TINJAUAN PUSTAKA. Kelapa sawit memiliki umur ekonomis 25 tahun, setelah umur 26 tahun

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN PUSTAKA. sedangkan diameternya mencapai 1 m. Bunga dan buahnya berupa tandan,

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Badan Standardisasi Nasional (2010) papan partikel merupakan

TINJAUAN PUSTAKA. Batang kelapa sawit mempunyai sifat yang berbeda antara bagian pangkal

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Produksi Kayu Gergajian dan Perkiraan Jumlah Limbah. Produksi Limbah, 50 %

TINJAUAN PUSTAKA. Adapun taksonomi tanaman kelapa sawit menurut Syakir et al. (2010) Nama Elaeis guineensis diberikan oleh Jacquin pada tahun 1763

TEKNIK PEMBUATAN BAMBU LAMINASI BERSILANG SEBAGAI BAHAN MEBEL DAN BANGUNAN

PEMANFAATAN LIMBAH BATANG SAWIT UNTUK PRODUK SOLID DAN PANIL KAYU LAPIS. Jamal Balfas

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi dan Potensi Tanaman Kelapa Sawit. Menurut Hadi (2004) pengklasifikasian kelapa sawit

TINJAUAN PUSTAKA. perabot rumah tangga, rak, lemari, penyekat dinding, laci, lantai dasar, plafon, dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. kingdom plantae, divisi spermatophyta, subdivisi angiospermae, kelas

TINJAUAN PUSTAKA. kambium dan umumnya tidak bercabang. Batang sawit berbentuk silinder dengan

PENDAHULUAN. Indonesia menyebabkan industri kehutanan mengalami krisis bahan baku.

PENGUJIAN SIFAT FISIS PAPAN DARI CAMPURAN LIMBAH SERAT BATANG KELAPA SAWIT DAN SERBUK KAYU INDUSTRI DENGAN PEREKAT POLIESTER

TINJAUAN PUSTAKA. Kingdom plantae, Divisi Spermatophyta, Subdivisi Angiospermae, Kelas

SIFAT FISIS MEKANIS PAPAN PARTIKEL DARI LIMBAH KAYU GERGAJIAN BERDASARKAN UKURAN PARTIKEL

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia dari tahun seluas 8,91 juta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

JENIS PAPAN KAYU. Eko Sri Haryanto, M.Sn

BAB I PENDAHULUAN. ( Jamilah, 2009 ). Menurut Direktorat Bina Produksi Kehutanan (2006) bahwa

Studi Awal Pembuatan Komposit Papan Serat Berbahan Dasar Ampas Sagu

KAJIAN TEKNIS OPTIMALISASI PEMANFAATAN LIMBAH BATANG SAWIT UNTUK BAHAN BANGUNAN DAN MEBEL

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Hampir setiap produk menggunakan plastik sebagai kemasan atau

Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Hutan 3(1): 1-7 (2010)

BAB I PENDAHULUAN. jadikan sumber pendapatan baik bagi negara ataupun masyarakat. Kayu dapat

BAB I PENDAHULUAN. dengan target luas lahan yang ditanam sebesar hektar (Atmosuseno,

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV PEMBAHASAN. (a) (b) (c) Gambar 10 (a) Bambu tali bagian pangkal, (b) Bambu tali bagian tengah, dan (c) Bambu tali bagian ujung.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGOLAHAN KAYU (WOOD PROCESSING) Abdurachman. Pusat Penelitian dan Pengembangan Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan

Jepang, perkembangan kelapa sawit mengalami kemunduran. Lahan perkebunan mengalami

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Kayu. Umum. TKS 4406 Material Technology I. (wood or timber)

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman ekaliptus mempunyai sistematika sebagai berikut: Hutan Tanaman Industri setelah pinus. Ekaliptus merupakan tanaman eksotik

BALOK LAMINASI DARI KAYU KELAPA (Cocos nucifera L)

