BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV GAMBARAN UMUM. Provinsi Lampung dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 14

BAB IV GAMBARAN UMUM. Bujur Timur sampai 105º50 (BT) Bujur Timur dan 3º45 (LS) Lintang Selatan

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada Provinsi Lampung dengan menggunakan data

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI LAMPUNG AGUSTUS 2017

DINAMIKA PEREKONOMIAN LAMPUNG

KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA PROFIL PERLINDUNGAN TENAGA KERJA PEREMPUAN DI PROVINSI LAMPUNG 2016

METODE PENELITIAN. kepustakaan. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data Anggaran

III. METODE PENELITIAN. menggunakan alat uji statistik berupa uji beda maka variabel yang digunakan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan upaya untuk meningkatkan kemampuan

I. PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan otonomi daerah adalah mempercepat pertumbuhan ekonomi

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Timur dan 7,12 hingga 8,48 Lintang Selatan. Sedangkan luas Provinsi

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

METODE PENELITIAN. terhadap tingkat kemiskinan kabupaten/kota di Provinsi Lampung

METODE PENELITIAN. (time series), yaitu tahun yang diperoleh dari Bag. Keuangan Pemda Lampung

I. PENDAHULUAN. Lampung Selatan merupakan pusat kota dan ibukota kabupaten. Pembangunan merupakan

I. PENDAHULUAN. Di era Otonomi Daerah sasaran dan tujuan pembangunan salah satu diantaranya

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Kabupaten Tanggamus, dengan melakukan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

I. PENDAHULUAN. adanya otonomi daerah maka masing-masing daerah yang terdapat di Indonesia

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2015

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BPS PROVINSI JAWA BARAT

I. PENDAHULUAN. berdasarkan pertimbangan kemampuan daerah. Tujuannya adalah memungkinkan

III. METODE PENELITIAN. Pusat Statistik Provinsi Lampung ( time series ) pada jangka waktu 6 tahun. terakhir yakni pada tahun 2006 hingga tahun 2007.

III. METODE PENELITIAN. menggunakan data sekunder yang berasal dari instansi atau dinas terkait.

I. PENDAHULUAN. menyebabkan GNP (Gross National Product) per kapita atau pendapatan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional pada hakekatnya merupakan upaya dalam meningkatkan kapasitas

I. PENDAHULUAN. Kegiatan pembangunan yang dilaksanakan oleh setiap daerah adalah bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. desentralisasi fiskal dan otonomi daerah telah membawa konsekuensi pada

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian dalam skripsi ini adalah deskriptif yaitu penelitian dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan peluang dan sekaligus juga sebagai tantangan.


METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam data ini adalah data sekunder. Data sekunder merupakan data

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH FEBRUARI 2015

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2016

BAB IV. Gambaran Umum Daerah Penelitian. Provinsi Lampung dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 14 Tahun

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI MALUKU UTARA, AGUSTUS 2015

ANALISIS SUMBERDAYA PESISIR YANG BERPOTENSI SEBAGAI SUMBER PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KOTA BENGKULU

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2012

BAB 3 GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN DAN KEUANGAN DAERAH KAB/KOTA DI JAWA TENGAH

I. PENDAHULUAN. kepedulian terhadap potensi dan keanekaragaman daerah. daerah sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik

KEADAAN KETENAGAKERJAAN MALUKU UTARA, FEBRUARI 2017

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan aspek transparansi dan akuntabilitas. Kedua aspek tersebut menjadi

III. METODE PENELITIAN. Data yang dipakai untuk penelitian ini adalah data sekunder (time series) yang

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN FEBRUARI 2013

Keadaan Ketenagakerjaan Maluku Utara Agustus 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2014

KEADAAN KETENAGAKERJAAN RIAU FEBRUARI 2013

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1

BAB I PENDAHULUAN. penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah pusat kepada daerah otonom untuk

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif kualitatif

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT AGUSTUS 2016

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1

I. PENDAHULUAN. setiap negara, terutama di negara-negara berkembang. Negara terbelakang atau

I. PENDAHULUAN. Pemberlakuan otonomi daerah di Indonesia menyebabkan terjadinya pergeseran

KEADAAN KETENAGAKERJAAN RIAU AGUSTUS 2015

BAB IV GAMBARAN UMUM. Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara

BAB I PENDAHULUAN. Daerah, dapat disimpulkan bahwa Pemerintah Daerah (Pemda) memiliki hak,

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI JAWA BARAT AGUSTUS 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2016 AGUSTUS 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA (TPT) SEBESAR 4,31 PERSEN

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2014

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH Februari 2017

PROFIL PEMBANGUNAN LAMPUNG

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI BENGKULU FEBRUARI 2016

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. dalam mengelola potensi sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola

BAB I PENDAHULUAN. kapasitas fiskal yaitu pendapatan asli daerah (PAD) (Sidik, 2002)

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT AGUSTUS 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT AGUSTUS 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN MALUKU UTARA, AGUSTUS 2016

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI BENGKULU FEBRUARI 2016

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG HUBUNGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi di dalam peraturan perundang-undangan telah

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPULAUAN RIAU KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU FEBRUARI 2016

BERITA RESMI STATISTIK

I. PENDAHULUAN. Dasar pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia dimulai sejak Undang-Undang

KEADAAN KETENAGAKERJAAN RIAU AGUSTUS 2016

III. METODE PENELITIAN. Provinsi Lampung adalah data sekunder berupa PDRB tiap kabupaten/kota di

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2016

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Mamesah dalam Halim (2007), keuangan daerah daoat diartikan

IV. KONDISI UMUM WILAYAH

KEADAAN KETENAGAKERJAAN RIAU FEBRUARI 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN FEBRUARI 2012

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2015

BAB I PENDAHULUAN. Tap MPR Nomor XV/MPR/1998 tentang Penyelenggaran Otonomi Daerah, Pengaturan, Pembagian dan Pemanfaatan Sumber Daya Nasional yang

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017

BAB IV KONDISI UMUM KABUPATEN BOGOR

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan otonomi daerah yang dititikberatkan pada daerah. kabupaten dan kota dimulai dengan adanya penyerahan sejumlah

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2014

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI PAPUA BARAT AGUSTUS 2014

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebijakan tentang otonomi daerah di wilayah Negara Kesatuan Republik

Transkripsi:

