Menteri Koordinator Bidang Perekonomian PENJELASAN TENTANG MASTER PLAN PERCEPATAN DAN PERLUASAN PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA (MP3EI) TAHUN

dokumen-dokumen yang mirip
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian POKOK-POKOK MASTER PLAN PERCEPATAN DAN PERLUASAN PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA (MP3EI) TAHUN

Jakarta, 7 Februari Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian dan Kementerian PPN/BAPPENAS

CUPLIKAN LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011, TANGGAL 20 MEI 2011 TENTANG

Pengembangan Pusat Pertumbuhan Industri 1. Sumatera 2. Kalimantan 3. Jawa

PEMBANGUNAN KORIDOR EKONOMI DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan yang dapat dinikmati secara merata oleh seluruh masyarakat. (Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, 2011).

PANDUAN WORKSHOP MASTER PLAN PERCEPATAN PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA (MP3EI)

PROGRAM KERJA DITJEN PPI TA 2012 DAN IMPLEMENTASI MP3EI DI KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

Gambar 3.A.1 Peta Koridor Ekonomi Indonesia

BAB 5: INDIKASI INVESTASI INFRASTRUKTUR

BAB 4: PELAKSANAAN DAN TATA KELOLA MP3EI

REINDUSTRIALISASI DALAM RANGKA MENDUKUNG TRANSFORMASI EKONOMI

PROGRAM KEGIATAN DITJEN PPI TAHUN 2011 DALAM MENDUKUNG PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI PRIORITAS

PERLINDUNGAN LINGKUNGAN MARITIM KESELAMATAN DAN KEAMANAN PELAYARAN ANGKUTAN DI PERAIRAN KEPELABUHANAN PP NO 10/2010 JO PP NO 22/2011 PP NO 21/2010

PELUANG NUSA TENGGARA TIMUR DALAM PERCEPATAN DAN PERLUASAN PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA (MP3EI) TAHUN

BAB 7. POTENSI SUMBERDAYA MANUSIA DAN ALAM INDONESIA SERTA KEBIJAKAN NASIONAL. Oleh: Herien Puspitawati Tin Herawati

LAPORAN HASIL RAPAT DENGAN PEMERINTAH DAERAH DAN BUMN. MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN Bogor, 22 Februari 2011

DUKUNGAN KEBIJAKAN PERPAJAKAN PADA KONSEP PENGEMBANGAN WILAYAH TERTENTU DI INDONESIA

MP3EI Pertanian : Realisasi dan Tantangan

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

UANG PENGINAPAN, UANG REPRESENTASI DAN UANG HARIAN PERJALANAN DINAS KELUAR DAERAH DAN DALAM DAERAH

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

KORIDOR EKONOMI INDONESIA DALAM PENATAAN RUANG SUATU PERSPEKTIF

SAMBUTAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN PADA ACARA GROUNDBREAKING PROYEK MP3EI DI KORIDOR EKONOMI SULAWESI

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusiinstitusi

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN,

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2015 NOMOR : SP DIPA /2015

2017, No tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor 12 Tahun 2015 tentang Percepatan Penyiapan Infrastrukt

Buku ini bertujuan untuk memberikan gambaran kinerja Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit sepanjang tahun 2016.

Prospek Pengembangan KEK di Sulawesi Selatan

SATUAN BIAYA UANG HARIAN LUAR DAERAH / DALAM DAERAH LUAR KOTA

I. PENDAHULUAN. utama ekonomi, pengembangan konektivitas nasional, dan peningkatan. dalam menunjang kegiatan ekonomi di setiap koridor ekonomi.