PENGETAHUAN DASAR KAYU SEBAGAI BAHAN BANGUNAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Lampiran 1. Perhitungan bahan baku papan partikel variasi pelapis bilik bambu pada kombinasi pasahan batang kelapa sawit dan kayu mahoni

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

TINJAUAN PUSTAKA. Bambu Tali. kayu dengan masa panen 3-6 tahun. Bahan berlignoselulosa pada umumnya dapat

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut sistem klasifikasinya, sawit termasuk dalam kingdom plantae,

PENGARUH PENYUSUNAN DAN JUMLAH LAPISAN VINIR TERHADAP STABILITAS DIMENSI KAYU LAPIS (PLYWOOD)

KAJIAN SIFAT FISIS KAYU SENGON (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen) PADA BERBAGAI BAGIAN DAN POSISI BATANG

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dalam bidang material komposit,

BAB I PENDAHULUAN. hutan semakin hari semakin berkurang. Untuk mengurangi ketergantungan akan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

METODE PENELITIAN. Fakultas Kehutanan Univesitas Sumatera Utara Medan. mekanis kayu terdiri dari MOE dan MOR, kerapatan, WL (Weight loss) dan RS (

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

ISBN KAJIAN SIFAT FISIS BATANG NIBUNG (Oncosperma tigilarium)

SIFAT FISIS KAYU LAPIS BATANG KELAPA SAWIT

TINJAUAN PUSTAKA. Papan partikel merupakan salah satu jenis produk komposit atau panel

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Uji Efektifitas Teknik Pengolahan Batang Kayu Sawit untuk Produksi Papan Panil Komposit

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III LANDASAN TEORI. Kayu memiliki berat jenis yang berbeda-beda berkisar antara

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SIFAT FISIS DAN MEKANIS BATANG KELAPA (Cocos nucifera L.) DARI KALIMANTAN SELATAN

C11. SIFAT PEREKATAN KAYU AKASIA FORMIS (Acacia auriculiformis) DARI HUTAN RAKYAT PADA VARIASI ARAH AKSIAL, RADIAL DAN UMUR

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia merupakan negara penghasil ubi kayu terbesar ketiga didunia

TINJAUAN PUSTAKA. kayu yang harus diketahui dalam penggunaan kayu adalah berat jenis atau

BAB III METODE PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. Balok laminasi pertama kali digunakan pada tahun 1893 di Eropa pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka (frame) struktural yang

METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tanaman salak (Salacca sp.) sefamili dengan kelapa (Palmae) merupakan

DIMENSI SERAT DAN PROPORSI SEL PER LINGKARAN TUMBUH KAYU SUNGKAI (Peronema canescens Jack) DARI KULON PROGO, YOGYAKARTA

HASIL DAN PEMBAHASAN

UJI COBA PENGGUNAAN SABUT KELAPA SEBAGAI PAPAN SERAT. Ninik Paryati 1)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Pemanfaatan Limbah Kulit Buah Nangka sebagai Bahan Baku Alternatif dalam Pembuatan Papan Partikel untuk Mengurangi Penggunaan Kayu dari Hutan Alam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN Latar Belakang

V. PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN UMUM

KARAKTERISTIK KOMPOSIT TANPA PEREKAT (BINDERLESS COMPOSITE) DARI LIMBAH PENGOLAHAN KAYU

BAB I PENDAHULUAN. Untuk memenuhi kebutuhan industri perkayuan yang sekarang ini semakin

TINJAUAN PUSTAKA. (waferboard) yang terbuat dari limbah kayu yang ditemukan oleh ilmuwan Amerika

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Tenggara menyediakan kira-kira 80% potensi bambu dunia yang sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 8 Histogram kerapatan papan.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV PEMBAHASAN 4.1 Nilai ph dan Kadar Ekstraktif Kayu (Kelarutan Air Panas)

BAB II METODE PERANCANGAN

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Alat dan Bahan Test Specification SNI

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Respon Vinir Mahoni Terhadap Perekat TUF Dari Ekstrak Serbuk Gergajian Kayu Merbau (Intsia Sp.)