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Provinsi Lampung dengan menggunakan data sekunder untuk dilakukan analisis terhadap kemampuan keuangan daerah dalam pelaksanaan otonomi daerah di Provinsi Lampung. Berikut ini akan dipaparkan lokasi penelitian di Provinsi Lampung. 1. Letak Geografis Provinsi Lampung Provinsi Lampung dibentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 14 tahun 1964 tentang Pembentukan Daerah Tingkat I Lampunga tanggal 18 maret secara geografis Provinsi Lampung terletak pada kedudukan 103º40 (BT) Timur sampai 105º50 (BT) Bujur Timur dan 3º45 (LS) Lintang Selatan sampai 6º45 (LS) Lintang selatan. Provinsi Lampung melputi areat daratan seluas 35.288,35 km (Lampung dalam angka BPS 2012) termasuk 132 pulau disekitarnya dan lautan yang berbatasan dalam jarak 12 mil laut dari garis pantai kearah laut lepas. Luas perairan laut Provinsi Lampung diperkirakan lebih kurang 24.820 km (atlas sumberdaya pesisir Lampung, 1999). Panjang garis pantai Provinsi Lampung lebih kurang 1.105 km, yang membentuk 4 (empat) wilayah pesisir, yaitu Pantai Barat (210 km), Teluk Semangka (200 km), Teluk Lampung dan Selat Sunda (160 km), dan pantai Timur (270 km), batas administrasi wilayah Provinsi Lampung adalah : 37

38 a. Sebelah Utara dengan Provinsi Sumatera Selatan dan Bengkulu b. Sebelah Selatan dengan Selat Sunda c. Sebelah Timur dengan Laut Jawa d. Sebelah Barat dengan Samudera Indonesia Provinsi Lampung dengan Ibu Kota Bandar Lampung, yang merupakan gabungan dari Kota Kembar Tanjungkarang dan Telukbetung memiliki wilayah yang relatif luas dan menyimpan potensi kelautan. Pelabuhan utamanya bernama Panjang dan Bakauhuni serta Pelabuhan nelayan seperti Pasar Ikan (Telukbetung), Tarahan dan Kalianda di Teluk lampung. Sedangkan di Teluk Semangka adalah Kota Agung dan Laut Jawa terdapat pula pelabuhan nelayan seperti labuhan Maringgai dan ketapang. Disamping itu Kota Menggala juga dapat dikunjungi kapal-kapal nelayan dengan menyusuri sungai Way Tulang bawang, adapun samudera Indonesia terdapat Pelabuhan Krui. Lapangan terbang utamanya adalah Radin Inten II yaitu nama baru dari Branti 28 Km dari ibukota melalui jalan negara menuju Kotabumi dan lapangan terbang AURI terdapat di Manggala yang bernama Astra Ksetra(http://www.lampungprov.go.id/). 2. Pemerintahan Provinsi Lampung Berdasarkan Peratutan Pemerintah Nomor 3 tahun 1964, yang kemudian menjadi Undang-undang Nomor 14 tahun 1964 Karesidenan Lampung ditingkatkan menjadi Provinsi lampung dengan IbuKota Tanjungkarang-Telukbetung. kemudian

39 berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 24 tahun 1983 telah diganti namanya menjadi Kotamadya Lampung terhitung tanggal 17 Juni 1983. Administrasi Pemerintahan di Provinsi Lampung dibagi dalam 14 (empat belas) Kabupaten/Kota yang selanjutnya terdiri dari beberapa wilayah kecamatan dengan perincian sebagai berikut: Tabel 4.1 Pemerintahan Kabupaten/Kota Provinsi Lampung Luas wilayah Jumlah Kecamatan No Kabupaten/Kota (Km 2 ) 1 Kota Bandar Lampung 192.96 13 2 Kota Metro 61.79 5 3 Kabupaten Lampung Barat 3356.61 25 4 Kabupaten Tanggamus 3356.61 20 5 Kabupaten Lampung Selatan 2007.01 17 6 Kabupaten Lampung Timur 4337.63 24 7 Kabupaten Lampung Tengah 4789.82 28 8 Kabupaten Lampung Utara 2725.6 23 9 Kabupaten Way Kanan 3921.63 14 10 Kabupaten Tulang Bawang 7770.84 15 11 Kabupaten Pesawaran 1173.77 7 12 Kabupaten Pringsewu 625.00 8 13 Kabupaten Mesuji 2184.00 7 14 Kabupaten Tulang Bawang Barat 1201.00 8 Sumber : data diolah (http://www.lampungprov.go.id/). Tabel di atas menunjukkan bahwa Provinsi Lampung terdiri dari 12 Kabupaten dan 2 Kotamadya. Dari ke 14 (empat belas) wilayah Kabupaten/Kota Provinsi Lampung yang paling luas adalah Kabupaten Tulang Bawang namun hanya terbagi dalam 15

40 kecamatan bisa dikatakan di Kabupaten Tulang Bawang wilayahnya luas-luas tiap kecamatannya. 3. Kependudukan Berdasarkan data kependudukan pada tahun 2000 penduduk Provinsi Lampung berjumlah 6.659.869 jiwa dan rata-rata kepadatan penduduk per Kabupaten/Kota di Provinsi lampung 189 jiwa per Km 2 dan untuk tahun 2015 jumlah penduduk menurut hasil sensus penduduk jumlah penduduk Provinsi Lampung sebesar 8.026.191 jiwa dan rata-rata kepadatan penduduk 227.78 per Km 2 http://www.lampung.bps.go.id/. Hal itu menunjukkan bahwa dalam kurun waktu 15 tahun Provinsi Lampung mengalami peningkatan jumlah penduduk sebesar 17%. Berikut adalah tabel sajian data penduduk Provinsi Lampung perkabupaten/kota tahun 2015 : Tabel 4.2. Penduduk Kabupaten/Kota Provinsi Lampung Tahun 2015 Jenis Kelamin No Kab/ Kota Laki-laki Perempuan Jumlah 1 Kota Bandar Lampung 484.215 476.48 960.965 2 Kota Metro 78.078 77.914 155.992 3 Kabupaten Lampung Barat 154.414 135.974 290.388 4 Kabupaten Tanggamus 295.869 271.303 567.172 5 Kabupaten Lampung Selatan 494.08 467.817 961.897 6 Kabupaten Lampung Timur 511.079 487.641 998.72 7 Kabupaten Lampung Tengah 625.215 601.97 1.227.185 8 Kabupaten Lampung Utara 306.501 296.226 602.727 9 Kabupaten Way Kanan 220.719 207.378 428.097 10 Kabupaten Tulang Bawang 219.504 204.206 423.71

41 Jenis Kelamin Jumlah No Kab/ Kota Laki-laki Perempuan 11 Kabupaten Pesawaran 217.184 204.313 421.497 12 Kabupaten Pringsewu 196.408 186.693 383.101 13 Kabupaten Mesuji 101.705 92.577 194.282 14 Kabupaten Tulang Bawang Barat 134.611 127.705 262.316 Sumber : data diolah (http://www.lampungprov.go.id/) 4. Pertumbuhan Perekonomian Pertumbuhan ekonomi Lampung Tahun 2013 sebesar 5,97%. Pertumbuhan ini mengalami perlambatan dibanding Tahun 2012 yang mencapai 6,53%. Hal ini merupakan gejala nasional, yang tercermin pada pertumbuhan ekonomi Indonesia yang juga mengalami penurunan akibat krisis ekonomi global. Pertumbuhan ekonomi Lampung tersebut lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang sebesar 5,78% dan pertumbuhan provinsi se-sumatera yang rata-rata 5,27%. Dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi Tahun 2013 tertinggi pada sektor pertambangan & penggalian (10,66%) dan sektor listrik, gas & air minum (10, 05%). Sektor yang juga tumbuh tinggi adalah sektor lembaga keuangan, persewaan & jasa perusahaan (9,48%) serta sektor jasa-jasa (9,39%). Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi Tahun 2013 tertinggi pada impor (33,82%) yaitu impor antar provinsi (38,48%) dan ekspor (25,27%) yaitu ekspor antar provinsi (32,85%).

