BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
PERILAKU CUCI TANGAN IBU DALAM PENCEGAHAN DIARE PADA BAYI DI DESA KARANGAYU KECAMATAN CEPIRING KABUPATEN KENDAL

HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG.

BAB I PENDAHULUAN. sebesar 3,5% (kisaran menurut provinsi 1,6%-6,3%) dan insiden diare pada anak balita

BAB 1 PENDAHULUAN. Usia anak dibawah lima tahun (balita) merupakan usia dalam masa emas

BAB I PENDAHULUAN. setinggi-tingginya guna tercapainya negara yang kuat (Ratna, 2011).

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG HYGIENE MAKANAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS JATIBOGOR TAHUN 2013

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4,48 Ha yang meliputi 3 Kelurahan masing masing adalah Kelurahan Dembe I, Kecamatan Tilango Kab.

BAB I PENDAHULUAN. lebih dalam sehari. Dengan kata lain, diare adalah buang air besar

Mencuci tangan dengan sabun adalah salah satu tindakan sanitasi dengan. membersihkan tangan dan jari jemari menggunakan air dan sabun oleh manusia

BAB 1 PENDAHULUAN. dari kedua belah tangan dengan memakai sabun dan air. Tujuan cuci tangan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional yang mempunyai peranan besar dalam menentukan

BAB I PENDAHULUAN. dari sepuluh kali sehari, ada yang sehari 2-3 kali sehari atau ada yang hanya 2

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit diare adalah kondisi dimana terjadi buang air besar atau defekasi

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya lebih dari satu milyar kasus gastroenteritis atau diare. Angka

PENCEGAHAN INFEKSI SALURAN CERNA BAGIAN BAWAH

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penyakit diare masih merupakan masalah global dengan morbiditas dan

BAB I PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat yang optimal sangat ditentukan oleh tingkat

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya

PERMOHONAN PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN. Kepada Yth: Bapak/Ibu / Saudara(i) Responden di SDN Sungai Bahadangan Kecamatan Banjang Kabupaten HSU.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

ARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN KONDISI SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG 2

BAB 5 HASIL PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN FAKTOR RESIKO TERJADINYA DIARE DI KELURAHAN HAMDAN KECAMATAN MEDAN MAIMUN KOTA MEDAN TAHUN : Tidak Tamat Sekolah.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) dalam Buletin. penyebab utama kematian pada balita adalah diare (post neonatal) 14%,

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada bayi dan balita. United Nations Children's Fund (UNICEF) dan

BAB 1 PENDAHULUAN. pencapaian tumbuh kembang bayi tidak optimal. utama kematian bayi dan balita adalah diare dan pneumonia dan lebih dari 50%

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ini manifestasi dari infeksi system gastrointestinal yang dapat disebabkan berbagai

Menjadi sehat adalah impian seluruh manusia. Baik

BAB I PENDAHULUAN. kematian bayi (AKB) masih cukup tinggi, yaitu 25 kematian per 1000

HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE DIDUGA AKIBAT INFEKSI DI DESA GONDOSULI KECAMATAN BULU KABUPATEN TEMANGGUNG

BAB II CUCI TANGAN PAKAI SABUN UNTUK CEGAH PENYAKIT

EFEKTIFITAS TERAPI AROMA TERHADAP PENURUNAN SKALA NYERI DISMENOREA PADA REMAJA PUTRI DI SMA NEGERI 1 KABUN TAHUN 2015

SAP (SATUAN ACARA PENGAJARAN) DIARE

MEMBANGUN KEKEBALAN TUBUH, MENGHAPUS SERATUS PENYAKIT

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus diperhatikan untuk

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. yaitu: faktor keturunan, pelayanan kesehatan, perilaku dan lingkungan.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gorontalo dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :

Anwar Hadi *, Umi Hanik Fetriyah 1, Yunina Elasari 1. *Korespondensi penulis: No. Hp : ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Oleh: Aulia Ihsani

BAB I PENDAHULUAN. keinginan buang air besar, rasa tidak nyaman pada perianus dan inkontinensia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ancaman penyakit yang berkaitan dengan higiene dan sanitasi khususnya

BAB I PENDAHULUAN. agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Pembangunan

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggi. Diare adalah penyebab kematian yang kedua pada anak balita setelah

BAB 1 PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) tahun 2013 diare. merupakan penyebab mortalitas kedua pada anak usia

BAB I PENDAHULUAN juta kematian/tahun. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya angka

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. disebut infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). ISPA merupakan


BAB 1 PENDAHULUAN. berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di masyarakat. Wujud

BAB I PENDAHULUAN. prasarana kesehatan saja, namun juga dipengaruhi faktor ekonomi,

Kuesioner Gambaran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Ibu Bayi dan Balita Mengenai Penyakit Polio Pasca PIN V

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia adalah penyakit diare. Diare adalah peningkatan frekuensi buang air

KUESIONER PENELITIAN. Berbasis Masyarakat di desa Ronga-Ronga kecamatan Gajah Putih

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan oleh manusia biasanya dibuat melalui bertani, berkebun, ataupun

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang termasuk Indonesia (Depkes RI, 2007). dan balita. Di negara berkembang termasuk Indonesia anak-anak menderita

BAB 1 PENDAHULUAN. gejala atau infeksi ringan sampai penyakit yang parah dan. parenkim paru. Pengertian akut adalah infeksi yang berlangsung

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), diare adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. kehilangan cairan tubuh sehingga menyebabkan dehidrasi tubuh, hal ini

BAB V PEMBAHASAN. balita yang menderita ISPA adalah kelompok umur bulan yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. mengukur pencapaian keseluruhan negara. Pencapaian ini meliputi 3

BAB I PENDAHULUAN. yaitu program pemberantasan penyakit menular, salah satunya adalah program

PENANGANAN TEPAT MENGATASI DEMAM PADA ANAK

BAB 1 PENDAHULUAN. sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggitingginya

UKDW. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara

BAB 1 PENDAHULUAN. saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan beban global. terutama di negara berkembang seperti Indonesia adalah diare.