Transkripsi:

TINJAUAN PUSTAKA Kelapa sawit memiliki umur ekonomis 25 tahun, setelah umur 26 tahun sebaiknya diremajakan karena pohon sudah tua dan terlalu tinggi atau lebih dari 13 meter sehingga menyulitkan untuk dipanen (Risza, 1994). Bakar (2003), dinyatakan bahwa volume peremajaan tersebut dihasilkan limbah batang yang mengandung kayu dalam jumlah besar. Berdasarkan data statistik perkebunan tahun 2000 dalam Bakar (2003), dinyatakan bahwa volume peremajaan pada tahun 2001-2005 seluas 59.712 ha yang menghasilkan 11 juta m 3 dalam bentuk log atau 3,6 juta m 3 dalam bentuk kayu gergajian. Tahun 2021-2025 luas areal perkebunan diperkirakan seluas 229.948 ha, yang akan menghasilkan volume log sebesar 42,3 juta m 3 melebihi total produksi kayu dari hutan alam ini. Batang sawit dapat dijadikan sebagai bahan baku pengganti atau substitusi kayu dan serat, seperti industri pulp, perabot dan papan pertikel karena tingkat ketersediannya yang berlimpah sepanjang tahun. Lubis et al (1994) menyatakan bahwa batang kelapa sawit mengandung serat dan parenkim dimana keduanya dapat digunakan dengan tujuan yang berbeda parenkim mengandung pati yang tinggi khususnya pada bagian atas batang. Densitas atau kerapatan batang menurun dengan naiknya ketinggian batang. Oleh karena itu cara pemanfaatan batang kelapa sawit yang paling tepat adalah sebagai berikut: 1. Bagian bawah sampai ketinggian 2 meter dapat dimanfaatkan untuk furniture (tiger wood) karena pada bagian ini mempunyai karakteristik khusus yaitu terdapat bercak-bercak hitam yang populer disebut sebagai tiger wood yang dapat dijadikan sebagai perabot eksotik.

2. Bagian atas (> 2 meter) dapat dimanfaatkan dengan dua cara, yaitu: serat untuk papan serat atau papan partikel, sedangkan parenkim dapat digunakan sebagai pakan ternak. Sifat penting dari sawit Hasil penelitian menunjukkan bahwa batang sawit mempunyai sifat yang sangat beragam dari bagian luar ke pusat batang dan sedikit bervariasi dari bagian pangkal ke ujung batang. Beberapa sifat penting dari kayu sawit untuk setiap bagian batang disajikan pada Tabel 1 Tabel 1. Pengujian Sifat-sifat penting kayu sawit Sifat-sifat penting Berat Jenis Kadar Air (%) Kekakuan Lentur (kg/cm²) Keteguhan Lentur (kg/cm²) Susut Volume (%) Kelas Awet Kelas Kuat Sumber : Bakar (2003) Bagian dalam batang Tepi Tengah Pusat 0,35 0,28 0,20 156 257 365 29.996 11.421 6.980 296 129 67 26 39 48 V V V III-V V V Komponen limbah batang kelapa sawit Prayitno dan Darnoko (1994) menjelaskan bahwa pohon kelapa sawit yang akan diremajakan mempunyai tinggi 9-12 meter dengan diameter 45-65 cm yang diukur pada ketinggian 1,5 meter dari tanah. Bagian kulitnya mempunyai ketebalan sekitar 3-3,5 cm (Gambar 1). Kayu kelapa sawit terdiri atas serat dan parenkim. Kandungan parenkim ini meningkat pada bagian batang. Parenkim kelapa sawit bagian atas mengandung pati sampai 40% kadar air kayu kelapa sawit segar cukup tinggi sekitar 65%

