BAB III IDENTIFIKASI, INVENTARISASI DAN EVALUASI RTH KOTA BANDA ACEH



dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pesat di seluruh wilayah Indonesia. Pembangunan-pembangunan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU KECAMATAN KOTA TENGAH KOTA GORONTALO. Sri Sutarni Arifin 1. Intisari

INFORMASI RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DI PROVINSI JAMBI

BAB III METODE PENELITIAN

Disajikan oleh: LIA MAULIDA, SH., MSi. (Kabag PUU II, Biro Hukum, Kemen PU)

MATA KULIAH PRASARANA WILAYAH DAN KOTA I (PW ) Jur. Perencanaan Wilayah dan Kota FTSP INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

III PENYUSUNAN MASTERPLAN RTH PERKOTAAN MASTERPLAN RTH

APLIKASI SIG UNTUK PEMETAAN DAN PENYUSUNAN BASISDATA RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) PERKOTAAN (STUDI KASUS: KOTA BANDA ACEH)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan, kawasan industri, jaringan transportasi, serta sarana dan prasarana

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG

Tabel MATRIKS INDIKASI PROGRAM UTAMA KOTA BANDA ACEH TAHUN TAHUN PELAKSANAAN INDIKASI PROGRAM. Bab VI 7 VOLUME SUMBER DANA

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA BINJAI. 2.1 Penggunaan Lahan Di Kota Binjai

Kebutuhan Masyarakat akan Ruang Terbuka Hijau pada Kawasan Pusat Kota Ponorogo

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Jumlah penduduk yang terus meningkat membawa konsekuensi semakin

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2002 TENTANG HUTAN KOTA

PEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG

TINJAUAN PUSTAKA. secara alami. Pengertian alami disini bukan berarti hutan tumbuh menjadi hutan. besar atau rimba melainkan tidak terlalu diatur.

I. PENDAHULUAN. sebagai bentang budaya yang ditimbulkan oleh unsur-unsur alami dan non alami

PENDAHULUAN. banyaknya daerah yang dulunya desa telah menjadi kota dan daerah yang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang

ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA POSO (STUDI KASUS : KECAMATAN POSO KOTA)

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kota sebagai pusat pemukiman, industri dan perdagangan

BAB IV ANALISIS DAN SINTESIS

INVENTARISASI DAN PENENTUAN KEMAMPUAN SERAPAN EMISI CO2 OLEH RUANG TERBUKA HIJAU DI KABUPATEN SIDOARJO, JAWA TIMURM

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah suatu bentuk ruang terbuka di kota (urban

ARAHAN POLA PENYEBARAN RUANG TERBUKA HIJAU IBUKOTA KECAMATAN TADU RAYA KABUPATEN NAGAN RAYA, NAD. Oleh : Linda Dwi Rohmadiani

HIRARKI IV ZONASI. sub zona suaka dan pelestarian alam L.1. sub zona sempadan lindung L.2. sub zona inti konservasi pulau L.3

Tabel 3 Kecamatan dan luas wilayah di Kota Semarang (km 2 )

TINJAUAN PUSTAKA. waktu tidak tertentu. Ruang terbuka itu sendiri bisa berbentuk jalan, trotoar, ruang

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian

2016 KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU BERD ASARKAN JUMLAH PEND UD UK D I KECAMATAN JATINANGOR KABUPATEN SUMED ANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk di Indonesia disetiap tahun semakin meningkat. Hal ini

5.1. DASAR PERTIMBANGAN PENENTUAN KAWASAN

RENCANA PENYEDIAAN DAN PEMANFAATAN RUANG TERBUKA, SERTA PRASARANA DAN SARANA UMUM

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA CIMAHI TAHUN

ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK DI KOTA BITUNG

BAB I PENDAHULUAN. dan pemukiman. Sebagaimana kota menurut pengertian Bintarto (1977:9)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

TENTANG BUPATI NGANJUK, Undang-undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi

WALIKOTA LANGSA PROVINSI ACEH QANUN KOTA LANGSA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN HUTAN KOTA BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG DAN PERATURAN ZONASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BUKU DATA STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012 DAFTAR TABEL

KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU KOTA BANDA ACEH

Analisis Ketersediaan Ruang Terbuka Hijau Berdasarkan Kebutuhan Oksigen Di Kota Banda Aceh

BAB I PENDAHULUAN. yang semula merupakan ruang tumbuh berbagai jenis tanaman berubah menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional pada hakekatnya merupakan usaha-usaha untuk

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kota seringkali menyebabkan terjadinya perubahan kondisi ekologis lingkungan perkotaan yang

PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI

I. PENDAHULUAN. heterogen serta coraknya yang materialistis (Bintarto,1983:27). Kota akan selalu

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO

Analisis Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau Berdasarkan Buangan Gas CO2 pada Jalan Soekarno Hatta, Kota Bandung

BAB III: DATA DAN ANALISA

PENDAHULUAN. Latar Belakang

KAJIAN PENATAAN POHON SEBAGAI BAGIAN PENGHIJAUAN KOTA PADA KAWASAN SIMPANG EMPAT PASAR MARTAPURA TUGAS AKHIR. Oleh: SRI ARMELLA SURYANI L2D

Rencana Tata Ruang Wilayah kota yang mengatur Rencana Struktur dan

I. PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. mengembangkan otonomi daerah kepada pemerintah daerah.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB VI RENCANA UMUM DAN PANDUAN RANCANGAN

BAB I. KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 31 TAHUN 2013

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 1 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG TERBUKA HIJAU KAWASAN PERKOTAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. utama pencemaran udara di daerah perkotaan. Kendaraan bermotor merupakan

BAB III TINJAUAN KOTA YOGYAKARTA

BAB VII KAWASAN LINDUNG DAN KAWASAN BUDIDAYA

Pranata Pembangunan Pertemuan 1 Pembangunan di Kawasan Hijau. Sahid Mochtar, S.T., MT. Ratna Safitri, S.T., M.Ars.

