FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI BALITA USIA 1-5 TAHUN DI DESA PEKUNCEN BANYUMAS TAHUN 2013

dokumen-dokumen yang mirip
Sosial Ekonomi Keluarga Dengan Status Gizi Balita ABSTRAK

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG POSYANDU TERHADAP STATUS GIZI ANAK BALITA

HUBUNGAN PELATIHAN PEMBERIAN MAKANAN PADA BAYI DAN ANAK (PMBA) DENGAN KETERAMPILAN KONSELING PADA BIDAN DI WILAYAH KAWEDANAN PEDAN TAHUN 2014

Oleh : Suharno, S.Kep.,Ners ABSTRAK

Oleh : Yophi Nugraha, Inmy Rodiyatam ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMERIKSAAN KEHAMILAN TRIMESTER I DENGAN KUNJUNGAN K1 MURNI DI BPS HANIK SURABAYA

Oleh : Desi Evitasari, S.ST ABSTRAK

Oleh : Teti Herawati* *Pegawai Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka ABSTRAK

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STATUS GIZI BAIK DAN GIZI KURANG PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAYO SELINCAH KOTA JAMBI TAHUN 2014

GAMBARAN STATUS GIZI BALITA DI POSYANDU FLAMBOYAN B MOJOSONGO JEBRES SURAKARTA. Lilik Hanifah Akademi Kebidanan Mamba ul Ulum Surakarta ABSTRAK

PERILAKU IBU DALAM MENGASUH BALITA DENGAN KEJADIAN DIARE

HUBUNGAN ANTARA PERAN IBU BALITA DALAM PEMBERIAN MAKANAN BERGIZI DENGAN STATUS GIZI PADA BALITA. Kata Kunci: Peran, ibu balita, gizi, status gizi.

HUBUNGAN TINGKAT PENDAPATAN DAN PENDIDIKAN ORANG TUA DENGAN STATUS GIZI PADA BALITA DI WILAYAH PUSKESMAS KELAYAN TIMUR BANJARMASIN

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Balita di Kelurahan Baros Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kota Sukabumi

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI DENGAN STATUS GIZI BALITA DI KELURAHAN BALEDONO, KECAMATAN PURWOREJO, KABUPATEN PURWOREJO

HUBUNGAN SOSIAL EKONOMI DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA BALITA DI DESA KANIGORO, SAPTOSARI, GUNUNG KIDUL

Faktor Faktor yang Mempengaruhi Kunjungan Balita ke Posyandu di Kelurahan Jayaraksa Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kecamatan Baros Kota Sukabumi

ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI PADA BAYI USIA 6-12 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BINTUHAN KABUPATEN KAUR

STUDI DETERMINAN KEJADIAN STUNTED PADA ANAK BALITA PENGUNJUNG POSYANDU WILAYAH KERJA DINKES KOTAPALEMBANG TAHUN 2013

Puskesmas Bilalang Kota Kotamobagu

Persetujuan Pembimbing. Jurnal FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI BALITA DI DESA HUIDU KECAMATAN LIMBOTO BARAT KABUPATEN GORONTALO

BAB I PENDAHULUAN. Program Indonesia Sehat dilaksanakan dengan 3 pilar utama yaitu paradigma

PENATALAKSANAAN TUGAS KELUARGA DALAM PEMENUHAN NUTRISI DENGAN STATUS GIZI PENDERITA TB PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GAYAMAN MOJOANYAR MOJOKERTO

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KUNJUNGAN BALITA KE POSYANDU DI PUSKESMAS MINASATE NE KABUPATEN PANGKEP IRSAL

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN

HUBUNGAN PENGETAHUAN BIDAN TENTANG SDIDTK TERHADAP PELAKSANAAN SDIDTK DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KECAMATAN KARANGANOM KLATEN

Asti Nurilah Khadar 1, Dewi Hanifah 2

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang berkualitas. Peningkatan sumber daya manusia harus

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PENGOLAHAN MAKANAN DENGAN STATUS GIZI BALITA

PENGARUH PELATIHAN PEMBERIAN MAKAN PADA BAYI DAN ANAK TERHADAP PENGETAHUAN KADER DI WILAYAH PUSKESMAS KLATEN TENGAH KABUPATEN KLATEN

HUBUNGAN SIKAP IBU DENGAN STATUS GIZI BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SAWAH LEBAR KOTA BENGKULU

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DALAM PENCEGAHAN PNEUMONIA DENGAN KEKAMBUHAN PNEUMONIA PADA BALITA DI PUSKESMAS SEI JINGAH BANJARMASIN