KETERSEDIAAN SUMBER AIR BERSIH DAN PERILAKU MENCUCI TANGAN PADA KELUARGA BAYI YANG MENGALAMI INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare adalah salah satu penyebab utama kesakitan dan kematian pada

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Laporan WHO tahun 2015 menyebutkan bahwa diare masih merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KERANGKA ACUAN PROGRAM PEMBERANTASAN PENYAKIT DIARE

LAMPIRAN KUESIONER GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENCEGAHAN PENYAKIT AVIAN INFLUENZA

PERILAKU IBU DALAM MENGASUH BALITA DENGAN KEJADIAN DIARE

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam faeces (Ngastiah, 1999). Menurut Suriadi (2001) yang encer atau cair. Sedangkan menurut Arief Mansjoer (2008) diare

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan

BAB 1 PENDAHULUAN. buang air besar (Dewi, 2011). Penatalaksaan diare sebenarnya dapat. dilakukan di rumah tangga bertujuan untuk mencegah dehidrasi.

BAB I PENDAHULUAN. balita di dunia, lebih banyak dibandingkan dengan penyakit lain seperti

Kata kunci : Peran Keluarga Prasejahtera, Upaya Pencegahan ISPA pada Balita

BAB I PENDAHULUAN. pasien dewasa yang disebabkan diare atau gastroenteritis (Hasibuan, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. komplek dan heterogen yang disebabkan oleh berbagai etiologi dan dapat. berlangsung tidak lebih dari 14 hari (Depkes, 2008).

LEMBAR KUESIONER UNTUK PENJAMAH MAKANAN LAPAS KELAS IIA BINJAI. Jenis Kelamin : 1.Laki-laki 2. Perempuan

STUDI KASUS KEJADIAN DIARE PADA ANAK BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAYANAN TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas di masa yang akan datang.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. atau lendir. Diare dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu diare akut dan

Kuesioner Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Balita adalah istilah umum bagi anak usia 1-3 tahun (batita) dan anak

HUBUNGAN FAKTOR SOSIODEMOGRAFI DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GIRIWOYO 1 WONOGIRI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Anak usia sekolah merupakan kelompok masyarakat yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

LAMPIRAN 1 SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN UNTUK IKUT SERTA DALAM PENELITIAN (INFORMED CONSENT) Yang bertanda tangan dibawah ini:

RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PURI BETIK HATI. Jl. Pajajaran No. 109 Jagabaya II Bandar Lampung Telp. (0721) , Fax (0721)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lebih sering dari biasanya (biasanya tiga kali atau lebih dalam sehari) 9) terjadinya komplikasi pada mukosa.

PENERAPAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT BAGI SISWA- SISWI SEKOLAH DASAR DI DUSUN PANJANG KECAMATAN TANAH TUMBUH

Jurnal Ilmiah STIKES U Budiyah Vol.1, No.2, Maret 2012

Transkripsi:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Tempat Penelitian Desa Karangayu terletak di Provinsi Jawa Tengah Kabupaten Kendal Kecamatan Cepiring. Ketinggian tanah Desa Karangayu dari permukaan laut sekitar 2 3 dpl M berupa area persawahan. Areal persawahan terbesar terletak di sebelah utara dan barat merupakan tanah sawah yang sangat produktif yang mampu menunjang kesejahteraan para petani Desa Karangayu. Berikut merupakan batas batas wilayah administratif Desa Karangayu adalah sebelah utara Desa Sidomulyo, sebelah timur Desa Cepiring dan Desa Damarsari, sebelah selatan Desa Karangsuno dan Desa Gondang, sebelah barat Desa Lebosari dan Desa Rejosari Kecamatan Kangkung. Luas wilayah Desa Karangayu adalah 194 HA. Banyaknya wilayah administratif adalah Dusun 4 buah, RW ada 4 buah, dan RT ada 21 buah. Jumlah penduduk Desa Karangayu adalah 5.268 jiwa dan 1.701KK, dengan perincian laki laki 2.599 jiwa dan perempuan 2.699 jiwa. Ibu ibu yang memiliki bayi di Desa Karangayu berjumlah 50 orang. Pengambilan data ini dilaksanakan pada bulan April2014. Respondenya adalah ibu ibu yang memiliki bayi (usia 0 12 bulan) di Desa Karangayu sebanyak 50 responden. Sebagian besar ibu-ibu yang ada di Desa Karangayu adalah ibu rumah tangga yang merawat bayinya tanpa bantuan baby sister. Dan dengan tingkat pendidikan SD sampai dengan SMA. Umur bayi rata-rata antara 7-12 bulan. B. Hasil Penelitian Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada bulan April 2014 terhadap 50 responden, menggunakan kuesioner yang diberikan kepada ibu yang mempunyai bayi antara usia 0-12 bulan pada Desa Karangayu Kecamatan Cepiring Kabupaten Kendal. 41