6.1.1 Hasil Analisis RTH pada Kabupaten Mimika. b. Hasil perhitungan berdasarkan status kepemilikan RTH eksisting: ha dengan pembagian:

MEMUTUSKAN : : PERATURAN DAERAH TENTANG PENGELOLAAN RUANG TERBUKA HIJAU.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2002 TENTANG HUTAN KOTA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEADAAN UMUM KOTA BANDA ACEH. Tabel 4. Luas dan Persentase Wilayah Kecamatan di Kota Banda Aceh NO KECAMATAN LUAS (Km 2 )

DAFTAR ISI. Tabel SD-1 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama Tabel SD-2 Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi/Status... 1

BAB IV ANALISIS KEBUTUHAN DAN PENYEDIAAN RUANG TERBUKA HIJAU KOTA CIREBON

PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI SIAK NOMOR 29 TAHUN 2016 TENTANG

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Ketentuan Umum Istilah dan Definisi

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG RUANG TERBUKA HIJAU KAWASAN PERKOTAAN KABUPATEN PURWOREJO

BAB IV ANALISA PERENCANAAN

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi suatu kawasan hunian yang berwawasan ligkungan dengan suasana yang

5. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN JOMBANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

*39929 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 63 TAHUN 2002 (63/2002) TENTANG HUTAN KOTA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2002 TENTANG HUTAN KOTA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BONDOWOSO TAHUN

PEMANFAATAN RUANG TERBUKA HIJAU PUBLIK DI KELURAHAN WAWOMBALATA KOTA KENDARI TUGAS AKHIR

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. kuantitas lingkungan. Menurut Reksohadiprodjo dan Karseno (2012: 43),

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG

Lanskap Perkotaan (Urban Landscape) HUTAN KOTA. Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Ir. Siti Nurul Rofiqo Irwan, MAgr, PhD.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

BAB III IDENTIFIKASI, INVENTARISASI DAN EVALUASI RTH KOTA BANDA ACEH 3.1 Identifikasi RTH Kota Banda Aceh Berdasarkan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan Peraturan Menteri PU No.05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan disebutkan bahwa pengertian Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah area memanjang/jalur dan atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh tanaman secara alamiah maupun yang sengaja ditanam. Berdasarkan status kepemilikan RTH diklasifikasikan menjadi (a) RTH publik, yaitu RTH yang berlokasi pada lahan-lahan publik atau lahan yang dimiliki oleh pemerintah (pusat, daerah), dan (b) RTH privat atau non publik, yaitu RTH yang berlokasi pada lahanlahan milik privat. Tabel 3.1 Klasifikasi RTH berdasarkan Kepemilikan Halaman - 24

Dari pemahaman RTH diatas, maka RTH Kota Banda Aceh terdapat beberapa jenis RTH yang mempunyai manfaat atau fungsi yang berbeda-beda. Bentuk dan kondisi RTH di Kota Banda Aceh antara lain: 3.1.1 Taman Kota Taman kota merupakan ruang di dalam kota yang ditata untuk menciptakan keindahan, kenyamanan, keamanan, dan kesehatan bagi penggunanya. Selain itu, taman kota difungsikan sebagai paru-paru kota, pengendali iklim mikro, konservasi tanah dan air, dan habitat berbagai flora dan fauna. Apabila terjadi suatu bencana, maka taman kota dapat difungsikan sebagai tempat posko pengungsian. Pepohonan yang ada dalam taman kota dapat memberikan manfaat keindahan, penangkal angin, dan penyaring cahaya matahari. Taman kota berperan sebagai sarana pengembangan budaya kota, pendidikan, dan pusat kegiatan kemasyarakatan. Taman kota harus nyaman secara spasial atau keruangan, dimana warga kota dapat menggunakannya untuk aktivitas informal sehari-hari seperti istirahat, duduk, bermain dan lainnya. Untuk itu, perlu disediakan sarana atau prasarana untuk kebutuhan tersebut, misalnya bangku, ruang terbuka, toilet umum, dan lainnya Kota Banda Aceh mempunyai beberapa taman kota diantaranya: Taman sari, Taman Nurseri Bustanussalatin, Taman Adipura, Taman Cagar Budaya Putroe Phang di Kecamatan Baiturrahman, Taman Edukasi Tsunami di Kecamatan Jaya Baru, Taman Tepi Kali di Kecamatan Kuta alam dan taman-taman kecil lainnya berupa pulau jalan serta taman sudut jalan. Gambar. 3.1 Taman Kota di Kota Banda Aceh 3.1.2 Hutan Kota Hutan Kota merupakan suatu hamparan lahan yang bertumbuhan pohon-pohon yang kompak dan rapat di dalam wilayah perkotaan baik pada tanah negara maupun tanah hak, yang ditetapkan sebagai hutan kota oleh pejabat yang berwenang. Persentase luas hutan kota paling sedikit 10% dari wilayah perkotaan dan atau disesuaikan dengan kondisi setempat dengan luas minimal sebesar 0,25 ha. dalam satu hamparan yang kompak (hamparan yang menyatu). Hutan Kota mempunyai beberapa fungsi seperti memperbaiki dan menjaga iklim mikro dan nilai estetika, meresapkan air, menciptakan keseimbangan dan Halaman - 25

keserasian lingkungan fisik kota, dan mendukung pelestarian keanekaragaman hayati. Hutan kota dapat dimanfaatkan sebagai tempat pariwisata alam, rekreasi, olah raga, penelitian dan pengembangan, pendidikan, pelestarian plasma nutfah, dan budidaya hasil hutan bukan kayu Hutan kota di Kota Banda Aceh terdapat di beberapa tempat, seperti Hutan Kota di depan Mesjid Raya Baiturrahman, Hutan Kota di samping POMDAM, Sisi Barat Kanal Krueng Aceh yang luasnya rata-rata kurang 0,25 ha. kurang luas untuk memenuhi syarat sebagai hutan kota. Hutan kota yang cukup memenuhi syarat sebagai hutan kota terdapat di Kecamatan Syiah Kuala dengan luas 6,8 ha. dan hutan kota Rusunawa yang berlokasi di Kecamatan Meuraxa dengan luas 4 ha. Gambar. 3.2 Hutan Kota BNI di Desa Tibang Kecamatan Syiah Kuala 3.1.3 RTH Jalur Hijau Jalan Jalur hijau jalan adalah pepohonan, rerumputan, dan tanaman perdu yang ditanam pada pinggiran jalur pergerakan di samping kiri-kanan jalan dan median jalan. RTH jalur pengaman jalan terdiri dari RTH jalur pejalan kaki, taman pulo jalan yang terletak di tengah persimpangan jalan, dan taman sudut jalan yang berada di sisi persimpangan jalan. Beberapa fungsi jalur hijau jalan yaitu sebagai penyegar udara, peredam kebisingan, mengurangi pencemaran polusi kendaraan, perlindungan bagi pejalan kaki dari hujan dan sengatan matahari, pembentuk citra kota, dan mengurangi peningkatan suhu udara. Selain itu, akar pepohonan dapat menyerap air hujan sebagai cadangan airtanah dan dapat menetralisir limbah yang dihasilkan dari aktivitas perkotaan. RTH jalur hijau jalan di Kota Banda Aceh berada pada jalan-jalan utama di pusat kota seperti di Jalan Sultan Alaidin Mahmudsyah, Jalan Daud Beureuh, Jalan T. Nyak Arief, Jalan Teuku Umar, Jalan Tjut Nyak dien, Jalan tgk. Chik DiTiro, Jalan Tgk. Imuem Lueng Bata, Jalan Panglima Nyak Makam dan beberapa ruas jalan lainnya. Sebagian jalur hijau tersebut sudah tertata sesuai dengan fungsinya dengan tanaman berupa jenis kayu, Halaman - 26