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK

RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2016 TEMA : MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR UNTUK MEMPERKUAT FONDASI PEMBANGUNAN YANG BERKUALITAS

BAHAN MENTERI DALAM NEGERI PADA ACARA MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) REGIONAL KALIMANTAN TAHUN 2015

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Indeks Harga Konsumen di 66 Kota (2007=100),

DUKUNGAN POLITIK ANGGARAN DAN ASPIRASI MASYARAKAT UNTUK PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR PU DAN PERMUKIMAN 2013

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Kepala Badan Pengawasan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN REPUBLIK INDONESIA,

MASTERPLAN PERCEPATAN DAN PERLUASAN PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA BAB 1: PENDAHULUAN

DRS. PETRUS SUMARSONO, MA - JFP MADYA DIREKTORAT TRANSPORTASI. Rakornis Perhubungan Darat 2013 Surabaya, 3 Oktober 2013

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,

NOMOR : 36 TAHUN 2015 TANGGAL z 9 SEPTEMBER2OlS BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA

68 LAPORAN PERKEMBANGAN PELAKSANAAN MP3EI

Dialog Dengan Dunia Usaha Dalam Rangka Penyusunan Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI)

PEMBANGUNAN KEWILAYAHAN DAN ANTARWILAYAH

1. Karakteristik wilayah kepulauan & pulau-pulau kecil; 2. Pemanfaatan potensi SDA belum maksimal (dibawah 40 %); 3. Kurangnya dukungan sarana &

ALOKASI ANGGARAN SATKER PER PROVINSI MENURUT SUMBER PEMBIAYAAN KEMENTERIAN KESEHATAN RI TAHUN 2011 PADA UNIT ESELON I PROGRAM

REPOSISI KAPET 2014 BAHAN INFORMASI MENTERI PEKERJAAN UMUM

RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012

Lampiran Surat No. : Kepada Yth.

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA RAPAT KERJA DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN DENGAN DINAS PERINDUSTRIAN KABUPATEN/KOTA KAWASAN TIMUR INDONESIA TAHUN

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

Rencana Strategis Perindustrian di Bidang Energi

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian

Perkembangan Jumlah Penelitian Tahun

DAFTAR KODE AWAL OPERATOR DI INDONESIA

GERAKAN INOVASI MASSIVE DALAM REFORMASI BIROKRASI. Jakarta, 28 September 2016

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Komunikasi dan I

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian. Laporan Perkembangan Deregulasi 2015

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 24/M-DAG/PER/5/2010 TANGGAL : 24 Mei 2010 DAFTAR LAMPIRAN

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

TUNJANGAN KINERJA JABATAN STRUKTURAL

Kebijakan, Strategi dan Program Keterpaduan Penanganan Kumuh Perkotaan

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

MULTILATERAL MEETING II PRIORITAS NASIONAL : PENINGKATAN IKLIM INVESTASI DAN IKLIM USAHA

Industri padat karya merupakan salah satu prioritas karena menyediakan lapangan usaha dan menyerap tenaga kerja secara signifikan.

PEMANTAUAN KUALITAS UDARA AMBIEN DENGAN METODE PASSIVE SAMPLER TAHUN 2016

Menteri Perindustrian Republik Indonesia. Menghidupkan Kembali Sektor Industri Sebagai Penggerak Ekonomi Nasional

Laporan Hasil Penelitian Kelompok Bidang Ekonomi dan Kebijakan Publik Tahun Anggaran 2015

KEMENTERIAN PERINDUSTRI. Jl. Jend. Gatot Subroto Kav Jakarta Telepon:

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.23/MEN/2011 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DIREKTORAT PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI

JAKARTA INVESTOR DAILY (18/11/2014) : Pemerintah dalam lima t

Berikut tempat uji kompetensi pelaksanaan seleksi CPNS Tahun 2014 di lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

NAMA DAN ALAMAT DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Nama Dinas. Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi NAD. Alamat Kantor

BAB I PENDAHULUAN. upaya terus ditempuh pemerintah guna mendorong pembangunan ekonomi

Jakarta, 10 Maret 2011

PATRANS CARGO PATRANS CARGO

Sosialisasi Peraturan Presiden tentang Rencana Tata Ruang (RTR) Pulau/Kepulauan dan Kawasan Strategis Nasional (KSN)

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.16/Menhut-II/2013 TENTANG

PERSPEKTIF PEMBANGUNAN SEKTOR KETENAGALISTRIKAN INDONESIA. Lia Putriyana dan Arfie Ikhsan Firmansyah