Gambar 1. Penampang lintang kelapa sawit (foto oleh E. Bauker, 2005 dalam Erwinsyah, 2008) Pohon sawit tergolong famili palmae, mempunyai kayu dengan komposisi sel utama berupa jaringan pembuluh (vascular bundles) (Gambar 2) dan jaringan parenkim (Rahayu,2001). Jaringan pembuluh disusun/ terdiri atas jaringan serat, pembuluh penyalur makanan atau metaxylem (meta dan proto). Fungsi utama jaringan pembuluh adalah sebagai penyokong batang, dimana sel mengandung serabut tebal dan mengandung silika. Parenkim berdinding tipis dan mengandung karbohidrat yang tinggi (Coto, 2003). Gambar 2. Jaringan pembuluh (vascular bundles) dengan satu vessel (foto oleh E. Bauker, 2005 dalam Erwinsyah, 2008)

Lebih jelas berikut ini disajikan pada Gambar 3. Struktur anatomi bagian batang kelapa sawit secara makroskopis. Gambar 3. Jaringan mikroskopis vascular bundles batang sawit dan keberadaan parenkim, vessel, serat, dan phloem (foto oleh E. Bauker, 2005 dalam Erwinsyah, 2008) Jika dilihat pada arah longitudinal, maka struktur mikroskopis vascular bundles batang sawit dan keberadaan parenkim, vessel, serat, dan phloem terlihat dan tersaji pada Gambar 4. Gambar 4. Struktur mikroskopis vascular bundles batang sawit dan keberadaan parenkim, vessel dan serat dilihat dari arah longitudinal (foto oleh Erwinsyah, 2008)

Kelemahan batang kelapa sawit Batang sawit memeliki jumlah kekurangan : tidak kuat, tidak awet, mempunyai susut yang sangat besar dan seterusnya, sehingga tidak dapat digunakan dalam bentuk alami. Penggunaan batang sawit sebagai kayu solid setidaknya mempunyai empat kelemahan yaitu stabilitas dimensi rendah, kekuatan rendah, keawetan rendah, dan sifat permesinan jelek, sehingga dari dulu limbah batang sawit diabaikan, bahkan dianggap sebagai limbah mengganggu (Bakar,2003). Balfas (2003) menambahkan secara umum terdapat hal yang kurang menguntungkan dari kayu sawit dibandingkan kayu biasa diantaranya adalah: 1. Kandungan air pada batang segar sangat tinggi (dapat mencapai 500%). 2. Kandungan zat pati sangat tinggi (pada jaringan parenkim dapat mencapai (45 %) 3. Keawetan alami sangat rendah. 4. Kadar air kesetimbangan relatif tinggi. 5. Dalam proses pengeringan terjadi kerusakan parenkim yang disertai dengan perubahan dan kerusakan fisis secara berlebihan terutama pada bagian kayu berkerapatan rendah. 6. Dalam pengolahan mekanis batang sawit lebih cepat menumpulkan pisau, gergaji, dan amplas. 7. Kualitas permukaan kayu setelah pengolahan relatif lebih rendah. 8. Dalam proses pengerjaan akhir (finishing) memerlukan bahan yang lebih banyak.

Salah satu masalah serius dalam pemanfaatannya adalah sifat higroskopis yang berlebihan. Meskipun telah dikeringkan hingga kadar air tanur, batang sawit dapat kembali menyerap air dari udara hingga mencapai kadar air lebih dari 20%. Pada kondisi ini beberapa jenis cendawan dan jamur dapat tumbuh subur baik pada permukaan kayu maupun bagian dalam kayu sawit. Hal ini terutama sangat berhubungan dengan karakteristik kimia kayu sawit yang memiliki kandungan ekstraktif (terutama pati) yang lebih banyak dibandingkan kayu biasa. Persentase kandungan dan kelarutan karakteristik kimia kayu sawit lebih besar/banyak dibandingkan kayu biasa seperti agathis dan jati disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Karakteristik Kimia Kayu Sawit, Agathis, dan Jati. Sifat Kimia Sawit Agathis Jati Kandungan (%) Selulosa Lignin Pentosan Abu Silika Kelarutan (%) Alkohol-Benzen Air Dingin Air Panas 1 % NaOH 54,38 23,95 19,36 2,02 1,34 8,90 12,02 16,37 24,87 52,54 24,7 12,6 1,1 0,1 2,0 0,6 1,3 7,3 47,5 29,9 14,4 1,4 0,4 4,6 1,2 11,1 19,8 Sumber : Balfas (2003) Balfas (2003) juga mengatakan bahwa kayu sawit memiliki beberapa hal yang sangat menguntungkan dengan kayu biasa, diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Harga kayu atau biaya eksploitasi sangat rendah. 2. Warna kayu cerah dan lebih seragam. 3. Tidak mengandung mata kayu. 4. Relatif tidak memiliki anisoptropis