perdu/semak dan penutup tanah, akan tetapi ada juga jalur hijau jalan yang dipasang paving block dan ditanam pohon ditengahnya. Gambar. 3.3 Kondisi Jalur Hijau di beberapa ruas Kota Banda Aceh 3.1.4 RTH Jalur Hijau Sempadan Sungai Sempadan sungai adalah kawasan sepanjang kiri kanan sungai termasuk sungai buatan/kanal/saluran irigasi primer yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai, mengamankan aliran sungai, dan dikembangkan sebagai area penghijauan. Fungsi lain dari sempadan adalah untuk penyerap aliran air, perlindungan habitat, dan perlindungan dari bencana alam. Krueng Aceh merupakan sungai terbesar dan terpanjang yang membelah Kota Banda Aceh, disamping itu juga di Kota Banda Aceh terdapat sungai-sungai kecil seperti Krueng daroy, Krueng Cut, Krueng Doi, Krueng Neng dan Krueng Lueng Paga. Sempadan sungai yang sudah ditata menjadi RTH yaitu pada Krueng Aceh dan Krung Daroy. Gambar. 3.4 RTH Jalur Hijau Sempadan Sungai di Kota Banda Aceh yang telah tertata dan belum 3.1.5 RTH Jalur Hijau Sempadan Pantai Sempadan Pantai adalah RTH yang berfungsi sebagai batas dari pantai, kawasan limitasi terhadap penggunaan lahan disekitarnya. Fungsi lain dari sempadan adalah untuk penyerap aliran air, perlindungan habitat, dan perlindungan dari bencana alam. Halaman - 27

Jalur hijau sempadan pantai di Kota Banda Aceh terletak pada kawasan pesisir utara di Kecamatan Meuraxa, Kecamatan Kuta Raja, Kecamatan Kuta Alam dan Kecamatan Syiah Kuala yang ditumbuhi vegetasi mangrove, nipah, kelapa dan cemara. Ketika tsunami kawasan ini mengalami kerusakan yang cukup parah hampir seluruh vegetasi mati. Saat ini mulai dilakukan revegetasi dan mulai tumbuh kembali walaupun belum mencapai seperti kondisi awal sebelum tsunami. Gambar. 3.5 Kondisi RTH Jalur Hijau Sempadan Pantai di Kota Banda Aceh. 3.1.6 RTH Lapangan Olah Raga Lapangan olahraga merupakan lapangan yang dibangun untuk menampung berbagai aktifitas olahraga seperti sepak bola, voli, atletik, dan golf serta sarana-sarana penunjangnya. Fungsi lapangan olahraga pertemuan, adalah sebagai sarana wadah interaksi dan olahraga, tempat sosialisasi, bermain, serta untuk meningkatkan kualitas lingkungan sekitarnya. RTH Lapangan olah raga yang terdapat di kota Banda Aceh antara lain lapangan Blang Padang, lapangan Jasdam Neusu, Stadion Lampinueng, Stadion Harapan Bangsa, Lapangan Tugu Darussalam, dan beberapa lapangan bola kaki yang terdapat di tiap-tiap kecamatan di Kota Banda Aceh. Lapangan Blang Padang merupakan RTH yang cukup luas, tempat warga kota Banda Aceh berolah raga setiap pagi dan sore hari. juga sering digunakan untuk shalat dua hari raya, upacara memperingati hari besar nasional, pameran pembangunan dan pertunjukan musik. Ditaman ini juga terdapat replika pesawat Seulawah Air yang merupakan cikal bakal Garuda Indonesia Airways. Sebelah Barat dari lapangan ini terdapat Museum Tsunami Aceh. Halaman - 28

Gambar 3.6 RTH Blang Padang yang merupakan salah satu ikon Kota Banda Aceh. 3.1.7 RTH Pemakaman Pemakaman umum merupakan salah satu fasilitas sosial yang berfungsi sebagai tempat pemakaman bagi masyarakat yang meninggal dunia. Pemakaman umum juga memiliki fungsi lainnya seperti cadangan RTH, daerah resapan air, dan paru-paru kota. Lahan pemakaman selain digunakan untuk tempat pemakaman, umumnya memiliki sedikit lahan untuk ruang terbangun dan sisanya ditanami berbagai jenis tumbuhan. RTH Pemakaman di Kota Banda Aceh antara lain Taman Pemakaman Serdadu Belanda (Kherkhoff) yang masuk kedalam kawasan Cagar Budaya, Taman Makam Pahlawan di Kecamatan Baiturrahman, Komplek Makam Raja Dikandang di Kecamatan Kura Raja, Kuburan Massal Tsunami Ulee Lheu di Kecamatan Meuraxa dan Kuburan Umum lainnya yang terdapat di tiap-tiap kelurahan di tiap-tiap Kecamatan di Kota Banda Aceh. (a) (b)

(c) (d) (e) Gambar 3.7 Beberapa RTH Pemakaman di Kota Banda Aceh. (a) Kherkhoff, (b) TMP Ateuk Pahlawan, (c) Kuburan Massal Tsunami Ulee Lheue, (d) Makam Raja Dikandang Kuta Raja dan (e) Makam Umum di Kedudah Kecamatan Kuta Raja. 3.1.8 RTH Perkarangan Rumah RTH Perkarangan Rumah merupakan lahan diluar bangunan yang luasnya disesuaikan dengan KDB (Koefisien Dasar Bangunan). RTH Perkarangan di Kota Banda Aceh umumnya terdapat pada rumah-rumah dengan luas lahan di atas 300 m 2., sedangkan pada rumah-rumah dengan lahan 100 m 2. sampai dengan 300 m2., umumnya tidak mengikuti ketentuiann KDB yang ditetapkan. Gambar 3.8 RTH Perkarangan di beberapa rumah di Kota Banda Aceh. 3.1.9 RTH Halaman Perkantoran, Gedung Komersial, Mesjid dan Sekolah. RTH Halaman perkantoran dan gedung komersial merupakan taman yang lebih kecil dan diperuntukan untuk populasi dan kegiatan terbatas, biasanya digunakan untuk kegiatan upacara, olah raga, sirkulasi udara dan sebagai elemen estetika. RTH ini umumnya belum cukup tersedia di lingkungan perkantoran dan bangunan komersial, sedangkan di lingkungan sekolah lebih banyak berupa ruang terbuka non hijau. Beberapa instansi dan mesjid yang memiliki lahan cukup luas diantaranya di Kompleks Kantor Gubernur Aceh, Kompleks Dinas Pertanian Aceh, Kompleks Polda Aceh, Kompleks Universitas Syiah Kuala, Kompleks IAIN Ar-Raniry, Politeknik Aceh Pango Raya, Kompleks RSU Zainal Abidin Banda Aceh dan beberapa instansi lainnya. Selanjutnya Mesjid Raya Baiturrahman, Mesjid Jamik Lueng Bata, Mesjid Jamik Baitus Salihin Ulee Kareng, Mesjid Teuku Umar Setui dan beberapa mesjid lainnya.

