ANALISIS DATA/INFORMASI PERENCANAAN PEMBANGUNAN KABUPATEN KAMPAR. Lapeti Sari Staf Pengajar Fakultas Ekonomi Universitas Riau ABSTRAK

dokumen-dokumen yang mirip
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

I. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara

VII. ANALISIS POTENSI PEREKONOMIAN LOKAL DI WILAYAH PEMBANGUNAN CIANJUR SELATAN

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006

Tabel-Tabel Pokok TABEL-TABEL POKOK. Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. itu pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan pendapatan perkapita serta. yang kuat bagi bangsa Indonesia untuk maju dan berkembang atas

III. METODOLOGI PENELITIAN. tujuan penelitian. Wilayah yang akan dibandingkan dalam penelitian ini

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH. karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun dapat

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi agar terus tumbuh dalam mendorong pertumbuhan sektor-sektor

I. PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan suatu daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan

I. PENDAHULUAN. suatu perekonomian dari suatu periode ke periode berikutnya. Dari satu periode ke

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. Katalog BPS :

II PENDAHULUAN PENDAHULUAN

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR. KATALOG BPS :

ANALISIS PENGEMBANGAN EKONOMI KABUPATEN SIAK

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

ANALISIS EKONOMI DAN SEKTOR UNGGULAN UNTUK PENGEMBANGAN HALMAHERA TENGAH

I. PENDAHULUAN. yang menyebabkan GNP perkapita (Gross National Product) atau pendapatan

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB I PENDAHULUAN. keuangan pusat dan daerah membawa implikasi mendasar terhadap. yang antara lain di bidang ekonomi yang meliputi implikasi terhadap

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia ( Sadono Sukirno, 1996:33). Pembangunan ekonomi daerah

8.1. Keuangan Daerah APBD

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM MENINGKATKAN PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN KEEROM TAHUN Chrisnoxal Paulus Rahanra 1

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat

BERITA RESMI STATISTIK

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola

BAB II KERANGKA TEORI DAN KONSEP. pendapatan perkapita riil penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Analisis Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

BAB 4 ANALISIS PENENTUAN SEKTOR EKONOMI UNGGULAN KABUPATEN KUNINGAN

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya pembangunan nasional di negara-negara berkembang. difokuskan pada pembangunan ekonomi dalam rangka upaya pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. institusi nasional tanpa mengesampingkan tujuan awal yaitu pertumbuhan

III. METODOLOGI PENELITIAN. sebuah penelitian. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Struktur

BAB I PENDAHULUAN. dan masyarakatnya mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada dan. swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang

BAB I PENDAHULUAN. atau suatu keharusan bagi kelangsungan pembangunan ekonomi dan peningkatan

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB SEKTORAL TAHUN 2013

V. ANALISIS SEKTOR-SEKTOR PEREKONOMIAN DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN KARIMUN

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan ekonomi dalam wilayah tersebut. Masalah pokok dalam pembangunan

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan

BAB VIII KERANGKA EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

Katalog BPS :

ANALISIS SEKTOR EKONOMI UNGGULAN PEREKONOMIAN KABUPATEN MALANG TAHUN

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sarana pembangunan, transportasi dan komunikasi, komposisi industri, teknologi,

BAB IV GAMBARAN UMUM. Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. bentuk kenaikan pendapatan nasional. Cara mengukur pertumbuhan ekonomi

KATA PENGANTAR. Lubuklinggau, September 2014 WALIKOTA LUBUKLINGGAU H. SN. PRANA PUTRA SOHE

BAB IV ANALISIS SUB SEKTOR POTENSIAL DALAM MENDUKUNG FUNGSI KOTA CILEGON

BAB I PENDAHULUAN. kota dan desa, antara pulau Jawa dengan luar Pulau Jawa maupun antara dua

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. membentuk kerja sama antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam jangka panjang yang disertai oleh perbaikan sisterm kelembagaan.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan proses perubahan sistem yang direncanakan

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KEBIJAKAN UMUM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (KU-APBD) TAHUN ANGGARAN 2016

III. METODOLOGI PENELITIAN. ini adalah wilayah penelitian Kota Bandar Lampung dengan wilayah. arah tersedianya pemenuhan kebutuhan masyarakat.

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

Lampiran 1. Peta Wilayah Administrasi Kabupaten Karo

BAB I PENDAHULUAN. dari definisi ini bahwa pembangunan ekonomi mempunyai tiga sifat penting

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Setiap upaya pembangunan ekonomi daerah mempunyai tujuan utama untuk. bersama-sama mengambil inisiatif pembangunan daerah.

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

ANALISA PERENCANAAN KEBUTUHAN TENAGA KERJA DI KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH

Pendapatan Regional / Product Domestic Regional Bruto

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN. pembentukan Gross National Product (GNP) maupun Produk Domestik Regional

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BPS PROVINSI MALUKU PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU PDRB MALUKU TRIWULAN IV TAHUN 2013 TUMBUH POSITIF SEBESAR 5,97 PERSEN

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

BAB I PENDAHULUAN. upaya mencapai tingkat pertumbuhan pendapatan perkapita (income per capital) dibandingkan laju pertumbuhan penduduk (Todaro, 2000).

I. PENDAHULUAN. dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Dengan kata lain, perkembangannya

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKANKEUANGAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah tidak lepas dari pembangunan. yang dimiliki oleh daerahnya. Pembangunan nasional dilakukan untuk

EVALUASI DAMPAK PEMBANGUNAN EKONOMI BAGI KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DI WILAYAH KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2003 Oleh: Irma Suryahani 1) dan Sri Murni 2)

A. Proyeksi Pertumbuhan Penduduk. Pertumbuhan Penduduk

I.PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan sebagai perangkat yang saling berkaitan dalam

Transkripsi:

ANALISIS DATA/INFORMASI PERENCANAAN PEMBANGUNAN KABUPATEN KAMPAR Lapeti Sari Staf Pengajar Fakultas Ekonomi Universitas Riau ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah menghitung berbagai indikator pokok yang dapat dijadikan dasar dalam penyusunan perencanaan pembangunan ekonomi daerah. Indikator tersebut diantaranya pertumbuhan ekonomi, sektor basis, shift share, produktivitas lahan dan tenaga kerja serta kapasitas fiskal daerah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kampar masih ditopang oleh sektor primer seperti pertanian dan pertambangan. Diharapkan dengan terus meningkatnya kapasitas fiskal daerah dapat meningkatkan kegiatan pembangunan yang dapat mendorong berkembangnya sektor rill yang mampu meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi. Sehingga pertumbuhan ekonomi yang terjadi bukan karena eksploitasi sumberdaya alam tetapi didorong oleh peningkatan produktifitas tenaga kerja. Keywords : pertumbuhan ekonomi, LQ, Shift Share dan Kapasitas Fiskal Daerah. 31

