Penyediaan Hunian Layak bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2015-2019 Disampaikan oleh: Direktur Permukiman dan Perumahan, Kementerian PPN/Bappenas
Peningkatan Kualitas Hidup MBR untuk Mendapatkan Rumah dan Permukiman Layak Huni merupakan Prioritas Home ownership rate sebesar 78,7%, sisanya non-milik (sewa/ kontrak/ numpang) 3,1 juta rumah tangga memiliki rumah lebih dari satu 11,8 juta rumah tangga tidak memiliki rumah sama sekali Masyarakat sebagai pelaku utama penyediaan perumahan di Indonesia (71%) Presentase Cara Masyarakat Memperoleh Rumah Tingginya presentase masyarakat dengan status pekerjaan informal menjadi salah satu faktor pendorong tingginya pembangunan rumah secara swadaya Formal 46.558.877 (41%) Informal 68.069.149 (59%) Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Agustus 2014, BPS Sumber: Statistik Perumahan dan Permukiman 2013, BPS Memfasilitasi penyediaan hunian layak khususnya bagi rumah tangga yang tinggal di bukan rumah milik sendiri dan tidak memiliki rumah di tempat lain Memfasilitasi masyarakat agar dapat memenuhi kebutuhan hunian layaknya secara bertahap. Menggaransi MBR yang tidak bankable untuk masuk ke dalam pasar pembiayaan perumahan 2
Permasalahan Umum Sektor Perumahan 1 Mismatch dalam Penyediaan Hunian Layak untuk MBR Supply Demand Mengandalkan fasilitas pembiayaan formal MBR non-bankable Harga rumah makin tinggi Keterbatasan afordabilitas 2 Kurangnya sinergi antar institusi pemerintah dalam perumusan kebijakan Batasan harga rumah tidak kena pajak Kebijakan terkait tata ruang Penyediaan lahan rusunawa 3 Belum adanya kebijakan pemerintah yang benar-benar mendukung pertumbuhan pasar perumahan MBR Belum adanya kemudahan dalam proses dan biaya administrasi pembangunan rumah MBR Persyaratan pengajuan KPR FLPP yang cukup rumit 4 Belum adanya sistem administrasi kependudukan dengan nomor identitas tunggal Data yang ada belum dapat menggambarkan kebutuhan serta kondisi (kualitas) rumah secara riil (by name by address) Data kependudukan adalah basis utama pelaksaanaan Housing Career System.
Segmentasi Target dan Kebijakan Pemerintah Masyarakat Berpendapatan Menengah ke Atas Mekanisme Pasar Perumahan A. Tidak Mampu untuk Memiliki Rumah Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) Lahan disediakan oleh Pemerintah Daerah Bangunan fisik disediakan oleh Pemerintah Pusat Masyarakat Berpendapatan Rendah Dukungan Pemerintah B. Mampu untuk Memiliki Rumah Subsidi langsung (Public Housing Mortgage) Subsidi tidak langsung: pembangunan PSU; insentif untuk pengembang C. Pembangunan Rumah Swadaya Bantuan stimulan untuk pembangunan rumah Bantuan stimulan untuk peningkatan kualitas rumah