42 1. Pekerjaan Ibu Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Pekerjaan Ibu Di Desa Karangayu Kecamatan Cepiring Tahun 2014 (N = 50) Pekerjaan Ibu Frekuensi Percentase (%) Bekerja 18 36,0 Tidak Bekerja 32 64,0 Hasil penelitian berdasarkan Tabel 4.1 menunjukan bahwa sebagian besar ibu tidak bekerja yaitu sebanyak 32 orang (64,0 %) dan ibu yang bekerja sebanyak 18 orang (36,0 %). 2. Umur Bayi Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Umur Bayi Di Desa Karangayu Kecamatan Cepiring Tahun 2014 (N = 50) Umur Bayi Frekuensi Percentase (%) Umur 1 6 bulan 13 26,0 Umur 7 12 bulan 37 74,0 Hasil penelitian berdasarkan Tabel 4.2 menunjukan bahwa sebagian besar umur bayi sekitar 7 12 bulan yaitu sebanyak 37 orang (72,0 %) dan bayi yang berusia sekitar 1 6 bulan sebanyak 13 orang (26,0 %).

43 3. Aspek Mencuci Tangan a. Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Mencuci Tangan Setelah BAB Dan BAK Dalam Pencegahan Diare Di Desa Karangayu Kecamatan Cepiring Tahun 2014 (N = 50) Cuci tangan setelah BAB dan BAK Frekuensi Percentase (%) Tidak pernah 0 0 Hampir tidak pernah 0 0 Kadang kadang 1 2,0 Sering 14 28,0 Selalu 35 70,0 Hasil penelitian berdasarkan Tabel 4.3 menunjukan bahwa sebagian besar ibu selalu mencuci tangan setelah BAB maupun BAK yaitu sebanyak 35 orang (70,0 %) dan ibu yang sering sebanyak 14 orang (28,0 %), sedangkan ibu yang hanya kadang kadang melakukannya sebanyak 2 orang (2,0 %). b. Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Mencuci Tangan Setelah Menceboki Bayi Dalam Pencegahan Diare Di Desa Karangayu Kecamatan Cepiring Tahun 2014 (N = 50) Cuci tangan setelah menceboki bayi Frekuensi Percentase (%) Tidak pernah 0 0 Hampir tidak pernah 0 0 Kadang-kadang 0 0 Sering 13 26,0 Selalu 37 74,0 Hasil penelitian berdasarkan Tabel 4.4 menunjukan bahwa sebagian besar ibu selalu mencuci tangan setelah menceboki bayi

44 yaitu sebanyak 37 orang (74,0 %)sedangkan ibu yang sering melakukannya sebanyak 13 orang (26,0 %). c. Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Mencuci Tangan Sebelum Menyiapkan Makanan Dalam Pencegahan Diare Di Desa Karangayu Kecamatan Cepiring Tahun 2014 (N = 50) Cuci tangan sebelum menyiapkan makanan Frekuensi Percentase (%) Tidak pernah 0 0 Hampir tidak pernah 0 0 Kadang-kadang 0 0 Sering 14 28,0 Selalu 36 72,0 Hasil penelitian berdasarkan Tabel 4.5 menunjukan bahwa sebagian besar ibu selalu mencuci tangan sebelum menyiapkan makan yaitu sebanyak 36 orang (72,0 %) dan ibu yang sering melakukannya sebanyak 14 orang (28,0 %). d. Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Mencuci Tangan Sebelum Menyuapi Bayi Dalam Pencegahan Diare Di Desa Karangayu Kecamatan Cepiring Tahun 2014 (N = 50) Cuci tangan sebelum menyuapi bayi Frekuensi Percentase (%) Tidak pernah 0 0 Hampir tidak pernah 0 0 Kadang kadang 1 2,0 Sering 11 22,0 Selalu 38 76,0 Hasil penelitian berdasarkan Tabel 4.6 menunjukan bahwa sebagian besar ibu selalu mencuci tangan sebelum menyuapi bayi

45 yaitu sebanyak 38 orang (76,0 %) dan ibu yang sering sebanyak 11 orang (22,0 %), sedangkan ibu yang hanya kadang kadang melakukannya sebanyak 1 orang (2,0 %). e. Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Mencuci Tangan Sebelum Menyusui Bayi Dalam Pencegahan Diare Di Desa Karangayu Kecamatan Cepiring Tahun 2014 (N = 50) Cuci tangan sebelum menyusui bayi Frekuensi Percentase (%) Tidak pernah 0 0 Hampir tidak pernah 0 0 Kadang kadang 11 22,0 Sering 14 28,0 Selalu 25 50,0 Hasil penelitian berdasarkan Tabel 4.7 menunjukan bahwa sebagian besar ibu selalu mencuci tangan sebelum menyusui bayi yaitu sebanyak 25 orang (50,0 %) dan ibu yang sering melakukannya sebanyak 14 orang (28,0 %), sedangkan ibu yang hanya kadang kadang melakukannya sebanyak 11 orang (22,0 %). f. Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Mencuci Tangan Sebelum Memegang Makanan Dalam Pencegahan Diare Di Desa Karangayu Kecamatan Cepiring Tahun 2014 (N = 50) Cuci tangan sebelum memegang makanan Frekuensi Percentase (%) Tidak pernah 0 0 Hampir tidak pernah 0 0 Kadang-kadang 0 0 Sering 17 34,0 Selalu 33 66,0