1. PENDAHULUAN Sejak otonomi daerah diberlakukan, kebutuhan akan data dan informasi yang akurat, mutakhir, dan dapat diperoleh secara cepat makin dirasakan. Pemerintah pusat dan daerah selalu membutuhkan data dan informasi untuk membantu Pemerintah Daerah dalam melakukan perencanaan pembangunan dan menyelenggaraan pemerintahan daerah. Sehubungan dengan hal tersebut, terkait dalam perencanaan dan pembangunan ekonomi sangat dibutuhkan data/informasi yang merekam tentang hasilhasil pembangunan ekonomi yang telah dilaksanakan. Dengan tersedianya data/informasi tentang pembangunan ekonomi, diharapkan daerah dapat menyusun pangkalan data (database) yang berkualitas baik, lengkap, dan terstruktur. Dengan demikian maka daerah dapat dengan mudah dan cepat melihat peluang investasi dan potensi daerahnya untuk meningkatkan perekonomiannya, yang pada akhirnya akan memberdayakan daerah di era otonomi ini. Pemberlakuan Undangundang No. 22/1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Undangundang No. 25/1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pusat dan Daerah yang kemudian direvisi menjadi Undang Undang Nomor 32 dan 33 tahun 2004 merupakan salah satu langkah strategis yang harus dikaji dengan seksama. Dengan pemberlakuan kedua undangundang tersebut, paradigma manajemen pemerintah daerah mengalami pergeseran yang sangat drastis, yaitu dari yang sebelumnya serba sentralistis menuju sistem yang desentralistis. Dalam situasi demikian, pemerintah daerah dituntut dapat memanfaatkan sumber daya (resources) yang ada di daerahnya masingmasing secara lebih optimal. Dengan demikian, perlu ada perumusan kembali strategi melalui implementasi sistem perencanaan yang lebih komprehensif dan sistematis. Bagaimanakah wujud strategi perencanaan yang sistematis dan komprehensif? Langkah awal yang harus dilakukan adalah melengkapi setiap tahapan perencanaan dengan data yang akurat. Akurat berarti valid, yaitu data tersebut benarbenar mengukur dengan sebenarnya apa yang harus diukur. Data yang akurat tidak hanya diartikan dari sisi pengadaannya, melainkan juga dari sisi penyajiannya, yaitu bagaimana data tersebut ditampilkan. Dengan demikian maka tampilan data yang akurat dan terstruktur itu dapat dengan mudah digunakan sebagai landasan penyusunan perencanaan daerah yang baik. Data untuk perencanaan 32

pembangunan dapat berasal dari berbagai sumber: Ada yang dari instansi pemerintah yang melakukan pencatatan rutin, ada yang berupa hasil survei atau sensus yang dilakukan oleh pihakpihak tertentu. Banyak data normatif tentang hasilhasil pembangunan telah ditampilkan dalam publikasi BPS Daerah (Provinsi atau Kabupaten/Kota). Akan tetapi, untuk kebutuhan data/informasi perencanaan pembangunan ekonomi, data yang dipublikasi BPS tersebut sering kali belum cukup. Banyak sekali data, yang terkait dengan lembaga sektoral, masih belum terpublikasi. Guna memberikan analisis yang lebih komprehensif tentang analisis data/informasi perencanaan pembangunan ekonomi di Kabupaten Kampar, maka lingkup analisis kegiatan ini meliputi struktur perekonomain daerah, laju pertumbuhan ekonomi daerah, potensi ekonomi daerah, laju pertumbuhan penduduk, tingkat kemakmuran kasar, kapasitas fiskal daerah, kualitas sumberdaya manusia, pengelompokkan pembangunan daerah. selanjutnya untuk mengetahui perkembangan dan prospek perekonomian kabupaten kampar pada masa mendatang, akan dilakukan proyeksi kondisi ekonomi makro kabupaten kampar yang terkait dengan faktor penentu pertumbuhan ekonomi daerah, proyeksi pertumbuhan ekonomi daerah, proyeksi tingkat pembangunan ekonomi daerah, perkiraan kebutuhan investasi daerah. Dengan diketahuinya kondisi existing dan proyeksi perekonomian kabupaten kampar, maka dapat di rekomendasikan strategi dan kebijakan, serta prioritas pembangunan daerah yang harus dilaksanakan dibidang ekonomi. Dalam rangka melakukan pengelolaan sumbersumber ekonomi daerah tersebut secara efisien dan tepat guna diperlukan penyusunan perencanaan pembangunan ekonomi yang baik, terarah dan terukur. Untuk keperluan ini, dirasakan sangat perlu untuk melakukan Kajian Penyusunan dan Analisis Data Perencanaan Pembangunan Ekonomi. Hasil kajian ini nantinya akan sangat bermanfaat untuk memberikan dukungan data dan analisis dalam penyusunan berbagai dokumen perencanaan pembangunan yang diperlukan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Kampar sesuai dengan ketentuan berlaku. 33

2. METODE PENELITIAN Metodologi penelitian yang diperlukan dalam kajian ini meliputi dua hal yaitu: metode analisis dan metode pengumpulan data serta informasi yang satu sama lainnya saling berkaitan. Metode analisis menyangkut dengan teknik kuantitatif yang diperlukan dalam melakukan pengukuran dan analisis dari aspek utama sesuai dengan tujuan penelitian ini. Sedangkan metode pengumpulan data dan informasi menyangkut dengan teknik dan sistem yang akan digunakan dalam memperoleh atau mengumpulkan data dan informasi yang dibutuhkan untuk melakukan analisis, baik yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Metode Analisis Metode analisis yang dimaksudkan disini adalah menyangkut dengan beberapa teknik dan metode pengukuran yang akan digunakan dalam studi ini sesuai dengan ruang lingkup studi. Pada satu pihak hal ini perlu ditetapkan agar dapat diketahui dengan jelas jenis formula yang akan digunakan dalam melakukan analisis. Sedangkan dipihak lain, metode analisis ini juga diperlukan agar dapat diketahui dengan jelas data yang diperlukan dalam melakukan analisis nantinya. Metode analisis yang akan digunakan dalam kajian ini adalah sebagai berikut: a. Kontribusi Pertumbuhan Ekonomi Kontribusi pertumbuhan ekonomi dapat dihitung dengan menggunakan formula sederhana sebagai berikut: K i = r i s i (2) Dimana, r i pertumbuhan PDRB sektor i dan s i kontribusi sektor tersebut dalam PDRB daerah bersangkutan. Hasil perhitungan akan keluar dalam bentuk persentase karena nilai r i dan s i juga dalam persentase. Hasil analisis ini akan dapat pula digunakan untuk mendukung perumusan prioritas dan kebijakan pembangunan daerah Kabupaten Kampar. 34

