ANALISIS KINERJA PENGELOLAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PEMERINTAH KOTA KEDIRI TAHUN SKRIPSI

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS KINERJA KEUANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (APBD) KABUPATEN KLATEN TAHUN

JURNAL. Oleh: APRI DIANA EKA RAHAYU NPM: Dibimbing oleh : 1. Dra. Puji Astuti, M.M., M.Si., Ak 2. Sigit Puji Winarko, SE, S.Pd., M.

BAB I PENDAHULUAN. tetapi untuk menyediakan layanan dan kemampuan meningkatkan pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. baik pusat maupun daerah, untuk menciptakan sistem pengelolaan keuangan yang

ANALISIS PERBANDINGAN ANTARA ANGGARAN DAN REALISASI PADA APBD KOTA TANGERANG TAHUN ANGGARAN

Analisis Kinerja Keuangan Dalam Otonomi Daerah Kabupaten Nias Selatan

BAB 1 PENDAHULUAN. antarsusunan pemerintahan. Otonomi daerah pada hakekatnya adalah untuk

ANALISIS KEMANDIRIAN DAN EFEKTIVITAS KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BIREUEN. Haryani 1*)

BAB I PENDAHULUAN. Karena pembangunan daerah merupakan salah satu indikator atau penunjang dari

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BOYOLALI APBD

ANALISIS KINERJA ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PADA DINAS PEREKONOMIAN DAN PARIWISATA KABUPATEN TUBAN RANGKUMAN TUGAS AKHIR

BAB VI PENUTUP. 6.1 Kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka kesimpulan dari. penelitian ini adalah:

BAB III METODE PENELITIAN. berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah yang ada sekarang.

ANALISIS KINERJA KEUANGAN ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA DAERAH (APBD) DI KOTA AMBON

1.1. Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN Pergantian kepemimpinan di pemerintahan Indonesia, sebagian besar banyak memberikan perubahan diberbagai bidang. Salah satu perubahan yang

ANALISIS KINERJA KEUANGAN DAN PERTUMBUHAN EKONOMI SEBELUM DAN SESUDAH DIBERLAKUKANNYA OTONOMI DAERAH DI KABUPATEN BOYOLALI APBD

DAFTAR ISI. Halaman Sampul Depan Halaman Judul... Halaman Pengesahan Skripsi... Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar... Daftar Lampiran...

ANALISIS RASIO KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN PURWOREJO PERIODE

ANALISIS REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PADA PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA TAHUN 2014

ANALISIS RASIO UNTUK MENGUKUR KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

BAB VI PENUTUP. pada bab sebelumnya maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut: (1) ratarata

ANALISIS KINERJA KEUANGAN DAERAH PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN ANGGARAN

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat, termasuk kewenangan untuk melakukan pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia pada awal tahun 1996 dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Era reformasi memberikan kesempatan untuk melakukan perubahan pada

Disusun oleh : BAHRUN ASSIDIQI

ANALYSIS OF EFFECTIVESS AND EFFICIENCY, OF THE HOTEL TAXES AND RETRIBUSI FOR CLEANING AS A SOURCE OF RECEIPT INCOME PAD KEDIRI CITY

ANALISIS PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PADA ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KOTA BOGOR

ANALISIS KINERJA ANGGARAN DAN REALISASI PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PERMERINTAH KOTA SAMARINDA

ANALISIS RASIO UNTUK MENGUKUR KINERJA KEUANGAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO APBD

PENILAIAN KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH KOTA KEDIRI TAHUN ANGGARAN SKRIPSI

ANALISIS RASIO UNTUK MENGUKUR KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DI KABUPATEN SAROLANGUN TAHUN

ANALISIS KINERJA ANGGARAN KEUANGAN DAERAH PEMERINTAH KOTA JAMBI DI LIHAT DARI PERSPEKTIF AKUNTABILITAS

ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH DALAM MEMBIAYAI BELANJA DAERAH DI KOTA GORONTALO (Studi Kasus DPPKAD Kota Gorontalo)

ANALISIS KINERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN DAN KOTA DI PROVINSI ACEH BERDASARKAN RASIO KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH

ANALISIS KINERJA PENGELOLAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PEMERINTAHAN KOTA DEPOK TAHUN ANGGARAN 2014

BAB I PENDAHULUAN. baik dapat mewujudkan pertanggungjawaban yang semakin baik. Sejalan dengan pelaksanaan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH KOTA GORONTALO (Studi Kasus Pada DPPKAD Kota Gorontalo) Jurusan Akuntansi Universitas Negeri Gorontalo ABSTRAK

BAB VI PENUTUP adalah pada tahun 2009 proporsi untuk belanja operasi sebesar

BAB I PENDAHULUAN. mengelola pemerintahannya berdasarkan local diskresi yang dimiliki, sehingga

BAB VI PENUTUP. 1. Dari analisis pertumbuhan belanja daerah untuk tahun 2012, 2013, dan

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Jurnal ACSY Politeknik Sekayu Vol VI, No 2, Juli Desember 2017

BAB VI PENUTUP. Berdasarkan hasil kesimpulan dapat disimpulkan bahwa : 2. Pengeluaran (belanja) Kabupaten Manggarai tahun anggaran 2010-

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN KLATEN DILIHAT DARI PENDAPATAN DAERAH PADA APBD

ANALISIS KONTRIBUSI PENERIMAAN PAJAK DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA PEMATANGSIANTAR. Calen (Politeknik Bisnis Indonesia) Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Desentralisasi merupakan salah satu perwujudan dari pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

: Analisis Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dalam Upaya Pelaksanaan Otonomi Daerah di Kabupaten Badung Bali. : Tyasani Taras NIM :

Brian Sagay, Kinerja Pemerintah Daerah KINERJA PEMERINTAH DAERAH DALAM PENGELOLAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA KABUPATEN MINAHASA SELATAN

Rasio Kemandirian Pendapatan Asli Daerah Rasio Kemandirian = x 100 Bantuan Pemerintah Pusat dan Pinjaman

BAB I PENDAHULUAN. berbagai hal, salah satunya pengelolaan keuangan daerah. Sesuai dengan Undang-

PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Awal diterapkannya otonomi daerah di Indonesia ditandai dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2. Pengertian anggaran menurut Mulyadi (2001), yaitu: 3. Pengertian anggaran menurut Mulyadi (2001), yaitu:

ANALISIS KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH DI ERA OTONOMI PADA PEMERINTAH KABUPATEN TABANAN

BAB V PENUTUP. dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: tertinggi adalah Kabupaten Sleman yaitu sebesar Rp ,

I. PENDAHULUAN. pembangunan secara keseluruhan dimana masing-masing daerah memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 32 tahun 2004 dan Undang-Undang No. 33 tahun 2004

BAB VI PENUTUP. Langsung Pada Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Peternakan Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas layanan terhadap masyarakat luas. Sebagai organisasi nirlaba, lembaga pemerintahan

BAB III METODE PENELITIAN. tersebut menggunakan rasio keuangan. Antara lain untuk kinerja keuangan

ABSTRACT I.PENDAHULUAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. diambil adalah Kabupaten/ Kota di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

M. Wahyudi Dosen Jurusan Akuntansi Fak. Ekonomi UNISKA Kediri

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan peluang dan sekaligus juga sebagai tantangan.

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PADA PEMERINTAH KOTA SURAKARTA TAHUN ANGGARAN

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana yang telah ditetapkan pada Undang-Undang No 32 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. ketimpangan ekonomi. Adanya ketimpangan ekonomi tersebut membawa. pemerintahan merupakan salah satu aspek reformasi yang dominan.

Abstract. Kemandirian, Efektivitas, dan Efisiensi Pengelolaan Keuangan Daerah. Jefry Gasperz ISSN

Jurnal MONEX Vol.6 No 1 Januari 2017

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia. Dampak yang dialami oleh

OPTIMALISASI APBD DALAM PERSPEKTIF PERFORMANCE BUDGET

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

Abstrak. Kata Kunci : Kinerja Keuangan Daerah, Rasio Keuangan APBD,APBD. Keyword: Regional Financial Performance, Financial Ratios budget APBD, APBD

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah pusat, dikarenakan tingkat kebutuhan tiap daerah berbeda. Maka

Selly Paat, Perbandingan Kinerja Pengelolaan. PERBANDINGAN KINERJA PENGELOLAAN APBD ANTARA PEMERINTAH KOTA TOMOHON DENGAN PEMERINTAH KOTA MANADO

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang telah direvisi menjadi Undang-

BAB I PENDAHULUAN. sebelumnya diatur dalam undang-undang (UU) No. 22 Tahun 1999 menjadi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB VI PENUTUP. 1. Kinerja Keuangan Pemerintah Kabupaten Kupang Ditinjau Dari Aktivitas

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Negara dimaksudkan untuk meningkatkan efektifitas dan efesiensi. penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan masyarakat.

Oleh : Indra Gunawan Dimas Andika James Antony. L. F

BAB III METODE PENELITIAN. Buleleng (4) Kab. Gianyar (5) Kab. Jembrana (6) Kab. Karangasem (7) Kab. Klungkung (8) Kab. Tabanan (9) Kota Denpasar.

Disusun Oleh B PROGRAM

BAB I PENDAHULUAN. diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008

BAB I PENDAHULUAN. dicapai biasanya bersifat kualitatif, bukan laba yang diukur dalam rupiah. Baldric

Analisis kinerja keuangan anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) kota depok tahun anggaran

BAB I PENDAHULUAN. pusat mengalami perubahan. Jika sebelumnya pemerintah bersifat sentralistik

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. angka rasio rata-ratanya adalah 8.79 % masih berada diantara 0 %-25 %

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Jurnal Ekonomi Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. daerah, maka semakin besar pula diskreasi daerah untuk menggunakan

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk mengelola keuangannya sendiri. Adanya otonomi daerah menjadi jalan bagi

ANALISIS PERKEMBANGAN KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH. (Studi Kasus Kabupaten Klaten Tahun Anggaran )

UNIVERSITAS GUNADARMA PROGRAM DIPLOMA III BISNIS KEWIRAUSAHAAN LAPORAN KERJA PRAKTEK (LKP)

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan revisi dari Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

ANALISIS KINERJA PENGELOLAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PEMERINTAH KOTA KEDIRI TAHUN 2009-2013 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E.) Pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi UN PGRI Kediri OLEH: RISWAN APRILIA NPM: 11.1.02.01.0156 FAKULTAS EKONOMI PRODI AKUNTANSI UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI 2016 1

RISWAN APRILIA NPM: 11.1.02.01.0156 Judul: ANALISIS KINERJA PENGELOLAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PEMERINTAH KOTA KEDIRI TAHUN 2009-2013 Telah Disetujui untuk Diajukan kepada Panitia Ujian/Sidang Skripsi Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi UNP Kediri Tangal: 15 Januari 2016 Pembimbing I Pembimbing II Dra. Puji Astuti, M.M., M.Si. NIDN: 0710106402 Dr. H. M. Anas, SE., M.M., M.Si. NIDN: 0028106601 2

Skripsi oleh: RISWAN APRILIA NPM: 11.1.02.01.0156 Judul: ANALISIS KINERJA PENGELOLAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PEMERINTAH KOTA KEDIRI TAHUN 2009-2013 Telah Dipertahankan di Depan Panitia Ujian/Sidang Skripsi Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi UNP Kedirii Pada Tanggal: 1 Februari 2015 Dan Dinyatakan telah Memenuhi Persyaratan Panitia Penguji: 1. Ketua : Dra. Puji Astuti, M.M., M.Si. 2. Penguji I : Dr. H. M. Anas, SE., M.M., M.Si. 3. Penguji II : Sigit Puji Winarko, S.E, S.Pd., M.Ak. 3

ANALISIS KINERJA PENGELOLAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PEMERINTAH KOTA KEDIRI TAHUN 2009-2013 RISWAN APRILIA 11.1.02.01.056 EKONOMI AKUNTANSI rizwanunreleased@gmail.com Dra. Puji Astuti, M.M., M.Si. dan Dr. H. M. Anas, SE., M.M., M.Si. UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kinerja pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja (APBD) yang meliputi pendapatan, belanja dan pembiayaan Pemerintah Kota Kediri. Penggunaan data dalam menganalisis adalah anggaran pendapatan dan realisasi pendapatan, anggaran belanja dan realisasi belanja, serta anggaran pembiayaan dan realisasi pembiayaan Pemerintah Kota Kediri pada tahun 2009 sampai dengan tahun 2013. Teknik analisis yang digunakan yaitu menggunakan pendekatan kualitatif dengan menggunakan rasio keuangan yang meliputi varian (selisih) anggaran pendapatan dan belanja, pertumbuhan pendapatan dan belanja daerah, derajat desentralisasi, kemandirian daerah, efektifitas dan efisiensi pajak daerah, efisiensi belanja, kontribusi Badan Usaha Milik (BUMD), perkembangan SILPA. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa Pemerintah Kota Kediri dalam merealisasikan pajak daerah pada tahun 2009 sampai 2013 dapat dikatakan efektif dan efisien, dan pertumbuhan pendapatan menunjukkan pertumbuhan yang positif. Pada tahun 2009 sampai 2013 Pemerintah Kota Kediri sudah tidak terlalu tergantung pada pemerintah pusat sehingga penyelenggaraan desentralisasi dapat dilaksanakan cukup baik. Dalam merealisasikan anggaran belanja dapat dikatakan efisien dan pertumbuhan belanja menunjukkan pertumbuhan yang positif yang diimbangi dengan pertumbuhan pendapatan. Pada pembiyaan, adanya perkembangan SILPA yang bersaldo positif menunjukkan kesehatan fiskal. Kata Kunci: Pendapatan, desentralisasi PAD, pajak daerah, efektifitas, efisiensi, belanja, pembiayaan, SILPA. 4

1. Latar Belakang Masalah Anggaran Pendapatan dan Belanja (APBD) merupakan rencana kegiatan pemerintah daerah yang dituangkan dalam bentuk angka dan batas maksimal untuk periode anggaran. Pendapatan Asli (PAD) merupakan semua penerimaan daerah yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah. Optimalisasi penerimaan pendapatan asli daerah hendaknya didukung upaya pemerintah daerah dengan meningkatkan kualitas layanan publik. Kota Kediri sebagai salah satu kota di provinsi Jawa timur memliki banyak potensi yang dapat digali untuk dijadikan sumber pendapatan dari berbagai sektor. Perekonomian Kota Kediri digerakkan oleh sektor tersier dan sektor sekunder secara dominan yaitu sektor perdagangan, telekomunikasi, dan industri yang dapat meningkatkan PAD. Namun pada kenyataannya sumber penerimaan/pendapatan terbesar Kota Kediri adalah dana perimbangan dari pemerintah pusat dan PAD-nya masih relatif kecil. Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk membuat satu karya ilmiah berbentuk skripsi dengan judul Analisis Kinerja Pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Pemerintahan Kota Kediri. 2. Identifikasi Masalah 1. Tuntutan pengukuran kinerja keuangan pemerintah daerah perlu dilakukan untuk meningkatkan kinerja keuangan karena masih banyak pemerintah daerah di Indonesia masih belum baik dalam kinerja keuangan. 2. Anggaran seringkali dibuat lebih kecil dari potensi pendapatan yang mungkin dapat diperoleh. Hal ini dilakukan agar realisasi anggaran pendapatan lebih besar jumlanya dari anggaran pendapatan yang telah dibuat, serta anggaran belanja dibuat lebih besar dari potensi realisasi yang dapat dicapai. Hal ini berakibat terjadi inefisiensi anggaran. 3. Penggunaan analisis kinerja keuangan masih kurang pada lembaga publik khususnya pemerintah daerah, padahal lembaga komersial telah menerapkan dan memanfaatkan analisis kinerja keuangan sebagai cara evaluasi kinerja perusahaan. 4. Para pengguna laporan keuangan kebanyakan tidak mampu memahami akuntansi dan kurang dapat memahami serta mengintepretasikan laporan realisasi anggaran, sehingga perlu analisis kinerja keuangan yang dapat menjadi alat bantu untuk 5

memudahkan para pengguna laporan keuangan dalam memahami dan mengintepretasikan laporan realisasi anggaran. 3. Batasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas maka perlu diadakan pembatasan masalah. Hal ini bertujuan agar hasil penelitian terfokus pada apa yang diteliti. Pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah kinerja pengelolaan keuangan pendapatan dan belanja daerah Kota Kediri. Periode yang dilakukan adalah tahun 2009-2013. Penelitian ini mengambil data dari web resmi pemerintah kementerian keuangan Republik Indonesia yang bernama Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan (www.djpk.kemenkeu.go.id), serta web resmi pemerintah Kota Kediri (www.pemkotkediri.go.id). Penelitian ini mengambil data anggaran APBD dan data laporan realisasi anggaran APBD Kota Kediri periode 2009-2013 sebagai sumber analisis mengenai kinerja pengelolaan keuangan APBD Kota Kediri. 4. Rumusan Masalah 1. Bagaimanakah kinerja pengelolaan anggaran pendapatan Kota Kediri tahun 2009-2013 dengan menggunakan analisis varian pendapatan, analisis pertumbuhan pendapatan, dan analisis rasio keuangan? 2. Bagaimana kemampuan kinerja anggaran belanja dan pembiayaan Kota Kediri tahun 2009-2013 dengan menggunakan analisis belanja dan analisis pembiayaan? 5. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui dan menganalisis kinerja anggaran pendapatan Kota Kediri selama periode 2009-2013. 2. Untuk mengetahui dan menganalisis kinerja anggaran belanja dan pembiayaan Kota Kediri selama periode 2009-2013. 6. Kegunaan Penelitian 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat khususnya bagi pengembangan ilmu pengetahuan sebagai sumber bacaan atau referensi yang dapat memberikan informasi teoritis dan empiris kepada pihak-pihak yang akan melakukan penelitian lebih lanjut mengenai permasalahan ini serta menambah sumber pustaka yang telah ada. Penelitian ini telah menjadi ruang belajar yang sarat nilai positif dan sangat membantu dalam peningkatan kapasitas serta pengalaman peneliti berkaitan dengan kondisi sosial yang ada dalam masyarakat terutama 6

berkaitan langsung dengan bidang akuntansi sektor publik. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Pemerintah Sebagai bahan masukan dan gambaran bagi pemerintah daerah di dalam menentukan kebijakan serta menentukan arah dan strategi untuk perbaikan kinerja keuangan pemerintahan daerah dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja (APBD) di masa yang akan datang. Bagi pemerintah daerah dalam hal ini bagian keuangan Kota Kediri diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran di dalam menentukan kebijakan pengelolaan dan peningkatan kinerja dalam pengelolaan anggaran pendapatan dan belanja daerah. b. Bagi Masyarakat A. Metode Hasil penelitian ini diharapan akan memberikan informasi yang berguna kepada masyarakat tentang pendapatan dan belanja daerah sebagai bentuk akuntanbilitas pengelolaan dana masyarakat oleh pemerintah daerah. 1. Variabel Penelitian Dalam penelitian ini variabel terikatnya adalah kinerja pengelolaan keuangan daerah, sedangkan variabel bebas dalam peneltian ini adalah anggaran APBD dan laporan realisasi APBD. 2. Jenis dan Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian bersifat deskriptif kuantitatif dan merupakan studi kasus pada pada obyek yang diteliti.. Sedangkan pendekatan penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, yaitu metode yang menekankan pada pengujian teori-teori melalui pengukuran variabel-variabel penelitian dengan angka-angka dan melakukan analisa data dengan prosedur statistik. 3. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada pemerintah daerah Kota Kediri dengan mengambil data dari web resmi pemerintah kementrian keuangan Republik Indonesia yang bernama Direktorat Jenderal Perimbangan (www.djpk.kemenkeu.go.id), Keuangan serta web resmi pemerintahan kota kediri (www.pemkotkediri.go.id). Pengambilan data yang tertera di atas dengan tujuan untuk mengetahui kinerja pengelolaan anggaran pendapatan dan belanja daerah Kota Kediri selama periode 2009-2013. Waktu penelitian dilaksanakan dari bulan Mei 2015 sampai dengan bulan September 2015. 7

4. Subjek dan Objek Penelitian Subjek penelitian merupakan sesuatu yang diteliti, oleh karena itu subjek pada penelitian ini adalah kinerja pengelolaan keuangan pemerintah daerah Kota Kediri. Objek pada penelitian ini adalah anggaran APBD dan laporan realisasi APBD Kabupaten Kediri tahun 2009-2013. 5. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode file research (penelitian lapangan) berupa dokumentasi dan wawancara, dan metode library research (penelitian kepustakaan). 6. Teknik Analisis Data 1. Analisis Kinerja Keuangan Pendapatan a. Analisis Varians Pendapatan Realisasi Pendapatan Tahun t Anggaran Pendapatan Tahun t x 100% b. Analisis Pertumbuhan Pendapatan PAD Tahun t PAD Tahun (t 1) x 100% PAD Tahun (t 1) c. Analisis Rasio Keuangan Pendapatan : 1) Derajat Desentralisasi Pendapatan Asli Total Pendapatan x 100% 2)Rasio Ketergantungan Keuangan Pendapatan Transfer Total Pendapatan x 100% 3) Rasio Efektivitas dan Efisiensi Pajak Realisasi Pendapatan Pajak Target Penerimaan Pajak x 100% Biaya Pemerolehan Pajak x 100% Realisasi Pajak 4) Derajat Kontribusi BUMD Pendapatan Bagian Laba BUMD x 100% Total Pendapatan 2. Analisis Kinerja Keuangan Belanja a. Analisis Varians Belanja Realisasi Belanja Tahun t Anggaran Belanja Tahun t x 100% b. Analisis Pertumbuhan Belanja Realisasi Belanja Tahun t Realisasi Belanja Tahun t 1 Realisasi Belanja Tahun t 1 x 100% c. Analisis Keserasian Belanja 1) Analisis Belanja Operasi terhadap Total Belanja Realisasi Belanja Operasi x 100% Total Belanja 2) Analisis Belanja Modal terhadap Total Belanja Realisasi Belanja Modal Total Belanja x 100% d. Analisis Efisiensi Belanja Realisasi Belanja Anggaran Belanja x 100% e. Analisis Pembiayaan Analisis pembiayaan dilakukan dengan cara membandingkan SILPA di anggaran APBD dengan laporan realisasi APBD. B. Hasil dan Kesimpulan No. A 1. Hasil Analisis Analisis Kinerja Pengelolaan Keuangan Analisis Kinerja Pendapatan 1. Analisis Varians (Selisih) Pendapatan Hasil Penelitian (%) 113,2% 2. Analisis Pertumbuhan 14% 8

Pendapatan 2. Pembahasan B C (PAD dan Total Pendapatan) 3. Analisis Rasio Keuangan a. Derajat Desentralisasi b. Kemandirian Keuangan c. Efektivitas dan Evisiensi Pendapatan Asli Daeah (PAD) d. Derajat Kontribusi BUMD Analisis Kinerja Belanja a. Analisis Varians Belanja b. Analisis Pertumbuhan Belanja c. Total Keserasian Belanja -Belanja Operasi dan Belanja Modal -Belanja Langsung dan Belanja Tidak Langsung d. Analisis Efesiensi Belanja Analisis Pembiayaan 11% 14,2% 27,9% 130% 3,3% 1% 7,71% 12% 77,5% 22,5% 44,67% 55,33% >100% (104%) >100% (249,11%) 1. Analisis Kinerja Keuangan Pendapaten a. Analisis Varian Pendapatan Analisis varian pendapatan dikatakan memiliki kinerja pengelolaan keuangan pendapatan yang baik jika terdapat selisih lebih (realisasi pendapatan melebihi jumlah yang dianggarkan), sedangkan kinerja keuangan pendapatan dinilai kurang baik jika terdapat selisih kurang (realisasi pendapatan kurang dari jumlah yang dianggarkan) (Mahmudi, 2010). Analisis varians secara umum menunjukkan bahwa kinerja pengelolaan keuangan pendapatan daerah Kota Kediri dapat dikatakan baik ditunjukkan dengan sebagian besar tahun yang diteliti mengalami selisih lebih. Pemerintah dikatakan memiliki kinerja pendapatannya yang baik apabila dapat memperoleh pendapatan yang melebihi jumlah yang dianggarkan. b. Analisis Pertumbuhan Pendapatan Analisis Pertumbuhan Pendapatan menunjukkan kinerja pengelolaan keuangan pendapatan cenderung meningkat jika mengalami pertumbuhan secara positif, sedang dikatakan kinerja pengelolaan keuangan pendapatan mengalami penurunan jika mengalami pertumbuhan secara negatif (Mahmudi, 2010). Analisis Pertumbuhan Pendapatan secara umum kinerja pengelolaan keuangan pendapatan daerah kota kediri mengalami pertumbuhan yang fluktuatif. Hal ini ditunjukkan dengan rata-rata pertumbuhan yang positif yaitu 9

pertumbuhan PAD 14% dan pertumbuhan total pendapatan 11%. Pertumbuhan paling tinggi PAD terjadi pada tahun 2011 yaitu mencapai angka 29% dan pertumbuhan total pendapatan terjadi pada tahun 2012 yaitu mencapai angka 18%. Pertumbuhan PAD paling rendah terjadi pada tahun 2012 yaitu 2%, sedangkan pertumbuhan total pendapatan paling rendah pada tahun 2011 yaitu 3%. Jika terjadi pertumbuhan yang positif maka menunjukkan terjadi peningkatan kinerja pengelolaan keuangan pendapatan. c. Analisis Rasio Keuangan Pendapatan 1) Derajat Desentralisasi Artikel yang diterbitkan Kementerian Keuangan (2011) menyebutkan jika Derajat Desentralisasi berada di atas 50% menunjukkan bahwa pemerintah daerah mampu menyelenggarakan desentralisasi.derajat desentralisasi Kota Kediri menunjukkan angka rata-rata 14,2% sehingga dapat dikatakan rendah. Derajat Desentralisasi tertinggi terjadi pada tahun 2011 yaitu 16,2%, sedangkan derajat desentralisasi terendah terjadi pada tahun 2010 yaitu 12,9%. Semakin rendah kontribusi PAD maka semakin rendah kemampuan pemerintah daerah dalam menyelenggarakan desentralisasi. 2) Rasio Ketergantungan Keuangan Artikel Kementerian Keuangan (2011) menjelaskan jika Rasio ketergantungan keuangan daerah berada di bawah 50% berarti pemerintah daerah memiliki ketergantungan keuangan daerah yang rendah. Rasio ketergantungan keuangan daerah Kota Kediri menunjukkan angka rata-rata sebesar 27,9%. Tingkat ketergantungan tertinggi terjadi pada tahun 2013 yaitu 39,3%, sedang tingkat ketergantungan terendah terjadi pada tahun 2009 yaitu 6,97%. Angka di atas 50% memperlihatkan bahwa Kota Kediri sudah tidak terlalu tergantung terhadap pemerintah pusat. Semakin tinggi rasio ketergantungan keuangan daerah maka semakin besar tingkat ketergantungan pemerintah daerah terhadap pemerintah pusat. 3) Rasio Efektivitas dan Efisiensi Pajak Rasio Efektivitas Pajak dianggap baik apabila rasio ini mencapai angka 100 persen, sedang Rasio Efisiensi Pajak dikatakan baik jika kurang dari 10%. Rasio Efektivitas Pajak pada tahun 2009-2013 menunjukkan Pemerintah Kota Kediri telah melakukan efektivitas pajak dengan rata-rata rasio 130%, sedangkan pada tahun 2009-2013 Pemerintah Kota Kediri sudah efesiensi dalam penanganan pajak daerah dengan rata-rata rasio 3,3%. Hasil ini menunjukkan bahwa Pemerintah Kota Kediri dalam mengelola pajak daerah telah efektif dan efisien. 4) Derajat Kontribusi BUMD Jika dilihat dari Derajat Kontribusi BUMD, pemerintah daerah dikatakan telah memiliki kontribusi terhadap pendapatan daerah jika rasio ini menunjukkan angka di atas 0%. Derajat Kontribusi BUMD Kota Kediri 10

menunjukkan angka rata-rata lebih dari 0% yaitu 1%. Kontribusi BUMD tertinggi terjadi pada tahun 2013 yaitu 4%, sedangkan kontribusi BUMD terendah terjadi pada tahun 2011 yaitu 1%. Hal ini menunjukkan bahwa BUMD yang ada di Pemerintah Kota Kediri telah memiliki kontribusi terhadap besarnya pendapatan daerah Kota Kediri. 2. Analisis Kinerja Keuangan Belanja a. Analisis Varians Belanja Jika Analisis Varians Belanja terdapat selisih lebih (realisasi belanja melebihi jumlah yang dianggarkan) maka dikatakan memiliki kinerja keuangan belanja yang tidak baik, sedangkan jika terdapat selisih kurang (realisasi belanja kurang dari jumlah yang dianggarkan) maka kinerja keuangan Belanja dinilai baik (Mahmudi, 2010). Analisis Varians Belanja menunjukkan bahwa secara umum kinerja keuangan belanja kota kediri dapat dikatakan belum baik. Hal ini ditunjukkan dengan hampir semua realisasi belanja melebihi anggaran belanja kecuali tahun 2013 dan realisasi anggaran belanja dari tahun 2009-2013 yang mencapai angka rata-rata 7,71%. Pemerintah daerah dikatakan memiliki Kinerja Keuangan Belanja yang baik apabila realisasi belanja tidak melebihi dari yang ditargetkan. b. Analisis Pertumbuhan Belanja Kenaikan belanja daerah dikatakan wajar atau tidak perlu melihat inflasi, perubahan nilai tukar rupiah, perubahan cakupan pelayanan, penyesuaian faktor makro ekonomi dan alasan kenaikan belanja terjadi, apakah karena kenaikan internal yang relatif terencana dan terkendali ataukah faktor eksternal yang diluar kendali pemerintah daerah (Mahmudi, 2010). Secara umum Analisis Pertumbuhan Belanja menunjukkan bahwa kinerja pengelolaan keuangan belanja Kota Kediri mengalami pertumbuhan positif. Hal ini ditunjukkan dengan rata-rata pertumbuhan yang positif yaitu 12%. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2009 yaitu 34%, sedangkan pertumbuhan terendah terjadi pada tahun 2010 yaitu 1%. c. Analisis Keserasian Belanja Analisis Keserasian Belanja umumnya menunjukkan bahwa proporsi belanja operasi mendominasi total belanja daerah, yaitu antara 60-90 persen dan proporsi belanja modal terhadap total belanja daerah adalah antara 5-20 persen (Mahmudi, 2010). Analisis Keserasian Belanja, secara umum terlihat bahwa sebagian besar dana belanja daerah dialokasikan untuk Belanja Operasi, dan hanya beberapa persen dialokasikan untuk Belanja Modal. Selama tahun 2009-2013 rata-rata belanja operasi sebesar 77,5% sedangkan untuk belanja modal sebesar 22,5%. Selama tahun 2009-2013 rata-rata belanja langsung sebesar 44,67% sedangkan untuk belanja tidak langsung sebesar 55,33%. Hasil ini juga dapat dikatakan bahwa Kota Kediri merupakan salah satu daerah yang memiliki pendapatan tinggi. d. Analisis Efisiensi Belanja Pemerintah daerah dinilai dari Analisis Efisiensi Belanja, dikatakan telah melakukan efisiensi 11