5. Mudah diberi perlakuan kimia 6. Mudah dikeringkan 7. Pada bagian atas cukup padat (kerapatan > 500 gr/cm 3 ) tidak dijumpai perubahan atau kerusakan yang berarti. Kayu Komersial yang Diperdagangkan Menurut Sitorus (2009), pemanfaatan kayu-kayu berkualitas baik seperti ulin, merbau, meranti, damar sangat sedikit dan terbatas. Hal ini diakibatkan oleh harga kayu-kayu tersebut cukup mahal dan stok kayu yang sedikit bahkan tidak ada disuplai lagi dari hutan. Jenis-jenis kayu yang ada di panglong hanya terdiri atas beberapa jenis kayu saja, jenis kayu yang dulunya yang jarang dipergunakan, saat ini banyak ditemukan di pasaran dan digunakan sebagai konstruksi bangunan serta keperluan lainnya. Adapun jenis kayu tersebut adalah kayu buah-buahan serta kayu hutan lainnya yang kurang awet serta beberapa jenis kayu dengan kelas kuat I-II. Kayu kayu yang beredar di pasaran dibagi dalam 5 kelas, yaitu: 1. Sembarang keras (SK) Kampung, merupakan jenis kayu yang berasal dari perkampungan penduduk baik itu yang tumbuh liar/alami maupun tanaman yang dibudidayakan seperti pohon buah-buahan, seperti durian (Durio zibethinus), nangka (Arthocarpus integra), rambutan (Nephelium lappaceum). 2. Sembarang keras (SK) hutan, jenis kayu campuran yang berasal dari hutan yang tumbuh secara alami dan bukan merupakan jenis tanaman yang sering dibudidayakan. Kayu SK Hutan adalah jenis kayu yang dulunya tidak komersial namun saat ini sudah dimanfaatkan karena stok kayu dari

hutan alam sangat terbatas. Seperti ingul/surian (Toona sureni Merr), mersawa (Anisoptera spp), rengas (Gluta rengas L). 3. Kayu meranti (Shorea spp), meranti batu (Shorea platyclados), meranti gembung (Shorea leprosula Mig), dan keruing (Dipterocarpus spp) 4. Kayu damar laut (Shorea spp Roxb). 5. Kayu merbau (Intsia spp), merupakan jenis kayu yang memiliki kualitas terbaik saat ini diperdagangkan di panglong. Jenis kayu merbau ini juga memiliki warna lebih gelap jika dibandingkan dengan jenis kayu lainnya. Banyak jenis kayu komersial yang disebutkan oleh Martawijaya et al (1981) dalam atlas kayu Indonesia tidak ditemukan atau diperdagangkan lagi, diantaranya adalah jenis kayu sungkai (Peronema canescens Jack), Eboni (Diospyros celebica Back) yang merupakan jenis kayu kelas kuat I-II. Kayu Lapis Kayu lapis juga dikenal dengan sebutan tripleks atau multipleks. Sesuai dengan namanya, kayu lapis terbentuk dari beberapa lapis lembaran kayu. Lembaran-lembaran tersebut direkatkan dengan tekanan tinggi dan menggunakan perekat khusus. Kayu lapis yang terdiri atas tiga lembar kayu disebut tripleks. Sedangkan yang terdiri atas lebih dari tiga lembar kayu, disebut multipleks. Jumlah lapisan ini harus selalu ganjil, sebab jumlah ganjil diyakini lebih kuat dibandingkan dengan genap (Annisa, 2008). Ketebalan kayu lapis bervariasi, mulai dari 3 mm, 4 mm, 9 mm, dan 18 mm. Sedangkan ukuran penampangnya adalah 120 cm x 240 cm. Kayu lapis bisa digunakan sebagai material untuk kitchen set, tempat tidur, lemari, atau meja (Annisa, 2008).