b. Location Quotient indek Location Quotient menggunakan formula sebagai berikut: LQ ij = y ij / i y ij : j y ij / i j y ij, 0 <LQ ij < 1 (1) Dimana y ij adalah nilai tambah produksi dan usaha sektor/subsektor i di wilayah j. Sedangkan pengertian dari hasil perhitungan yang diperoleh nantinya adalah sebagai berikut: bila LQ ij >1, maka komoditi dan usaha tersebut mempunyai Keuntungan Kompetitif tinggi (unggul) dan demikian pula sebaliknya bila LQ ij <1. c. Analisis ShiftShare Analisis ShiftShare sebagaimana terdapat pada berbagai buku text, antara lain adalah John P. Blair (1991) dengan formulasi sebagai berikut: y i = y i (Y t /Y o 1) + y i (Y i t / Y i o ) (Y t / Y o ) y i (y i t / y i o ) ( Y i t / Y i o ) (3) dimana y i = perobahan nilai tambah sektor i y o i t y i Y o i t Y i = nilai tambah sektor i di tingkat daerah pada tahun awal periode = nilai tambahan sektor i di tingkat daerah pada akhir periode = nilai tambahan sektor i di tingkat nasional pada awal periode = nilai tambahan sektor i di tingkat nasional pada akhir periode. Persamaan di atas menunjukkan bahwa peningkatan nilai tambah suatu sektor di tingkat daerah dapat diuraikan (decompose) atas 3 bagian. Bagian pertama pada sisi kiri persamaan tersebut adalah: 35

(1) Regional Share: [y i (Y t /Y o 1)] adalah merupakan komponen pertumbuhan ekonomi daerah yang disebabkan oleh faktor luar yaitu: peningkatan kegiatan ekonomi daerah akibat kebijaksanaan nasional yang berlaku pada seluruh daerah. t (2) Proportionality Shift (Mixed Shift): [y i (Y i /Y o i ) (Y t /Y o )] adalah komponen pertumbuhan ekonomi daerah yang disebabkan oleh struktur ekonomi daerah yang baik, yaitu berspesialisasi pada sektor yang pertumbuhannya cepat seperti sektor industri. t (3) Differential Shift: [y i (y i / y o i ) ( Y t i / Y o i ) adalah komponen pertumbuhan ekonomi daerah karena kondisi spesifik daerah yang bersifat kompetitif. Unsur pertumbuhan inilah yang merupakan Keuntungan Kompetitif daerah yang dapat mendorong pertumbuhan ekspor daerah. Dengan menghitung persamaan ini akan dapat diketahui komponen atau unsur pertumbuhan yang mana yang telah mendorong pertumbuhan ekonomi daerah. Nilai masingmasing komponen dapat saja negatif atau positif, tetapi jumlah keseluruhan akan selalu positif, bila pertumbuhan ekonomi juga positif. Demikian pula sebaliknya bila ekonomi daerah pertumbuhannya negatif seperti halnya terjadi pada tahun 1998 pada waktu terjadinya puncak krisis ekonomi nasional. Selanjutnya, untuk memudahkan menarik kesimpulan, nilai masingmasing komponen dapat dijadikan dalam bentuk persentase. d. Produktifitas Lahan dan Tenaga Kerja Pengukuran produktifitas dapat dilakukan menggunakan dua formula berikut: V L = Q/L dan V T = Q/T (4) Dimana V L dan V T masingmasingnya adalah produktifitas lahan dan produktifitas tenaga kerja, Q adalah nilai produksi dan L serta T adalah luas lahan dan jumlah tenaga kerja yang digunakan. 36

e. Kapasitas Fiskal Daerah Kapasitas fiskal daerah adalah merupakan kemampuan keuangan daerah yang benarbenar dapat digunakan untuk mendanai program dan kegiatan pembangunan daerah. Dalam formulasi sederhana dapat ditulis sebagai berikut: KFD = (PAD+Dana Perimbangan) Belanja Aparatur (5) Metode Pengumpulan Data Mengingat ruang lingkup analisis pada studi cukup luas, maka kebanyakan data yang diperlukan adalah dalam bentuk data sekunder. Data sekunder yang diperlukan berasal dari Badan Pusat Statistik (BPS), laporan dinas dan instansi serta beberapa literatur dan hasil penelitian terkait. Data primer yang diperlukan diupayakan memperolehnya dari hasil studi lapangan yang telah dilakukan oleh sebelumnya. Bila sangat diperlukan, data primer dapat pula diperoleh dalam bentuk informasi kualitatif dari hasil studi yang telah dilakukan sebelumnya atau melalui survei lapangan. Survei ini dilakukan melalui wawancara dan observasi langsung ke lokasi usaha dan kegiatan. Sedangkan responden yang akan diwawancarai ditentukan secara Proposive Random Sampling yang jumlahnya ditentukan kemudian setelah perhitungan LQ dilakukan dan mempertimbangkan biaya yang tersedia. 3. ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Laju Pertumbuhan Ekonomi Daerah Laju pertumbuhan ekonomi merupakan suatu indikator makro yang menggambarkan tingkat pertumbuhan ekonomi. Indikator ini biasanya digunakan untuk menilai sampai seberapa jauh keberhasilan pembangunan suatu daerah dalam periode waktu tertentu. Indikator ini dapat pula dipakai untuk menentukan arah kebijaksanaan pembangunan yang akan datang. Untuk mengukur besarnya laju pertumbuhan tersebut dapat dihitung dari data PDRB atas dasar harga konstan. Pertumbuhan ekonomi daerah saat ini sebagian besar bersumber dari peningkatan konsumsi baik pemerintah maupun 37

masyarakat. Pertumbuhan ekonomi daerah yang didorong oleh konsumsi sulit dijaga keberlangsungan dan kestabilannya. Pertumbuhan ekonomi daerah seperti itu tidak menunjukkan struktur perekonomian daerah yang kuat. Selain itu, pertumbuhan ekonomi yang mengandalkan konsumsi akan kurang menciptakan nilai tambah dan memicu peningkatan inflasi. Dalam upaya menciptakan pertumbuhan yang lebih berkualitas dan berkelanjutan, perekonomian daerah perlu didukung oleh kegiatan investasi di sektor produktif dan jasa. Sehingga kegiatan investasi yang dilaksanakan mampu meningkatkan GNP Riil yang tercermin dari peningkatan standar pendapatan dan tingkat output produksi yang dihasilkan. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kampar tahun 2001 sampai 2006 menunjukkan kondisi yang fluktuatif. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kampar pada tahun 2001 sebesar 7,13% dan pada tahun 2002 pertumbuhan ekonomi turun menjadi 7,03% kemudian di tahun 2003 pertumbuhannya meningkat menjadi 7,06% namun masih berada dibawah pertumbuhan ekonomi Kabupaten tahun 2001. selanjutnya pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kampar antara tahun 20042006 terus menunjukkan peningkatan, dimana pada tahun 2004 ekonomi tumbuh sebesar 7,28% dan meningkat menjadi 7,33% pada tahun 2005. Demikian juga pada tahun 2006 perekonomian Kabupaten Kampar terus menunjukkan peningkatan yang ditunjukkan dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi sebesar 7,71%. Sehingga selama periode tersebut pertumbuhan ekonomi tertinggi terjadi pada tahun 2006 yaitu sebesar 7,71% dan pertumbuhan ekonomi yang terendah terjadi pada tahun 2002 yaitu sebesar 7,03%. Perekonomian daerah secara umum ditunjukkan oleh angka Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Angka ini menggambarkan nilai tambah bruto / nilai output akhir yang dihasilkan melalui produksi barang dan jasa oleh unitunit produksi pada suatu daerah dalam periode tertentu. Perekonomian suatu daerah dikatakan mengalami pertumbuhan bila terdapat peningkatan nilai tambah dari hasil produksi barang dan jasa pada periode tertentu, atau dengan kata lain bahwa pertumbuhan ekonomi daerah tercermin melalui pertumbuhan angka PDRB. Agar diperoleh gambaran tentang pertumbuhan ekonomi secara riil, maka digunakan angka PDRB atas dasar harga konstan. Perkembangan 38

pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kampar sejak tahun 2001 sampai dengan 2006 cukup menggembirakan. Pertumbuhan ini telah menunjukkan trend yang meningkat dari tahuntahun sebelumnya. Tabel 1 : Pertumbuhan Ekonomi dan Sektor Tanpa Migas Kabupaten Kampar Tahun 20012006 LAPANGAN USAHA 2001 2002 2003 2004 2005 2006 1. Pertanian 7,04 6,30 6,10 6,48 7,14 6,69 A. Tanaman Bahan Makanan 4,39 4,09 2,05 2,00 2,60 2,76 B. Tanaman Perkebunan 8,73 9,07 8,96 9,43 9,68 8,90 C. Peternakan Dan HasilHasilnya 4,21 5,07 2,55 5,22 6,77 7,88 D. Kehutanan 6,47 3,65 4,17 3,79 4,95 4,27 E. Perikanan 5,23 3,53 6,67 10,36 7,02 6,78 2. Pertambangan & Penggalian 8,44 10,78 12,12 12,42 8,35 13,72 3. Industri Pengolahan 9,49 8,73 8,58 8,68 6,77 8,31 4. Listrik, Gas & Air Bersih 3,82 5,65 3,34 3,46 4,36 5,74 6. Perdagangan, Hotel & Restoran 4,54 5,79 10,38 9,31 9,70 9,54 7. Pengangkutan & Komunikasi 10,11 11,45 12,74 8,94 8,76 8,93 8. Keu. Persewaan, & Jasa Perusahaan 6,96 8,92 12,15 13,62 12,22 10,64 9. JasaJasa 8,25 8,51 5,41 7,19 6,37 7,96 TANPA MIGAS 7,13 7,03 7,06 7,28 7,33 7,71 Sumber : Diolah dari PDRB Kabupaten Kampar Tahun 20002006 Secara sektoral menunjukkan bahwa sektor pengangkutan yang pada tahun 2001 tumbuh sebesar 10,11% dan pada tahun 2006 hanya mampu tumbuh sebesar 8,93%. Selanjutnya disusul sektor industri tumbuh sebesar 9,49% tahun 2001, sementara tahun 2006 hanya mampu tumbuh sebesar 8,31%. Disusul oleh sektor pertambangan yang pada tahun 2001 tumbuh sebesar 8,44% kemudian pada tahun 2006 sektor ini mampu tumbuh sebesar 13,72%. Sektor Jasa pada tahun 2001 mencapai pertumbuhan sebesar 8,25% sedangkan pada tahun 2006 hanya mampu tumbuh sebesar 7,96%. Sektor pertanian yang merupakan penyumbang terbesar pembentukan PDRB Kabupaten Kampar tumbuh sebesar 7,04% pada tahun 2001 dan pada tahun 2006 mampu tumbuh mencapai sebesar 6,69%. Sementara itu sektor keuangan dan bank yang pada tahun 2001 tumbuh sebesar 6,96 persen dan pada tahun 2006 pertumbuhannya meningkat menjadi sebesar 10,64%. 39

B. Potensi Unggulan (Sektor Basis) Hasil perhitungan Index Location Quotient memperlihatkan bahwa sektor pertanian sangat potensial untuk dikembangkan adalah perkebunan dengan nilai LQ ratarata sebesar 2,17. Sedangkan sektor lainnya pada umumnya berada dibawah angka 1 yang berarti bukan basis. Tabel 2 : Hasil Perhitungan Index Location Quotient Menurut Sektor dan Sub Sektor di Kabupaten Kampar Tahun 20042006 No Sektor/Sub Sektor 2004 2005 2006 RataRata 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Pertanian a. Tanaman bahan makanan b. Tanaman perkebunan c. Peternakan dan hasilhasilnya d. Kehutanan e. Perikanan Pertambangan a. Minyak dan gas bumi b. Pertambangan tanpa migas c. Penggalian Industri Pengolahan a. Industri Migas b. Industri Tanpa Migas Listrik dan Air Minum a. Listrik b. Air bersih Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran a. Perdagangan besar dan eceran b. Hotel c. Restoran dan rumah makan Pengangkutan dan Komunikasi a. Pengangkutan Angkutan darat Angkutan laut Angkutan udara Jasa penunjang angkutan b. Komunikasi Keu. Persewaan, dan Jasa Perush. a. Bank b. Lembaga Keuangan Tanpa Bank c. Sewa bangunan d. Jasa perusahaan JasaJasa a. Pemerintahan Umum b. Swasta c. Sosial kemasyarakatan d. Hiburan dan rekreasi e. Perorangan dan rumah tangga 1.50 1.50 2.15 1.57 1.20 0.27 0.99 0.96 0.52 0.33 0.48 0.23 0.20 0.35 0.66 0.61 0.62 0.11 0.51 0.57 0.63 0.89 0.08 0.06 0.52 0.03 0.63 0.70 0.14 0.80 0.82 0.72 9.07 0.46 0.75 1.53 1.52 2.18 1.58 1.21 0.27 0.97 0.95 0.52 0.34 0.47 0.22 0.19 0.36 0.65 0.62 0.63 0.11 0.51 0.57 0.63 0.89 0.09 0.06 0.50 0.03 0.63 0.72 0.14 0.80 0.82 0.71 9.02 0.45 0.73 1.55 1.54 2.18 1.61 1.23 0.26 0.97 0.95 0.53 0.35 0.47 0.22 0.19 0.37 0.65 0.61 0.62 0.10 0.51 0.57 0.64 0.90 0.10 0.06 0.48 0.03 0.63 0.74 0.14 0.79 0.81 0.71 9.06 0.44 0.73 1.53 1.52 2.17 1.59 1.21 0.27 0.98 0.96 0.52 0.34 0.47 0.22 0.19 0.36 0.65 0.62 0.63 0.11 0.51 0.57 0.64 0.89 0.09 0.06 0.50 0.03 0.63 0.72 0.14 0.80 0.82 0.71 9.05 0.45 0.74 Sumber : Diolah Dari Data Kampar Dalam Angka 2006 40