42 Gambar 4.1 Pertumbuhan Ekonomi Lampung dan Nasional Sumber: Tinjauan Perkembangan Ekonomi Tahun 2013 (http://www.bappeda.lampungprov.go.id/old/docfiles/productfiles/79a2e5484fb3b3b3 10126205ebcfe60d.pdf) 5. Ketenagakerjaan Tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) di Provinsi Lampung menunjukkan peningkatan. TPAK yang mengindikasikan besarnya persentase penduduk usia kerja yang aktif secara ekonomi mengalami peningkatan 64,84 pada Agustus 2013 menjadi 66,99 pada Agustus 2014. Tabel 4.3 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Provinsi Lampung 2013 2014 Indikator Februari Agustus Februari Agustus Penduduk Usia Kerja (15 Tahun keatas) 5.64 5.68 5.71 5.76 Angkatan Kerja 3.98 3.68 4.03 3.86 Bekerja 3.78 3.47 3.82 3.67 Pengangguran 0.2 0.21 0.2 0.18 Bukan Angkatan Kerja 1.66 2 1.68 1.9 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)% 70.6 64.84 70.55 66.99 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) % 5.02 5.69 5.08 4.79 Setengah Pengangguran (SP) 1.42 1.63 1.46 1.37 SP Terpaksa 0.5 0.33 0.34 0.27 SP Paruh Waktu 0.92 1.3 1.11 1.1 Sumber: BPS Prov. Lampung

43 Hal ini memperlihatkan pasokan tenaga kerja yang tersedia mengalami peningkatan jumlah angkatan kerja dibandingkan dengan peningkatan jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas. Hampir seluruh TPAK Kabupaten/Kota Provinsi Lampung mengalami peningkatan. Peningkatan terbesar terjadi di Lampung Utara dan Kabupaten Tanggamus. Sementara itu TPAK beberapa Kabupaten/Kota Provinsi Lampung mengalami penurunan dengan penurunan terbesar terjadi Kabupaten Lampung Barat. Berbedanya peningkatan tenaga kerja ini disebabkan oleh banyaknya investor asing yang mendirikan perusahaan dan juga tambang diwilayah Tanggamus dan Lampung Utara, yang didukung oleh kementrian perindustrian. Kawasan Industri Tanggamaus juga dimasukan kedalam salah satu program prioritas pengembangan kawasan diluar Jawa. Struktur lapangan kerja masih di dominasi oleh sektor pertanian. Pada Agustus 2014 sektor pertanian, sektor perdagangan dan sektor jasa kemasyarakatan secara berurutan masih menjadi penyumbang terbesar penyerapan tenaga kerja di Provinsi Lampung dengan porsi masing-masing sebesar 48,9%, 18% dan 14,3%. Peningkatan tertinggi jumlah penduduk bekerja di sektor kontruksi, diikuti dengan sektor transportasi, pergudangan dan komunikasi, serta sektor jasa kemasyarakatan. Banyaknya realisasi proyek infrastruktur pemerintah diakhir tahun menjadi pendorong bertambahnya jumlah pekerja di sektor-sektor tersebut.

44 Tabel 4.4 Penduduk Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Provinsi Lampung No 1 Lapangan Pekerjaan Utama Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, Perburuan dan Perikanan 2013 2014 Februari Agustus Februari Agustus 1,884.90 1,794.30 1,855.30 1,795.20 2 Pertambangan dan Penggalian 31.9 13.6 42.7 15.2 3 Industri 278.4 289.2 313.8 292.2 4 Listrik, Gas dan Air Minum 6.6 5.7 3.2 4.5 5 Konstruksi 140.3 148.1 136.6 182.9 6 Perdagangan, Rumah Makan dan Jasa Akomodasi 743 600.9 756.1 662.8 7 Transportasi, Pergudangan dan Komunikasi 138.5 118.6 134.4 142.6 8 Lembaga Keuangan, Real Estate, dan Usaha Persewaan, dan Jasa Perusahaan 36.1 51.8 63.5 52.8 9 Jasa Kemasyarakat, Sosial dan 525.2 449.5 518.5 525 Sumber: BPS Prov. Lampung Kualitas penduduk yang bekerja relatif tidak mengalami perbaikan. penyerapan tenaga kerja sebagian masih didominasi oleh penduduk yang berpendidikan rendah (SD kebawah) dengan porsi 46,9%. Sementara itu pekerja yang berpendidikan tinggi hanya mencakup 7,8%, sedangkan sisanya hanya pekerja dengan pendidikan menengah. Dibanding dengan periode yang sama tahun sebelumnya komposisi ini tidak banyak mengalami perubahan yang signifikan.

45 Tabel 4.5. Komposisi Angkatan kerja Menurut Pendidikan Provinsi Lampung 2013 2014 Pendidikan Februari Agustus Februari Agustus SD Kebawah 50.4 47.9 46.7 46.9 SMP 20.2 21.4 22.5 22.5 SMA 22.3 22.7 22.5 22.8 D I/ II/ III dan Universitas 7.1 8 8.3 7.8 Sumber: BPS Prov. Lampung B. Deskripsi Data 1. Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten/Kota Provinsi Lampung Tahun 2012-2014 Kontribusi PAD dalam APBD merupakan salah satu indikator penting untuk mengukur keberhasilan penyelenggaraan otonomi daerah. Tujuan otonomi daerah yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, akan terwujud jika daerah mampu meningkatkan pelayanan dan membiayai pembangunan dari sumber pembiayaan sendiri. Tabel 4.6. PAD Kabupaten/Kota Provinsi Lampung tahun 2012-2014 (dalam Miliar) Pendapatan Asli Daerah No Kabupaten / Kota 2012 2013 2014 1 Bandar Lampung 300,696 360,968 421,240 2 Metro 48,377 59,224 70,071 3 Lampung Barat 25,278 33,829 42,381 4 Tanggamus 18,672 22,017 25,362 5 Lampung Selatan 80,459 100,050 119,641 6 Lampung Timur 49,824 40,651 31,478 7 Lampung Tengah 101,060 81,780 62,500 8 Lampung Utara 21,351 40,850 60,349

