BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menghadapi persaingan bisnis yang kompetitif, perusahaan berusaha memperbaiki kinerja dan mengembangkan usaha untuk mencapai tujuan perusahaan. Perusahaan manufaktur merupakan salah satu perusahaan yang menjadi lahan strategis dalam berinvestasi, karena perkembangannya yang pesat di Bursa Efek Indonesia (BEI). Berdasarkan Indonesian Capital Market Directory(ICMD) tahun 2008, sektor perusahaan manufaktur merupakan jumlah emiten yang banyak dibandingkan jumlah emiten yang listing di Bursa Efek Indonesia yaitu sebesar 151 perusahaan. Perusahaan manufaktur dibagi menjadi tiga kategori yaitu, sektor barang konsumsi, sektor aneka industri dan sektor dasar dan kimia. Sub sektor perusahaan otomotif dan komponen merupakan bagian dari sektor aneka industri. Sektor perindustrian merupakan salah satu sektor yang menjadi acuan perkembangan suatu negara, salah satunya adalah industri otomotif yang sangat berkembang pesat di Indonesia. Berkembang pesatnya industri otomitif di Indonesia dikarenakan meningkatnya kebutuhan manusia akan alat transportasi pribadi maupun umum. Industri otomotif dan komponen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2014 adalah sebanyak 12 perusahaan, berdasarkan saham ok (www.sahamok.com). Bursa Efek Indonesia merupakan barometer aktivitas pasar modal di Indonesia, karena memiliki frekuensi perdagangan dan variasi saham yang besar. Perusahaan-perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia merupakan perusahaan yang telah memiliki stuktur organisasi yang terpisah antara pemilik dan pengelola perusahaannya. Pemilik perusahaan merupakan para pemegang saham, sedangkan pengelola perusahaan adalah pihak manajemen yang ditunjuk oleh
pemilik untuk menjalankan perusahaan. Pengelolaan perusahaan di Indonesia yang listingdi Bursa Efek Indonesia dinilai belum efektif, karena struktur kepemilikan yang didominasi oleh keluarga, sehingga tidak ada pemisahan yang jelas antara kepemilikan dan pengaturan perusahaan, menyebabkan manajemen perusahaan cenderung berpihak pada salah satu pemilik saja (Kurniawan dan Indriantoro, 2000). Fenomena tersebut mengharuskan adanya pemisahan struktur kepemilikan yang jelas agar tidak terjadi ketimpangan kepentingan yang nantinya dapat berdampak buruk bagi kinerja perusahaan. Baik buruknya kinerja keuangan suatu perusahaan dapat dilihat dari laporan keuangan perusahaan beberapa periode yang dilaporkannya. Laporan keuangan perusahaan sangat bermanfaat bagi masyarakat, investor, pemegang saham, dan manajemen dalam proses pengambilan keputusan dan pengembangan asset yang dimiliki. Perkembangan perusahaan sangat bergantung pada modal yang ditanamkan oleh investor, sehingga perusahaan harus memiliki kinerja yang baik agar mendapatkan kepercayaan dari investor untuk menanamkan modalnya pada perusahaan. Pengukuran kinerja keuangan perusahaan dapat menggunakan rasio-rasio keuangan, salah satunya adalah rasio profitabilitas. ROA menggambarkan sejauh mana tingkat pengembalian dari seluruh asset yang dimiliki perusahaan. Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba atau ukuran efektivitas pengelolaan manajemen perusahaan (Wiagustini, 2010:76). Penelitian ini menggunakan Return On Asset (ROA) sebagai indikator dalam mengukur kinerja keuangan perusahaan karena ROA lebih komprehensif dalam mengukur tingkat pengembalian secara keseluruhan baik dari hutang maupun modal. ROA dapat mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan operasi dengan total aktiva yang ada.