Pembangunan Perumahan pada RPJMN 2015-2019 Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan - Pasal 28(H) UUD 1945 - Sasaran Pembangunan Terfasilitasinya penyediaan hunian layak dan terjangkau untuk menurunkan kekurangan tempat tinggal Arah Kebijakan Upaya peningkatan akses masyarakat berpenghasilan rendah terhadap hunian yang layak dan terjangkau serta didukung oleh penyediaan sarana, prasarana, dan utilitas yang memadai serta diprioritaskan dalam rangka meningkatkan standar hidup penduduk 40% terbawah Strategi Kebijakan Peningkatan peran BUMN yang terkait dengan penyediaan perumahan untuk MBR termasuk land banking untuk perumahan 3 Pemanfaatan teknologi dan bahan bangunan yang aman dan murah serta pengembangan implementasi konsep rumah tumbuh (incremental housing) 6 Peningkatan peran fasilitasi pemerintah dan pemerintah daerah dalam menyediakan hunian baru (sewa/milik) dan peningkatan kualitas hunian. Peningkatan efektifitas dan efisiensi manajemen lahan dan hunian di perkotaan Penyediaan layanan air minum dan sanitasi layak yang terintegrasi dengan penyediaan dan pengembangan perumahan. 1 4 7 Peningkatan tata kelola dan keterpaduan antara para pemangku kepentingan pembangunan perumahan Pengembangan sistem karir perumahan (housing career system) sebagai dasar penyelesaian angka kekurangan rumah Revitalisasi dan pengembangan industrialisasi perumahan 2 5 8
Pembangunan Perumahan pada RPJMN 2015-2019 Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan - Pasal 28(H) UUD 1945 - Penyediaan hunian layak (sewa/milik) 2.200.000 rumah tangga melalui anggaran Pemerintah 2.200.000 rumah tangga melalui kontribusi Non- Pemerintah (BUMN/BUMD, swasta, dan masyarakat) Peningkatan kualitas hunian untuk 1.500.000 rumah tangga Apartemen sewa (rusunawa) sebanyak 550.000 unit Bantuan stimulan pembangunan rumah baru swadaya sebanyak 250.000 unit Pembangunan rumah khusus sebanyak 50.000 unit Penyaluran bantuan pembiayaan perumahan bagi rumah tangga MBR KPR sejahtera tapak : 720.000 rumah tangga KPR sarusun : 176.500 rumah tangga KPR sewa-beli untuk sarusun : 3.500 rumah tangga KPR swadaya : 6.000 rumah tangga Kredit konstruksi : 450.000 rumah tangga Bantuan uang muka : 476.000 rumah tangga
Pembangunan Perumahan RPJMN 2015-2019 Target MBR 40% pendapatan terbawah Memiliki daya ungkit besar Menjangkau MBR sektor informal Partisipatif Pemerintah Daerah Masyarakat Swasta Kegiatan Eksisting 1. Pembangunan rumah susun sederhana sewa (4,8%)* Rusunawa untuk lembaga pendidikan seperti pesantren dan universitas apakah tepat menyasar MBR? Masih ada rusunawa yang belum terhuni karena lambatnya serah terima aset dan menyebabkan penurunan kualitas bangunan Masih ada pembangunan rusunawa < 4 lantai? Sosialisasi dan seleksi kepenghunian? 2. Pembangunan baru (17%)* dan peningkatan kualitas (12,1%)* rumah swadaya Masyarakat terlibat aktif dalam perencanaan pembangunan/peningkatan kualitas Pemetaan kebutuhan pembangunan selesai tahun 2016 Lokus penerima bantuan diprioritaskan di kawasan kumuh dan pesisir 3. Pembangunan rumah khusus (16%)* Rumah khusus yang dibangun tidak ditempati 4. Pembiayaan perumahan (KPR sejahtera tapak, KPR sarusun, KPR sewa-beli sarusun, KPR swadaya, bantuan uang muka (21%)* ) Penerima manfaat KPR FLPP umumnya masyarakat dengan pendapatan di desil 5-8 Proses pengajuan KPR FLPP belum menjangkau masyarakat yang bekerja di sektor informal *presentase RKP 2015-2016 terhadap target RPJMN 2015-2019