SAMBUTAN MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS PADA PEMBUKAAN MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN (MUSRENBANG) PROVINSI JAMBI TAHUN Jambi, 6 April 2011

Hasil Evaluasi Pelayanan Publik Tahun Jakarta 24 Januari 2018

Menjawab Kemendesakan dan Masa Depan Kota. Rujak Center for Urban Studies

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

Transkripsi:

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian PENJELASAN TENTANG MASTER PLAN PERCEPATAN DAN PERLUASAN PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA (MP3EI) TAHUN 2011-2025 Disampaikan Pada acara: MUSRENBANGNAS 2011 Jakarta, 28 April 2011

Slide 1 OUTLINE PAPARAN 1. PENDAHULUAN 2. KERANGKA DESAIN MASTER PLAN P3EI Pengembangan potensi daerah melalui 6 Koridor Ekonomi Pengembangan konektivitas intra dan inter koridor serta internasional Peningkatan kapasitas SDM dan IPTEK di dalam koridor 3. REKAPITULASI INDIKASI INVESTASI MP3EI SAMPAI DENGAN 2014 4. PETA INDIKASI INVESTASI 5. DAFTAR DEBOTTLENECKING YANG TERINDIKASI

PENDAHULUAN Beberapa Pemahaman Dasar Tentang Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) 2011-2025

VISI 2025 Mengangkat Indonesia menjadi negara maju dan merupakan kekuatan 12 besar dunia di tahun 2025 dan 8 besar dunia pada tahun 2045 melalui pertumbuhan ekonomi tinggi yang inklusif dan berkelanjutan PDB: US$ ~ 1,2 triliun Pendapatan/kap: US$ ~ 4.800 Kekuatan ekonomi 14 besar dunia PDB: US$ 3,8 4,5 Trilyun Pendapatan/kap: US$ 13.000 16.100 (high income country) Terbesar ke-12 dunia PDB ~ US$ 700 Milyar Pendapatan/kap US$ 3,005 Terbesar ke-17 besar dunia Catatan: Proyeksi 2014 sesuai dengan proyeksi RPJMN Proyeksi 2025, angka tidak resmi pemerintah Slide 3

MP3EI HARUS MENJADI BAGIAN INTEGRAL DALAM SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL Slide 4 Dokumen MP3EI tidak menggantikan RPJMN melainkan menjadi dokumen kerja yang komplementer terhadap RPJPN 2005 2025 (UU No. 17 Tahun 2007) dan RPJMN 2010 2014 (Peraturan Presiden No. 5 Tahun 2010). Seluruh program reguler pemerintah yang tidak dicakup dalam MP3EI berjalan seperti biasa sesuai dengan perencanaan. Program pengembangan MP3EI mencakup pembangunan di seluruh wilayah tanah air.

Slide 5 RPJMN PRIORITAS NASIONAL RPJM 1 (2005-2009) Menata Kembali NKRI, membangun Indonesia yang aman dan damai, yang adil dan demokratis, dengan tingkat kesejahteraan yang lebih baik. RPJM 2 (2010-2014) Memantapkan penataan kembali NKRI, meningkatkan kualias SDM, membangun kemampuan iptek, memperkuat daya saing perekonomian. RPJM 3 (2015-2019) Memantapkan pembangunan secara menyeluruh dengan menekankan pembangunan keunggulan kom-petitif perekonomian yang berbasis SDA yang tersedia, SDM yang berkualitas, serta kemampuan Iptek RPJM 4 (2020-2024) Mewujudkan masyarakat Indonesia yang mandiri, maju, adil, dan makmur melalui percepatan pembangunan di berbagai bidang dengan menekankan terbangunnya struktur perekonomian yang kokoh berlandaskan keunggulan kompetitif

Slide 6 MASTERPLAN MERUPAKAN KOMPLEMENTER DARI DOKUMEN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL RKP