46 Hasil penelitian berdasarkan Tabel 4.8 menunjukan bahwa sebagian besar ibu selalu mencuci tangan sebelum memegang makanan yaitu sebanyak 33 orang (66,0 %) dan ibu yang sering melakukannya sebanyak 17 orang (34,0 %). g. Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Mencuci Tangan Setelah Aktifitas Di Luar Rumah Dalam Pencegahan Diare Di Desa Karangayu Kecamatan Cepiring Tahun 2014 (N = 50) Cuci tangan setelah aktivitas diluar Frekuensi Percentase (%) Tidak pernah 0 0 Hampir tidak pernah 0 0 Kadang kadang 3 6,0 Sering 14 30,0 Selalu 32 64,0 Hasil penelitian berdasarkan Tabel 4.9 menunjukan bahwa sebagian besar ibu selalu mencuci tangan setelah aktivitas di luar yaitu sebanyak 32 orang (64,0 %) dan ibu yang seringmelakukannya sebanyak 14 orang (30,0 %), sedangkan ibu yang hanya kadang kadang melakukannya sebanyak 3 orang (6,0 %). 4. Perilaku Cuci Tangan Ibu Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Perilaku Cuci Tangan Ibu Dalam Pencegahan Diare Di Desa Karangayu Kecamatan Cepiring Tahun 2014 (N = 50) Perilaku Cuci Tangan Frekuensi Percentase (%) Ibu Baik 39 78,0 Tidak Baik 11 22,0 Sumber: Data Primer,2014

47 Hasil penelitian berdasarkan Tabel 4.10 menunjukan bahwa sebagian besar ibu memiliki perilaku cuci tangan yang baik yaitu sebanyak 39 orang (78,0 %) dan perilaku cuci tangan yang tidak baik sebanyak 11 orang (22,0 %). 5. Kejadian Diare Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Kejadian Diare Pada Bayi Di Desa Karangayu Kecamatan Cepiring Tahun 2014 (N = 50) Diare Frekuensi Percentase (%) Tidak Diare 37 74,0 Diare 13 26,0 Hasil penelitian berdasarkan Tabel 4.11 menunjukan bahwa sebagian besar bayi tidak mengalami diare yaitu sebanyak 37 bayi (74,0 %) dan bayi yang mengalami diare sebanyak 13 bayi (26,0 % ). C. Pembahasan Penelitian perilaku cuci tangan ibu dalam pencegahan diare pada bayi di Desa Karangayu Kecamatan Cepiring Kabupaten Kendal tahun 2014 akan dibahas meliputi: 1. Pekerjaan Ibu Di Desa Karangayu Kecamatan Cepiring Tahun 2014 Hasil penelitian berdasarkan Tabel 4.1 menunjukan bahwa sebagian besar ibu tidak bekerja (ibu rumah tangga) yaitu sebanyak 32 orang (64,0 %) dan ibu yang bekerja sebanyak 18 orang (36,0 %). Wanita karir pada masa ini memunculkan dilema pada wanita antara pekerjaan dan rasa bersalah terhadap anak-anak karena tidak lagi bisa mengawasi mereka secara sepenuhnya. Ibu ibu yang merawat bayinya sendiri dapat dengan mudah memenuhi kebutuhan bayinya. Perhatian akan terpusat pada keadaan bayinya agar senantiasa dalam keadaan sehat. Terlihat dari perannya dalam menjaga kebersihan baik pada

48 dirinya saat memegang bayi, pada bayinya maupun pada lingkungan sekitar bayi. Sedangkan pada ibu ibu yang harus bekerja di luar rumah akan menyerahkan tugas tersebut kepada keluarga lain maupun orang yang dipercaya dalam melakukan perawatan. Pada setiap orang akan sangat berbeda dalam memberikan kasih sayang terhadap bayinya, sehingga tidak jarang sering terjadi hal hal yang tidak diinginkan semasa perawatan dengan orang lain. Peran ibu dalam pengasuhan bayinya memanglah tidak dapat ditanggungkan kepada sembarang orang sehingga nantinya tidak akan membahayakan bayinya sendiri (Afatable, 2014). Dari hasil pengamatan yang dilakukan di Desa Karangayu sebagian besar ibu telah merawat bayinya sendiri sehingga mereka dapat mengontrol tentang kebutuhan bayinya sendiri. Dan penjagaan bayinya dalam mencegah terjadinya diare telah dilakukan secara maksimal. Hanya sebagian kecil ibu yang diharuskan bekerja di luar rumah untuk dapat memenuhi kebutuhan ekonominya. Dan menyerahkan tugas dalam menjaga bayi kepada keluarga terdekat seperti ibu mertua dan ibu kandung, dan hanya sebagian kecil yang menyerahkan kepada babysister. 2. Umur Bayi Di Desa Karangayu Kecamatan Cepiring Tahun 2014 Hasil penelitian berdasarkan Tabel 4.2 menunjukan bahwa sebagian besar umur bayi sekitar 7 12 bulan yaitu sebanyak 37 orang (72,0 %) dan bayi yang berusia sekitar 1 6 bulan sebanyak 13 orang (26,0 %). Masa bayi dimulai dari usia 0-12 bulan yang ditandai dengan pertumbuhan dan perubahan fisik yang cepat disertai dengan perubahan dalam kebutuhan zat gizi (Notoatmodjo, 2007). Selama periode ini, bayi sepenuhnya tergantung pada perawatan dan pemberian makan oleh ibunya. Nursalam (2005), mengatakan bahwa tahapan pertumbuhan pada masa bayi dibagi menjadi masa neonatus dengan usia 0-28 hari dan masa pasca neonatus dengan usia 29 hari-12 bulan. Masa bayi merupakan bulan pertama kehidupan kritis karena bayi akan mengalami adaptasi terhadap