46 Pendapatan Asli Daerah No Kabupaten / Kota 2012 2013 2014 9 Way Kanan 10,148 24,831 39,514 10 Tulang Bawang 23,152 36,242 49,333 11 Pesawaran 25,710 25,933 26,155 12 Pringsewu 29,090 30,421 31,751 13 Mesuji 8,269 10,021 11,773 14 Tulang Bawang Barat 5,840 10,345 14,850 Sumber: BPS Provinsi Lampung Tabel di atas menunjukkan bahwa Pendapatan Asli Daerah (PAD) tiap Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung tahun 2012-2014 sebagian besar mengalami peningkatan, kecuali Kabupaten Lampung Timur dan Lampung Tengah yang mengalami penurunan di tiap tahunnya. Penurunan PAD Kabupaten Lampung Timur disebabkan oleh tiga faktor utama (Elfiza, 2016: 12), yaitu: pertama kinerja Seksi Penagihan Pajak dan Retribusi Daerah DPPKAD Kabupaten Lampung Timur kinerjanya sedang atau cukup. Kedua, pencapaian dalam penerimaan PBB di Kabupaten Lampung Timur lima tahun terakhir tidak pernah mencapai hasil maksimal yaitu 100%, bahkan pada tahun 2014 terjadi penurunan penerimaan 91,19% pada tahun 2013 menjadi 90,10% pada tahun 2014, sedangkan pada tahun 2014 telah berlaku pendaerahan PBB. Terakhir, belum ada pelatihanpelatihan ataupun seminar-seminar terkait dengan PBB yang diterima oleh Seksi Penagihan Pajak dan Retribusi Daerah DPPKAD Kabupaten Lampung Timur.

47 2. Total Pendapatan Daerah Kabupaten/Kota Provinsi Lampung tahun 2012-2014 Pendapatan daerah sebagai penerimaan kas daerah merupakan sarana pemerintah daerah untuk melaksanakan tujuan, mengoptimalkan kemakmuran rakyat yaitu menumbuh kembangkan masyarakat disegala bidang kehidupan. Sektor pendapatan daerah memegang peranan yang sangat penting, karena melalui sektor ini dapat dilihat sejauh mana suatu daerah dapat membiayai kegiatan pemerintah dan pembangunan daerah. Tabel 4.7. TPD Kabupaten/Kota Provinsi Lampung Tahun 2012-2014 (dalam Miliar) Total Pendapatan Daerah No Kabupaten / Kota 2012 2013 2014 1 Bandar Lampung 1,459,471 1,688,412 1,917,352 2 Metro 550,997 604,496 657,994 3 Lampung Barat 756,765 854,217 951,669 4 Tanggamus 826,903 883,820 940,737 5 Lampung Selatan 1,129,151 1,198,779 1,268,408 6 Lampung Timur 1,225,727 1,366,783 1,507,840 7 Lampung Tengah 1,511,325 1,613,953 1,716,582 8 Lampung Utara 972,334 1,114,467 1,256,599 9 Way Kanan 696,739 778,381 860,023 10 Tulang Bawang 653,634 688,379 723,125 11 Pesawaran 676,345 782,644 888,944 12 Pringsewu 738,412 784,516 830,619 13 Mesuji 446,101 464,241 482,382 14 Tulang Bawang Barat 520,316 568,385 616,454 Sumber: BPS Provinsi Lampung

48 Tabel di atas menunjukkan bahwa Total Pendapatan Daerah (TPD) tiap Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung tahun 2012-2014 semuanya mengalami peningkatan di tiap tahunnya. 3. Belanja Daerah Kabupaten/Kota Provinsi Lampung tahun 2012-2014 Belanja daerah merupakan semua pengeluaran dari rekening kas umum daerah yang mengurangi equitas dana lancar, yang merupakan kewajiban daerah dalam satu tahun anggaran yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh daerah. Tabel 4.8. Belanja Daerah Kabupaten/Kota Provinsi Lampung tahun 2012-2014 (dalam Miliar) Belanja Daerah No Kabupaten / Kota 2012 2013 2014 1 Bandar Lampung 1,464,988 1,779,859 2,094,730 2 Metro 518,616 609,265 699,914 3 Lampung Barat 737,414 844,853 952,291 4 Tanggamus 829,067 899,020 968,974 5 Lampung Selatan 1,117,184 1,163,924 1,210,664 6 Lampung Timur 1,248,733 1,410,275 1,571,816 7 Lampung Tengah 1,454,637 1,612,488 1,770,338 8 Lampung Utara 976,393 1,109,303 1,242,213 9 Way Kanan 631,192 757,542 883,892 10 Tulang Bawang 644,581 696,002 747,423 11 Pesawaran 672,390 822,745 973,100 12 Pringsewu 726,890 772,327 817,763 13 Mesuji 437,648 438,624 439,601 14 Tulang Bawang Barat 507,524 565,054 622,584 Sumber: BPS Provinsi Lampung Dilihat dari kontribusinya kecenderungan belanja daerah terus meningkat disetiap tahunnya baik Kota maupun Kabupaten yang ada di Provinsi Lampung.

49 4. Pendapatan Transfer Kabupaten/Kota Provinsi Lampung tahun 2012-2014 Dana Perimbangan selain dimaksudkan untuk membantu daerah dalam mendanai kewenangannya, juga bertujuan untuk mengurangi ketimpangan sumber pendanaan pemerintahan antara pusat dan daerah serta untuk mengurangi kesenjangan pendanaan pemerintahan antar daerah. Tabel 4.9. Pendapatan Transfer Kabupaten/Kota Provinsi Lampung Tahun 2012-2014 (dalam Miliar) Pendapatan Transfer No Kabupaten / Kota 2012 2013 2014 1 Bandar Lampung 901,841 992,894 1,083,948 2 Metro 406,176 451,227 496,277 3 Lampung Barat 603,698 693,467 783,237 4 Tanggamus 673,914 718,182 762,450 5 Lampung Selatan 857,480 900,885 944,290 6 Lampung Timur 1,005,610 1,073,833 1,142,056 7 Lampung Tengah 1,168,517 1,251,072 1,333,626 8 Lampung Utara 798,903 896,610 994,318 9 Way Kanan 579,328 651,613 723,898 10 Tulang Bawang 543,876 593,814 643,752 11 Pesawaran 574,542 642,231 709,920 12 Pringsewu 572,918 592,098 611,277 13 Mesuji 393,663 413,956 434,249 14 Tulang Bawang Barat 433,563 464,258 494,953 Sumber: BPS Provinsi Lampung Tabel di atas menunjukan selama kurun waktu (2012-2014), jumlah dana perimbangan yang dialokasikan dari pusat ke daerah terus mengalami peningkatan.

50 5. Dana Alokasi Umum Kabupaten/Kota Provinsi Lampung tahun 2012-2014 DAU bertujuan untuk pemerataan kemampuan keuangan antardaerah yang dimaksudkan untuk mengurangi ketimpangan kemampuan keuangan antardaerah melalui penerapan formula yang mempertimbangkan kebutuhan dan potensi daerah. Setiap daerah memperoleh besaran DAU yang tidak sama, karena harus dialokasikan atas dasar besar kecilnya celah fiskal (fiscal gap) dan alokasi dasar. Tabel 4.10. DAU Kabupaten/Kota Provinsi Lampung Tahun 2012-2014 (dalam Miliar) DAU No Kabupaten / Kota 2012 2013 2014 1 Bandar Lampung 762,664 864,816 966,968 2 Metro 330,158 374,201 418,244 3 Lampung Barat 486,998 558,555 630,111 4 Tanggamus 530,838, 600,816 670,794 5 Lampung Selatan 686,434 769,867 853,301 6 Lampung Timur 763,748 860,136 956,523 7 Lampung Tengah 954,226 1,086,335 1,218,443 8 Lampung Utara 661,427 761,218 861,009 9 Way Kanan 450,615 517,219 583,823 10 Tulang Bawang 412,608 482,230 551,853 11 Pesawaran 476,870 538,309 599,749 12 Pringsewu 443,529 499,454 555,380 13 Mesuji 294,053 338,570 383,087 14 Tulang Bawang Barat 323,813 380,947 438,080 Sumber: BPS Provinsi Lampung C. Deskripsi Hasil Analisis Data Analisis terhadap kemampuan keuangan daerah Provinsi Lampung dalam penelitian ini adalah suatu proses penilaian mengenai tingkat kemajuan pencapaian kinerja keuangan daerah Provinsi Lampung dan juga kemampuan keuangan daerah Provinsi Lampung untuk kurun waktu 2012-2014. Indikator yang digunakan oleh peneliti

51 untuk menganalisis kinerja keuangan dan kemampuan daerah Provinsi Lampung pada penelitian ini adalah indikator keuangan daerah ditinjau dari rasio kemandirian, rasio ketergantungan keuangan daerah, rasio desentralisasi fiskal dan rasio efektivitas. Serta indicator kemampuan keuangan daerah ditinjau dari Indeks k Kemampuan Rutin (IKR), rasio DAU (RDAU), rasio pertumbuhan APBD. Dari analisa data tersebut nantinya dapat diketahui kinerja keuangan dan kemampuan keuangan daerah Provinsi Lampung. Berikutnya akan dilakukan analisis dari keduanya : 1. Indikator Kinerja Keuangan Daerah Provinsi Lampung tahun 2012-2014 a. Rasio Kemandirian Rasio kemandirian keuangan daerah (RKKD) dapat dihitung menggunakan rumus di bawah ini: Pendapatan Asli Daerah RKKD= Pendapatan Transfer (4.1) Rasio kemandirian keuangan daerah menunjukkan tingkat kemampuan keuangan suatu daerah dalam membiayai sendiri kegiatan pemerintahannya, pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat yang telah membayar pajak dan retribusi sebagai sumber pendapatan yang diperlukan daerah. Hasil dari perhitungan rasio kemandirian keuangan daerah dapat dilihat pada tabel 4.11 di bawah ini :

52 Tabel 4.11. Perhitungan Rasio Kemandirian Keuangan Kabupaten/Kota Provinsi Lampung tahun Anggaran 2012-2014 Rasio Kemandirian No Kab/Kota Keuangan Kriteria Rata- Rata 2012 2013 2014 1 Bandar Lampung 33.3 36.3 38.8 36.1 CUKUP 2 Metro 11.9 13.1 14.1 13.0 RENDAH 3 Lampung Barat 4.1 4.8 5.4 4.8 SANGAT RENDAH 4 Tanggamus 2.7 3.0 3.3 3.0 SANGAT RENDAH 5 Lampung Selatan 9.3 11.1 12.6 11.0 RENDAH 6 Lampung Timur 4.9 3.7 2.7 3.8 SANGAT RENDAH 7 Lampung Tengah 8.6 6.5 4.6 6.6 SANGAT RENDAH 8 Lampung Utara 2.6 4.5 6.0 4.4 SANGAT RENDAH 9 Way Kanan 1.7 3.8 5.4 3.6 SANGAT RENDAH 10 Tulang Bawang 4.2 6.1 7.6 6.0 SANGAT RENDAH 11 Pesawaran 4.4 4. 3.6 4.0 SANGAT RENDAH 12 Pringsewu 5.0 5.1 5.1 5.1 SANGAT RENDAH 13 Mesuji 2.1 2.4 2.7 2.4 SANGAT RENDAH 14 Tulang Bawang Barat 1.3 2.2 3.0 2.1 SANGAT RENDAH Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 4.11 di atas menunjukan bahwa rasio kemandiran keuangan Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung pada tahun 2012, rataratanya sebesar 6,91 persen, kemudian di tahun 2013, rata-ratanya sebesar 7,65 persen, dan di tahun 2014, rata-ratanya sebesar 8,25 persen. Jika dibandingkan dengan kriteria kemandiran yang digunakan dalam penelitian ini, maka angka tersebut (6,91 persen, 7,65 persen, dan 8,25 persen) berada diantara level 0,00 10,00 (Bisma dan Susanto 2010). Hasil analisis ini dapat diinterpretasi bahwa sebagian besar (13 Kabupaten/Kota) kemandiran keuangan daerah Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung tergolong kurang dan/ atau sangat rendah, kecuali Kota Bandar Lampung yang tergolong cukup mandiri. Mayoritas kondisi kemandirian keuangan Kabupaten/ Kota di Indonesia sama dengan Kabupaten/ Kota di Provinsi Lampung yang mana ibu

53 kota Provinsi lebih memiliki kemandirian keuangan yang baik dibandingkan Kabupaten/ Kota dalam satu Provinsi. Rendahnya Rasio Kemandirian Keuangan Kabupaten/Kota Provinsi Lampung tahun Anggaran 2012-2014 disebabkan oleh rendahnya PAD sehingga Pendapatan Transfer Pusat terhadap daerah-daerah di Kabupaten/ Kota Lampung lebih dominan. PAD yang rendah ini karena realisasi PAD belum mencapai target. b. Rasio Ketergantungan Keuangan Daerah Rasio ketergantungan keuangan daerah (RKKD) dapat dihitung mengggunakan rumus berikut : (4.2) Rasio ketergantungan keuangan daerah ini menggambarkan perbandingan besarnya Pendapatan Asli daerah (PAD) dengan total penerimaan APBD tanpa subsidi. Rasio ini akan menggambarkan kinerja keuangan daerah dalam membiayai pemerintahannya tanpa adanya subsidi. Hasil dari perhitungan rasio ketergantungan keuangan daerah dapat dilihat pada tabel 4.12 di bawah ini :

54 Tabel 4.12. Perhitungan Rasio Ketergantungan Keuangan Kabupaten/Kota Provinsi Lampung Tahun Anggaran 2012-2014 Rasio Ketergantungan No Kab/Kota Keuangan Kriteria Rata- Rata 2012 2013 2014 1 Bandar Lampung 61.7 58.8 56.5 59.0 SANGAT TINGGI 2 Metro 73.7 74.6 75.4 74.5 SANGAT TINGGI 3 Lampung Barat 79.7 81.1 82.3 81.0 SANGAT TINGGI 4 Tanggamus 81.4 81.2 81.0 81.2 SANGAT TINGGI 5 Lampung Selatan 75.9 75.1 74.4 75.1 SANGAT TINGGI 6 Lampung Timur 82.0 78.5 75.7 78.7 SANGAT TINGGI 7 Lampung Tengah 77.3 77.5 77.6 77.5 SANGAT TINGGI 8 Lampung Utara 82.1 80.4 79.1 80.5 SANGAT TINGGI 9 Way Kanan 83.1 83.7 84.1 83.6 SANGAT TINGGI 10 Tulang Bawang 83.2 86.2 89.0 86.1 SANGAT TINGGI 11 Pesawaran 84.9 82.0 79.8 82.2 SANGAT TINGGI 12 Pringsewu 77.5 75.4 73.5 75.5 SANGAT TINGGI 13 Mesuji 88.2 89.1 90.0 89.1 SANGAT TINGGI 14 Tulang Bawang Barat 83.3 81.6 80.2 81.7 SANGAT TINGGI Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 4.12 di atas menunjukan bahwa rasio ketergantungan keuangan Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung pada tahun 2012, rata-ratanya sebesar 79,62 persen, kemudian di tahun 2013, rata-ratanya sebesar 78,99 persen, dan di tahun 2014, rata-ratanya sebesar 78,51 persen. Jika dibandingkan dengan kriteria ketergantungan yang digunakan dalam penelitian ini, maka angka tersebut (79,62 persen, 78,99 persen, dan 78,51) berada >50 persen (Bisma dan Susanto 2010). Hasil analisis ini dapat diinterpretasi bahwa semua Kabupaten/Kota dalam penyelenggaraan pemerintahan di daerah sangat tergantung pada dana transfer dari Pemerintah Pusat. Besarnya ketergantungan Kabupaten/ Kota lampung pada Pusat dipengaruhi oleh pengelolaan dalam memeperolah PAD yang maksimal.

55 c. Rasio Efektivitas Rasio efektivitas dapat dilihat dengan menggunakan rumus sebagai berikut : Realisasi Pendapatan Asli Daerah RE = x 100%... (4.4) Target Pendapatan Asli Daerah Rasio efektivitas menggambarkan kinerja keuangan pemerintah daerah dalam merealisasikan PAD yang direncanakan dibandingkan dengan target yang ditetapkan berdasarkan potensi riil daerah. Semakin tinggi rasio efektivitas, maka semakin baik kinerja pemerintah daerah. Hasil perhitungan rasio efektivitas dapat dilihat pada tabel 4.13 di bawah ini : Tabel 4.13 Perhitungan Rasio Efektivitas Provinsi Lampung tahun anggaran 2012-2014 Rasio Efektifitas Rata- No Kab/Kota 2012 2013 2014 Rata 1 Bandar Lampung 107.1 102.8 97.2 102.3972 2 Metro 119.3 117.9 97.2 111.4656 3 Lampung Barat 117.2 87.12 105 103.096 4 Tanggamus 104.5 110 109 107.6684 5 Lampung Selatan 93.81 71.44 99.2 88.14106 6 Lampung Timur 89.13 108 99.1 98.71868 7 Lampung Tengah 84.17 101.2 96.9 94.10391 8 Lampung Utara 104.9 95.33 89.6 96.61757 9 Way Kanan 91.03 108.8 98.8 99.51341 10 Tulang Bawang 105.8 94.77 96.1 98.88296 No Kab/Kota Rasio Efektifitas 2012 2013 2014 Rata- Rata 11 Pesawaran 104.3 108.4 96.7 103.1002 12 Pringsewu 104.2 91.02 94.1 96.44316 13 Mesuji 100.2 90.93 92.2 94.41829 14 Tulang Bawang Barat 120.7 72.12 93.7 95.48924

56 Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 4.13 di atas menunjukan bahwa rasio efektifitas keuangan Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung pada tahun 2012, rataratanya sebesar 103,03 persen, kemudian di tahun 2013, rata-ratanya sebesar 97,13 persen, dan di tahun 2014, rata-ratanya sebesar 97,44 persen. Jika dibandingkan dengan kriteria efektifitas yang digunakan dalam penelitian ini, maka angka tersebut (103,03 persen, 97,13 persen, dan 97,44 persen) berada >90 persen (Bisma dan Susanto 2010). Hasil analisis ini dapat diinterpretasi bahwa pada tahun 2012, rata-rata Kabupaten/Kota berhasil merealisasikan PAD melebihi target yang ditetapkan. Sementara untuk tahun 2013 dan tahun 2014, rata-rata Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung belum berhasil merealisasikan PAD sesuai dengan target yang ditetapkan. Penurunan Kriteria keberhasilan sebagian besar Kabupaten/ Kota dalam merealisasikan PAD (Taryoko, 2016 : 14) pada tahun 2013-2014 dipengaruhi oleh penyajian laporan keuangan pada lembaga pemerintahan daerah yang sifat dan cakupannya berbeda dengan penyajian laporan keuangan oleh lembaga perusahaan yang bersifat komersial. Selama ini penyusunan APBD masih dilakukan berdasarkan pertimbangan incremental budget, yaitu besarnya masing-masing komponen pendapatan dan pengeluaran dihitung dengan meningkatkan sejumlah persentase tertentu (biasanya berdasarkan tingkat inflasi). Penyusunan dengan pendekatan incremental tersebut, sering kali mengabaikan bagaimana rasio keuangan dalam APBD. Misalkan adanya prinsip yang penting pendapatan naik meskipun untuk menaikkan itu diperlukan biaya yang tidak

57 efisien. Menurut Pasal 20 Peraturan Pemerintah No. 105 Tahun 2000, APBD seharusnya disusun dengan pendekatan kinerja (performance budget). Penelitian keberhasilan APBD sebagai penilaian pertanggungjawaban pengelolaan keuangan daerah lebih ditekankan pada pencapaian target, sehingga kurang memperhatikan bagaimana perubahan yang terjadi pada komposisi ataupun struktur APBDnya. 2. Indikator Kemampuan keuangan Kabupaten/Kota Provinsi Lampung tahun 2012-2014 a. Rasio DAU (RDAU) Mengukur Rasio DAU (RDAU) dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut : Rasio Dana Alokasi Umum (RDAU) = DAU x100%... (4.6) TPD Rasio DAU ini merupakan perbandingan antara besarnya Dana Alokasi Umum dengan APBD. Rasio DAU akan menggambarkan ketergantungan kepada bantuan pusat harus seminimal mungkin agar Pendapatan Asli Daerah (PAD) harus menjadi bagian sumber keuangan terbesar, yang didukung oleh kebijakan perimbangan keuangan pusat dan daerah, sehingga peranan pemerintah daerah menjadi lebih besar. Hasil perhitungan Rasio DAU Provinsi Lampung dapat dilihat pada tabel 4.14 di bawah ini :