Gambar 3.9 RTH Halaman Perkantoran, Gedung Komersial, Mesjid dan Sekolah di Kota Banda Aceh. 3.1.10 RTH Pertanian Kota. Kegiatan pertanian tentunya membutuhkan lahan yang cukup luas, sehingga kegiatan ini jarang ditemui di kawasan pusat kota yang cenderung kepada kegiatan perdagangan dan jasa. Di Kota Banda Aceh kegiatan pertanian masih terdapat di beberapa wilayah pinggiran kota, antara lain di Kecamatan Syiah Kuala, Kecamatan Ulee Kareng, Kecamatan Lueng Bata, Kecamatan Jaya Baru dan Kecamatan Banda Raya. Kegitan Halaman - 31

utamanya berupa budidaya tanaman pangan, holtikultura, kebun campuran, kolam ikan yang dikelola oleh masyarakat setempat. RTH Pertanian di perkotaan Banda Aceh dari tahun ke tahun semakin berkurang beralih fungsi menjadi kawasan terbangun, terutama berubah menjadi kawasan perumahan, perdagangan dan aneka jasa lainnya. Dengan banyaknya ruas jalan yang dibuka maka makin cepat lahan pertanian tersebut di konversi menjadi kawasan permukiman dan perdagangan. Gambar 3.10 Beberapa RTH Pertanian di Kota Banda Aceh, beberapa diantaranya masih berupa persawahan aktif. 3.2 Inventarisasi RTH Kota Banda Aceh RTH Publik Kota Banda Aceh yang terdata pada tahun 2009 berbentuk hub/core/area berupa: taman kota (taman wisata, taman edukasi, taman nurseri, taman tugu), hutan kota, hutan magrove, lapangan olahraga dan makam. Sedangkan berbentuk link/corridor/jalur hijau saat ini berupa: pulau jalan dan jalur hijau, sepadan sungai, sempadan pantai. Dikota Banda Aceh tidak terdapat situ/danau/telaga/waduk dan jalur SUTET (Saluran Udara Ekstra Tegangan Tinggi), sedangkan Rel KA (Kereta api) masih dalam perencanaan. Sedangkan RTH Privat terdiri dari RTH perkarangan dan RTH Pertanian Kota dan Tambak. Luas RTH Eksisting di masing-masing kecamatan di Kota Banda Aceh dapat dilihat pada Tabel 3.2, 3.3 dan 3.4 dibawah ini. Halaman - 32

Tabel 3.2 Data Luas dan Komponen RTH Publik Kota Banda Aceh Tahun 2012 Kecamatan No Jenis RTH Meuraxa Jaya Baru Banda Raya Baiturrahman Lueng Bata Kuta Alam Kuta Raja Syiah Kuala Ulee Kareng Jumlah Persentase (ha) (%) Publik 1 Taman Kota 1,16 1,52 0,36 6,31 0,72 3,54 0,00 1,32 0,13 15,06 0,25 2 Hutan Kota 4,00 0,00 0,30 15,89 0,00 0,10 0,00 6,92 0,00 27,21 0,44 3 Jalur Hijau Jalan 10,32 3,31 5,12 23,94 6,21 19,31 2,31 16,84 10,65 98,01 1,60 4 Jalur Hijau Sempadan Sungai 1,03 0,91 1,21 2,92 14,86 5,13 1,47 8,16 39,72 75,41 1,23 5 Jalur Hijau Sempadan Pantai 69,48 3,00 0,00 0,00 0,00 42,02 18,88 144,51 0,00 277,89 4,53 6 RTH Lap. Olah Raga 1,63 0,91 13,89 14,17 2,08 3,91 0,63 7,11 3,10 47,43 0,77 7 RTH Lingkungan Perkantoran 0,87 0,61 1,01 5,28 1,42 5,79 1,02 98,94 1,98 116,92 1,91 8 RTH Pemakaman 1,08 0,51 1,04 7,56 1,21 1,78 1,55 1,54 2,07 18,34 0,30 Total (ha) 89,57 10,77 22,93 76,07 26,50 81,58 25,86 285,34 57,65 676,27 11,02 Persentase (%) 1,46 0,18 0,37 1,24 0,43 1,33 0,42 4,65 0,94 11,02 Sumber: RTRW Kota Banda Aceh 2009-2029, Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Banda Aceh 2008 dan Survei 2012 Tabel 3.3 Data Luas dan Komponen RTH Privat Kota Banda Aceh Tahun 2012 Kecamatan No Jenis RTH Meuraxa Jaya Baru Banda Raya Baiturrahman Lueng Bata Kuta Alam Kuta Raja Syiah Kuala Ulee Kareng Jumlah Persentase (ha) (%) Privat 1 RTH Pekarangan Rumah/Kantor 75,06 47,88 53,02 51,08 54,35 96,21 66,77 81,55 43,58 569,51 9,28 2 RTH Pertanian Kota /Tambak 68,00 24,00 51,30 18,70 72,60 141,00 25,00 297,50 133,40 831,50 13,55 Total (ha) 143,06 71,88 104,32 69,78 126,95 237,21 91,77 379,05 176,98 1.401,01 22,83 Persentase (%) 2,33 1,17 1,70 1,14 2,07 3,87 1,50 6,18 2,88 22,83 Sumber: RTRW Kota Banda Aceh, Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Banda Aceh dan Survei 2012 Halaman - 33