C. Analisis Shift Share Analisis ini menggunakan metode pengisolasian berbagai faktor yang menyebabkan perubahan struktur industri suatu daerah dalam perubahannya dari satu kurun waktu ke kurun waktu berikutnya. Hal ini meliputi penguraian faktor penyebab pertumbuhan berbagai sektor di Kabupaten Kampar tetapi dalam kaitannya dengan ekonomi Provinsi Riau. Ada juga yang menamakan model analisis ini sebagai industrial mix analisys, karena komposisi industri yang ada sangat mempengaruhi laju pertumbuhan wilayah tersebut. Tabel 3 : Hasil Perhitungan Analisis Shift Share Kabupaten Kampar Tahun 20002006 LAPANGAN USAHA Regional Share Proportional Shift Differrential Shift Shift Share 1. PERTANIAN 282.984,73 356.767,6906 30.318,73 670.071,15 a. Tanaman Bahan Makanan 42.425,57 2.700,4523 1.476,91 41.202,03 b. Tanaman Perkebunan 129.212,92 238.627,6687 81.193,51 449.034,10 c. Peternakan dan Hasilhasilnya 15.737,83 15.431,5255 2.528,48 28.640,87 d. Kehutanan 90.960,75 105.883,1640 56.565,47 140.278,45 e. Perikanan 4.647,67 8.219,8392 1.951,82 10.915,69 2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 846.972,99 804.601,8387 92.463,76 50.092,61 a. Minyak dan Gas Bumi 830.716,60 822.559,8926 129.238,33 121.081,62 b. Pertambangan tanpa Migas c. Penggalian 16.256,38 48.550,2804 6.182,35 70.989,01 3. INDUSTRI PENGOLAHAN 34.460,08 32.234,5665 41.862,75 108.557,40 a. Industri Migas b. Industri Tanpa Migas 34.460,08 91.468,7171 17.371,40 108.557,40 4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 565,18 968,9672 695,37 838,78. a. Listrik 414,27 843,5637 608,55 649,28. b. Air Bersih 150,92 45,9623 7,38 189,50 5. BANGUNAN 21.288,20 46.579,4699 24.932,57 42.935,10 6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 45.718,70 131.429,2805 37.969,10 139.178,88 a. Perdagangan Besar & Eceran 45.012,36 129.451,9233 37.766,20 136.698,08 b. Hotel 138,24 380,4510 161,74 356,95 c. Restoran 568,10 1.666,9002 111,15 2.123,85 7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 13.232,19 44.230,0071 5.045,88 52.416,32 a. Pengangkutan 13.123,17 28.675,6100 9.707,68 51.506,46 b. Komunikasi 109,02 783,3606 17,49 909,87 8. KEU. PERSEWAAN, & JASA PERUSAHAAN 4.451,22 25.351,0191 10.870,22 18.932,02 9. JASAJASA 36.047,01 75.931,0881 16.678,94 95.299,16 JUMLAH 1.285.720,30 91.109,7497 116.474,35 1.078.136,20 Sumber : Diolah dari PDRB Harga Konstan tahun 2000 Kabupaten Kampar dan Provinsi Riau tahun 20002006 41

Dari hasil perhitungan di atas berdasarkan analisis secara global, diketahui bahwa total pertambahan PDRB Kabupaten Kampar selama tahun 20002006 yaitu sebesar Rp. 1.078.136,20 juta. Pertumbuhan ekonomi daerah tersebut yang disebabkan oleh faktor luar yaitu sebesar 119,25%, sedangkan yang disebabkan oleh perbaikan struktur ekonomi daerah (8,45%) dan kondisi spesifik daerah yang kompetitif (10,80%) belum merupakan faktor menentu peningkatan nilai tambah Kabupaten Kampar. Dengan demikian faktor utama yang menentukan pertumbuhan ekonomi daerah Kabupaten Kampar selama tahun 20002006 lebih disebabkan oleh faktor luar yaitu peningkatan kegiatan ekonomi daerah akibat kebijakan nasional yang berlaku pada seluruh daerah. Tabel 4 : Persentase Hasil Perhitungan Analisis Shift Share Kabupaten Kampar Tahun 20002006 LAPANGAN USAHA Regional Proportional Differrential Shift Share Shift Shift Share 1. PERTANIAN a. Tanaman Bahan Makanan b. Tanaman Perkebunan c. Peternakan dan Hasilhasilnya d. Kehutanan e. Perikanan 2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN a. Minyak dan Gas Bumi b. Pertambangan tanpa Migas c. Penggalian 3. INDUSTRI PENGOLAHAN a. Industri Migas b. Industri Tanpa Migas 4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH. a. Listrik. b. Air Bersih 5. BANGUNAN 6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN a. Perdagangan Besar & Eceran b. Hotel c. Restoran 7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI a. Pengangkutan b. Komunikasi 8. KEU. PERSEWAAN, & JASA PERUSAHAAN 9. JASAJASA 42,23 102,97 28,78 54,95 64,84 42,58 1.690,81 686,08 22,90 31,74 31,74 67,38 63,80 79,64 49,58 32,85 32,93 38,73 26,75 25,24 25,48 11,98 23,51 37,83 53,24 6,55 53,14 53,88 75,48 75,30 1.606,23 679,34 68,39 29,69 84,26 115,52 129,92 24,25 108,49 94,43 94,70 106,58 78,48 84,38 55,67 86,10 133,91 79,68 4,52 3,58 18,08 8,83 40,32 17,88 184,59 106,74 8,71 38,56 16,00 82,90 93,73 3,89 58,07 27,28 27,63 45,31 5,23 9,63 18,85 1,92 57,42 17,50 JUMLAH 119,25 8,45 10,80 Sumber : Diolah dari PDRB Harga Konstan tahun 2000 Kabupaten Kampar dan Provinsi Riau tahun 20002006 42