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI DENGAN KEPATUHAN IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI DIPUSKESMAS CAWAS

Oleh : Merlly Amalia ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. yaitu program pemberantasan penyakit menular, salah satunya adalah program

BAB 1 : PENDAHULUAN. tidak dapat ditanggulangi dengan pendekatan medis dan pelayanan masyarakat saja. Banyak

MEDICA MAJAPAHIT. Vol 5. No. 2 Oktober Sri Sudarsih 1, Pipit Bayu Wijayanti 2 *)

BAB 1 PENDAHULUAN. normal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme

Oleh : Aat Agustini ABSTRAK

PENGARUH DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PERILAKU IBU DALAM BERSALIN KE BIDAN

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan anak di periode selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia ini

Dinamika Kebidanan vol. 2 no. 1. Januari 2012

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU IBU DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI ANAK BATITA MALNUTRISI DI POSYANDU DESA SEMBUNGAN BOYOLALI

Nisa khoiriah INTISARI

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA ISPA PADA BAYI (1-12 BULAN) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAJABASA INDAH BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PENDIDIKAN BIDAN DENGAN PENGGUNAAN PARTOGRAF DI PUSKESMAS PAGADEN PERIODE MARET SAMPAI JULI 2008

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU DENGAN KETEPATAN WAKTU MELAKUKAN IMUNISASI PADA BAYI DI BPS SRI MARTUTI, PIYUNGAN, BANTUL, YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas dan sukses di masa depan, demikian juga setiap bangsa menginginkan

STATUS GIZI BALITA DI LINGKUNGAN BONTO MANAI KELURAHAN ALLEPOLEA WILAYAH KERJA PUSKESMAS LAU KABUPATEN MAROS

PENDAHULUAN. Herdianti STIKES Harapan Ibu Jambi Korespondensi penulis :

Mahasiswa Akademi Kebidanan Abdi Husada Semarang 2

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU BALITA TENTANG GIZI DENGAN STATUS GIZI PADA BALITA DI KELURAHAN SIDOHARJO RW 1 RT 2 DAN 4 KECAMATAN LAMONGAN

HUBUNGAN PEKERJAAN DAN PENDIDIKAN IBU TERHADAP STATUS GIZI BALITA DI DESA PULO ARA KECAMATAN KOTA JUANG KABUPATEN BIREUEN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TENGAL ANGUS KABUPATEN TANGERANG

Jurnal Care Vol 3 No 3 Tahun 2015

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG ASI EKSKLUSIF DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI DESA HARJOBINANGUN PURWOREJO GITA APRILIA ABSTRAK

Woro Rahmanishati* STIKES Kota Sukabumi ABSTRAK

HUBUNGAN PENGETAHUAN ANAK TENTANG MAKANAN JAJANAN DENGAN KEJADIAN DIARE DI SDN 001 TERATAK KECAMATAN RUMBIO JAYA TAHUN 2015

Volume 3 No. 1 Maret 2012 ISSN :

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU BALITA TENTANG GIZI DENGAN KELUARGA SADAR GIZI (KADARZI) PADA BALITA DESA CIKONENG

BAB 1 PENDAHULUAN. dan kesejahteraan manusia. Gizi seseorang dikatakan baik apabila terdapat

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU BAYI TENTANG POSYANDU DENGAN FREKUENSI KUNJUNGAN IBU DAN BAYI DI POSYANDU

PENGARUH PENYULUHAN MP ASI TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN IBU DALAM PEMBERIAN MP ASI DI PUSKESMAS SAMIGALUH I

HUBUNGAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR) DENGAN KEMATIAN NEONATAL DI RSUD. DR. H. ABDUL MOELOEK BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013 ABSTRAK

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 1, Maret 2017 ISSN

ABSTRAK. : Hubungan Pengetahuan dengan Kepatuhan Pemberian, Imunisasi Dasar. Nuur Octascriptiriani Rosdianto

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIA MP ASI PADA BAYI USIA 6-12 BULAN PADA TAHUN 2012 JURNAL

Kata kunci : pengetahuan, sikap ibu hamil, pemilihan penolong persalinan.