Terobosan yang Diperlukan Dalam Pembangunan Perumahan 1 Pilot project pendayagunaan tanah wakaf dalam pembangunan perumahan rumah susun sewa/milik secara masif di perkotaan 2 Reformasi Kebijakan Nasional Percepatan Pembangunan Perumahan Rakyat: 1. Pembentukan sistem karir perumahan 2. Pembentukan sistem pembiayaan perumahan 3 Integrasi tabungan perumahan dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) 4 Pembentukan sistem informasi perumahan 5 Industrialisasi perumahan yang tanggap kondisi dan kebutuhan lokal 6 Pembangunan perumahan sebagai bagian dalam penanganan permukiman kumuh
Pembangunan Perumahan sebagai Bagian dari Upaya Penanganan Permukiman Kumuh Perkotaan
Luas Kawasan Permukiman Kumuh Perkotaan = 38,431 Ha (Sumber: Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, 2014) Kawasan Permukiman Kumuh RTLH
Prinsip Dasar Penanganan Perumahan dan Permukiman Kumuh Pemerintah Daerah sebagai nakhoda Pemerintah daerah bertanggung jawab dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan seluruh proses penanganan perumahan dan permukiman kumuh Pemerintah Pusat berperan sebagai pendamping dengan menciptakan kondisi yang kondusif, melalui berbagai program dan kebijakan Terintegrasi dengan Sistem Kota Harus dilakukan secara terpadu dengan sistem kota/kabupaten dimana kawasan kumuh tersebut berada Pendekatan Partisipatif untuk Keberhasilan Program dan Kesinambungan Hasil Masyarakat terlibat penuh pada seluruh tahapan melalui proses partisipatif berwawasan kemasyarakatan sehingga ada kesetaraan posisi antar pelaku pembangunan Menjamin Keamanan Bermukim Perumahan merupakan hak dasar manusia sehingga program penanganan perumahan dan permukiman kumuh harus mampu menjamin keamanan, keselamatan, dan kesehatan bermukim (ada kepastian hukum, tidak ada bahaya, bebas bencana, dan bebas penyakit) Kolaborasi dan Komprehensif Menyelesaikan berbagai persoalan kumuh dari berbagai sektor, baik fisik maupun non-fisik melalui kolaborasi antar sektor dan antar pelaku dalam perencanaan yang terpadu
Komponen Penanganan Permukiman Kumuh dalam Platform Kolaborasi Peningkatan Kapasitas Proses pemberdayaan masyarakat untuk mampu mengenali potensi dan persoalan di lingkungannya permukimannya dan bagaimana cara menanganinya. Pembangunan Sosial Penguatan masyarakat untuk mencegah terjadinya masalah sosial (fungsi preventif) dan mengatasi masalah sosial (kuratif). Contoh: penanganan sektor pendidikan dan kesehatan. Pembangunan Ekonomi Penguatan sektor ekonomi lokal untuk meningkatkan taraf kesejahteraan masyarakat, melalui training entrepreneurship, pendampingan, atau bantuan pinjaman modal. Pembangunan Fisik Peningkatan kualitas fisik permukiman masyarakat, melalui revitalisasi atau pembangunan baru perumahan berikut sarana dan prasarana permukiman.
Platform Kolaborasi Penanganan Permukiman Kumuh PHLN Pokja PKP Nasional PMU dan PIUs Dukungan Manajemen Pusat Bank/ LKNB Hibah/ Wakaf Pokja PKP Provinsi Dukungan Manajemen Wilayah APBD Pokja PKP Kabupaten/Kota Perguruan Tinggi Lokal Dukungan Manajemen Kota/Kabupaten APBN Tim Fasilitator CSR Ahli yang dikontrak masyarakat Kelurahan (Lurah/LKM/BKM/ Kontributor) LSM Dana Swadaya Masy.
