugi komprehensif yaitu laporan yang memberikan informasi mengenai kinerja entitas yang menimbulkan perubahan pada jumlah ekuitas entitas yang bukan berasal dari transaksi dengan pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik. Laba rugi komprehensif terdiri atas : Laba rugi, Pendapatan komprehensif lainnya Laba rugi Laba rugi memberikan informasi mengenai pendapatan, beban, dan laba rugi suatu entitas selama suatu periode tertentu. Laporan ini memberikan informasi mengenai hasil bersih entitas, sama dengan jumlah laba bersih yang dilaporkan dalam laporan laba rugi yang selama ini dikenal. Pendapatan komprehensif lainnya Pendapatan komprehensif lain atau bisa disebut other compherensive income berisi pos-pos pendapatan dan beban yang tidak diakui dalam rugi laba. Komponen pendapatan komprehensif lainnya adalah : Perubahan dalam surplus revaluasi aset tetap, karena entitas menggunakan metode revaluasi untuk satu atau lebih kelompok aset tetapnya, sebagaimana diatur dalam PSAK 16 aset tetap Keuntungan dan kerugian akturial atas program manfaat pasti, sebagaimana diatur dalam PSAK 24 imbalan kerja. Keuntungan dan kerugian yang timbul dari penjabaran laporan keuangan, sebagaimana diatur PSAK 10 pengaruh perubahan nilai tukar valuta asing. 3. Laporan perubahan ekuitas (Statement Of Changes In Equity) Untuk suatu entitas usaha berbentuk badan hukum perseroan terbatas (PT), laba yang ditahan dan tidak atau belum dibagikan sebagai dividen disajikan dalam neraca sebagai bagian dari ekuitas, selain itu juga sering kali terjadi macam-

15 macam transaksi dan kejadian yang menyebabkan terjadinya perubahan saldo awal ekuitas sehingga sampai pada saldo akhir ekuitas. 4. Laporan arus kas (Statement Of Cash Flow) Informasi tentang kas dan setara kas serta arus penerimaan dan penggunaan dana kas dan setara kas adalah informasi yang sangat penting dna berguna untuk dilaporkan dan dipahami oleh para pemangku kepentingan. 2.6.4 Perbedaan PSAK 1 Konvergensi IFRS dan PSAK 1 Sebelum Konvergensi IFRS Berikut perbedaan PSAK 1 sebelum dan setelah konvergensi IFRS untuk item terpilih yang mendasar mengenai penyajian laporan keuangan : 1 Tabel 2.3 Perbedaan PSAK 1 Konvergensi IFRS dan PSAK 1 Sebelum Konvergensi IFRS No Perihal PSAK 1 konvergensi IFRS Komponen laporan keuangan yang lengkap Laporan posisi keuangan Laporan laba rugi komprehensif Laporan perubahan ekuitas Laporan arus kas Catatan atas laporan keuangan Laporan posisi keuangan awal periode komparatif sajian akibat penerapan retrospektif, penyajian kembali, atau reklasifikasi pos-pos laporan keuangan PSAK 1 sebelum konvergensi IFRS Neraca Laporan laba rugi Laporan perubahan ekuitas Laporan arus kas Catatan atas laporan keuangan 2 Istilah 3 Pos luar biasa 4 Kepentingan non pengendali Aset, liabilitas, ekuitas, beban pokok penjualan Penggunaan istilah pos luar biasa tidak diperkenankan Istilah yang digunakan adalah non-pengendali Dalam laporan posisi keuangan disajikan di Aktiva, kewajiban, modal, harga pokok penjualan Penggunaan istilah pos luar biasa diperkenankan Istilah yang digunakan adalah hak minoritas Dalam neraca,

16 ekuitas Dalam laporan laba rugi dan laporan laba rugi komprehensif, laba bersih dialokasikan antara pemilik ekuitas entitas induk dan hak non-pengendali disajikan secara terpisah antara kewajiban dan ekuitas Dalam laporan laba rugi, hak minoritas atas laba atau rugi disajikan sebagai pengurang laba bersih Sumber : http://staff.uny.ac.id 2.7 Penelitian Terdahulu Penelitian-penelitian terdahulu yang digunakan sebagai bahan perbandingan dan referensi dalam penelitian ini adalah : 1. Frida Kartika Nurani (2011) melakukan penelitian mengenai persepsi mahasiswa akuntansi mengenai International Financial Reporting Standards. Penelitian penelitian ini bermaksud melihat dan menganalisa persepsi mahasiswa akuntansi strata satu yang belum dan telah menempuh mata kuliah akuntansi internasional di STIE Perbanas Surabaya. Hasil dari penelitian ini yaitu mayoritas mahasiswa baik yang belum menempuh dan yang telah menempuh mata kuliah akuntansi internasional ternyata mengetahui standar akuntansi yang dipergunakan atau dipakai di Indonesia PSAK, IFRS, ETAP, dan SAP walaupun ada beberapa mahasiswa yang menjawab SEBI, PAPI, API, PBI, dan GAAP, bahkan ada yang menjawab IAI, dimana IAI bukan merupakan standar akuntansi namun organisasi/badan yang menaungi akuntan di Indonesia. Di saat ditanya apa yang kalian ketahui tentang IFRS, mereka menjawab IFRS adalah standar akuntansi internasional yang dipergunakan sebagai pedoman untuk pembuatan laporan keuangan yang akan diterapkan di Indonesia pada tahun 2012 lewat proses konvergensi yang pengukurannya menggunakan nilai wajar. 2. Rosita Adi Kristanti dan Paskah Ika Nugroho (2013) melakukan penelitian mengenai Investigasi persepsi mahasiswa akuntansi terhadap International Financial Reporting Standards. Penelitian ini dilakukan dengan populasi penelitian yaitu mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana, pemilihan sampel digunakan metode

17 disproportionate stratified random sampling berdasarkan usia, tahun masuk, dan gender guna untuk perbedaan tingkat pengetahuan mahasiswa terhadap IFRS berdasarkan usia, tahun masuk dan hasilnya yaitu tidak terdapat perbedaan tingkat pengetahuan antara mahasiswa pria dan wanita serta terdapat perbedaan tingkat pengetahuan yang signifikan pada kelompok tahun masuk. 2.8 Kerangka Pemikiran Kerangka Pemikiran merupakan konsep yang menggambarkan hubungan antara teori dengan berbagai faktor yang teridentifikasi sebagai masalah riset, Sugiyono (2014:127). Mahasiswa merupakan status tinggi dalam dunia pendidikan. Oleh karena itu, mahasiswa harus mampu memahami ilmu pengetahuannya sesuai dengan kompetensi masing-masing, termasuk tentang pemahaman terhadap IFRS dan mahasiswa jurusan akuntansi Politeknik Negeri Sriwijaya merupakan objek penelitian ini. Pemahaman Mahasiswa Akuntansi Terhadap Perkembangan SAK Berbasis IFRS PSAK 1 sebelum dan setelah konvergensi Manfaat Adopsi IFRS Hambatan Adopsi IFRS Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran