5 PEMBAHASAN 5.1 Proses penangkapan pada bagan rambo

dokumen-dokumen yang mirip
4 HASIL 4.1 Proses penangkapan

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

4 HASIL 4.1 Proses penangkapan

MUHAMMAD SULAIMAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

DISTRIBUSI CAHAYA LAMPU DAN TINGKAH LAKU IKAN PADA PROSES PENANGKAPAN BAGAN PERAHU DI PERAIRAN MALUKU TENGAH. Haruna *)

WAHANA INOVASI VOLUME 4 No.1 JAN-JUNI 2015 ISSN :

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sejarah Penggunaan Cahaya pada Penangkapan Ikan

MUHAMMAD SULAIMAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Studi Tingkah Laku Ikan pada Proses Penangkapan dengan Alat Bantu Cahaya : Suatu Pendekatan Akustik

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

TINGKAH LAKU IKAN PADA PERIKANAN BAGAN PETEPETE YANG MENGGUNAKAN LAMPU LED

3 METODOLOGI PENELITIAN

2.2. Reaksi ikan terhadap cahaya

I. PENDAHULUAN. sehingga, Indonesia disebut sebagai Negara Maritim. alamnya mayoritas mata pencaharian masyarakat indonesia setelah petani adalah

Indonesia merupakan negara kepulauan dengan luas wilayah perairan. Sumberdaya hayati (ikan) merupakan bagian dari sumberdaya alam yang

JURNAL PEMANFAATAN SUBERDAYA PERIKANAN

5 PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Perairan di Kabupaten Barru

4 HASIL TANGKAPAN IKAN PELAGIS KECIL DI PERAIRAN PANTAI BARAT SULAWESI SELATAN

2 TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 Macam-macam lampu tabung (

PENGARUH JUMLAH LAMPU TERHADAP HASIL TANGKAPAN PUKAT CINCIN MINI DI PERAIRAN PEMALANG DAN SEKITARNYA

MUHAMMAD SULAIMAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

PROSES PENANGKAPAN DAN TINGKAH LAKU IKAN BAGAN PETE PETE MENGGUNAKAN LAMPU LED CAPTURE PROCESS AND FISH BEHAVIOR ON BOAT LIFT NET USING LED LIGHTS

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

SELEKSI UMPAN DAN UKURAN MATA PANCING TEGAK. (Selection on bait and hook number of vertical line) Oleh:

dari perkembangan teknologi penangkapan ikan di dunia secara keseluruhan. Salah satu bentuk teknologi penangkapan ikan yang dianggap sukses dan

8 SELEKSI ALAT TANGKAP DAN TEKNOLOGI YANG TEPAT DALAM PEMANFAATAN SUMBERDAYA LEMURU (Sardinella lemuru Bleeker 1853) DI SELAT BALI

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Balai Diklat Perikanan Banyuwangi

ANALISIS HASIL TANGKAPAN IKAN TERI (Stolephorus sp.) DENGAN ALAT TANGKAP BAGAN PERAHU BERDASARKAN PERBEDAAN KEDALAMAN DI PERAIRAN MORODEMAK

V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI

I. PENDAHULUAN Visi

DENI ACHMAD SOEBOER, S.Pi, M.Si

II. TINJAUAN PUSTAKA Penangkapan Ikan. Ayodhyoa (1981) mengatakan bahwa penangkapan ikan adalah suatu usaha

Jaring Angkat

5 HASIL PENELITIAN. Tahun. Gambar 8. Perkembangan jumlah alat tangkap purse seine di kota Sibolga tahun

I. PENDAHULUAN. Mata pada ikan merupakan salah satu indera yang sangat penting untuk

PERBEDAAN PRODUKSI BAGAN PERAHU BERDASARKAN PERIODE BULAN DI PERAIRAN KABUPATEN BARRU

Menwut Direktorat Jenderal (Dirjen) Perikanan (1991), purse seine adalah

6 PEMBAHASAN 6.1 Unit Penangkapan Bagan Perahu 6.2 Analisis Faktor Teknis Produksi

TINJAUAN PUSTAKA. mata jaring ke arah panjang atau ke arah horizontal (mesh length) jauh lebih

TEKNIK PENGOPERASIAN PANCING TENGGIRI DENGAN MENGGUNAKAN ALAT BANTU CAHAYA

6 KESIMPULAN DAN SARAN

Lift Net & Traps. Ledhyane Ika Harlyan. Dept. of Fisheries Resources Utilization and Marine Science Fisheries Faculty, Brawijaya University 1

1.PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

3 METODOLOGI PENELITIAN

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Bagan

Tingkah Laku Ikan (fish behaviour) Oleh: Ririn Irnawati

THE INFLUENCE OF LIGHT INTENSITY ON RINUAK FISH (PSILOPSIS sp) BY SEROK (SCOOP NET) IN MANINJAU LAKE WEST SUMATERA. By:

PENGAMATAN ASPEK OPERASIONAL PENANGKAPAN PUKAT CINCIN KUALA LANGSA DI SELAT MALAKA

6 PEMBAHASAN 6.1 Daerah Penangkapan Ikan berdasarkan Jalur Jalur Penangkapan Ikan

KAPAL IKAN PURSE SEINE

(Jaring Insang) Riza Rahman Hakim, S.Pi

PENDAHULUAN. Sumberdaya ikan merupakan salah satu jenis sumberdaya alam yang

PENGARUH INTENSITAS LAMPU BAWAH AIR TERHADAP HASIL TANGKAPAN PADA BAGAN TANCAP. Effect of Underwater Lamp Intensity on The Lift Net s Fishing Catches

Harry Kurniawan 1), Ir. Arthur Brown, M.Si 2), Dr. Pareg Rengi, S.Pi, M.Si 2) ABSTRAK

PENDAHULUAN. Sumberdaya perikanan di laut sifatnya adalah open acces artinya siapa pun

PENENTUAN RESPON OPTIMAL FUNGSI PENGLIHATAN IKAN TERHADAP PANJANG GELOMBANG DAN INTENSITAS CAHAYA TAMPAK

PERBANDINGAN HASIL TANGKAPAN BAGAN TANCAP BERDASARKAN WAKTU HAULING PADA JARAK YANG BERBEDA DARI PANTAI, DI DESA PUNAGAYA KAB.

4 KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

Volume 6, No. 2, Oktober 2013 ISSN:

Study on the use of different light intensities on fish catch of raft lift net in Dodinga Bay, West Halmahera Regency

6 PEMBAHASAN. 6.1 Kondisi Selat Madura dan Perairan Sekitarnya

4. HUBUNGAN ANTARA DISTRIBUSI KEPADATAN IKAN DAN PARAMETER OSEANOGRAFI

Pengumunan terkait revisi Dosen Pengampu dan Materi DPI

PENGEMBANGAN LAMPU BAWAH AIR SEBAGAI ALAT BANTU PADA BAGAN TANCAP DI DESA TAMBAK LEKOK KECAMATAN LEKOK PASURUAN

Durasi keberadaan ikan di bawah cahaya lampu yang diamati melalui CCTV di perairan Teluk Manado, Sulawesi Utara

PERTEMUAN KE-6 M.K. DAERAH PENANGKAPAN IKAN HUBUNGAN SUHU DAN SALINITAS PERAIRAN TERHADAP DPI ASEP HAMZAH

Sukardi 1), Subari Yanto 2), Kadirman 3) 1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Teknologi Pertanian FT UNM, 2) dan 3) Dosen FT UNM

PURSE SEINE (PUKAT CINCIN)

SELEKSI JENIS ALAT TANGKAP DAN TEKNOLOGI YANG TEPAT DALAM PEMANFAATAN SUMBERDAYA LEMURU DI SELAT BALI

5 PEMBAHASAN 5.1 Performa Fyke Net Modifikasi

TINJAUAN PUSTAKA. Alat ini umumnya digunakan untuk menangkap ikan menhaden (Brevoortia

PROFIL PENCAHAYAAN DAN DISTRIBUSI IKAN PADA AREAL PENANGKAPAN BAGAN RAMBO DI SELAT MAKASSAR

ANALISIS EFEKTIFITAS PRODUKSI CUMI CUMI

4 METODE PENELITIAN 4.1 Waktu dan tempat 4.2 Alat dan bahan 4.3 Metode pengambilan data

PENGARUH ATRAKTOR CUMI TERHADAP HASIL TANGKAPAN ALAT TANGKAP BAGAN TANCAP DI PERAIRAN JEPARA

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Jurnal Perikanan dan Kelautan p ISSN Volume 7 Nomor 2. Desember 2017 e ISSN Halaman :

PENGARUH ILUMINASI ATRAKTOR CAHAYA TERHADAP HASIL TANGKAPAN IKAN PADA BAGAN APUNG

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

PAPER TEKNIK PENANGKAPAN IKAN ALAT TANGKAP IKAN

Fishing Methods: Gillnetting. By. Ledhyane Ika Harlyan

Setelah manusia mengetahui cara membuat api, mereka juga menemukan. bahwa beberapa jenis ikan tertarik oleh cahaya. Namum tidak diketahui dengan

SAMBUTAN. Jakarta, Nopember Kepala Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan

5 PEMBAHASAN 5.1 Unit Penangkapan Ikan

PEMANFAATAN LAMPU LISTRIK UNTUK PENINGKATAN HASIL TANGKAPAN PADA BAGAN APUNG TRADISIONAL DI PELABUHAN RATU

terdistribusi pada seluruh strata kedalaman, bahkan umumnya terdapat dalam frekuensi yang ringgi. Secara horisontal, nilai target strength pada

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

STUDI TENTANG PRODUKTIVITAS BAGAN TANCAP DI PERAIRAN KABUPATEN JENEPONTO SULAWESI SELATAN WARDA SUSANIATI L

ANALISIS HASIL TANGKAPAN MINI PURSE SEINE MENGGUNAKAN JUMLAH LAMPU YANG BERBEDA. OLEH: AGUS SUHERMAN

5 PEMBAHASAN 5.1 Sebaran SPL Secara Temporal dan Spasial

PEMANFAATAN TEKNOLOGI HIDROAKUSTIK UNTUK PENGEMBANGAN USAHA PERIKANAN BAGAN PERAHU

SAMBUTAN. Jakarta, Nopember Kepala Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

PENERAPAN TEKNOLOGI AKUSTIK PADA PERIKANAN BAGAN PERAHU APPLICATION OF ACOUSTIC TECHNOLOGY ON THE FISH CATCH OF BOAT LIFT NET

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENGARUH PERBEDAAN POSISI PENEMPATAN LAMPU TABUNG TERHADAP HASIL TANGKAPAN BAGAN APUNG NELA INDAH ERMAWATI

VII. POTENSI LESTARI SUMBERDAYA PERIKANAN TANGKAP. Fokus utama estimasi potensi sumberdaya perikanan tangkap di perairan

PENDAHULUAN. Pantai Timur Sumatera Utara merupakan bagian dari Perairan Selat

Transkripsi:

58 5 PEMBAHASAN 5.1 Proses penangkapan pada bagan rambo Dalam pengoperasiannya, bagan rambo menggunakan cahaya untuk menarik dan mengumpulkan ikan pada catchable area. Penggunaan cahaya buatan yang berkapasitas besar (sekitar 20 kw) memungkinkan bagan rambo dapat dioperasikan pada saat bulan terang. Daya tembus dari cahaya mercuri pada kedalaman 25 m iluminasi cahaya mencapai 0,0585 lux dan secara horizontal pada jarak 50 m iluminasi cahaya mencapai 0,5 lux. Pengoperasian bagan rambo pada saat bulan terang memungkinkan karena kekuatan cahaya yang digunakan besar sehingga penetrasi cahaya yang masuk ke dalam perairan secara vertikal akan lebih dalam dan secara horisontal masih dapat menarik kawanan ikan pada jarak yang jauh. Dengan demikian bagan rambo terogolong alat yang efektif karena dapat digunakan walaupun pada saat bulan terang. Fishing ground bagan rambo hubungannya dengan topografi dan dasar perairan sebaiknya berada di belakang karang atau batu untuk menghindari arus dan gelombang yang besar. Penempatan ini memungkinkan bagan rammbo dapat dioperasikan pada saat Musim Barat. Dasar perairan yang berlumpur merupakan fishing ground yang ideal bagi bagan rambo (Lampiran 2 dan 3). Fishing ground bagan rambo yang berada di belakang batu atau karang serta dasar perairan yang berlumpur diindikasikan memberikan hasil tangkapan yang baik. Faktor oseanografi mempengaruhi operasi penangkapan bagan rambo. Arus adalah salah satu faktor oseanografi yang mempengaruhi proses pengoperasian bagan rambo. Arus yang kuat akan menyebabkan proses hauling terganggu. Pengaruh arus akan menyebabkan posisi bingkai dan waring bagan tidak tepat berada di bawah bingkai bagan, hal ini akan mengakibatkan ikan dapat meloloskan diri pada saat hauling. Pengaruh arus yang kuat oleh nelayan setempat diatasi dengan menggunakan tali penahan arus yang ditempatkan pada setiap sudut bagan. Tali arus ini diikatkan pada sebuah roller dan ujung yang lainnya diikatkan sebuah

59 batu sebagai pemberat. Penggunaan tali penahan ini dimaksudkan untuk menahan bingkai bagan agar tepat berada di bawah rangka bagan. Pada kecepatan arus permukaan lebih besar 0,34 m/detik, nelayan bagan rambo tidak menurunkan waring (Sudirman, 2003). Oleh karena itu kecepatan arus merupakan salah satu pembatas dalam mengoperasikan bagan rambo. Jika dibandingkan dengan set net, kecepatan arus yang bisa di tolerir adalah 0,25 m/detik dan pada kecepatan lebih dari 0,75 m/detik akan merusak jaring (Martasuganda 2002), dengan kata lain set net lebih kuat menahan arus dari bagan rambo. Suhu berkisar 26-27 C, salinitas berkisar 33-35 per mil dan kecerahan 13 14,5 % di Selat Makassar selama penelitian. Kondisi suhu, salinitas dan kecerahan ini baik untuk tujuan penangkapan ikan. Ben-Yami (1987) mengemukakan bahwa kecerahan air di atas 10 m tergolong baik untuk mengoperasikan alat tangkap yang menggunakan alat bantu cahaya. 5.2 Analisis Tingkah Laku Ikan pada Bagan Rambo 5.2.1 Proses tertangkapnya ikan pada bagan rambo Reaksi ikan terhadap cahaya berbeda-beda, seperti fototaksis positif, preferensi untuk intensitas optimum, investigatory reflex, mengelompok dan mencari makan di bawah cahaya serta disorientasi akibat kondisi buatan dari gradient intensitas di bawah air (Ben-Yami 1987). Reaksi ikan inilah yang dimanfaatkan untuk menangkap ikan dengan mengunakan alat bantu cahaya. Pergerakan ikan yang berbeda-beda terhadap sumber cahaya merupakan salah satu aspek yang perlu diketahui untuk meningkatkan hasil tangkapan. Pergerakan ikan yang mendekati sumber cahaya di konsentasikan dengan mengurangi intensitas cahaya dengan cara menggunakan lampu fokus untuk mengkonsentrasikan ikan di catchable area. Pengkonsentrasian ikan hubungannnya dengan pergerakan ikan yang berbeda terhadap sumber cahaya mengakibatkan perlakuan dalam mengkonsentrasikan ikan juga berbeda. Ikan teri, kembung dan tembang merupakan ikan yang menyenangi cahaya yang terang sehingga peredupan lampu tidak perlu maksimal. Sebaliknya ikan layang

60 merupakan ikan yang menyenangi daerah pencahayaan yang tidak terlalu terang, sehingga dalam mengkonsentrasikannya haruslah seredup mungkin dan peredupan lampu dilakukan sehalus mungkin agar ikan tidak terkejut. Penarikan jaring dilakukan setelah ikan telah terkonsentrasi di sekitar lampus fokus dimana ikan telah teradaptasi sempurna oleh cahaya. Ikan yang telah beradaptasi sempurna dengan cahaya mengakibatkan ikan tidak terlalu terpengaruh oleh proses penagangkatan bingkai jaring pada saat hauling. Ikan yang tetap berada dalam lingkup bingkai bagan akan tertangkap dan ikan yang berada di luar lingkup bingkai bagan akan lolos dari proses penangkapan bagan rambo. 5.2.2 Pola kedatangan ikan di catchable area Pola kedatangan ikan di sekitar sumber cahaya berbeda-beda, tergantung jenis dan keberadaan ikan di perairan. Pengamatan dengan menggunakan side scan sonar colour tidak dapat mengetahui jenis ikan yang berada di perairan, namun pergerakan kawanan ikan yang ada di sekitar bagan dapat diketahui. Hasil pengamatan dengan menggunakan side scan sonar colour memperlihatkan bahwa kawanan ikan berenang mendatangi sumber cahaya dari kedalamanan yang berbeda, yaitu ada yang berenang pada kisaran kedalaman 20-30 m dan ada pula yang berenang pada kisaran kedalam 5-10 m, hal ini sesuai dengan yang kemukakan oleh Gambang (2003) bahwa ikan pelagis kecil terdistribusi dikedalaman 15 60 m. Perbedaan ini diindikasikan karena jenis ikan yang berbeda dan kedalaman renang ikan yang berbeda tergantung dari kondisi yang optimum ikan tersebut. Demikian pula respon ikan berbeda terhadap cahaya mengakibatkan pola pergerakan ikan mendekati cahaya juga berbeda. Pola kedatangan ikan di sekitar pencahayaan ada yang langsung menuju sumber cahaya dan ada juga yang masih berada di sekitar sumber pencahayaan. Hal ini terjadi karena ketertarikan ikan berbeda-beda terhadap cahaya. Ikan-ikan yang pola kedatangannya tidak langsung masuk ke dalam sumber cahaya diindikasikan mendatangi cahaya karena ingin mencari makan. Pola kedatangan ikan hubungannya dengan arah memperlihatkan bahwa ikan cenderung mendatangi sumber pencahayaan dari arah kiri dan kanan bagan. Hal ini dikarenakan ikan yang mendatangi sumber cahaya membutuhkan adaptasi

61 dari suatu daerah yang baru, sehingga ikan mendatangi cahaya dengan arah memotong arah arus. Pergerakan arah memotong arus ini diindikasikan untuk menjaga jika di daerah tersebut terdapat predator dapat segera berbalik arah searah dengan arus agar cepat meloloskan diri. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa pada setting II dan III ikan telah ada di sekitar pencahayaan. Keberadaan ikan ini di sebabkan ikan yang berhasil meloloskan tidak meninggalkan lokasi bagan. Ikan-ikan ini diindikasikan adalah ikan yang berfototaksis positif dan telah beradaptasi dengan cahaya masih terus bergerak mendekati dan menjauhi sumber cahaya dikarenakan adanya predator. 5.2.3 Pola penyebaran ikan di sekitar pencahayaan Hasil side scan sonar colour memperlihatkan penyebaran kawanan ikan di sekitar pencahayaan ada yang berada di sumber cehaya dan ada yang terus bergerak di sekitar sumber pencahayaan. Penyebaran ikan belum memperlihatkan pola yang tetap. Penyebaran ikan pada saat lampu merkury masih dinyalakan semua memperlihatkan bahwa kawanan ikan masih cenderung berada di luar catchable area. Pada saat ini kawanan ikan masih terus mendatangi sumber pencahayaan. Penyebaran kawanan ikan pada saat lampu luar bagan telah dimatikan terlihat semakin mendekati cathcable area. Pada saat ini pola pergerakan ikan cenderung membentuk pola pergerakan yang teratur memutar (melingkari) sumber pencahayaan dimana ikan masih kadang-kadang bergerak agak menjauhi sumber pencahayaan kemudian mendekati lagi. Pada saat lampu yang berada di bawah bingkai bagan akan dipadamkan terlihat ikan semakin terkonsentrasi di sekitar catchable area, walaupun pada saat ini masih ada kawanan ikan yang terlihat meninggalkan lokasi pencahayaan dan ada pula yang mendekati sumber pencahayaan. Penyebaran kawanan ikan di kedalaman perairan berada di sekitar waring bagan dan sekitar permukaan perairan. Ikan-ikan yang berada di sekitar waring bagan dan kolom perairan diindikasikan adalah ikan kembung, tembang dan layang. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh GodØ et al (2004) bahwa sekitar 65 % ikan mackerel berada diantara permukaan sampai kedalaman

62 40 m, sedangkan ikan yang berada di sekitar permukaan adalah ikan teri yang merupakan ikan berfototaksis positif. 5.2.4 Pola penyebaran ikan pada saat hauling Pada saat hauling dimana hanya lampu fokus yang menyala, pola penyebaran ikan di perairan sudah memiliki pola yang teratur. Pola penyebaran ikan berada di sekitar waring bagan dan tepat berada di bawah rangka bagan. Pola penyebaran seperti ini diindikasikan adalah pola penyebaran ikan teri yang berada di bawah rangka bagan, ikan kembung dan tembang yang berada di sekitar bingkai bagan. Pola distribusi ikan ini membentuk pola spherical (bola) seperti yang dikemukakan oleh Misund et al (2003). Pola pergerakan ikan yang berada sedikit di luar daerah pencahayaan dan membentuk pola gerobolan yang tersusun secara vertikal seperti pita (ribbon) (Misund et al, 2003). Pola ini diindikasikan adalah pola ikan layang, dimana pada proses penangkapan ikan layang lampu bagan harus sangat redup dan peredupannya berlangsung sangat perlahan. Peredupan lampu yang cepat dapat membuat ikan layang terkejut dan menjauhi sumber pencahayaan, demikian pula halnya jika lampu tidak redup, ikan layang akan bergerombol di luar catchable area. Pada saat hauling telah selesai, masih terlihat kawanan ikan di sekitar bagan. Kawanan ikan ini diindikasikan adalah kawanan ikan yang dapat meloloskan diri dari cakupan bingkai jaring bagan dan ikan-ikan yang berada di luar catchable area tetapi tidak meninggalkan daerah bagan pada saat hauling dilaksanakan. Ikan-ikan yang tidak tertangkap ada yang menjauhi bagan dan ada yang tetap berada di sekitar bagan. Diduga ikan yang tetap berada di daerah bagan adalah ikan-ikan yang menyenangi cahaya atau dengan kata lain berfototaksis positif. Kemungkinan kedua adalah ikan predator yang datang memangsa ikan-ikan kecil yang stres akibat proses hauling sehingga dapat dengan mudah dimangsa. 5.2.5 Pola pergerakan ikan di sekitar pencahayaan Pola Pergerakan kawanan ikan yang mendekati bagan mempunyai kecepatan yang berbeda pada saat akan mendekati bagan dan pada saat berada di