Dilihat menurut sektor, pertumbuhan sektor pertanian lebih disebabkan oleh struktur ekonomi yang baik yaitu sebesar 53,24, dan disebabkan oleh faktor luar yaitu sebesar 42,23%, serta karena kondisi spesifik daerah Kabupaten Kampar yang bersifat kompetitif yaitu sebesar 4,52%. Pada sektor perdagangan pertumbuhan ekonomi lebih ditentukan oleh faktor luar (32,85%) dan membaiknya struktur ekonomi Kabupaten Kampar (94,43%), sedangkan kondisi spesifik daerah yang bersifat kompetitif ( 27,28%) belum turut menentukan pertumbuhan ekonomi. Sedangkan pada sektor industri pertumbuhannya lebih ditentukan oleh kondisi spesifik daerah yang kompetitif yaitu sebesar 38,56%, dan yang ditentukan oleh faktor luar yaitu sebesar 31,74%, serta membaiknya struktur ekonomi yaitu sebesar 26,69%. D. Produktivitas Lahan dan Tenaga Kerja Luas lahan yang diusahakan untuk kegiatan pertanian pada tahun 2000 di Kabupaten Kampar yaitu seluas 313.820,29 Ha yang mampu menghasilkan produksi pertanian sebanyak 434.168,60 ton dengan komoditas pertanian yang dihasilkan seperti palawija, sayursayuran, buahbuahan dan perkebunan. Sampai dengan tahun 2006 luas lahan pertanian yang diusahakan yaitu mencapai seluas 666.753 Ha, yang terdiri dari lahan palawija seluas 3.965,00 Ha, lahan sayursayuran seluas 2.805,00 Ha, lahan buahbuahan seluas 431.153,00 Ha. Sedangkan lahan perkebunan luasnya mencapai seluas 228.825,00 Ha. Dari luas lahan panen tersebut produksi pertanian yang mampu dihasilkan yaitu sebesar 188.266,37 ton. Kemudian pada tahun 2007 kondisi pertanian di Kabupaten Kampar terus menunjukkan peningkatan terutama untuk komoditas palawija luas lahan panen meningkat menjadi seluas 5.462,00 Ha, luas sayursayuran meningkat menjadi 4.758,00 Ha dan luas tanaman buahbuahan menjadi seluas 553.568,00 Ha. Produksi yang mampu dihasilkan untuk tanaman palawija yaitu sebanyak 28.058,27 ton, sayursayuran produksinya meningkat menjadi sebanyak 38.614,36 ton dan buahbuahan produksinya meningkat tajam menjadi sebanyak 4.375.995,00 ton. 43

Tabel 5 : Produksi dan Luas Lahan Palawija, Sayursayuran, Buahbuahan dan Perkebunan di Kabupaten Kampar Tahun 20002007 Komoditas Produksi (Ton) Luas Lahan (Ha) Tahun 2000 Palawija SayurSayuran BuahBuahan Perkebunan Tahun 2005 Palawija SayurSayuran BuahBuahan Perkebunan Tahun 2006 Palawija SayurSayuran BuahBuahan Perkebunan Tahun 2007 Palawija SayurSayuran BuahBuahan Perkebunan 16.357,60 1.396,20 30.046,80 386.368,00 22.663,65 27.686,00 8.980,70 1.062.636,00 24.957,44 27.666,01 9.327,92 126.315,00 28.058,27 38.614,36 4.375.995,00 3.037,95 1.366,00 7.571,34 301.845,00 3.947,00 2.593,00 2.113,71 369.215,00 3.965,00 2.805,00 431.153,00 228.825,00 5.462,00 4.758,00 553.568,00 Sumber : Tahun 2000 2006 Kampar Dalam Angka, Tahun 2007 Statistik Pertanian Kabupaten Kampar. Produktivitas lahan palawija pada tahun 2000 sebesar 5,384 ton/ha sampai pada tahun 2005 meningkat menjadi 5,742 ton/ha dan ditahun 2006 produktivitasnya terus meningkat menjadi sebesar 6.294 ton/ha. Namun demikian pada tahun 2007 produktivitas lahan palawija turun menjadi 5,137 ton/ha. Produktivitas lahan sayursayuran trendnya terus menunjukkan penurunan hanya dari tahun 2000 ke tahun 2005 yang mengalami peningkatan yaitu dari 1,022 ton/ha menjadi 10,677 ton/ha. Di tahun 2006 dan 2007 produktivitas lahan sayursayuran masingmasing turun menjadi 9,863 ton/ha dan 8,116 ton/ha. Sedangkan produktivitas lahan buahbuahan berfluktuatif yaitu dari 3,968 ton/ha tahun 2000 meningkat menjadi 4,248 ton/ha di tahun 2005 dan produktivitasnya kembali turun di tahun 2006 menjadi sebesar 0,022 ton/ha, lalu produktivitasnya kembali meningkat di tahun 2007 menjadi sebesar 7,905 ton/ha. 44

Tabel 6 : Produktivitas Lahan Palawija, SayurSayuran, BuahBuahan dan Perkebunan di Kabupaten Kampar Tahun 20002007 Tahun 2000 Palawija SayurSayuran BuahBuahan Perkebunan Komoditas Produktivitas (Ton/Ha) 5,384 1,022 3,968 1,280 Tahun 2005 Palawija SayurSayuran BuahBuahan Perkebunan Tahun 2006 Palawija SayurSayuran BuahBuahan Perkebunan Tahun 2007 Palawija SayurSayuran BuahBuahan Perkebunan 5,742 10,677 4,249 2,888 6,294 9,863 0,022 0,552 5,137 8,116 7,905 Sumber : Diolah dari data produksi dan luas lahan palawija, sayursayuran, buahbuahan, dan perkebunan Kabupaten Kampar. Produktifitas tenaga kerja merupakan kemampuan menghasilkan output pertenaga kerja. Dengan kualitas dan tingkat keterampilan sumberdaya manusia yang rendah, maka produktifitas tenaga kerja menjadi rendah. Hal ini dapat dilihat dari upah (Rupiah) yang diterima pertenaga kerja. Produktifitas tenaga kerja tidak sama antarsektor ekonomi. Sektor pertanian umumnya mempunyai produktifitas yang rendah, tetapi merupakan basis kepala keluarga yang cukup luas di Kabupaten Kampar. Sektor industri umumnya mempunyai produktifitas tinggi, sedangkan sektor jasa produktifitasnya relatif rendah karena banyaknya sektor informal. 45

Tabel 7 : Produktivitas Tenaga Kerja Menurut Sektor di Kabupaten Kampar Tahun 2000 dan 2006 Lapangan Usaha 2000 2006 1. Pertanian 2. Pertambangan & Penggalian 3. Industri Pengolahan 4. Listrik, Gas & Air Bersih 5. Bangunan 6. Perdagangan, Hotel & Restoran 7. Pengangkutan & Komunikasi 8. Keu. Persewaan, & Jasa Perusahaan 9. JasaJasa 16.872.629,92 53.894.937,11 35.617.818,78 14.640.229,96 10.345.519,72 19.872.190,86 36.378.161,19 9.604.048,22 18.309.197,52 93.402.212,01 255.410.327,05 2.241.016,93 9.205.373,24 12.708.796,10 15.008.266,20 40.019.985,85 10.777.535,25 Produktivitas RataRata 15.989.866,44 20.171.523,64 Sumber : Diolah Dari Susenas Provinsi Riau dan PDRB Kampar tahun 2000 dan 2006 Kualitas produktifitas tenaga kerja di Kabupaten Kampar cenderung meningkat, dimana pada tahun 2000 produktivitas tenaga kerja sebesar Rp 15.989.866,44 dan pada tahun 2006 meningkat menjadi Rp 20.171.523,64. Produktifitas tenaga kerja di Kabupaten Kampar berdasarkan lapangan usaha pada tahun 2000 menunjukkan bahwa produktivitas tenaga kerja sektor keuangan merupakan yang paling tinggi yaitu sebesar Rp 36.378.161,19 dan yang terendah adalah produktivitas tenaga kerja di sektor jasa yaitu sebesar Rp 9.604.048,22. Sementara itu sektor pertanian sebagai sektor utama yang banyak digeluti oleh penduduk Kabupaten Kampar produktifitas tenaga kerjanya sebesar Rp 16.872.629,92. Sedangkan pada tahun 2006 produktivitas tenaga kerja tertinggi bergeser dari sektor jasa ke sektor industri yaitu sebesar Rp 255.410.327,05 dan produktivitas tenaga kerja yang paling rendah adalah sektor listrik yaitu sebesar Rp. 2.241.016,93. sedangkan produktivitas tenaga kerja sektor pertanian meningkat menjadi sebesar Rp. 18.309.197,52. 46