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN PRAKTIK IMUNISASI CAMPAK PADA BAYI USIA 9-12 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BOJONG II KABUPATEN PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN. khususnya di bidang kesehatan (Temu Karya Kader Posyandu dan Kader PKK se

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PARTISIPASI IBU BALITA KE POSYANDU DI DESA NGAMPEL KECAMATAN KAPAS KABUPATEN BOJONEGORO TAHUN 2016

PENGARUH PERILAKU IBU DALAM MEMBERIKAN MAKANAN PENDAMPING ASI TERHADAP STATUS GIZI BAYI USIA 7-12 BULAN. Kolifah *), Rizka Silvia Listyanti

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan pendidikan dan pelatihan. Kader posyandu mempunyai peranan

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI PADA BALITA DI DESA BATURETNO KECAMATAN BANGUNTAPAN KABUPATEN BANTUL TAHUN 2014 NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

Eka Fauzia Laila ABSTRAK

HUBUNGAN LINGKAR LENGAN ATAS (LILA) DAN KADAR HEMOGLOBIN (Hb) DENGAN BERAT BAYI LAHIR

Jurnal Respati, Kesehatan, Vol. 2, No. 1, April 2012: 1 5 1

HUBUNGAN PENGETAHUAN, MOTIVASI DAN AKSES SARANA KESEHATAN TERHADAP PEMBERIAN IMUNISASI HEPATITIS B (0-7 HARI) DI PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Mulai dari kelaparan sampai pola makan yang mengikuti gaya hidup yaitu

HUBUNGAN JARAK KELAHIRAN DAN JUMLAH BALITA DENGAN STATUS GIZI DI RW 07 WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIJERAH KOTA BANDUNG

Eko Heryanto Dosen Program Studi S.1 Kesehatan Masyarakat STIKES Al-Ma arif Baturaja ABSTRAK

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN PROGRAM PREVENTION OF MOTHER TO CHILD TRANSMISSION

HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Pulo Brayan Kota Medan dengan

BAB I PENDAHULUAN. rawan terhadap masalah gizi. Anak balita mengalami pertumbuhan dan. perkembangan yang pesat sehingga membutuhkan suplai makanan dan

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN IBU BALITA DIARE DENGAN PENGGUNAAN ORALIT DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS JAJAG BANYUWANGI TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi kurang sering terjadi pada anak balita, karena anak. balita mengalami pertumbuhan badan yang cukup pesat sehingga

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK ANAK UMUR 1 TAHUN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAKUAN BARU KOTA JAMBITAHUN 2013

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEAKTIFAN IBU BALITA DALAM KEGIATAN POSYANDU DUSUN MLANGI KABUPATEN SLEMAN

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ARTIKEL

BAB I PENDAHULUAN. tidak dapat terpenuhi. Namun masalah gizi bukan hanya berdampak pada

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI DI SMA NEGERI 11 BANDA ACEH TAHUN 2013

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG STATUS GIZI BALITA DENGAN FREKUENSI TERJADINYA ISPA DI DESA KEBONDALEM

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang menjadi insan yang berkualitas. sebanyak 20 juta anak balita yang mengalami kegemukan. Masalah gizi

HUBUNGAN ANTARA PERAN KELUARGA DENGAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI PADA ANAK USIA SEKOLAH (11-12 TAHUN) DI SDK NIMASI KABUPATEN TIMOR TENGAH

Jurnal Kesehatan Metro Sai Wawai Volume IV No.1 Edisi Juni 2011, ISSN: X

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI HB 0 PADA BAYI BARU LAHIR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MEUREUDU KABUPATEN PIDIE JAYA

EFEKTIFITAS TERAPI AROMA TERHADAP PENURUNAN SKALA NYERI DISMENOREA PADA REMAJA PUTRI DI SMA NEGERI 1 KABUN TAHUN 2015

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KADER DENGAN DETEKSI DININ FAKTOR RISIKO KEHAMILAN DIN WILAYAH KERJA PUSKESMAS KOTABARU KABUPATEN KOTABARU TAHUN 2013

Transkripsi:

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI BALITA USIA 1-5 TAHUN DI DESA PEKUNCEN BANYUMAS TAHUN 2013 ISMI NUR KHIKMAH 1 1 Program studi S1 Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas MH. Thamrin Alamat Korespondensi : `Program studi Keperawatan, Fikes MH.Thamrin, Jln. Raya Pondok Gede No. -25 Kramat Jati Jakarta Timur 13550 Telp : 8096411 ext 1208 ABSTRAK Status gizi merupakan prioritas utama pada perkembangan di Indonesia dan menjadi perhatian khusus bagi pemerintah. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui faktor yang berhubungan dengan status gizi balita usia 1-5 tahun di Desa Pekuncen Banyumas. Penelitian ini menggunakan metode cross sectional. Pemilihan sampel menggunakan consecutive sampling, 52 responden. Hasil penelitian menunjukkan dari 52 responden ada hubungan bermakna antara berat bayi lahir dengan status gizi balita (P=0,000, OR=36,000: CI 4,6-305,916), ada hubungan antara sosial ekonomi keluarga dengan status gizi balita (P=0,0, OR= 4,983: CI 1,472-16, 869), ada hubungan antara pendidikan ibu dengan status gizi balita (P=0,042, OR=4,433: CI 1,207-16, 286), ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan status gizi balita (P=0,020, OR=7,412: CI 1,455-37,746). Berdasarkan hasil penelitian diharapkan kepada tenaga kesehatan desa dan masyarakat mampu bekerjasama untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya status gizi yang baik bagi balita terutama pada balita usia 1-5 tahun. Kata Kunci : 1-5 Tahun, status gizi balita Pendahuluan Pada negara berkembang seperti Indonesia pembangunan sumber daya manusia merupakan gambaran pembangunan yang bertujuan memberikan peluang untuk masyarakat agar dapat hidup dengan layak. Pembangunan dalam suatu negara dapat dikatakan berhasil jika sumber daya manusia dalam negara tersebut berkualitas baik. Untuk menciptakan sumber daya manusia yang baik perlu memperhatikan beberapa hal, salah satunya yaitu adalah Status gizi terutama pada balita hidup sehat dapat tercapai dengan memenuhi kebutuhan gizi secara seimbang. Gizi merupakan substansi kimia didalam makanan yang digunakan oleh tubuh untuk pertumbuhan dan perkembangan (Brown, 2011). Masalah gizi dapat terjadi hampir di semua kelompok umur, yaitu ibu hamil, bayi, balita, dewasa dan usia lanjut. Permasalahan gizi kurang paling sering terjadi di Asia Selatan dan Tengah yaitu mencapai 30%, diikuti oleh Asia Timur, Afrika Barat dan Tengah yaitu masingmasing 22%, 22%, dan 21% dan Asia Selatan dan Timur yaitu 17%. Kekurangan gizi mengakibatkan sekitar 35% kematian anak balita di dunia (WHO, 2010). WHO memperkirakan bahwa sekitar 54% penyebab kematian bayi dan balita didasari oleh keadaan gizi yang buruk (Irwandy, 2007). Pada tahun 2005 didapati 1,8 juta balita dengan status gizi buruk dan pada waktu 2006 meningkat menjadi 2,3 juta. Berdasarkan Laporan Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) juga menunjukkan, kesehatan masyarakat Indonesia terendah se-asia Tenggara dengan peringkat 142 dari 170 negara. Data dari WHO itu menyebutkan angka kejadian gizi buruk dan kurang pada balita pada tahun 2002 masingmasing meningkat menjadi 8,3%, dan 27,5% dan pada tahun 2005 meningkat lagi menjadi masing-masing8,8% dan 28%. Berdasarkan data dari Departemen Kesehatan (2004), pada tahun 2003 terdapat sekitar 27,5% (5 juta balita kurang gizi), 3,5 juta anak (,2%) dalam tingkat gizi kurang, dan 1,5 juta anak gizi buruk (8,3%). Pada tahun 2005 di provinsi Jawa Barat kasus yang menimpa anakanak di bawah usia lima tahun (balita) rata-rata naik dari tahun sebelumnya sebanyak 6.687 orang yang di bedakan ke dalam kategori gizi lebih sebanyak 213 orang atau sekitar 3,20%, untuk balita yang memperoleh status gizi baik sebanyak 5003 orang atau sekitar74,80%, untuk balita yang memperoleh status gizi kurang yaitu sebanyak 108 orang atau sekitar 16,20%, untuk balita yang memeperoleh status gizi buruk yaitu sebanyak 386 orang atau sekitar 38

5,8% dan pada tahun 2007 balita yang mengalami gizi buruk meningkat menjadi 700.000 (Depkes, 2007). Penelitian yang dilakukan Isna Marwati tahun 2009 pada wilayah kerja Puskesmas Klapanunggal menunjukkan bahwa terdapat 1,3% balita dengan gizi buruk dan 11,89% balita dengan gizi kurang. Faktorfaktor yang mempengaruhi status gizi terbagi menjadi 2 kategori yaitu secara langsung yang meliputi asupan berbagai makanan dan penyakit dan kategori tidak langsung yaitu meliputi, ekonomi keluarga, produksi pangan, budaya, kebersihan lingkungan, dan fasilitas pelayanan kesehatan, BBLR, tingkat pengetahuan ibu terhadap status gizi balita. Keadaan gizi buruk di Jawa Tengah menunjukkan adanya masalah dimana prevalensi anak balita di provinsi Jawa Tengah dengan status gizi buruk 3,3%, gizi kurang 12,4%, gizi baik 80,4% dan gizi lebih 3,6%. Prevalensi anak balita gizi sangat pendek 17,8%, pendek,6% dan normal 63,5%. Prevalensi anak balita sangat kurus 4,7%, kurus 7,1%, normal 76,8% dan gemuk 11,4% (Riskesdas, 2007). Metode Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif non eksperimen dengan metode penelitian yang digunakan yaitu metode cross sectional. Tekhnik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan consecutive sampling dan penelitian ini dimulai dengan menjelaskan tujuan dari penelitian ini kepada kader posyandu dan responden. Kriteria inklusi dari penelitian ini yaitu balita yang ibunya ada di tempat saat dilakukan penelitian, anak balita usa 1-5 tahun, ibu bersedia menjadi responden. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner. Kuisioner ini melakukan pengukuran secara terbuka yang menanyakan tentang berat bayi lahir, sosial ekonomi, pendidikan dan pengetahuan. Kuisioner dibagikan kepada ibu balita usia 1-5 tahun yang datang ke posyandu Desa Pekuncen Banyumas Tahun 2013. Tujuan Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi balita usia 1-5 tahun Hasil 1. Analisa Univariat Jumlah responden yang di dapatkan di Posyandu Desa Pekuncen Kab. Banyumas adalah sebanyak 52 responden, dimana respon dari semua responden %, artinya semua responden menerima untuk di wawancarai dan mengisi kuesioner. Hasil analisis univariat dalam penelitian ini berdasarkan berat bayi lahir, sosial ekonomi, pendidikan dan pengetahuan. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan didapatkan hasil bahwa, balita yang mengalami status gizi tidak normal sebanyak responden (55,8%), balita dengan keluarga berpenghasilan rendah berisiko mengalami status gizi tidak normal dibandingkan dengan balita dengan keluarga berpenghasilan tinggi yaitu sebanyak 33 responden (63,5%), responden yang berpendidikan rendah lebih sedikit dibandingkan dengan responden yang berpendidikan tinggi yaitu sebanyak responden (34,6%), dan pengetahuan didapatkan hasil bahwa responden dengan pengetahuan kurang lebih sedikit jika dibandingkan dengan responden yang berpengetahuan baik yaitu sebanyak 38 responden (73,1%). Tabel 1 Distribusi Responden Berdasarkan Status Gizi, Berat Bayi Lahir, Sosial Ekonomi Keluarga, Pendidikan Ibu, dan Pengetahuan Ibu di Desa Pekuncen Banyumas Tahun 2013 No Variabel Frekuensi Persentase (%) 1 Status Gizi a. Tidak normal Berat Bayi Lahir a. Tidak Normal 2 Sosial Ekonomi Keluarga a. Rendah (< Rp. 877.500 & Rp. 2.000.000) b. Tinggi ( Rp. 2.000.000) 3 Pendidikan Ibu a. Pendidikan rendah b. Pendidikan Tinggi 4 Pengetahuan Ibu a. Kurang b. Baik 33 33 34 14 38 55,8% 44,2% 36,5% 63,5% 63,5% 36,5% 34,6% 65,4% 26,9% 73,1% 2. Analisia Bivariat Penelitian ini menggunakan uji korelasi bivariat yaitu dengan Uji Chi Square yang bertujuan untuk melihat hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen dimana kedua variabel ini berbentuk data kategorik. Variabel-variabel yang akan dianalisis dalam penelitian ini adalah berat bayi lahir, sosial ekonomi keluarga, pendidikan, dan pengetahuan ibu. 39

Berdasarkan tabel 1 dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna pada variaber berat bayi lahir, sosial ekonomi, pendidikan ibu, dan pengetahuan ibu dengan status gizi balita usia 1-5 tahun karena nilai p value dari keempat variabel tersebut < 0,05. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 2 Faktor yang Berhubungan Dengan Status Gizi usia 1-5 tahun di Desa Pekuncen Banyumas Tahun 2013 Variabel Independen Berat Bayi Lahir a. Tidak Normal Sosial Ekonomi a. Rendah b. Tinggi Pendidikan a. Rendah b. Tinggi Pengetahuan a. Kurang b. Baik *Bermakna pada α < 0,05 STATUS GIZI BALITA n % N % n % 11 6 14 15 12 17 94,7 33,3 69,7 31,6 77,8 44,1 85,7 44,7 1 22 10 13 4 2 21 p- value OR (CI 95%) Pembahasan Distribusi responden yang mengalami status gizi balita tidak normal pada penelitian ini sebesar 55,8%, sedangkan responden yang memiliki status gizi normal sebesar 44,2%. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Suhendri (2009) yaitu sebesar 57% balita mengalami status gizi tidak normal dan sebesar 43% memiliki status gizi normal. Namun hasil ini berbanding terbalik dengan penelitian yang dilakukakan oleh Ria (2011) di Kelurahan Pamulang Barat Kota Tangerang Selatan bahwa balita yang mengalami status gizi tidak normal sebesar 36,8% dan balita yang memiliki status gizi normal sebesar 63,2%. Status gizi sendiri di pengaruhi oleh Berat bayi lahir, sosial ekonomi, pendidikan ibu dan pengetahuan ibu ( Andriani& Wirjatmadi). 1. Hubungan Berat Bayi Lahir dengan Status Gizi Pada penelitian ini di uji dengan menggunakan consecutive antara berat bayi lahir dengan status gizi balita, diperoleh nilai p-value 0,000 maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara berat bayi lahir dengan status gizi balita. Hal ini sama seperti penelitian yang pernah dilakukan oleh Eva (2008), dimana terdapat hubungan antara berat bayi lahir dengan status gizi balita (p-value = 0,000), hal tersebut 5,3 66,7 30,3 68,4 22,2 55,9 14,3 55,3 34 0,00 0* 0,01 8* 0,04 2* 0,02 0* 36,000 (4,6-305,916) 4,983 (1,472-16,869) 4,433 (1,207-16,286) 7,412 (1, 455-37,746) berbanding terbalik dengan penelitian yang dilakukan oleh Ria (2011) bahwa tidak ada hubungan yang bermakna berat bayi lahir dengan status gizi balita (pvalue = 0,137). Dalam penelitian ini berat bayi lahir dikategorikan menjadi dua yaitu berat bayi lahir normal (2500gr sampai 4000 gr) dan berat bayi lahir tidak normal ( 2500 gr / 4000 gr). bayi yang mengalami berat bayi lahir ringan akan banyak mengalami masalah dengan kesehatan dan masa pertumbuhannya (Hidayat, 2005). Hal ini di karenakan system imun yang tidak bekerja dengan baik sehingga balita akan mudah terkena penyakit terutama ISPA yang sangat mudah sekali menular pada balita. Pendapat peneliti dapat didukung dengan hasil penelitian dari Sitti Fatimah pada tahun 2009 tentang dampak berat bayi lahir dengan status gizi balita, atas penelitiannya Siti berpendapat bahwa berat bayi lahir sangat berpengaruh dengan status gizi balita dan merupakan faktor risiko under nutrition, stunting dan wasting. 2. Hubungan Sosial Ekonomi dengan Status Gizi Pada penelitian ini hubungan antara sosial ekonomi dengan status gizi balita diperoleh nilai p-value 0,0, maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara sosial ekonomi dengan status gizi balita. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Shally (2012) dengan menunjukkan p-value 0,024 yang berarti menunjukka adanya hubungan bermakna antara sosial ekonomi dengan status gizi balita. Hal ini berbanding terbalik dengan penelitian yang dilakukan oleh Ria (2011) yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara sosial ekonomi dengan status gizi balita yang menunjukkan p-value 0,347. Dalam penelitian ini sosial ekonomi di kelompokkan menjadi 2 yaitu pendapatan tinggi dan pendapatan rendah. Dikategorikan pendapatan tinggi jika penghasilan Rp.877.500 dan rendah jika pendapatan Rp.877.500. Sosial ekonomi merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi status gizi balita. Semakin rendah sosial ekonomi suatu keluarga maka akan semakin buruk status gizi pada balita atau semakin besar peluang balita mengalami status gizi tidak normal. Hal ini diakibatkan karena ketidak mampuan orang tua utuk memenuhi kebutuhan gizi yang dibutuhkan oleh balita sedangkan pada usia 1-5 tahun balita membutuhkan asupan gizi yang cukup untuk perkembangan. yang mengalami status gizi kurang akan mengalami hambatan dalam pertumbuha dan perkembangan otak balita. 40