Tabel 3.4 Data Luas dan Komponen RTH Publik dan Privat Kota Banda Aceh Tahun 2012 Kecamatan No Jenis RTH Meuraxa Jaya Baru Banda Raya Baiturrahman Lueng Bata Kuta Alam Kuta Raja Syiah Kuala Ulee Kareng Jumlah Persentase (ha) (%) Publik 1 Taman Kota 1,16 1,52 0,36 6,31 0,72 3,54 0,00 1,32 0,13 15,06 0,25 2 Hutan Kota 4,00 0,00 0,30 15,89 0,00 0,10 0,00 6,92 0,00 27,21 0,44 3 Jalur Hijau Jalan 10,32 3,31 5,12 23,94 6,21 19,31 2,31 16,84 10,65 98,01 1,60 4 Jalur Hijau Sempadan Sungai 1,03 0,91 1,21 2,92 14,86 5,13 1,47 8,16 39,72 75,41 1,23 5 Jalur Hijau Sempadan Pantai 69,48 3,00 0,00 0,00 0,00 42,02 18,88 144,51 0,00 277,89 4,53 6 RTH Lap. Olah Raga 1,63 0,91 13,89 14,17 2,08 3,91 0,63 7,11 3,10 47,43 0,77 7 RTH Lingkungan Perkantoran 0,87 0,61 1,01 5,28 1,42 5,79 1,02 98,94 1,98 116,92 1,91 8 RTH Pemakaman 1,08 0,51 1,04 7,56 1,21 1,78 1,55 1,54 2,07 18,34 0,30 Privat 9 RTH Pekarangan Rumah/Kantor 75,06 47,88 53,02 51,08 54,35 96,21 66,77 81,55 43,58 569,51 9,28 10 RTH Pertanian Kota /Tambak 68,00 24,00 51,30 18,70 72,60 141,00 25,00 297,50 133,40 831,50 13,55 Total (ha) 232,63 82,65 127,25 145,85 153,45 318,79 117,63 664,39 234,63 2.077,28 33,85 Persentase (%) 3,79 1,35 2,07 2,38 2,50 5,20 1,92 10,83 3,82 33,85 Sumber: - RTRW Kota Banda Aceh Tahun 2009-2019 - Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Banda Aceh Tahun 2008 - Survei Tahun 2012. Halaman - 34

Gambar 3.11 Peta Potensi Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kota Banda Aceh Masterplan RTH Kota Banda Aceh

3.3 Evaluasi RTH Kota Banda Aceh Tabel 3.4 memperlihatkan bahwa secara keseluruhan total luas RTH eksisting Kota Banda Aceh saat ini seluas 2.077,28 ha atau 33,85% dari luas kota. Luas tersebut sudah memenuhi ketentuan yang harus disediakan dalam Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan Peraturan Menteri PU No.05/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan, akan tetapi prosentasenya terbaik. Luas RTH Publik eksisting seluas 676,27 ha atau 11,02% masih kekurangan 8,98% dari ketentuan luasan minimal yang ditetapkan, sebaliknya ketersediaan RTH Privat eksisting seluas 1.401,01 ha atau 22,83% telah melebihi luasan minimal yang telah ditetapkan yaitu 10% dari luas wilayahnya walaupun distribusinya tidak merata. Kebutuhan dan kecukupan RTH Publik dan RTH Privat diperlihatkan pada Tabel 3.5 dibawah ini. Tabel 3.5 Kecukupan RTH Publik dan RTH Privat Kota Banda Aceh No. Kecamatan Kebutuhan RTH (ha) Eksisting RTH (ha) Kecukupan (ha) Publik Privat Publik Privat Publik Privat 1. Meuraxa 145,16 72,58 89,57 143,06-55,59 70,48 2. Jaya Baru 75,60 37,80 10,77 71,88-64,83 34,08 3. Banda Raya 95,78 47,89 22,93 104,32-72,85 56,43 4. Baiturrahman 90,78 45,39 76,07 69,78-14,71 24,39 5. Lueng Bata 106,82 53,41 26,5 126,95-80,32 73,54 6. Kuta Alam 200,94 100,47 81,58 237,21-119,36 136,74 7. Kuta Raja 104,22 52,11 25,86 91,77-78,36 39,66 8. Syiah Kuala 284,88 142,44 285,34 379,05 0,46 236,61 9. Ulee Kareng 123,00 61,50 57,65 176,98-65,35 115,48 Total 1.227,18 613,59 676,27 1.401,00-550,91 787,41 Persentase (%) 20,00 10,00 11,02 22,83-8,98 12,83 Sumber: Hasil Analisis Kekurangan RTH Publik diseluruh wilayah kecamatan di Kota Banda Aceh disebabkan belum optimalnya program penghijauan, terutama penambahan taman kota, hutan kota, jalur-jalur hijau kota, disamping distribusinya yang tidak merata. Untuk memenuhi kebutuhan minimal RTH Publik dapat ditempuh dengan mempertahankan RTH yang sudah ada dan menambah luasan RTH Publik dengan menjadikan RTH Pertanian Kota/Tambah menjadi Taman Kota dan Hutan Kota atau menetapkan kawasan khusus seperi daerah resapan air, hutan mangrove menjadi Taman Wisata Alam atau Hutan Lindung. Halaman - 36

BAB IV ANALISIS KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU 4.1 Kebutuhan RTH Berdasarkan Luas Wilayah Kota UU No. 26 Tahun 2007, secara khusus mengamanatkan perlunya penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau, yang proporsi luasannya ditetapkan paling sedikit 30% dari luas wilayah kota, terdiri dari 20% RTH Publik dan 10% RTH Privat, baik diisi oleh tanaman yang tumbuh secara alamiah maupun segaja di tanam. Berdasarkan luas yang ditetapkan oleh Undang-undang tersebut, maka wilayah kota Banda Aceh dengan luas wilayah 61,359 km² (6.135,9 ha), harus menyediakan RTH seluas 1840,77 ha, yang terdiri RTH Publik 1.227,18 ha dan RTH Privat 613,59 ha. Distribusi luas RTH kota Banda Aceh untuk masing-masing kecamatan dapat dilihat pada Tabel 3.1. Tabel 4.1 Kebutuhan RTH Kota Banda Aceh berdasarkan Luas Wilayah No. Kecamatan Luas Wilayah Kebutuhan RTH Publik Kebutuhan RTH Privat Total Kebutuhan RTH (ha) (ha) (ha) (ha) 1. Meuraxa 725,80 145,16 72,58 217,74 2. Jaya Baru 378,00 75,60 37,80 113,40 3. Banda Raya 478,90 95,78 47,89 143,67 4. Baiturrahman 453,90 90,78 45,39 136,17 5. Lueng Bata 534,10 106,82 53,41 160,23 6. Kuta Alam 1.004,70 200,94 100,47 301,41 7. Kuta Raja 521,10 104,22 52,11 156,33 8. Syiah Kuala 1.424,40 284,88 142,44 427,32 9. Ulee Kareng 615,00 123,00 61,50 184,50 Total 6.135,90 1.227,18 613,59 1.840,77 Sumber: RTRW Kota Banda Aceh Tahun 2009-2029 dan Hasil Analisis Dari Tabel 4.1 diatas maka luas kebutuhan RTH yang paling besar ada pada kecamatan Syiah Kuala sebesar 427,32 ha. dan kebutuhan RTH yang paling kecil ada pada kecamatan Jaya Baru sebesar 113,40 ha. Perbandingan kesesuaian atau kecukupan kebutuhan RTH berdasarkan luas wilayah dengan kondisi saat ini di Kota Banda Aceh memperlihatkan bahwa secara keseluruhan total RTH Kota Banda Aceh saai ini seluas 1.474,79 ha. atau 24,03% dari luas kota Banda Aceh, dengan komposisi RTH Publik 676,27 atau 11,02% dan RTH Privat 798,52 ha. atau 13,01%. Luas eksisting RTH Publik tersebut masih belum memenuhi luas minimum yaitu 1.227,18 ha. atau masih kurang 550,91 ha. Atau 8,98% sebagaimana yang ditetapkan oleh Halaman - 37