49 lingkungan, perubahan sirkulasi darah, serta mulai berfungsinya organorgan tubuh, dan pada pasca neonatus bayi akan mengalami pertumbuhan yang sangat cepat (Perry & Potter, 2005). Hasil pengamatan yang dilakukan di lapangan menunjukan sebagian besar bayi berusia 7 12 bulan dengan hanya beberapa yang berusia 1 6 bulan. 3. Perilaku Cuci Tangan Yang Dilakukan Oleh Ibu Dalam Pencegahan Diare Di Desa Karangayu Kecamatan Cepiring Tahun 2014 a. Mencuci tangan setelah BAB dan BAK Dalam Pencegahan Diare Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar ibu selalu mencuci tangan setelah BAB maupun BAK yaitu sebanyak 35 orang (70,0 %) dan ibu yang sering sebanyak 14 orang (28,0 %), sedangkan ibu yang hanya kadang kadang melakukannya sebanyak 2 orang (2,0 %). Menurut Hidayat (2008), kontak tubuh dengan kotoran menjadi jalan masuk kuman ke dalam tubuh melalui proses penyebaran secara langsung, maupun tidak langsung. Penyebaran secara langsung melalui sentuhan dengan kulit, sedangkan melalui cara tidak langsung dapat melalui benda yang terkontaminasi misalnya seperti tempat makan, maupun tempat tidur. Mencuci tangan setelah memegang kotoran sangat dianjurkan, karena sumber bakteri dapat dengan mudah menempel pada tangan seseorang. Mencuci tangan dengan sabun antiseptik dapat menjadi pilihan yang tepat dalam membasmi bakteri yang menempel pada pori pori kulit yang terpapar kotoran. Selain itu menggunakan air yang mengalir dapat mencegah kuman kembali mengkontaminasi tangan yang telah bersih. Air dari kran akan melarutkan kuman langsung masuk ke saluran pembuangan. Sebagian besar ibu telah memiliki kebiasaan yang baik dalam hal cuci tangan setelah BAB maupun BAK, namun masih disayangkan adanya ibu yang hanya melakukannya kadang kadang. Kurangnya

50 pengetahuan dalam aspek kebersihan diri ibu maupun keluarga, sehingga memicu terjadinya perpindahan bakteri ke dalam makanan maupun alat untuk makan sebagai penyebab diare. b. Mencuci Tangan Setelah Menceboki Bayi Dalam Pencegahan Diare Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar ibu selalu mencuci tangan setelah menceboki bayi yaitu sebanyak 37 orang (74,0 %) sedangkan ibu yang sering melakukannya sebanyak 13 orang (26,0 %). Menurut Suryaningsih (2014), tangan merupakan media penularan berbagai penyakit yang disebabkan kuman. Hanya melalui tangan yang kotor, kuman penyakit dapat dengan mudah berpindah dari satu orang ke orang lain. Misalnya, diare, cacingan, infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), TBC, bahkan penyakit mematikan, seperti SARS, flu burung (H5N1) dan flu babi (H1N1).Tangan kita merupakan pusat kuman penyakit, mulai saat bersalaman, memegang pintu kamar kecil, menyentuh benda yang mengandung kuman, sehabis buang air kecil (BAK) atau buang air besar (BAB) serta menyentuh segala sesuatu yang banyak disentuh banyak orang seperti memegang uang, dan lain-lain. Tangan yang kelihatan bersih belum cukup untuk mencegah dari penyakit infeksi. Apalagi tangan yang bersentuhan langsung dengan kotoran manusia dan binatang, cairan tubuh seperti ingus, makanan atau minuman yang terkontaminasi saat tidak di cuci dengan sabun dapat memindahkan bakteri, virus, dan parasit kepada orang lain. pentingnya untuk membebaskan tangan kita dari berbagai jenis kuman penyakit tersebut dengan mencuci tangan. Sama halnya seperti menjaga kebersihan pada diri sendiri, ibu juga harus menjaga kebersihan pada bayinya terutama setelah BAB maupun BAK. Sebagian besar ibu telah menerapkan kebersihan pada bayinya dengan menceboki bayi baik setelah BAB maupun BAK dalam mencegah terjadinya diare pada bayi.

51 Mencuci tangan dengan menggunakan sabun dan air mengalir dapat membunuh hampir 99 % kuman yang ada di tangan dibandingkan hanya dengan mengguanakan air saja. Kuman penyebab diare salah satunya Escherichia coli hanya bisa dihilangkan dengan menggunakan sabun antiseptik dan air mengalir. c. Mencuci Tangan Sebelum Menyiapkan Makanan Dalam Pencegahan Diare Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar ibu selalu mencuci tangan sebelum menyiapkan makan yaitu sebanyak 36 orang (72,0 %) dan ibu yang sering melakukannya sebanyak 14 orang (28,0 %). Mencuci tangan sebelum mengolah makanan bertujuan mencegah penyebaran bakteri penyebab keracunan makanan. Mencuci tangan memakai sabun juga wajib dilakukan sebelum dan sesudah mengolah daging mentah, dikarenakan bakteri yang ada di dalam daging mentah dapat dengan mudah berpindah ke tangan ibu. Menyiapkan makanan harus dalam keadaan bersih baik pada bahan makanan, alat yang digunakan maupun orang yang menyiapkan. Cuci tangan sebelum menyiapkan makanan dapat menjadi pencegahan penyebaran bakteri yang ada di tangan selama beraktifitas, terutama jika dilakukan dengan menggunakan sabun antiseptik yang dapat mengurangi atau bahkan membunuh bakteri dan virus yang ada ditangan (Anonym, 2011). Hasil yang didapatkan dalam studi lapangan terlihat bahwa sebagian besar ibu telah menyadari akan pentingnya mencuci tangan sebelum menyiapkan makanan, dan hanya sedikit yang masih belum sepenuhnya dalam melakukan cuci tangan. d. Mencuci Tangan Sebelum Menyuapi Bayi Dalam Pencegahan Diare Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar ibu selalu mencuci tangan sebelum menyuapi bayi yaitu sebanyak 38 orang (76,0 %) dan ibu yang sering sebanyak 11 orang (22,0 %), sedangkan ibu yang hanya kadang kadang melakukannya sebanyak 1 orang (2,0 %).