58 Tabel 4.14 Perhitungan Rasio DAU (RDAU) Provinsi Lampung Tahun Anggaran 2012-2014 Rasio Dana Alokasi No Kab/Kota Umum Rata- Rata 2012 2013 2014 1 Bandar Lampung 52.3 51.2 50.4 51.3 2 Metro 59.9 61.9 63.6 61.8 3 Lampung Barat 64.4 65.4 66.2 65.3 4 Tanggamus 64.2 68 71.3 67.8 5 Lampung Selatan 60.8 64.2 67.3 64.1 6 Lampung Timur 62.3 62.9 63.4 62.9 7 Lampung Tengah 63.1 67.3 71 67.1 8 Lampung Utara 68 68.3 68.5 68.3 9 Way Kanan 64.7 66.4 67.9 66.3 10 Tulang Bawang 63.1 70.1 76.3 69.8 11 Pesawaran 70.5 68.8 67.5 68.9 12 Pringsewu 60.1 63.7 66.9 63.5 13 Mesuji 65.9 72.9 79.4 72.8 14 Tulang Bawang Barat 62.2 67 71.1 66.8 Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 4.14 di atas menunjukan bahwa rasio DAU Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung pada tahun 2012, rata-ratanya sebesar 63 persen, kemudian di tahun 2013, rata-ratanya sebesar 65,58 persen, dan di tahun 2014, rata-ratanya sebesar 67,90 persen. Hasil analisis ini dapat diinterpretasi bahwa transfer DAU masih berperan sangat besar dalam postur APBD Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung, dimana kontribusinya >60 persen dalam pembiayaan penyelenggeraan pemerintahan daerah. Terjadinya hal ini masih berkaitan erat dengan hasil perhitungan Rasio Kemandirian, Rasio Ketergantuangan Keuangan Daerah dan Rasio Efektivitas Kabupaten/ Kota Lampung yang belum mandiri dalam meengelola daerahnya.

59 b. Rasio Pertumbuhan APBD Rasio pertumbuhan APBD dapat dirumuskan menggunakan rumus sebagai berikut : r= Pn Pn1 x 100%... (4.7) Pn1 Dimana : r = Pertumbuhan Pn = Data yang dihitung pada tahun ke-n Pn1 = Data yang dihitung pada tahun ke-0 Rasio pertumbuhan menggambarkan semakin tinggi nilai PAD, TPD dan Belanja Pembangunan yang diikuti oleh semakin rendahnya Belanja Rutin, maka pertumbuhannya adalah positif. Artinya bahwa daerah yang bersangkutan telah mampu mempertahankan dan meningkatkan pertumbuhannya dari periode satu ke periode yang berikutnya. Hasil perhitungan Rasio pertumbuhan dapat dilihat pada tabel 4.15 di bawah ini : Tabel 4.15 Perhitungan Rasio Pertumbuhan Kabupaten/Kota Provinsi Lampung Tahun Anggaran 2012-2014 No Kab/Kota Rasio Pertumbuhan Rata- 2012 2013 2014 Rata 1 Bandar Lampung 20.04 20.04 16.7 16.7 2 Metro 22.42 22.42 18.32 18.32 3 Lampung Barat 33.83 33.83 25.28 25.28 4 Tanggamus 17.92 17.91 15.19 15.19 5 Lampung Selatan 24.35 24.35 19.58 19.58 6 Lampung Timur -18,41-18.4-22.57-22.6 7 Lampung Tengah -19.08-19.1-23.58-23.6 8 Lampung Utara 91.33 91.33 47.73 47.73 9 Way Kanan 144.7 144.7 59.13 59.13 10 Tulang Bawang 56.55 56.54 36.12 36.12 11 Pesawaran 0.863 0.867 0.856 0.856 12 Pringsewu 4.573 4.575 4.372 4.372 13 Mesuji 21.19 21.19 17.48 17.48 14 Tulang Bawang Barat 77.13 77.14 43.55 43.55

60 Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 4.15 di atas menunjukan bahwa rata-rata rasio pertumbuhan PAD Kabupaten/Kota di tahun 2012 bernilai positif, yaitu sebesar 34,1%, di tahun 2013 rata-ratanya sebesar 34,1% dan di tahun 2014 rata-ratanya sebesar 18,4%. Jika dilihat pada masing-masing Kabupaten/Kota, rasio pertumbuhan PAD untuk 12 Kabupaten/Kota memiliki tren pertumbuhan yang negatif selama kurun waktu 2012-2014. Hanya Kabupaten Lampung Timur dan Lampung Tengah yang memiliki tren pertumbuhan PAD-nya negatif selama kurun waktu yang sama. Hasil analisis ini dapat diinterpretasikan bahwa sebagian besar Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung dinilai sudah mampu mempertahankan dan meningkatkan PAD dari tahun ke tahun. D. Pembahasan 1. Kinerja Keuangan Daerah Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung Dalam mendeskripsikan seberapa baik kinerja keuangan daerah Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung, maka terdapat tiga ukuran penilaian yang digunakan, yakni ukuran kemandiran keuangan, ketergantungan keuangan dan efektifitas dalam merealisasikan PAD. Ketiga ukuran ini dimaksudkan untuk melihat tingkat capaian dari suatu hasil kerja di bidang keuangan daerah yang meliputi anggaran dan realisasi dengan menggunakan indikator keuangan yang ditetapkan melalui suatu kebijakan atau ketentuan perundang undangan selama satu periode anggaran. Kemandirian keuanngan yang dimiliki sebagian besar Kabupaten/ Kota Lampung masih sangat

61 rendah, sehingga ketergantungan keuangan terhadap pusat masih tinggi yang berakibat pada efektifitas dalam merealisasikan PAD masih buruk. Pertama, menilai kinerja keuangan berdasarkan ukuran kemandiran. Berdasarkan hasil penelitian, menunjukan bahwa dalam kurun waktu 2012-2014, rata-rata rasio kemandiran Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung masih sangat rendah, yakni sebesar 7,59 persen. Artinya bahwa kontribusi PAD sebagai tolok ukur kemandiran daerah berperan sangat kecil dalam pembiayaan penyelenggaran pemerintahan di daerah. Berdasarkan masing-masing rasio kemandiran, hanya Kota Bandar Lampung yang berada dalam kategori cukup mandiri, sementara 13 Kabupaten/Kota lainnya berada dalam kategori sangat kurang mandiri. Dari seluruh Kabupaten/Kota yang diteliti, Kabupaten Way Kanan dan Kabupaten Tulang Bawang Barat termasuk yang paling rendah kemandirannya, yakni masing-masing rasionya hanya sebesar 1,2 1,7 persen. Hal ini disebabkan masih rendanya kinerja anggota pemerintah daerah karena kurangnya keterampilan sesuai posisi dan ketentuan baru yang diterapkan. Kemandarian keuangan yang rendah menjadi kendala pemerintah daerah dalam mempercepat proses pembangunan di daerah. Salah satunya adalah penyediaan pelayanan publik, baik kuantitas maupun kualitasnya. Hal dinilai penting karena, pelayanan publik yang buruk akan membuat masyarakat enggan untuk membayar pajak dan retribusi. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Halim (2008) jika pemerintah daerah berupaya meningkatkan kemandirian keuangan, maka partisipasi masyarakat perlu diperhatikan. Wujud dari partisipasi tersebut adalah kepeduliaan masyarakat untuk membayar pajak dan retribusi. Semakin tinggi masyarakat