UU No. 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang. Sedangkan luas eksisting RTH Privat minimum sebesar 10% yang ditetapkan oleh Undang-undang Penataan Ruang telah mencukupi. Rasio kecukupan luas RTH kota Banda Aceh untuk masing-masing kecamatan dapat dilihat pada Tabel 4.2. Tabel 4.2 Kecukupan Kebutuhan RTH berdasarkan Luas Wilayah No. Kecamatan Kebutuhan RTH (ha) Eksisting RTH (ha) Kecukupan (ha) Publik Privat Publik Privat Publik Privat 1. Meuraxa 145,16 72,58 89,57 72,82-55,59 0,24 2. Jaya Baru 75,60 37,80 10,77 36,8-64,83-1,00 3. Banda Raya 95,78 47,89 22,93 114,59-72,85 66,70 4. Baiturrahman 90,78 45,39 76,07 32,55-14,71-12,84 5. Lueng Bata 106,82 53,41 26,5 150,03-80,32 96,62 6. Kuta Alam 200,94 100,47 81,58 58,13-119,36-42,34 7. Kuta Raja 104,22 52,11 25,86 16,31-78,36-35,80 8. Syiah Kuala 284,88 142,44 285,34 145,15 0,46 2,71 9. Ulee Kareng 123,00 61,50 57,65 172,14-65,35 110,64 Total 1227,18 613,59 676,27 798,52-550,91 184,93 Sumber: RTRW Kota Banda Aceh Tahun 2009-2029 dan Hasil Analisis Terpenuhinya kecukupan RTH Privat di empat kecamatan Kota Banda Aceh tersebut karena masih tersedianya lahan-lahan pertanian seperti sawah, kebun campuran, kolam dan lahan-lahan hijau lainnya. Tetapi kecukupan ini akan hilang bila lahan-lahan tersebut beralih fungsi menjadi kawasan terbangun terutama untuk kawasan permukiman, perdagangan dan jasa. 4.2 Kebutuhan RTH Berdasarkan Jumlah Penduduk Faktor penting dalam permasalahan lingkungan adalah besarnya populasi manusia. Pertambahan jumlah penduduk merupakan faktor utama yang mempengaruhi perkembangan pemukiman dan kebutuhan prasarana dan sarana. Ruang terbuka hijau semakin terdesak keberadaannya dan berubah menjadi bangunan untuk mencukupi kebutuhan fasilitas penduduk kota. Penyebaran jumlah penduduk yang tidak merata dalam suatu wilayah, akan memberikan pengaruh negatif terhadap daya dukung lingkungan. Kebutuhan RTH berdasarkan kapasitas pelayanan sesuai jumlah penduduk, dengan standar 1 m2 /penduduk adalah : a) Taman untuk unit RT 250 penduduk, sekurang-kurangnya diperlukan 250 m 2 atau dengan standar 1 m 2 /penduduk. Halaman - 38

b) Taman untuk unit RW 2.500 penduduk, dibutuhkan minimal 1.250 m 2 atau dengan standar 0,5 m 2 /penduduk yang lokasinya dapat disatukan dengan pusat kegiatan RW lainnya, seperti balai pertemuan, pos hansip dan sebagainya. c) Taman dan lapangan olah raga untuk unit Kelurahan 30.000 penduduk, diperlukan lahan seluas 9.000 m 2 atau dengan standar 0,3 m 2 /penduduk. d) Taman dan lapangan olah raga untuk unit Kecamatan 120.000 penduduk, diperlukan lahan seluas 24.000 m 2 (2,4 hektar) atau dengan standar 0,2 m 2 /penduduk. e) Jalur hijau dibutuhkan seluas 15 m 2 /penduduk yang lokasinya menyebar; dan f) Besarnya lahan kuburan/pemakaman umum tergantung dari sistem penyempurnaan yang dianut sesuai agama dan kepercayaan masing-masing. Acuan perhitungan luasan berdasarkan angka kematian setempat dan/atau sistem penyempurnaan. No. Jenis Sarana Tabel 4.3 Kebutuhan RTH berdasarkan Jumlah penduduk Jumlah Penduduk pendukung Kebutuhan Luas Lahan Min. Standard Kriteria Lokasi dan Penyelesaian (jiwa) (m 2 ) (m 2 /jiwa) 1. Taman RT 250 250 1 Di tengah kelompok tetangga. /Tempat Main 2. Taman RW 2.500 1.250 0,5 Di pusat kegiatan lingkungan. /Tempat Main 3. Taman Kelurahan dan 30.000 9.000 0,3 Sedapat mungkin berkelompok dengan sarana pendidikan Lapangan Olah Raga 4. Taman Kecamatan dan Lapangan Olah 120.000 24.000 0,2 Terletak di jalan utama. Sedapat mungkin berkelompok dengan sarana pendidikan. Raga 5. Jalur Hijau 15 m Terletak menyebar 6. Kuburan /Pemakaman Umum 120.000 Mempertimbangkan radius pencapaian dan area yang dilayani. Sumber: SNI 03-1733-2004 Tata Cara Perencanaan Lingkungan Pertumbuhan penduduk kota Banda Aceh rata-rata 2,4% per tahun, dengan menggunakan persamaan model bunga berganda yaitu Pt = Po (1+r) t, diproyeksikan pada tahun 2029 (masa RTRW Kota Banda Aceh) jumlah penduduk kota Banda Aceh 383.074 jiwa. Berdasarkan standar tersebut maka kebutuhan jenis RTH Publik untuk tahun 2029, seluas 404,78 ha. Perbandingan kesesuaian atau kecukupan kebutuhan RTH berdasarkan luas wilayah dengan kondisi saat ini di Kota Banda Aceh memperlihatkan bahwa secara keseluruhan Halaman - 39