63 sekitar bagan. Ikan-ikan yang mempunyai kawanan yang kecil cenderung mempunyai pergerakan yang cepat, sehingga kecepatan pergerakan kawanan ikan akan menurun di sekitar pencahayaan akibat dari semakin padatnya kawanan ikan dan aktivitas makan. Pergerakan kawanan ikan selama penelitian berkisar 0,57 m/detik pada saat mendekati lokasi pencahayaan dan kecepatan pergerakan kawanan ikan sekitar 0,21 m/detik di sekitar pencahayaan. Hal ini mirip dengan apa yang dikemukakan oleh GodØ et al (2004) bahwa untuk ikan mackerel mempunyai kecepatan pergerakan kawanan sampai 6 m/detik jika kawanan kecil dan sekitar 1m/detik jika kawanannya sangat besar. Demikian pula yang dikatakan oleh Misund et al (2003), bahwa kecepatan pergerakan kawanan ikan sardine (Sardinops sagax) sekitar 0,6 1,59 m/detik, lama ikan sardine memecah kawanannya sekitar 2 menit dan membutuhkan waktu untuk menyatu dengan kawanan lainnya sekitar 5 menit. Pola pergerakan kawanan ikan teri di sekitar lampu fokus bergerak berputar (melingkar) secara teratur, demikian pula halnya dengan ikan layang. Pola pergerakan ikan teri dan layang sama dengan pola pergerakan kawanan ikan tembang dan selar yang ada di teluk Pelabuhanratu (Tupamahu, 2003) Pola pergerakan memutar secara teratur diindikasikan sangat dipengaruhi oleh pola pergerakan arus. Pola pergerakan kawanan ikan yang bergerak memutar secara teratur lebih mudah ditangkap jika dibandingkan ikan bergerak dengan pola pergerakan yang tidak teratur. 5.3 Analisis Hasil Tangkapan Komposisi jenis hasil tangkapan menunjukkan bahwa jenis ikan yang tertangkap (81%) pada bagan rambo adalah jenis ikan kembung, teri, layang, tembang dan cumu-cumi. Jenis ikan ini adalah jenis ikan small pelagic schooling. Kedatangan jenis ikan ini diduga karena tertarik secara langsung oleh cahaya dan mencari makan. Kelompok ikan lainnya umumnya adalah ikan predator. Kedatangan jenis ikan diduga karena beberapa faktor antara lain tujuan makan, seperti ikan barakuda, cendro, dan layur. Faktor lain karena pada malam hari ikan-ikan tersebut akan naik pada kedalaman tertentu atau termasuk kedalam ikan nokturnal.