62 membayar pajak dan retribusi daerah akan menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat yang semakin tinggi Kedua, menilai kinerja keuangan berdasarkan ketergantungan keuangan daerah. Berdasarkan hasil penelitian, menunjukan bahwa dalam kurun waktu 2012-2014, rata-rata rasio ketergantungan Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung masih sangat tinggi, yakni sebesar 79,04 persen. Karena rasio ketergantungan merupakan perbandingan antara pendapatan transfer dengan total pendapatan daerah, maka berdasarkan analisis ini, menunjukan bahwa sebesar 79,04 persen postur APBD diisi oleh dana transfer. Tingkat ketergantungan keuangan daerah merupakan gambaran atas tingkat kemampuan daerah dalam membiayai aktifitas pembangunan daerah melalui optimalisasi PAD. Jika ketergantungannya tinggi, maka daerah dikatakan belum mandiri dalam membiayai kebutuhan daerahnya. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Mardiasmo (2002) bahwa tingginya tingkat kebutuhan daerah yang tidak seimbang dengan kapasitas fiskal akan menimbulkan kesenjangan fiskal. Jika postur pendapatan APBD lebih besar diisi oleh pendapatan transfer dari pusat, maka ada indikasi bahwa tidak ada peningkatan penyelenggaran otonomi, di lain sisi membuat daerah terlena dan tidak leluasa untuk mengurangi tingkat ketergantungan tersebut. Dengan demikian, pemerintah daerah diharapkan dapat meningkatkan PAD melalui pengidentifikasian sumber-sumber pendapatan di daerah. Dilain sisi, pemerintah daerah harus benar-benar mengatur pengeluaran daerah secara komprhensif, agar dapat mengurangi pengeluaran yang tidak terlalu penting dan cenderung menimbulkan pemborosan.

63 Ketiga, menilai kinerja keuangan berdasarkan efektfitas dalam merealisasikan PAD. Berdasarkan hasil penelitian, menunjukan bahwa rasio efektifitas keuangan Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung, rata-rata dalam kurun waktu 2012-2014 >90 persen. Angka ini memiliki arti bahwa kategori kinerja keuangan berada pada kategori efektif. Artinya bahwa, rata-rata Kabupaten/Kota berhasil merealisasikan PAD melebihi target yang ditetapkan. Sementara untuk tahun 2013 dan tahun 2014, rata-rata Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung belum berhasil merealisasikan PAD sesuai dengan target yang ditetapkan. Realisasi PAD yang tidak sesuai dengan target pada tahun 2013-2014 ini antara lain dipengaruhi (Elfiza, 2016: 12) oleh banyak ditemukan adanya tanah yang telah dijual oleh penduduk tanpa adanya BBN (Be Balik Nama). Sedangkan data yang digunakan untuk penagihan adalah data yang tercatat. Kurang kooperatifnya penduduk asli (pribumi) dalam hal pembayaran pajak, khususnya di Kecamatan Sukadana yang merupakan sentral penduduk asli Lampung. Adanya tanah kosong yang ditinggal pemiliknya atau tidak diketahui siapa WP (wajib pajak) Namun upayanya nilai sudah efektif, sekalipun masih terdapat Kabupaten/Kota yang belum mencapai target PAD. Hal ini menggambarkan bahwa masih terdapat kendala pemerintah daerah dalam menggali sumber-sumber pendapatan di daerah. 2. Kemampuan Keuangan Daerah Provinsi Lampung Dalam mendeskripsikan seberapa baik kemampuan keuangan daerah Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung, maka terdapat tiga ukuran penilaian yang digunakan, yakni

64 ukuran rasio DAU dan rasio pertumbuhan PAD. Kedua ukuran ini dimaksudkan untuk melihat tingkat capaian dari suatu hasil kerja di bidang keuangan daerah yang meliputi anggaran dan realisasi dengan menggunakan indikator keuangan yang ditetapkan melalui suatu kebijakan atau ketentuan perundang undangan selama satu periode anggaran. Pertama, menilai kemampuan keuangan daerah berdasarkan rasio DAU. Berdasarkan hasil penelitian, menunjukan bahwa rata-rata rasio DAU Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung pada kurun waktu 2012-2014 sebesar 65,48 persen. Hasil ini menunjukan bahwa transfer DAU masih berperan sangat besar dalam postur APBD Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung, dimana kontribusinya >60 persen dalam pembiayaan penyelenggeraan pemerintahan daerah. Temuan ini mengindikasikan bahwa posisi keuangan pemerintah daerah di Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung akan sulit difokuskan pada percepatan pembangunan dan peningkatan kualitas pelayanan publik. Ketika porsi transfer DAU lebih besar dala postur APBD, maka dana ini cenderung lebih banyak digunakan untuk membiayayai belanja pegawai, sehingga konsekuensinya belanja pembangunan akan cenderung menjadi kecil. Pada prinsipnya, pemerintah daerah perlu memaksimalkan sumber-sumber penerimaan untuk menstimulasi pembiayayaan di bidang pembangunan dan kesejahteraan masyarakat. Kedua, menilai kemampuan keuangan berdasarkan rasio pertumbuhan PAD. Berdasarkan hasil penelitian, menunjukan bahwa rata-rata rasio pertumbuhan PAD

65 Kabupaten/Kota di tahun 2012 bernilai negatif, yaitu sebesar -0,18 persen, di tahun 2013 rata-ratanya sebesar -0,18 persen, dan di tahun 2014 rata-ratanya sebesar -0,11 persen. Rata-rata rasio pertumbuhan dalam kurun waktu 2012-2014 sebesar -0,15 persen. Dari 14 Kabupaten/Kota yang diteliti, hanya Kabupaten Lampung Timur dan Lampung Tengah yang memiliki tren pertumbuhan PAD-nya positif selama kurun waktu yang sama. Hal ini menunjukan bahwa sebagian besar Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung dinilai belum mampu mempertahankan dan meningkatkan PAD dari tahun yang satu ke tahun berikutnya. Ketika pertumbuhan PAD suatu daerah memiliki tren negatif, maka terindikasi lemahnya menajemen pengelolaan PAD. Dalam konteks ini, maka Mardiasmo (2002) berpendapat bahwa pemerintah daerah hendaknya menjamin bahwa potensi penerimaan telah dikumpul dan tercatat dengan benar. Dalam hal ini, pemerintah daerah perlu memiliki sistem pengendalian yang memadai untuk menjamin penerimaan yang tidak disetor atau disalahgunaan. Dilain sisi, perlu diteliti dan membangun keasadaran masyarakat dalam membayar pajak dan retribusi. Jika langkah-langkah ini diseriusi oleh pemerintah daerah, maka diharapkan mendorong penerimaan pada pos Pendapatan Asli Daerah.