total RTH Kota Banda Aceh saai ini seluas 1.474,79 ha. atau 24,03% dari luas kota Banda Aceh, dengan komposisi RTH Publik 676,27 atau 11,02% dan RTH Privat 798,52 ha. atau 13,01% Distribusi luas jenis RTH Publik Kota Banda Aceh untuk masing-masing kecamatan dapat dilihat pada Tabel 4.4. Tabel 4.4 Kebutuhan Jenis RTH Publik berdasarkan Jumlah penduduk Tahun 2029 No. Kecamatan Jumlah Kebutuhan RTH Publik Penduduk Taman Taman Taman Taman Jalur RT RW Kelurahan Kecamatan Hijau Kuburan (jiwa) (ha) (ha) (ha) (ha) (ha) (ha) 1. Meuraxa 24,180 2.42 4.84 8.06 8.06 0.16 2.02 2. Jaya Baru 29,598 2.96 5.92 9.87 9.87 0.20 2.47 3. Banda Raya 41,419 4.14 8.28 13.81 13.81 0.28 3.45 4. Baiturrahman 65,400 6.54 13.08 21.80 21.80 0.44 5.45 5. Lueng Bata 37,532 3.75 7.51 12.51 12.51 0.25 3.13 6. Kuta Alam 75,048 7.50 15.01 25.02 25.02 0.50 6.25 7. Kuta Raja 15,522 1.55 3.10 5.17 5.17 0.10 1.29 8. Syiah Kuala 53,339 5.33 10.67 17.78 17.78 0.36 4.44 9. Ulee Kareng 41,036 4.10 8.21 13.68 13.68 0.27 3.42 Total 383,074 38.31 76.61 127.69 127.69 2.55 31.92 Sumber: RTRW Kota Banda Aceh Tahun 2009-2029 dan Hasil Analisis 4.3 Kebutuhan RTH Berdasarkan Kebutuhan Oksigen Oksigen merupakan unsur yang sangat dibutuhkan, baik oleh manusia dan hewan, maupun kendaraan bermotor dan peralatan mesin lainnya. Manusia dan hewan membutuhkan oksigen untuk proses metabolisme tubuh, sedangkan kendaraan bermotor membutuhkan oksigen untuk proses pembakaran mesin untuk menghasilkan tenaga. Oksigen didapat dari proses fotosintesis pada tumbuhan, yaitu dengan mengubah karbon dioksida dan air menjadi oksigen. Pengkajian terhadap kesesuaian RTH di daerah perkotaan perlu dipelajari mengingat kebutuhan Oksigen di perkotaan terus bertambah seiring meningkatnya laju penduduk, bertambahnya kendaraan bermotor, dan berkembangnya industri. Luasan RTH disuatu wilayah disesuaikan dengan ketentuan dari peraturan pemerintah berdasarkan tiga pendekatan yaitu luas wilayah, jumlah penduduk, maupun berdasarkan isu yang muncul. Sistem penentuan luasan RTH berdasarkan cara pertama dan kedua sangat mudah dan sederhana namun tidak memiliki alasan yang mendasar dan kuat. Pendekatan ketiga lebih kompleks dan lebih sulit. Halaman - 40

4.3.1 Kebutuhan Oksigen berdasarkan Jumlah Penduduk Manusia membutuhkan oksigen untuk pembakaran zat-zat makanan dalam tubuh, kebutuhan oksigen untuk satu orang manusia sebesar 600 liter oksigen atau setara 864 gram per hari untuk mengoksidasi 300 kalori per hari. Dengan laju pertambahan penduduk kota Banda Aceh rata-rata 2,4% per tahun, dengan menggunakan persamaan model bunga berganda yaitu Pt = Po (1+r) t, diproyeksikan pada tahun 2029 (masa RTRW Kota Banda Aceh) jumlah penduduk kota Banda Aceh 383.074 jiwa. Berdasarkan standar tersebut maka kebutuhan total Oksigen berdasarkan Jumlah Penduduk untuk tahun 2029, sebanyak 330.975.720 gram per hari. Adapun kebutuhan Oksigen (O 2 ) berdasarkan jumlah penduduk di tiap-tiap kecamatan dalam kota Banda Aceh dapat dilihat pada Tabel 4.5. Tabel 4.5 Kebutuhan Oksigen berdasarkan Jumlah Penduduk Tahun 2029 No. Kecamatan Standar Kebutuhan Oksigen Jumlah Penduduk 2009 Jumlah Penduduk 2029 Total Kebutuhan Oksigen 2029 (gram/hr) (jiwa) (jiwa) (gram/hr) 1. Meuraxa 864 15,804 24,180 20,891,623.68 2. Jaya Baru 864 19,345 29,598 25,572,542.40 3. Banda Raya 864 27,071 41,419 35,785,696.32 4. Baiturrahman 864 42,745 65,400 56,505,470.40 5. Lueng Bata 864 24,531 37,532 32,428,019.52 6. Kuta Alam 864 49,051 75,048 64,841,497.92 7. Kuta Raja 864 10,145 15,522 13,410,878.40 8. Syiah Kuala 864 34,862 53,339 46,084,775.04 9. Ulee Kareng 864 26,821 41,036 35,455,216.32 Total 864 250,375 383,074 330,975,720.00 Sumber: RTRW Kota Banda Aceh Tahun 2009-2029 dan Hasil Analisis 4.3.2 Kebutuhan Oksigen berdasarkan Jumlah Kendaraan Bermotor Kendaraan bermotor memerlukan oksigen untuk pem,bakaran bahan bakarnya, kendaraan penumpang (sedan) membutuhkan oksigen 11.634 g/jam, kendaraan beban (truk, pick-up, mobil tangki) membutuhkan oksigen 22.880 g/jam, bis (minibus) membutuhkan oksigen 45.760 g/jam dan sepeda motor membutuhkan oksigen 581 g/jam. Berdasar prediksi pertumbuhan kendaraan bermotor di kota Banda Aceh kendaraan bis 0,1%, kendaraan beban (truk, pick-up, mobil tangki) 0,2%, penumpang (sedan, mini bus) sebesar 0,10% dan sepeda motor 30% setiap tahunnya maka kebutuhan total Oksigen di kota Banda Aceh berdasarkan Jumlah Kendaraan untuk tahun 2029, sebanyak 367,609,009.80 gram per hari. Adapun kebutuhan Oksigen (O 2 ) berdasarkan jumlah kendaraan di tiap-tiap kecamatan dalam kota Banda Aceh dapat dilihat pada Tabel 4.6. Halaman - 41