Berdasarkan laporan keuangan perusahaan otomotif dan komponen yang dipublikasikan di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2013 dapat dilihat bahwa rata-rata Return On Asset perusahaan otomotif dan komponen mengalami kecenderungan penurunan dari tahun 2010 sampai tahun 2013. Secara rinci rata-rata Return On Asset perusahaan otomotif dan komponen tahun 2010-2013 dapat dilihat pada Tabel 1.1 berikut: Tabel 1.1 Perkembangan Return On Asset (ROA) Perusahaan Otomotif dan Komponen di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2013 Kode ROA (%) No Saham 2010 2011 2012 2013 1 ASII 12,71 8,73 12,48 10,42 2 AUTO 21,94 15,82 12,79 8,39 3 BRAM 9,7 4,28 9,81 2,32 4 GDYR 5.81 3.14 5.39 4.17 5 GJTL 8,01 5,92 8,8 0,78 6 IMAS 6.85 7.52 5.11 2.78 7 INDS 9.23 10.57 8.05 6.72 8 LPIN 9.36 7.19 9.64 4.36 9 MASA 5,8 3,01 1,05 0,57
10 NIPS 3,75 3,99 4,1 4,24 11 PRAS 0,77 0,28 2,7 10,95 12 SMSM 14,45 19,29 18,63 1,68 Jumlah 77,13 61,32 70,36 39,35 Rata-rata 9,64 7,67 8,80 4,92 Sumber :www.icmd.co.id (data diolah) Berdasarkan Tabel 1.1 tersebut dapat dilihat bahwa rata-rata ROA pada perusahaan otomotif dan komponen tahun 2011 mengalami penurunan dari 9,64% menjadi 7,67%, pada tahun 2012 mengalami peningkatan menjadi 8,80% dan pada tahun 2013 mengalami penurunan menjadi 4,29%. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja keuangan yang diukur dengan ROA menurun pada tahun 2011 dan 2013. Salah satu faktor yang dapat menurunkan kinerja keuangan perusahaan otomotif dan komponen tersebut adalah terjadinya konflik kepentingan antara manajer dan pemegang saham. Menurut Kurniawan dan Indriantoro (2000), pengelolaan perusahaan di Indonesia yang listing di Bursa Efek Indonesia dinilai belum efektif, karena struktur kepemilikan yang didominasi oleh keluarga, sehingga tidak ada pemisahan yang jelas antara kepemilikan dan pengaturan perusahaan, menyebabkan manajemen perusahaan cenderung berpihak pada salah satu pemilik saja. Keadaan ini akan menimbulkan terjadinya konflik keagenan, sehingga berdampak buruk bagi kinerja perusahaan. Kinerja perusahaan yang baik akan memudahkan perusahaan untuk mencapai tujuan perusahaan. Tujuan perusahaan adalah memaksimumkan kemakmuran pemegang saham yang diterjemahkan sebagai memaksimumkan harga saham (Sartono, 2010:xxi). Pada saat menjalankan perusahaan, manajer seharusnya memperhatikan kepentingan pemilik, tetapi kenyataannya manajer memiliki kepentingan sendiri, yaitu mementingkan kemakmurannya sendiri, sehingga manajer seringkali bertindak tidak sejalan dengan kepentingan pemilik. Perbedaan kepentingan
antara manajer dan pemegang saham menimbulkan terjadinya masalah yang disebut masalah keagenan (agency conflict). Menurut Brigham dan Houston (2010:26), konflik keagenan yaitu konflik kepentingan yang potensial antara agen (manajer) dan pemegang saham pihak luar atau kreditur (pemberi hutang). Agency problem potensial untuk terjadi dalam perusahaan dimana manajer memiliki kurang dari seratus persen saham perusahaan (Sartono, 2010:xxi). Sering terjadi pada perusahaan besar yang memiliki proporsi keepemilikan saham oleh manajer yang relatif kecil. Salah satu cara untuk meminimalisir terjadinya konflik keagenan adalah melalui kepemilikan saham. Kepemilikan saham oleh pemegang saham internal dan pemegang saham eksternal, pemegang saham internal adalah orang yang memiliki saham didalam struktur organisasi perusahaan sebagai pelaksana (manajer). Pemegang saham eksternal adalah orang yang memiliki saham yang tidak termasuk dalam struktur organisasi perusahaan hanya berperan sebagai pemilik seperti institusi atau perusahaan lain. Kepemilikan saham diharapkan dapat menyatukan kepentingan antara pemilik dan pengelola perusahaan sehingga meminimalkan terjadinya konflik keagenan.menurut Pujiati dan Widanar (2009), berdasarkan atas proporsi saham yang dimiliki dalam suatu perusahaan, struktur kepemilikan dikelompokkan menjadi: kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional. Kepemilikan manajerial merupakan kepemilikan saham oleh manajemen perusahaan yang diukur dengan persentase jumlah saham yang dimiliki oleh manajemen (Pujiati dan Widanar, 2009). Pendekatan keagenan menganggap kepemilikan manajerial sebagai sebuah instrumen atau alat untuk mengurangi konflik keagenan. Kepemilikan saham manajerial akan menuntut manajer untuk selalu berhati-hati dalam pengambilan keputusan karena hasil dari pengambilan keputusan tersebut akan memberikan dampak secara langsung terhadap saham yang dimiliki oleh manajer. Semakin