52 Mencuci tangan dengan sabun adalah salah satu tindakan sanitasi dengan membersihkan tangan dan jari jemari menggunakan air dan sabun oleh manusia untuk menjadi bersih dan memutuskan mata rantai kuman. Mencuci tangan dengan sabun dikenal juga sebagai salah satu upaya pencegahan penyakit. Hal ini dilakukan karena tangan seringkali menjadi agen yang membawa kuman dan menyebabkan patogen berpindah dari satu orang ke orang lain, baik dengan kontak langsung ataupun kontak tidak langsung (menggunakan permukaan-permukaan lain seperti handuk, gelas). Tangan yang bersentuhan langsung dengan kotoran manusia dan binatang, ataupun cairan tubuh lain (seperti ingus, dan makanan / minuman yang terkontaminasi saat tidak di cuci dengan sabun dapat memindahkan bakteri, virus, dan parasit pada orang lain yang tidak sadar bahwa dirinya sedang ditularkan. Dalam hal kasih sayang ibu akan selalu menyuapi bayinya menggunakan sendok maupun tidak. Dilihat dari kenyataan yang ada ibu akan lebih sering bersentuhan dengan bayinya secara langsung terutama saat menyuapi bayinya. Ketika menyuapi bayi haruslah badan ibu terutama tangan harus dalam keadaan bersih agar terhindar dalam penularan bakteri dari ibu kepada bayinya (Fewtrell, 2005). Sebagian besar ibu telah menerapkannya dalam kehidupan sehari hari, namun disayangkan masih ada ibu yang belum menyadari bahwa mencuci tangan sebelum menyuapi bayinya sangatlah penting sebagai salah satu pencegahan penularan penyakit pada bayi. Kurangnya informasi menjadi salah satu faktor penyebab ibu tidak melakukanya. Informasi seharusnya tidak hanya didapatkan dari tenaga medis maupun kader, tapi juga terutama dari keluarga yang sudah mengetahuinya terlebih dahulu. e. Mencuci Tangan Sebelum Menyusui Bayi Dalam Pencegahan Diare Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar ibu selalu mencuci tangan sebelum menyusui bayi yaitu sebanyak 25 orang (50,0

53 %) dan ibu yang sering melakukannya sebanyak 14 orang (28,0 %), sedangkan ibu yang hanya kadang kadang melakukannya sebanyak 11 orang (22,0 %). Di saat menyusui bayi adalah masa yang paling sering menimbulkan perpindahan penyakit atau bakteri yang ada pada badan ibu terutama pada tangan ibu kepada bayi melalui mukosa mulut. Bakteri dan virus yang ada pada tangan ibu akan dengan mudah masuk dan menginfeksi bayi melalui ASI yang sedang diberikan. Bakteri inilah yang dapat menyebabkan berbagai penyakit yang menjangkit bayi terutama diare (Mustika, 2013). Anjuran mencuci tangan dengan menggunakan sabun dan air mengalir sebelum dan sesudah menyusui bayi merupakan cara yang terbukti dapat mencegah timbulnya diare pada bayi. Penggunaan sabun juga dianjurkan dengan menggunakan sabun cair dan hindari menggunakan sabun batangan. Penggunaan sabun batangan juga dilangsir dapat menimbulkan perpindahan bakteri dari tangan orang pertama kepada pengguna selanjutnya. Walaupun masih sedikit kemungkinan perpindahan dapat terjadi namun alangkah baiknya penggunaan sabun untuk mencuci tangan dengan menggunakan sabun cair antiseptik. f. Mencuci Tangan Sebelum Memegang Makanan Dalam Pencegahan Diare Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar ibu selalu mencuci tangan sebelum memegang makanan yaitu sebanyak 33 orang (66,0 %) dan ibu yang sering melakukannya sebanyak 17 orang (34,0 %). Menurut Handayani (2013), microorganisme pada tangan akan dengan mudahnya masuk melalui makanan yang kita makan terutama dari tangan yang terkontaminasi sebelum memegang makanan. Pengadaan wastafel dekat dengan tempat makan merupakan inisiatif yang dapat digunakan di setiap rumah tangga dalam menyadarkan anggota keluarga untuk mencuci tangan sebelum memegang makanan.