anggaran jika rasio efisiensinya kurang dari 100 persen. Sebaliknya jika lebih dari 100 persen mengindikasikan terjadinya pemborosan anggaran (Mahmudi, 2010). Analisis Efisiensi Belanja menunjukkan bahwa Kota Kediri belum melakukan efisiensi belanja selama tahun 2009-2013 dengan rata-rata rasio efisiensi sebesar 104%. Hal ini ditunjukkan dengan realisasi anggaran belanja Kota Kediri yang terdapat angka melebihi anggaran belanja kecuali tahun 2013. 3. Analisis Pembiayaan Berdasarkan Laporan Realisasi Anggaran, kinerja pemerintah Kota Kediri secara umum belum berjalan dengan baik, hal ini terlihat dari realisasi SILPA yang selama tahun 2009-2013 lebih besar dari anggaran SILPA dengan rata-rata rasio presentasemya 249,11%. 3. Kesimpulan 1. Kinerja pendapatan pemerintah Kota Kediri dilihat dari analisis varians, secara umum sudah dapat dikatakan baik karena realisasi pendapatan melampaui target anggaran, dimana dari tahun 2009-2013 rata-rata mencapai 113,2% realisasi pendapatannya. 2. Kinerja pendapatan pemerintah Kota Kediri dilihat dari analisis pertumbuhan pendapatan Kota Kediri tahun 2009-2013 tidak baik. Hal ini ditunjukkan dari rata-rata pertumbuhan PAD dan Pendapatan yang positif yaitu 14% dan 11%. Pertumbuhan PAD dan Pendapatan tahun 2009-2013 cenderung fluktuatif. 3. Kinerja pendapatan dilihat dari analisis rasio keuangan menunjukkan bahwa derajat desentralisasi Kota Kediri masih rendah dengan rata-rata pada tahun 2009-2013 yaitu 14,2%. Kemandirian keuangan Kota Kediri masih rendah tetapi mempunyai kecenderungan naik dengan rasio kemandirian rata-rata yaitu hanya 27,9%. Pemerintah Kota Kediri dalam hal ini Dinas Pendapatan daerah sudah efektif dalam merealisasikan pajak daerah yaitu 130%. Dinas Pendapatan sudah efisien dalam menggunakan biaya pemungutan pajak untuk dapat merealisasikan pendapatan pajak yang diterima dengan tingkat efisiensi rata-rata pajak daerah ada 3,3%. Sedangkan derajat kontribusi BUMD terhadap PAD masih sangat kecil yaitu sebesar 1% pada tahun 2009-2013. 4. Kinerja belanja pemerintah Kota Kediri dapat dilihat dari analisis varians secara umum kinerja keuangan belanja kota kediri dapat dikatakan belum baik. Hal ini ditunjukkan dengan hampir semua realisasi belanja melebihi anggaran belanja kecuali tahun 2013 dan realisasi anggaran belanja dari tahun 2009-2013 yang mencapai angka rata-rata 7,71%. 5. Pertumbuhan belanja Kota Kediri menunjukkan pertumbuhan yang positif dengan rata-rata 12% dan pertumbuhannya cenderung fluktuatif. 6. Analisis keserasian belanja daerah, secara umum terlihat bahwa sebagian besar dana belanja daerah dialokasikan untuk belanja operasi, dan hanya beberapa persen dialokasikan untuk belanja modal. Selama tahun 2009-2013 rata-rata belanja operasi sebesar 77,5% 12

sedangkan untuk belanja modal sebesar 22,5%. Selama tahun 2009-2013 rata-rata belanja langsung sebesar 44,67% sedangkan untuk belanja tidak langsung sebesar 55,33%. 7. Analisis efisiensi belanja daerah menunjukkan bahwa Kota Kediri belum melakukan efisiensi belanja selama tahun 2009-2013 dengan rata-rata rasio efisiensi sebesar 104%. 8. Kinerja pemerintah Kota Kediri dari analisis pembiayaan secara umum belum berjalan dengan baik, karena pada tahun 2009-2013 realisasi SILPA selalu melebihi dari anggaran SILPA dengan rasio presentase 249,11%. C. Daftar Pustaka Bastian, Indra, 2006. Akuntansi Sektor Publik: Suatu Pengantar. Erlangga, Jakarta. Halim, Abdul, 2004. Akuntansi Keuangan, Edisi Revisi, Salemba Empat, Jakarta. Mahmudi, 2010. Manajemen Kinerja Sektor Publik. UU STIM YPKN, Yogyakarta. Mardiasmo, 2010. Akuntansi Sektor Publik. Andi. Yogyakarta. Nordiawan, Dedi, 2006. Akuntansi Sektor Publik, Salemba Empat, Jakarta. Sugiyono, 2006. Statiska Untuk Penelitian. Cetakan Sembilan, CV Alfabeta, Bandung. Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara.,Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Pemerintah.,Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan.,undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara dan Inteprestasinya.,Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan.,Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintah.,Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan.,Kepmendagri Nomor 29 Tahun 2002 tentang Pedoman Pengurusan, Pertanggungjawaban dan Pengawasan Keuangan serta Tata Cara Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja, Pelaksanaan Tata Usaha Keuangan dan Penyusunan Perhitungan Anggaran Pendapatan dan Belanja. www.djpk.kemenkeu.go.id www.pemkotkediri.go.id 13