Tabel 4.6 Kebutuhan Oksigen berdasarkan Jumlah Kendaraan Tahun 2029 No. Kecamatan Jenis Kendaraan Bermotor Standar Kebutuhan Oksigen Rata-Rata Pemakaian Kebutuhan O 2 Kendaraan Jumlah Kendaraan 2009 Jumlah Kendaraan 2029 Total Kebutuhan O 2 Tahun 2029 (gram/jam) (jam) (gram/hari) (unit) (unit) (gram/hr) 1. Meuraxa Bis 45.760,00 2,0 91.520,00 0 0 0,00 Truk 22.880,00 1,5 34.320,00 69 70 2.415.441,60 Mobil 11.634,00 1,0 11.634,00 137 140 1.625.735,16 Sepeda Motor 581,00 2,0 1.162,00 4.238 4.323 5.023.047,12 2. Jaya Baru Bis 45.760,00 2,0 91.520,00 42 43 3.920.716,80 Truk 22.880,00 1,5 34.320,00 302 308 10.571.932,80 Mobil 11.634,00 1,0 11.634,00 288 294 3.417.603,84 Sepeda Motor 581,00 2,0 1.162,00 8.090 8.252 9.588.591,60 3. Banda Raya Bis 45.760,00 2,0 91.520,00 18 18 1.680.307,20 Truk 22.880,00 1,5 34.320,00 392 400 13.722.508,80 Mobil 11.634,00 1,0 11.634,00 1.384 1.412 16.423.485,12 Sepeda Motor 581,00 2,0 1.162,00 10.768 10.983 12.762.664,32 4. Baiturrahman Bis 45.760,00 2,0 91.520,00 2 2 186.700,80 Truk 22.880,00 1,5 34.320,00 426 435 14.912.726,40 Mobil 11.634,00 1,0 11.634,00 2.731 2.786 32.407.903,08 Sepeda Motor 581,00 2,0 1.162,00 17.949 18.308 21.273.872,76 5. Lueng Bata Bis 45.760,00 2,0 91.520,00 2 2 186.700,80 Truk 22.880,00 1,5 34.320,00 337 344 11.797.156,80 Mobil 11.634,00 1,0 11.634,00 1.462 1.491 17.349.086,16 Sepeda Motor 581,00 2,0 1.162,00 12.933 13.192 15.328.708,92 6. Kuta Alam Bis 45.760,00 2,0 91.520,00 24 24 2.240.409,60 Truk 22.880,00 1,5 34.320,00 402 410 14.072.572,80 Mobil 11.634,00 1,0 11.634,00 2.734 2.789 32.443.503,12 Sepeda Motor 581,00 2,0 1.162,00 18.425 18.794 21.838.047,00 7. Kuta Raja Bis 45.760,00 2,0 91.520,00 0 0 0,00 Truk 22.880,00 1,5 34.320,00 14 14 490.089,60 Mobil 11.634,00 1,0 11.634,00 223 227 2.646.269,64 Sepeda Motor 581,00 2,0 1.162,00 4.851 4.948 5.749.599,24 8. Syiah Kuala Bis 45.760,00 2,0 91.520,00 12 12 1.120.204,80 Truk 22.880,00 1,5 34.320,00 364 371 12.742.329,60 Mobil 11.634,00 1,0 11.634,00 1.698 1.732 20.149.622,64 Sepeda Motor 581,00 2,0 1.162,00 14.166 14.449 16.790.109,84 9. Ulee Kareng Bis 45.760,00 2,0 91.520,00 0 0 0,00 Truk 22.880,00 1,5 34.320,00 304 310 10.641.945,60 Mobil 11.634,00 1,0 11.634,00 1.593 1.625 18.903.621,24 Sepeda Motor 581,00 2,0 1.162,00 11.125 11.348 13.185.795,00 Total 1.247.724,00 367.609.009,80 Sumber: RTRW Kota Banda Aceh Tahun 2009-2029 dan Hasil Analisis Halaman - 42

Menurut Wisesa (1988) dalam Muis (2005), setiap satu meter persegi luas lahan hijau menghasilkan menghasilkan 54 gram berat kering tanaman per hari, dimana setiap 1 gram berat kring tanaman setara dengan produksi oksigen 0,9375 gram. Kebutuhan oksigen untuk kota Banda Aceh dapat dihitung dengan Metoda Gerakis, yaitu jumlah total kebutuhan oksigen penduduk di tambah jumlah kebutuhan oksigen kendaraan bermotor dibagi ketetapan (54 x 0,9375). Kebutuhan oksigen ternak diabaikan karena jumlahnya sedikit. Luas RTH dapat dihitung berdasarkan pemenuhan udara bersih dengan menggunakan metoda tersebut adalah sebagai berikut : Dimana : Lt = Pt x Kt (54)(0,9375) Lt : Luas RTH Kota pada tahun ke-t (m 2 ) Pt : Jumlah kebutuhan Oksigen penduduk pada tahun ke-t Kt : Jumlah kebutuhan Oksigen kendaraan bermotor pada tahun ke-t 54 : Ketetapan yang menunjukan bahwa 1 m 2 luas lahan hijau menghasilkan 54 gram berat kering tanaman per hari. 0,9375 : Ketetapan yang menunjukan bahwa 1 gram berat kering tanaman setara dengan produksi Oksigen 0,9375 gram. Berdasarkan metode di atas, maka kebutuhan luasan RTH berdasarkan kebutuhan Oksigen untuk kota Banda Aceh pada tahun 2029 seluas 1.114,61 ha atau 18,17% dari luas wilayah, masih di bawah luas minimal kebutuhan RTH berdasarkan luas wilayah. Luas RTH berdasarkan luasan kecukupan Oksigen di masing-masing kecamatan di kota Banda Aceh dapat dilihat pada Tabel 4.7. No. Tabel 4.7. Total kebutuhan RTH berdasarkan Kebutuhan Oksigen Tahun 2029 Kecamatan Luas Wilayah Kebutuhan Oksigen Penduduk Kebutuhan Oksigen Kendaraan Bermotor Total Luas Kebutuhan RTH Prosentase Total Luas Kebutuhan RTH (ha) (gram) (gram) (ha) (%) 1. Meuraxa 725,80 20.891.623,68 9.064.223,88 59,17 8,15 2. Jaya Baru 378,00 25.572.542,40 12.984.940,68 76,16 20,15 3. Banda Raya 478,90 35.785.696,32 21.141.431,88 112,45 23,48 4. Baiturrahman 453,90 56.505.470,40 22.933.300,56 156,92 34,57 5. Lueng Bata 534,10 32.428.019,52 27.498.845,04 118,37 22,16 6. Kuta Alam 1.004,70 64.841.497,92 25.258.435,44 177,98 17,71 7. Kuta Raja 521,10 13.410.878,40 28.409.011,44 82,61 15,85 8. Syiah Kuala 1.424,40 46.084.775,04 41.414.892,72 172,84 12,13 9. Ulee Kareng 615,00 35.455.216,32 44.588.965,44 158,11 25,71 Total 6.135,90 330.975.720,00 233.294.047,08 1.114,61 18,17 Sumber: Hasil Analisis Halaman - 43