54 Mencuci tangan tidak hanya dilakukan semata-mata di saat tangan terlihat kotor maupun berbau tetapi setiap kali akan memegang makanan haruslah mencuci tangan dengan menggunakan sabun dan air mengalir. Dikarenakan microorganisme tidak dapat terlihat oleh mata secara langung dan hanya dapat hilang dengan sesering mungkin seseorang mencuci tangannya. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebagian besar ibu-ibu telah melakukan kebersihan diri sebelum memegang makanan yaitu dengan mencuci tangan dengan menggunakan sabun dan air mengalir. g. Mencuci Tangan Setelah Aktivitas Di Luar Rumah Dalam Pencegahan Diare Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar ibu selalu mencuci tangan setelah aktivitas diluar yaitu sebanyak 32 orang (64,0 %) dan ibu yang sering melakukannya sebanyak 14 orang (30,0 %), sedangkan ibu yang hanya kadang kadang melakukannya sebanyak 3 orang (6,0 %). Menurut Harahap (2002), pencemaran udara adalah kondisi udara yang tercemar dengan adanya bahan, zat-zat asing atau komponen lain di udara yang menyebabkan berubahnya tatanan udara oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam, sehingga kualitas udara menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan kegunaannya. Menjalankan aktivitas di luar rumah menyebabkan badan melakukan kontak langsung dengan berbagai microba yang terdapat di udara luar. Bakteri-bakteri yang ditimbulkan dari berbagai aktivitas manusia akan menempel pada seluruh badan kita terutama pada tangan. Tangan sering melakukan kontak langsung baik saat bersalaman, memegang gagang pintu, memencet bel, menuruni tangga atau bahkan saat memegang uang. Berbagai macam kuman-kuman akan berkumpul di pori-pori tangan. Mencuci tangan setelah melakukan aktivitas di luar rumah sangat dianjurkan dalam pencegahan penyakit terutama yang disebabkan oleh virus dan bakteri.

55 4. Perilaku Cuci Tangan Ibu Dalam Pencegahan Diare Di Desa Karangayu Kecamatan Cepiring Tahun 2014. Hasil penelitian berdasarkan Tabel 4.3 menunjukan bahwa sebagian besar ibu memiliki perilaku cuci tangan yang baik yaitu sebanyak 39 orang (78,0 %). Perilaku cuci tangan yang baik pada ibu terlihat dari bagaimana di saat ibu menuci tangan dengan menggunakan sabun dan air mengalir sebelum penyajian makanan, sebelum menyusui bayi, setelah menceboki bayi, setelah ibu BAK dan BAB, sebelum menyuapi bayi, setelah beraktivitas di luar rumah, dan sebelum memegang makanan. Pernyataan Maryunani (2010), tentang faktor eksternal yang mempengaruhi kejadian diare pada bayi adalah perilaku mencuci tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir. Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang penting dalam penularan kuman diare adalah mencuci tangan. Mencuci tangan dapat dilakukan, antara lain: sebelum penyajian makanan, sebelum menyusui bayi, setelah menceboki bayi, setelah ibu BAK dan BAB, sebelum menyuapi bayi, setelah beraktivitas di luar rumah, dan sebelum memegang makanan. Risiko untuk menderita diare dapat dikurangi dengan menggunakan air yang bersih dan melindungi air tersebut dari kontaminasi mulai dari sumbernya sampai penyimpanannya di rumah (Proverawati & Rahmawati, 2012). Perilaku orang tua dalam menyimpan makanan di tempat bersih, meletakkan makanan dalam wadah yang bersih dan tertutup, menjaga peralatan makan agar tetap bersih dan mencuci tangan pakai sabun. Cara cara terjadinya pengotoran terhadap makanan berhubungan dengan diare adalah dalam mengolah atau menjamah makanan (Depkes RI, 2001). Membuang tinja bayi ke dalam jamban sesegera mungkin sehingga penularan diare melalui tinja bayi dapat di cegah (Maryunani, 2013). Berdasarkan pengamatan yang dilakukan kepada ibu ibu di Desa Karangayu, diketahui bahwa selain sudah sadarnya mereka akan kebersihan diri sebelum dan setelah melakukan sesuatu dengan selalu

56 mencuci tangan, mereka juga menjaga agar dalam pengolahan makan maupun penyajian makanan yang akan mereka konsumsi dalam keadaan bersih dan sehat. Terbukti dengan adanya lemari khusus yang tersedia untuk menyimpan makanan setelah diolah agar tidak dihinggapi oleh serangga yang dapat menyebabkan tercemarnya makanan yang telah mereka olah. Mereka membersihkan bahan makanan yang akan mereka masak sebelum memotong motong agar kandungan vitamin yang ada di dalamnya tidak larut dalam air di saat membersihkannya. Penelitian ini senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Nasili (2011), tentang Perilaku Pencegahan Diare Anak Balita Di Wilayah Bantaran Kali Kelurahan Bataraguru Kecamatan Wolio Kota Bau Bau. Dengan hasil diare pada anak dapat di cegah dengan cara pemberian ASI dan MP-ASI dilakukan belum sesuai tahap usia pertumbuhan dan perkembangan anak, penggunaan air bersih seperti mengolah dan menyimpan air minum belum dilakukan dengan baik, mencuci tangan tidak menjadi kebiasaan menggunakan sabun dan mencuci tangan dilakukan tidak melalui prosedur yang benar, di dalam melakukan pengolahan makanan tidak dilakukan dengan baik sesuai dengan standar sanitasi makanan serta menyimpan dan menyajikan makanan tidak sesuai dengan standar kesehatan, penggunaan jamban masih kurang memperhatikan faktor kebersihan dan membuang tinja bayi di sembarang tempat. Sebanyak 50 responden terdapat 11 orang (22,0 %) memiliki perilaku cuci tangan yang tidak baik. Hal ini sering dikarenakan kurangnya pengetahuan ibu tentang penyebab dari diare pada bayi maupun dikarenakan ibu terlalu menganggap mudah tentang cuci tangan sebelum dan setelah melakukan aktivitas rumah tangga. Terkadang ibu sering menyganggap mudah terutama di saat menyusui bayinya maupun di saat menyiapkan makanan maupun menyuapi bayi. Kebiasaan mencuci alat makan dan minum bayi merupakan salah satu faktor pencegahan diare pada bayi. Perilaku mencuci peralatan makan