Tingkat pendidikan berhubungan dengan status gizi karena dengan meningkatnya pendidikan kemungkinan akan meninggalkan pendapatan sehingga dapat meningkatkan daya beli makanan (FKM UI, 2007). 3. Hubungan Pendidikan Ibu dengan Status Gizi Pada penelitian ini hubungan antara pendidikan dengan status gizi balita yang mana diperoleh nilai p- value 0,042 maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pendidikan dengan status gizi balita. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Tri (2010) dengan menunjukkan p-value 0,007 yang berarti ada hubungan antara pendidikan dengan status gizi balita. Namun hal ini berbanding terbalik dengan penelitian yang dilakukan oleh Shally (2012) dengan p- value 0,674 yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara pendidikan dengan status gizi balita. Dalam penelitian ini pendidikan dikelompokkan menjadi pendidikan rendah bila responden melakukan pendidikan formal tidak tamat SD sampai dengan tamat SD, dan SMP, sedangkan pendidikan tinggi bila responden menempuh pendidikan formal SMA sampai dengan akademi/ perguruan tinggi. Pendidikan sangat dibutuhkan manusia untuk pengembangan diri dan peningkatan intelektual. Kematangan intelektual akan berpengaruh pada wawasan dan cara berfikir seseorang, baik dalam tindakan yang dapat dilihat maupun dalam cara pengambilan keputusan dan perbuatan kebijakan dan pembuatan kebijaksanaan dalam menggunakan pelayanan kesehatan (Notoatmodjo, 2005). Dengan tingginya pendidikan seseorang maka akan lebih mudah untuk menerima pesan dan mengerti tentang merawat dan memenuhi kebutuhan gizi pada balita, sedangkan seseorang dengan status pendidikan rendah pada umunya memiliki tingkat derajat kesehatan yang rendah pula. Tingkat pendidikan berhubungan dengan status gizi karena dengan meningkatnya pendidikan kemungkinan akan meninggalkan pendapatan sehingga dapat meningkatkan daya beli makanan (FKM UI, 2007). 4. Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Status Gizi Pada penelitian ini hubungan antara pengetahuan dengan status gizi balita diperoleh nilai p-value 0,020, maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan status gizi balita. Hasil ini sama seperti penelitian yang pernah dilakukan oleh Shally (2012), dimana terdapat hubungan antara pengetahuan dengan status gizi balita dengan p-value 0,026. Namun hal tersebut berbanding terbalik dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Suhendri (2009) bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan status gizi balita dengan p-value 0,350. Dalam penelitian ini pengetahuan dikelompokkan menjadi kurang bila responden mampu menjawab benar < 76% dan pengetahuan baik bila menjawab 76% dari seluruh pertanyaan. Nilai pengetahuan diukur dengan menjumlahkan 7 pertanyaan, pertanyaan tersebut berisi pertanyaan-pertanyaan tentang definisi makanan bergizi, makanan yang banyak mengandung zat gizi, jenis makanan yang mengandung protein, jenis makanan yang paling tepat untuk balita, menu makanan yang paling tepat untuk balita, manfaat pemenuhan gizi untuk balita, dan didapat nilai minimum 5 dan nilai maksimum 7. Menurut Notoatmodjo (2007) menyebutkan bahwa pengetahuan adalah domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. pengetahuan dapat berhubungan dengan status gizi balita, karena pengetahuan kurang atau baik akan sangat berpengaruh pada perilaku ibu dalam memperhatikan asupan makanan bergizi bagi balita. Implikasi Keperawatan Kemampuan ibu untuk mengetahui tentang status gizi pada balita diharapkan dapat mencegah terjadinya status gizi tidak normal pada balita. Hal ini juga merupakan acuan bagi perawat maternitas, kesehatan masyarakat, keluarga dan komunitas yang ada di masyarakat dalam penatalaksanaan asuhan keperawatan anak usia balita, terutama dalam hal meningkatkan pengetahuan dan kesadaran ibu mengenai gizi balita melalui penyuluhan atau pendidikan kesehatan secara teratur berhubungan dengan status gizi pada balita. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian tentang faktorfaktor yang berhubungan dengan status gizi balita di Posyandu Desa Pekuncen Kabupaten Banyumas tahun 2013 maka dapat disimpulkan bahwa 1. Ada hubungan yang bermakna antara berat bayi lahir dengan status gizi balita usia 1-5 tahun di Posyandu Desa Pekuncen Banyumas tahun 2013. Dari hasil consecutive sampling didapatkan hubungan antara berat bayi lahir dengan status gizi balita dengan nilai p = 0,000 dan nilai OR = 36,000 (95% CI: 4,6-305,916). 41