64 Hasil tangkapan bagan rambo sebelum tengah malam memperlihatkan bahwa ikan yang dominan tertangkap adalah ikan kembung lelaki. Ikan kembung lelaki adalah ikan berfototaksis positif dan termasuk jenis ikan pertama yang datang ke sumber pencahayaan. Ikan ini menyenangi cahaya yang terang dan diduga pada waktu ini merupakan puncak fototaksis dari jenis ikan yang dominan tertangkap, karena pada umumnya nelayan yang memancing di bagan rambo pada jam 19.00 sampai 21.00 adalah nelayan yang memancing ikan kembung. Hasil tangkapan pada saat tengah malam di dominasi oleh ikan lainnya, ini berarti bahwa pada saat tengah malam terjadi keragaman jenis, dimana banyak jenis ikan tertangkap tetapi tidak dominan. Dominannya ikan lainnya disebabkan akumulasi berat jenis ikan yang banyak jenisnya dijumlahkan sehingga nampak dominan pada komposisi jenis hasil tangkapan di tengah malam. Kehadiran predator merupakan salah satu faktor eksternal yang mempengaruhi keberadaan ikan di bawah sumber cahaya. Jika predator masuk zona iluminasi, tingkah laku ikan di sumber pencahayaan akan berubah. Ikan yang telah terakumulasi di sekitar sumber pencahayaan akan menjauh jika predator datang dan terakumulasi kembali di sekitar pencahayaan jika predator telah pergi. Komposisi jenis hasil tangkapan setelah tengah malam menunjukkan bahwa keragaman jenis hasil tangkapan sedikit, dimana hasil tangkapan yang besar cenderung didominasi oleh jenis ikan tertentu. Tingginya rata-rata hasil tangkapan setelah tengah malam dan sebelum tengah malam diduga berhubungan dengan feeding behaviour dan sifat fototaksis. Diduga pada waktu tersebut merupakan kebiasaan makan dan puncak fototaksis dari jenis ikan yang dominan tertangkap, dimana ikan yang dominan tertangkap adalah ikan layang. Ikan layang teradaptasi sempurna dengan cahaya setelah tengah malam (Sudirman, 2003). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa komposisi jenis hasil tangkapan lebih beragam pada waktu tengah malam dan sebelum tengah malam, tetapi setelah tengah malam lebih didominasi oleh jenis tertentu. Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang di dapatkan oleh Baskoro (1999) bahwa keragaman jenis pada saat tengah malam lebih tinggi dibandingkan sebelum tengah malam dan pada saat setelah tengah malam keragaman jenis sedikit.

65 5.4 Perbaikan Teknik dan Metode pada Bagan Rambo yang Ada Saat Ini Pengetahuan tingkah laku ikan dalam hubungannya dengan perbaikan teknik dan metode penangkapan ikan merupakan salah satu faktor yang berkaitan dengan upaya pengembangan operasi penangkapan ikan yang lebih efisien dan efektif. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perbaikan teknik dan metode penangkapan pada bagan rambo saat ini adalah : 1. Kedalaman bingkai jaring perlu diperhatikan agar tepat berada di bawah kawanan ikan. Penentuan kedalaman jaring sangat tergantung jenis ikan, musim dan waktu hauling, sehingga sangat dibutuhkan pengalaman dan alat bantu untuk mendeteksi keberadaan ikan diperairan seperti peralatan akustik. Kedalaman bingkai jaring jika pada musim ikan teri dan kembung sebaiknya pada kedalaman 15 meter dikarenakan jenis ikan ini adalah ikan yang bergerombol dekat permukan air, tidak seperti halnya kawanan ikan layang yang tersusun seperti pita dan berada sampai kedalaman 30 meter. 2. Teknik pemadaman lampu juga perlu diperhatikan agar kawanan ikan tetap berada di atas bingkai jaring. Penggunaan intensitas yang tinggi digunakan jika kawanan ikan adalah ikan teri dan kembung karena jenis ikan ini menyenangi intensitas cahaya yang tinggi, sedangkan kawanan ikan layang menyenangi intensitas cahaya yang rendah. 3. Waktu hauling sebaiknya dilakukan sebelum dan sesudah tengah malam karena sebelum tengah malam merupakan waktu dimana ikan yang menyenangi cahaya terang sudah teradaptasi sempurna, sedangkan setelah tengah malam merupakan waktu dimana ikan yang tidak menyenangi cahaya terang teradaptasi sempurna. 4. Peningkatan jumlah hasil tangkapan juga dapat dilakukan dengan memadukan dengan alat tangkap lainnya untuk menangkap ikan yang masih dapat meloloskan diri pada saat hauling, seperti memadukan antara bagan rambo dengan purse seine atau gill net. 5. Modifikasi alat juga dapat dilakukan agar hasil tangkapan dapat meningkat. Modifikasi tersebut seperti penambahan selubung yang dapat bergerak cepat menutup pelolosan ikan pada saat hauling (Gambar 34 ).

66 C. PELEPASAN SELUBUNG C. PELEPASAN SELUBUNG SELESAI Gambar 34 Modifikasi bagan rambo dengan menggunakan selubung apung