besar proporsi kepemilikan manajerial pada saham perusahaan maka semakin baik pula kinerja perusahaan tersebut. Penelitian oleh Rehman et al. (2012), menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial memiliki hubungan negatif yang signifikan dengan kinerja perusahaan yang diukur dengan ROA. Karmozdi and Hadi (2013), Quang and Xin (2014) menyatakan bahwa kepemilikan manajerial memiliki pengaruh yang positif terhadap ROA. Kumai et al. (2014) menemukan bahwa kepemilikkan manajerial berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja keuangan. Pihak manajemen yang memiliki saham dalam perusahaan cenderung menyusun strategi untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Amran and Ayoib (2013) serta Hu and Zhou (2008) menunjukkan bahwa, terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara kepemilikan manajerial dengan kinerja keuangan perusahaandiukur dengan (ROA). Hasil penelitian yang berbeda ditemukan oleh Jusoh et al. (2013), Rehman and Ali (2013) yang menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Nur aeni (2010), kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap ROA. Proporsi kepemilikan manajerial yang terlalu kecil menyebabkan kinerja manajer kurang optimal dan manajer sebagai pemilik saham minoritas belum dapat berpartisipasi aktif dalam membuat suatu keputusan pada perusahaan, sehingga tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan. Biaya keagenan yang muncul akibat konflik keagenan dapat dikurangi dengan adanya kepemilikan institusional sebagai pengawas. Kepemilikan institusional memiliki peranan yang penting dalam meminimalisasi konflik keagenan yang terjadi diantara pemegang saham dengan manajer (Jensen and Meckling, 1976). Kepemilikan institusional memiliki arti penting dalam memonitor manajemen, karena dengan adanya kepemilikan institusional dapat mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal. Mekanisme monitoring tersebut dapat menjamin
peningkatan kemakmuran pemegang saham. Signifikansi kepemilikan institusional sebagai agen pengawas ditekankan melalui investasi yang cukup besar dalam pasar modal. Semakin besar persentase saham yang dimiliki oleh institusi menyebabkan pengawasan yang dilakukan lebih efektif karena dapat mengendalikan perilaku oportunistik manajer. Maka kepemilikan institusional akan mendorong manajer untuk menunjukkan kinerja yang baik dihadapan para pemegang saham. Penelitian Wiranata dan Yeterina (2013), Rifqi (2013) menunjukkan bahwa, kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap kinerja keuangan yang diukur dengan ROA. Semakin tinggi kepemilikan institusional maka semakin rendah kinerja keuangan, dikarenakan kepemilikan institusional adalah pemilik sementara dan lebih memfokuskan laba jangka pendek. Penelitian yang dilakukan oleh Noviawan dan Septiani (2013) menunjukkan bahwa, kepemilikan institusional berpengaruh positif signifikan terhadap ROA. Adanya investor institusional pada suatu perusahaan dipercaya dapat mengurangi timbulnya agency cost yang terjadi akibat masalah keagenan antara manajer dan pemilik saham sehingga dapat meningkatkan kinerja perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Nur aeni (2010), menyatakan bahwa jumlah kepemilikan saham oleh institusional berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja perusahaan. Pengawasan sangat penting keberadaanya dalam perusahaan agar setiap kegiatannya dapat diawasi dengan baik sehingga meminimalkan terjadinya konflik. Pengawasan sangat diperlukan pada perusahaan-perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia yang bermanfaat untuk mengetahui perkembangan kinerja perusahaan. Salah satu badan pengawas yang memiliki wewenang untuk mengawasi direksi adalah dewan komisaris independen. Dewan komisaris independen dapat meningkatkan fungsi pengawasan pada perusahaan. Adanya dewan komisaris independen dalam perusahaan dapat mengurangi masalah keagenan dan mencegah terjadinya perilaku oportunistik. Jensen and Meckling (1976) menyatakan bahwa, semakin banyak jumlah