57 dan minum bayi, serta alat sebagainya dapat mencegah terjadinya diare.terutama setelah alat alat tersebut dipakai langsung di cuci tanpa menunggu nanti. Kenyataan di lapangan masih ada sebagian ibu yang masih malas dalam melakukan pembersihan dengan segera pada alat alat makan setelah digunakan, yang mengakibatkan terjadinya penumpukan bakteri dalam alat makan tersebut. Cara menyajikan makanan yang dibiarkan terbuka tanpa ditutup juga dapat menyebabkan diare. Hal ini dikarenakan masuknya kotoran atau kuman yang masuk ke dalam makanan. Kebiasaan ibu ibu di Desa Karangayu tidak memberikan ASI secara eksklusif pada bayinya. Perilaku yang salah dalam memberikan makanan pendamping ASI sebelum bayi berumur 6 bulan. Daya tahan tubuh bayi yang tidak adekuat menyebabkan bayi mudah terserang diare. 5. Kejadian Diare Pada Bayi Di Desa Karangayu Kecamatan Cepiring Tahun 2014. Hasil penelitian berdasarkan Tabel 4.11 menunjukan bahwa sebagian besar bayi tidak mengalami diare yaitu sebanyak 37 bayi (74,0 %). Menurut Suharyono (2008), ada beberapa faktor internal yang dapat membantu dalam pencegahan diare pada bayi, diantaranya adalah: a. Memberikan ASI eksklusif ASI dapat memberikan perlindungan terhadap terjadinya diare pada bayi karena antibodi dan zat zat lain di dalamnya memberikan perlindungan secara imunologi (Suharyono, 2008). b. Pemberian imunisasi lengkap (0 bulan 12 bulan) Anak yang sakit campak sering disertai diare sehingga imunisasi campak dapat mencegah terjadinya diare yang lebih parah lagi (Depkes RI, 2010). Pemberian imunisasi lengkap (0 bulan 12 bulan) juga sangat berpengaruh dalam pencegahan diare pada bayi yaitu dengan pemberian imunisasi lengkap diantaranya 0 bulan: HB 1, BCG, Polio 1, 2 bulan:

58 HB 2, DPT 1, Polio 2, 3 bulan: DPT 2, Polio 3, 4 bulan: DPT 3, Polio 4, 6 bulan: HB 3, 9 bulan: Campak. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Desa Karangayu sebagian besar bayi usia 0 12 bulan telah mendapatkan imunisasi lengkap dan hanya sebagian kecil yang belum mendapatkannya. Ibu ibu di Desa Karangayu sudah sadar betul akan manfaat dari pemberian ASI eksklusif untuk kesehatan bayinya, terbukti dengan kemauan mereka dalam mencari informasi tentang bagaimana cara memerah ASI dan bagaimana penyimpanan maupun pemberian kepada bayi. Mereka sangat antusias dalam mencari informasi sebanyak mungkin dari tenaga kesehatan terutama Bidan yang ada di Desanya. Pencegahan diare juga dapat dilakukan dengan selalu menjaga kebersihan diri sendiri sewaktu pemberian makanan pendamping maupun di saat menyusui bayinya, dikarenakan bakteri akan mudah sekali masuk ke dalam tubuh bayi melalui kontak langsung antara ibu dan bayinya. Penggunaan air bersih dan sistem sanitasi yang baik menyebabkan angka kejadian diare dapat ditekan, karena penyebaran penyakit oleh bakteri dan virus dapat terhindar. Walaupun dalam pemukiman yang padat penduduk jika sebagian besar kesadaran masyarakat sudah baik maka akan membantu menuntaskan angka kejadian mortalitas pada bayi yang masih didominasi oleh diare. Penelitian sebelumnya yang juga mendukung hasil penemuan ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Imelda (2013) tentang Pengetahuan, Sikap Ibu dan Pemberian ASI Eksklusif DenganKejadian Diare Di Wilayah Kerja Puskesmas Langsa Kota, Desa Paya Bujuk Blang Pase. Dengan hasil hubungan pengetahuan dengan kejadian diare didapatkan P value < 0,05 yaitu 0,001, hubungan sikap dengan kejadian diare didapatkan P value < 0,05 yaitu 0,003 dan hubungan pemberian ASI eksklusif dengan kejadian diare didapatkn P value < 0,05 yaitu 0,002. Sebanyak 50 bayi masih terdapat 13 bayi (27,0 %) mengalami diare. Sebagian besar disebabkan karena faktor eksternal yaitu pada

59 kebersihan lingkungan sekitar baik pada saat pemberian makanan pada bayi maupun kebersihan alat alat yang digunakan. Perilaku orang tua yang buruk seperti tidak menggunakan jamban saat membuang tinja dapat meningkatkan penularan kuman penyebab diare. Mencuci tangan tidak menjadi kebiasaan menggunakan sabun dan tidak melalui prosedur yang benar juga dapat menyebabkan kuman masuk ke dalam tubuh. D. Keterbatasan Penelitian Dalam penelitian ini terdapat beberapa hambatan yang peneliti alami yaitu cara pengambilan data yang dilakukan peneliti dalam penelitian hanya menggunakan kuesioner tanpa diikuti dengan observasi dari perilaku cuci tangan responden, sehingga peneliti tidak dapat mengetahui secara langsung bagaimana ibu mencuci tangan dengan benar. Pengambilan sampel tidak bisa dilakukan secara acak dari masing-masing RW dikarenakan metode yang digunakan adalah Total Sampling, dan ketidakmampuan peneliti melakukan observasi secara langsung tentang cara mencuci tangan dengan air mengalir (bersih) dan memakai sabun atau masih dengan penampungan air.