E. Kapasitas Fiskal Daerah Kapasitas fiskal adalah kemampuan keuangan suatu Daerah untuk membiayai tugas pemerintahan yang dicerminkan melalui pendapatan daerah (tidak termasuk dana alokasi khusus, dana darurat, dana pinjaman lama, dan penerimaan lain yang penggunaannya dibatasi untuk membiayai pengeluaran tertentu) yang dikaitkan dengan belanja pegawai, dan jumlah penduduk miskin. Peta kapasitas fiskal adalah pengelompokan Daerah berdasarkan kapasitas fiskal menjadi tiga kelompok yaitu Daerah berkapasitas fiskal tinggi, sedang, dan rendah. Peta kapasitas fiskal dipergunakan untuk menetapkan besaran hibah bagi masingmasing Daerah. Dalam era desentralisasi fiskal diharapkan terjadinya peningkatan pelayanan diberbagai sektor terutama sektor publik. Peningkatan layanan publik ini diharapkan dapat meningkatkan daya tarik bagi investor untuk membuka usaha di daerah. Harapan ini tentu saja dapat terwujud apabila ada upaya serius (pemerintah) dengan memberikan berbagai fasilitas pendukung (investasi). Konsekuensinya, pemerintah perlu untuk memberikan alokasi belanja yang lebih besar untuk tujuan ini. Desentralisasi fiskal disatu sisi memberikan kewenangan yang lebih besar dalam pengelolaan daerah, tetapi disisi lain memunculkan persoalan baru, dikarenakan tingkat kesiapan fiskal daerah yang berbedabeda. Dalam penciptaan kemandirian daerah, pemerintah daerah harus beradaptasi dan berupaya meningkatkan mutu pelayanan publik dan perbaikan dalam berbagai sektor yang berpotensi untuk di kembangkan menjadi sumber PAD. Tuntutan untuk mengubah struktur belanja menjadi semakin kuat, khususnya pada daerah daerah yang mengalami kapasitas fiskal rendah (Halim, 2001). Dalam upaya peningkatan kemandirian daerah pemerintah daerah juga dituntut untuk mengoptimalkan potensi pendapatan yang dimiliki dan salah satunya memberikan proporsi belanja modal yang lebih besar untuk pembagunan pada sektor sektor yang produktif di daerah. 47

Kapasitas fiskal daerah menunjukkan kemampuan keuangan daerah dalam mendukung kegiatan pembangunan daerah. Bila kapasitas suatu daerah ternyata cukup baik, ini berarti bahwa daerah bersangkutan mempunyai kemampuan keuangan yang memadai untuk mendukung program dan kegiatan pembangunan yang direncanakan. Demikian pula sebaliknya bilamana kapasitas daerah bersangkutan sangat rendah yang berarti kemampuannya keuangannya untuk mendukung program dan kegiatan pembangunan daerah juga tidak memadai sebagaimana diperlukan. Realisasi penerimaan Pemerintah Kabupaten Kampar tahun 2004 yaitu sebesar Rp. 678.914.744.633,90 yang bersumber dari bagian pendapatan asli daerah yaitu sebesar Rp 26.792.890.482,90, bagian dana perimbangan sebesar Rp 62.101.216.835,00, bagian pendapatan bagi hasil dari provinsi sebesar Rp 17.491.119.316,00 dan bagian lainlain yang sah yaitu sebesar 14.529.518.000,00. Pada tahun 2005 total penerimaan Kabupaten Kampar mengalami penurunan menjadi sebesar Rp 568.705.211.289,82 yang bersumber dari bagian pendapatan asli daerah turun menjadi sebesar Rp 26.482.964.698,50, bagian dana perimbangan turun menjadi sebesar Rp 510.263.525.116,50, bagian pendapatan bagi hasil dari Provinsi yaitu sebesar Rp 21.213.721.475,00 dan bagian lainlain yang sah yaitu sebesar Rp 10.740.000.000,00,, sedangkan pada tahun 2006 kontribusi bagian pendapatan asli daerah meningkat cukup tajam yaitu sebesar Rp 52.012.603.476,51 dan dana perimbangan meningkat sebesar Rp 1.177.627.819.607,74. sehingga total penerimaan pada tahun 2006 yaitu sebesar Rp. 1.229.640.423.084,25. Tabel 8 : Realisasi Penerimaan Pemerintah Kabupaten Kampar Menurut Jenis Penerimaan Tahun 20042006 JENIS PENERIMAAN TAHUN 2004 2005 2006 Bagian Pendapatan Asli Daerah 26.792.890.482,90 26.482.964.698,50 52.012.603.476,51 Bagian Dana Perimbangan 620.101.216.835,00 510.268.525.116,32 1.177.627.819.607,74 Bagian Pendapatan Bagi Hasil dari Provinsi 17.491.119.316,00 21.213.721.475,00 0,00 Bagian LainLain Yang Sah 14.529.518.000,00 10.740.000.000,00 0,00 Total Penerimaan 678.914.744.633,90 568.705.211.289,82 1.229.640.423.084,25 Sumber : Kampar Dalam Angka, 2004, 2005 dan 2006 48