2. Ada hubungan yang bermakna antara sosial ekonomi keluarga dengan status gizi balita usia 1-5 tahun di Posyandu Desa Pekuncen Banyumas tahun 2013. Dari hasil consecutive sampling didapatkan hubungan sosial ekonomi dengan status gizi balita dengan nilai p = 0,0 dan nilai OR= 4,983 (95% CI: 1,472 16,869). 3. Ada hubungan yang bermakna antara pedidikan ibu dengan status gizi balita usia 1-5 tahun di Posyandu Desa Pekuncen Banyumas tahun 2013. Dari hasil uji consecutive sampling didapatkan hubungan pendidikan ibu dengan status gizi balita dengan nilai p = 0,042 dan nilai OR = 4,433 (95% CI: 1,207-16,286). 4. Ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan ibu dengan status gizi balita usia 1-5 tahun di Posyandu Desa Pekuncen Banyumas tahun 2013. Dari hasil uji consecutive sampling didapatkan hubungan pengetahuan ibi dengan status gizi balita dengan nilai p = 0,020 dan nilai OR = 7,412 (95% CI: 1,455-37,746). Saran 1. Bagi Tempat Penelitian Meningkatkan kemampuan bagi para kader dalam melakukan penyuluhan rutin tentang kesehatan balita terutama tentang permasalahan gizi pada balita usia 1-5 tahun untuk memperbaiki perkembangan pada balita. 2. Bagi Institusi Pendidikan Dapat lebih mengupayakan kemampua para mahasiswa dengan mengadakan penyuluhanpenyuluhan kepada masyarakat mengenai masalah kesehatan yang sering terjadi di masyarakat terutama mengenai factor gizi pada balita. 3. Bagi Peneliti Lain Sebagai suatu acuan untuk peneliti lain yang akan melakukan penelitian berikutnya dapat di lanjutkan untuk variable lain yang belum sempat untuk diteliti oleh peneliti seperti: sosial budaya, jumlah keluarga, penyakit infeksi, fasilitas pelayanan kesehatan, asupan makanan dan lingkungan. sehingga peneliti berikutnya dapat melanjutkan variabel yang belum di teliti. DAFTAR PUSTAKA Departemen Kesehatan RI. 2000. Pengelolaan Program Perbaikan Gizi Kabupaten/Kota. Jakarta : Depkes RI. Dinas Kesehatan Jawa Timur. 2005. Pedoman Pemantauan Status Gizi. Surabaya: Dinkes Jatim Hidayat, Zainul. 2005. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi di Indonesia. Jakarta: Pascasarjana UI http://lotar.ui.ac/opac/themes/lib ri2/detail.jsp?id=109403&lokasi=lokal Kountur, Ronny. 2007. Metode Penelitian Untuk Penulisan Skripsi dan Tesis. Jakarta: Penerbit PPM. Moehji, S. 2003. Ilmu Gizi Penanggulangan Gizi Buruk. Jakarta: Papas SinarSinanti Mubarak, Iqbal Wahit. 2006. Ilmu Keperawatan Komunitas. Jakarta: CV. SagungSeto Notoatmodjo, S. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta62 Nursalam. 2008. Asuhan Keperawatan Bayi Dan Anak (Untuk Perawatan dan Bidan). Jakarta : Salemba Medika Nursalam, 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Pen elitian Ilmu Keperawatan. PedomanSkripsi, Tesis, dan InstrumenPenelitianKeperawatan. Jakarta: SalembaMedika. Nursalam dan Pariani, S. 2001. Pendekatan Praktis Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta PT. Sagung Seto Patodo, Shally. 2012. Fator-Faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi di Wilayah Kerja Puskesmas Wawanosa. Manado : Puskesmas wawanosa. Pratiknya, ahmad W. 2001. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Sugiyono, 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta. Suhardjo. 2008. Perencanaan Pangan dan Gizi. Jakarta: PT. Bumi Aksara Suhendri, Ucu. 2009. Factor-Faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi Anak Dibawah lima Tahun. Tangerang: puskesmas sepatan. Skripsi UIN Syukriawati, Ria. 2011. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi Kurang Pada Anak usia 24-59 Bulan di Kelurahan Pamulang Barat Kota Tangerang Selatan. Tangerang 42