Menurut Haygreen dan Bowyer (1989), kayu lapis adalah produk panel dari vinir-vinir kayu yang direkatkan bersama sehingga serat sejumlah vinir tegak lurus dan lainnya sejajar sumbu panjang panel. Pada kebanyakan tipe kayu lapis, serat setiap dua lapisan sekali diletakkan sejajar yang pertama. Kayu lapis terdiri atas lapisan-lapisan vinir yang berjumlah ganjil (3, 5, 7, dst), tetapi ada juga kayu lapis kayu lunak yang terbuat dari 4 atau 6 lapisan vinir. Tsoumis (1991), mendefenisikan kayu lapis adalah produk panel yang dibuat dengan cara merekatkan lembaran vinir menjadi lembaran yang selangseling. Karakteristik kayu lapis ditunjukkan oleh permukaan serat yang sudutnya berturut-turut dengan baik, tetapi sering dibuat dengan merekatkan dua lembaran dengan serat yang paralel. Secara umum permukaan serat yang sudutnya berturutturut dengan baik, tetapi sering dibuat dengan merekatkan dua lembaran dengan serat yang paralel. Secara umum permukaan kayu lapis biasanya berjumlah tiga atau lima kadang-kadang tujuh atau sembilan lapis, tetapi boleh juga sama (empat atau lebih) saat kedua permukaan vinir secara paralel. Lembaran vinir dipilih menurut bentuk pembuatan kayu lapis dekoratif (furniture dan dinding panel) dipilih vinir dengan permukaan dari tingkatan mutu berdasarkan penampilan dan warna mengingat permukaan tengah dan belakang vinir tingkatannya menurun baik untuk jenis vinir yang sama atau jenis yang berbeda. Kayu lapis untuk maksud konstruksi pokok kriterianya adalah kekuatannya bukan penampilan dari produk (Panshin, 1980).

Bahan Baku Pembuatan Kayu Lapis Kayu lapis biasanya dibuat dari lapisan-lapisan kayu dan perekat yang sering digunakan adalah perekat formaldehida. Perekat formaldehida tentunya sangat berbahaya bagi kesehatan manusia, sehingga perlu dipikirkan untuk mencari perekat lainnya yang lebih aman untuk digunakan (Tsoumis, 1991). Proses Proses pembuatan kayu lapis dilakukan dengan mengoleskan campuran perekat pada permukaan vinir (lembaran kayu) kayu pertama dan merekatkannya dengan permukaan vinir kayu kedua begitu seterusnya hingga beberapa lapis. Setelah pelaburan selesai, dilakukan pengempaan dingin (cold press) vinir-vinir atau lembaran serat kayu yang telah direkatkan pada suhu ruang dengan durasi dan tekanan tertentu. Langkah berikutnya adalah pengempaan panas (hot press) vinir-vinir kayu yang sudah direkatkan tersebut pada suhu antara 100 0 120 0 C dengan durasi tekanan tertentu sehingga dihasilkan kayu lapis. Keteguhan rekat (shear strength) mencapai angka lebih besar dari 7 kilogram force per sentimeter persegi (kgf/cm 2 ). Angka ini menandakan bahwa kayu lapis memenuhi standar untuk interior I dan interior II, yaitu interior dengan tingkat kekuatan sedang dan kuat (Anonim, 2008). Gambar 6. Kayu lapis