Dilihat dari sisi pengeluaran yang dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Kampar menunjukkan bahwa realisasi pengeluaran pada tahun 2004 sebesar Rp. 540.868.120.801,62 atau surplus sebesar Rp 138.046.623.832,28, kemudian pada tahun 2005 realisasi pengeluaran meningkat menjadi sebesar Rp 797.189.232.647,31 atau kontribusinya negatif menjadi sebesar Rp 228.484.021.357,49 dan pada tahun 2006 Kabupaten Kampar meningkat menjadi Rp 785.943.081.443,43. Total pengeluaran pemerintah Kabupaten Kampar kembali meningkat mejadi Rp 785.943.081.433,43 pada tahun 2006 yang terdiri dari belanja administrasi umum sebesar Rp 366.046.376.429,43, belanja operasional dan pemeliharaan sebesar Rp 73.783.019,934,00, belanja modal sebesar Rp 240.659.934.388,00, belanja bantuan keuangan sebesar Rp 102.307.163.175,00, dan belanja taktersangka Rp 3.146.587.517,00. Dengan demikian pada tahun 2006 telah terjadi surplus sebesar Rp. 443.697.341.640,82. Tabel 9 : Realisasi Pengeluaran Pemerintah Kabupaten Kampar Menurut Jenis Pengeluaran Tahun 20042006 REALISASI PENGELUARAN TAHUN 2004 2005 2006 Belanja Administrasi umum 295.219.518.532,83 366.887.193.790,08 366.046.376.429,43 Belanja Operasi dan Pemeliharaan 59.672.660.423,00 94.367.031.611,00 73.783.019.934,00 Belanja Modal 136.877.900.275,79 271.468.147.846,23 240.659.934.388,00 Belanja Bantuan Keuangan 46.177.768.170,00 59.466.859.400,00 102.307.163.175,00 Belanja Tak Tersangka 2.920.273.400,00 5.000.000.000,00 3.146.587.517,00 Total Pengeluaran 540.868.120.801,62 797.189.232.647,31 785.943.081.443,43 SURPLUS /DEFISIT 138.046.623.832,28 228.484.021.357,49 443.697.341.640,82 Sumber : Kampar Dalam Angka, 2004, 2005 dan 2006 Pada tahun 2004, total penerimaan pemerintah Kabupaten Kampar yaitu sebesar Rp 678.914.744.633,90 yang dialokasikan untuk belanja administrasi umum sebesar Rp 295.219.518.532,83 dan kapasitas fiskal daerah yang digunakan untuk membiayai program dan kegiatan pembangunan yaitu sebesar Rp. 383.695.226.101,07. Kemudian pada tahun 2005 total penerimaan daerah Kabupaten Kampar turun menjadi Rp 568.705.211.289,82 yang dialokasikan untuk belanja administrasi umum sebesar Rp 366.887.193.790,08 dan kemampuan kapasitas fiskal daerahnya yaitu sebesar Rp 201.818.017.499,74. Dilihat dari struktur pembiayaan menunjukkan bahwa pada tahun 49

2005 kemampuan pembiayaan untuk kapasitas fiskal daerah Kabupaten Kampar mengalami penurunan. Pada tahun anggaran tahun 2006 total penerimaan Pemerintah Daerah Kabupaten Kampar mencapai sebesar Rp 1.229.640.423.084,25 dari total penerimaan tersebut dialokasikan untuk belanja administasi umum sebesar Rp 366.046.376.429,43 dan kemampuan kapasitas fiskal daerah meningkat menjadi Rp. 863.594.046.654,82. meningkatnya kemampuan kapasitas fiskal daerah pada tahun 2006 turut berpengaruh terhadap semakin besarnya program dan kegiatan yang dapat dibiayai oleh pemerintah daerah. Tabel 10 : Kapasitas Fiskal Daerah Kabupaten Kampar Tahun 20042006 Keterangan 2004 2005 2006 Penerimaan 678.914.744.633,90 568.705.211.289,82 1.229.640.423.084,25 Belanja Administrasi Umum Kapasitas Fiskal Daerah 295.219.518.532,83 366.887.193.790,08 366.046.376.429,43 383.695.226.101,07 201.818.017.499,74 863.594.046.654,82 4. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Faktor pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kampar yaitu sektor pertanian lebih disebabkan oleh membaiknya struktur ekonomi (53,24%), faktor luar (42,23%), dan kondisi spesifik daerah yang bersifat kompetitif (4,52%). Pada sektor perdagangan pertumbuhan ekonomi lebih ditentukan oleh faktor luar (32,85%) dan membaiknya struktur ekonomi Kabupaten Kampar (94,43%), sedangkan kondisi spesifik daerah yang bersifat kompetitif (27,28%) belum turut menentukan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kampar. Pada sektor industri pertumbuhannya lebih ditentukan oleh kondisi spesifik daerah yang kompetitif yaitu sebesar 38,56%, dan ditentukan oleh faktor luar yaitu sebesar 31,74%, serta membaiknya struktur ekonomi yaitu sebesar 26,69%. 50

Potensi pengembangan sektor pertanian masih cukup besar yang tercemin dari nilai ratarata Index Location Qoutient untuk sektor pertanian sebesar 1,53 dengan basis sub sektor perkebunan sebesar 2,17, sub sektor peternakan 1,59, sub sektor tanaman pangan sebesar 1,52 dan sub sektor kehutanan sebesar 1,21. Potensi tersebut juga didukung oleh baiknya tingkat produktivitas lahan dan tenaga kerja. Produktivitas lahan pada tahun 2006 untuk lahan palawija sebesar 6,294 ton/ha, lahan sayursayuran sebesar 9,863 ton/ha, lahan buahbuahan 0,022 ton/ha dan lahan perkebunan sebesar 0,552 ton/ha. Kapasitas fiskal daerah menunjukkan kemampuan keuangan daerah dalam mendukung kegiatan pembangunan daerah. Bila kapasitas suatu daerah ternyata cukup baik, ini berarti bahwa daerah bersangkutan mempunyai kemampuan keuangan yang memadai untuk mendukung program dan kegiatan pembangunan yang direncanakan dan sebaliknya. Pada tahun 2004, besanya kapasitas fiskal daerah Kabupaten Kampar yaitu sebesar Rp. 542.036.844.358,11 atau 79,84% kemudian menjadi sebesar Rp 297.237.063.443,59 atau 52,27% di tahun 2005 dan pada tahun 2006 sebesar Rp 988.980.488.696,25 atau 80,43%. B. Rekomendasi Pemerintah Daerah perlu mengambil langkahlangkah kreatif dan inovatif dalam menciptakan iklim yang kondusif, terutama pemerintahan, dan lingkungan ekonomi. Bila hal ini dapat dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Kampar, maka akan tercipta lingkungan ekonomi yang kompetitif. Setiap wilayah atau daerah akan memiliki keunggulan tertentu yang dapat merangsang para pengusaha untuk berinvestasi. Dalam era desentralisasi fiskal diharapkan terjadinya peningkatan pelayanan diberbagai sektor terutama sektor publik. Peningkatan layanan publik ini diharapkan dapat meningkatkan daya tarik bagi investor untuk membuka usaha di daerah. Dalam upaya peningkatan kemandirian daerah pemerintah daerah harus mengoptimalkan potensi pendapatan yang dimiliki dan salah satunya memberikan proporsi belanja modal yang lebih besar untuk pembagunan pada sektor sektor yang produktif di daerah. 51

DAFTAR KEPUSTAKAAN BPS. Kampar Dalam Angka 2004. BPS. Kampar Dalam Angka 2005. BPS. Kampar Dalam Angka 2006. BPS. Kampar Dalam Angka 2007. BPS. PDRB Kabupaten Kampar 20042006. Rusli Ghalib. Ekonomi Regional. Pustaka Ramadhan. Bandung. 2005. Sjafrizal. Ekonomi Regional : Teori dan Aplikasi. Badouse Media. Padang. 2008. Todaro MP. Pembangunan Ekonomi. Bumi Aksara. Jakarta. 2000 52