TERIMA KASIH
LAMPIRAN SASARAN PEMBANGUNAN SEKTOR PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN (RKP 2016) PENYEDIAAN PERUMAHAN UNTUK MBR 1 2 Fasitasi penyediaan hunian layak 1. 15.000 unit sarusun (satuan rumah susun) berserta PSU pendukungnya 2. 5.000 rumah khusus di daerah pasca bencana/konflik, maritim dan perbatasan Negara 3. bantuan stimulan pembangunan baru rumah swadaya untuk 22.500 rumah tangga 4. bantuan stimulan peningkatan kualitas rumah swadaya 116.658 rumah tangga 5. Pemberdayaan keswadayaan masyarakat untuk 340.000 rumah tangga Fasilitasi pembiayaan perumahan 1. KPR sejahtera tapak untuk 150.000 rumah tangga 2. KPR sarusun untuk 25.000 rumah tangga 3. KPR swadaya untuk 50.000 rumah tangga 4. bantuan uang muka dalam mengakses KPR untuk 106.500 rumah tangga 5. kredit konstruksi untuk 1000 unit rumah
LAMPIRAN UPDATE ISU SEKTOR PERUMAHAN No Isu Sektor Perumahan Tindak lanjut 1 Sinkronisasi Program Penanganan Penanganan Permukiman Kumuh Pendataan dan penguatan kelembagaan harus dapat diselesaikan pada tahun 2016. Penguatan tim koordinasi, Pokja, atau tim lain yang telah terbentuk di daerah sebagai wadah koordinasi; Pemerintah Daerah sebagai Nakhoda dalam Pengelolaan dan perencanaan penanganan permukiman dan perumahan. Peningkatan peran pemerintah provinsi dalam memberikan sumber daya yang diperlukan untuk percepatan penanganan permukiman kumuh; Pemanfaatkan BKM, fasilitator, dan komponen program PNPM yang telah ada sebagai upaya percepatan penanganan kumuh. 2 Pembangunan Perumahan Swadaya a. Diperlukan adanya rancangan delivery system pembangunan perumahan swadaya, terutama kaitannya dalam mengurangi backlog dan Rumah Tidak Layak Huni b. Bagaimana rancangan mekanisme KPR Swadaya 3 Penghapusan Bantuan Sosial Jika Bantuan Sosial dihapuskan, apa mekanisme penggantian untuk Bansos?
HARGA JUAL RUMAH SEDERNAHA TAPAK Batasan Rumah Sederhana Yang Atas Penyerahannya Dibebaskan Dari Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai No Zona 1 Jawa (kecuali Jabodetabek) 2 Sumatera (kecuali Kep Riau, Bangka Belitung) Tahun 2014 2015 2016 2017 2108 105 juta 110,5 juta 116,5 juta 123 juta 130 juta 105 juta 110,5 juta 116,5 juta 123 juta 130 juta 3 Kalimantan 115 juta 121 juta 128 juta 135 juta 142 juta 4 Sulawesi 110 juta 116 juta 122,5 juta 129 juta 136 juta 5 Maluku dan Maluku Utara 120 juta 126,5 juta 133,5 juta 141 juta 148,5 juta 6 Bali dan Nusa Tenggara 120 juta 126,5 juta 133,5 juta 141 juta 148,5 juta 7 Papua dan Papua Barat 165 juta 174 juta 183,5 juta 193,5 juta 205 juta 8 Kep. Riau dan Bangka Belitung 110 juta 116 juta 122,5 juta 129 juta 136 juta 9 Jabodetabek 120 juta 126,5 juta 133,5 juta 141 juta 148 juta Sumber : Peraturan Menteri Keuangan No 113/PMK.03/2014 Perubahan Keempat Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 36/PMK.03/2007 Tentang Batasan Rumah Sederhana, Rumah Sangat Sederhana, Rumah Susun Sederhana, Pondok Boro, Asrama Mahasiswa Dan Pelajar, Serta Perumahan Lainnya, Yang Atas Penyerahannya Dibebaskan Dari Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai Pengelompokan Harga Jual Rumah Sejahtera Tapak Wilayah Jawa No Zona 1 Prov Jawa Barat (kecuali Bekasi Bogor, Depok, Tangerang) Tahun 2014 115 juta 2 Prov Banten 116 juta 3 Prov Jawa Tengah 118 juta 4 Prov DI Yogyakarta 123 juta 5 Prov Jawa Timur 115 juta 6 Kab/Kota Bekasi 135 juta 7 Kab/Kota Bogor 129 juta 8 Kota Depok 131 juta 9 Kab/Kota Tangerang 134 juta 10 Kab Karawang 125 juta Sumber : Peraturan Menteri Perumahan Rakyat Nomor 3 Tahun 2014 Tentang Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan Dalam Rangka Pengadaan Perumahan Melalui Kredit/Pembiayaan Pemilikan Rumah Sejahtera