pemonitor, maka kemungkinan terjadinya konflik akan rendah dan akhirnya akan menurunkan agency cost. Lemahnya pengawas independen dan terlalu besarnya kekuasaan eksekutif merupakan penyebab tumbangnya perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Gull et al. (2013) menunjukkan bahwa kehadiran dewan komisaris independen meningkatkan kinerja keuangan (ROA) bank yang terdaftar di bursa Karachi. Penelitian yang dilakukan oleh Latief et al. (2014) yang menemukan bahwa dewan komisaris independen berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA. Hasil yang diperoleh dari penelitian yang dilakukan oleh Koerniadi dan Tourani-Rad (2012), dewan komisaris independen di Selandia Baru berpengaruh negatif terhadap ROA. Hal ini disebabkan karena dewan komisaris independen kalah suara dengan dewan komisaris lainnya sehingga fungsi pengawasan tidak berjalan dengan baik sehingga tidak dapat meningkatkan kinerja keuangan. Hasil serupa juga ditemukan oleh Kutubi (2011) yang menemukan bahwa dewan komisaris independen berpengaruh negatif terhadap ROA. Berdasarkan fenomena dan mengacu pada hasil-hasil empiris yang telah dilakukan, menunjukkan hasil yang tidak konsisten (research gap) mengenai pengaruh kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional dan dewan komisaris independen terhadap kinerja keuangan yang diukur dengan ROA. Maka penelitian ini ingin meneliti lebih lanjut mengenai Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional dan Dewan Komisaris Independen Terhadap Return On Asset Perusahaan Otomotif dan Komponen di Bursa Efek Indonesia. 1.2 Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan uraian dari latar belakang, maka yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah :
1) Apakah kepemilikan manajerial berpengaruh signifikan terhadap Return On Asset perusahaan otomotif dan komponen di BEI periode 2010-2014? 2) Apakah kepemilikan institusional berpengaruh signifikan terhadap Return On Asset perusahaan otomotif dan komponen di BEI periode 2010-2014? 3) Apakah dewan komisaris independen berpengaruh signifikan terhadap Return On Asset perusahaan otomotif dan komponen di BEI periode 2010-2014? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang dipaparkan maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1) Untuk mengetahui signifikansi pengaruh kepemilikan manajerial terhadap Return On Asset perusahaan otomotif dan komponen di BEI periode 2010-2014. 2) Untuk mengetahui signifikansi pengaruh kepemilikan institusional terhadap Return On Asset perusahaan otomotif dan komponen di BEI periode 2010-2014. 3) Untuk mengetahui signifikansi pengaruh dewan komisaris independen terhadap Return On Asset perusahaan otomotif dan komponen di BEI periode 2010-2014. 1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi empiris mengenai pengaruh kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dan dewan komisaris independen terhadap Return On Asset. 2) Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai dasar pertimbangan dan sumber informasi dalam pengambilan keputusan investor dalam menilai kinerja perusahaan sebelum melakukan investasi pada perusahaan otomotif dan komponen di Bursa Efek Indonesia. 1.5 Sistematika Penulisan Penyusunan skripsi disusun berdasarkan urutan beberapa bab secara sistematis sehingga antara bab satu dengan yang lainnya memiliki hubungan yang erat. Adapun sistematika penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut : BAB I : Pendahuluan Bab ini menguraikan latar belakang masalah penelitian mengenai pengaruh kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional dan dewan komisaris independen terhadap Return On Asset, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian dan sistematika penulisan. BAB II : Kajian Pustaka dan Hipotesis Penelitian Pada bab ini berisi mengenai landasan teori dan konsep yang berkaitan dengan pokok permasalahan yaitu tentang kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional dan dewan komisaris independen, hasil penelitian terdahulu, rumusan hipotesis penelitian serta kerangka konsep penelitian. BAB III : Metode Penelitian Bab ini menguraikan desain penelitian, ruang lingkup wilayah penelitian, objek penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional variabel, jenis dan sumber
data, populasi dan sampel, metode penentuan sampel, metode pengumpulan data dan teknik analisis data yang digunakan. BAB IV : Pembahasan Hasil Penelitian Bab ini menguraikan gambaran umum perusahaan otomotif dan komponen yang diteliti, hasil analisis deskriptif, hasil pengujian asumsi klasik, hasil analisis regresi linier berganda, hasil pengujian hipotesis dan pembahasan hasil penelitian. BAB V : Simpulan dan Saran Bab ini menguraikan kesimpulan dari permasalahan yang dibahas serta saransaran yang dipandang perlu atas simpulan yang dicapai.