Slide 7 MP3EI DIRUMUSKAN DENGAN SEMANGAT BUSINESS AS NOT USUAL (1) DI DALAM PROSES PENYUSUNAN: MP3EI mengedepankan terobosan strategi dan kebijakan: Thinking out of the box!! oleh karenanya membutuhkan perubahan mindset. Menitikberatkan pada PENDEKATAN SOLUSI, bukan pada PENDEKATAN MASALAH YANG DIHADAPI agar diperoleh rumusan strategi dan kebijakan tidak hanya incremental, tetapi struktural PENDEKATAN MASALAH PENDEKATAN SOLUSI

Slide 8 MP3EI DIRUMUSKAN DENGAN SEMANGAT BUSINESS AS NOT USUAL (2) DI DALAM PROSES PENYUSUNAN: MP3EI menitikberatkan pada percepatan transformasi ekonomi dengan pendekatan: Peningkatan Value Added Mendorong Inovasi Mengintegrasikan pendekatan sektoral dan Regional Memfasilitasi percepatan investasi swasta sesuai kebutuhannya Business as Usual waktu Pemerintah berfungsi sebagai regulator, fasilitator dan katalisator

Slide 9 MP3EI DIRUMUSKAN DENGAN SEMANGAT BUSINESS AS NOT USUAL (3) MP3EI mendengarkan masukan dan pendapat dari seluruh pemangku kepentingan: Pemerintah Daerah BUMN terutama dalam rangka memanfaatkan kekuatan sumber pendanaan di luar APBN Pelaku Usaha (KADIN, Asosiasi Usaha/Profesi) Pakar dan Akademisi

KERANGKA DESAIN MP3EI

Slide 11 TUJUAN STRATEGI UTAMA PRASYARAT Menuju negara maju yang lebih sejahtera Melalui percepatan dan perluasan pembangunan Ekonomi Indonesia di seluruh Tanah Air (2011-2025) PENGEMBANGAN KORIDOR EKONOMI Pengembangan (dan revitalisasi) pusat-pusat pertumbuhan Luar Jawa PERKUATAN KONEKTIVITAS NASIONAL Sinergi antar-pusat pertumbuhan dan pemerataan infrastruktur dasar MEMPERCEPAT KEMAMPUAN SDM DAN IPTEK NASIONAL Mendorong ke arah innovation driven economy 1. Mengubah mindset 2. Pengembangan Mutu Modal Manusia 3. Pemanfaatan seluruh sumber Pembiayaan Pembangunan 4. Pola pengelolaan Anggaran & Kekayaan Negara yang lebih baik. 5. Konsistensi kebijakan yang mendorong transformasi sektoral 6. Keberlanjutan Jaminan Sosial & Penanggulangan Kemiskinan 7. Ketahanan Pangan & Air. 8. Ketahanan Energi 9. Reformasi Birokrasi

STRATEGI UTAMA INISIATIF STRATEGIK Strategi utama dioperasionalisasikan dalam inisiatif strategik Pengembangan potensi melalui Koridor Ekonomi Mendorong investasi BUMN, Swasta Nasional dan FDI dlm skala besar di 22 Kegiatan Ekonomi Utama (mendorong realisasi investasi melalui percepatan terselesainya hambatan yang dihadapi pelaku) Memperkuat konektivitas nasional Mempercepat kemampuan SDM dan IPTEK Nasional Sinkronisasi rencana aksi nasional untuk merevitalisasi kinerja sektor riil (penetapan jadwal penyelesaian masalah peraturan nasional dan infrastruktur utama nasional) Pengembangan Center of Excellence di Setiap Koridor Ekonomi (mendorong pengembangan SDM dan IPTEK sesuai kebutuhan peningkatan daya saing) Inisiatif Strategik adalah sebagai katalis terjadinya percepatan. Hal ini juga bisa memberikan dampak keyakinan para pengusaha atas upaya pemerintah Slide 12

STRATEGI 1: PENGEMBANGAN POTENSI DAERAH MELALUI 6 KORIDOR EKONOMI Banda Aceh Medan Batam Pekanbaru Pontianak Samarinda Palu Jambi Padang Palangkaraya Mamuju Palembang Pangkal Pinang Bengkulu Banjarmasin Lampung Makassar Jakarta Semarang Surabaya Serang Mataram Jogjakarta Denpasar Manado Gorontalo Kendari Kupang Ternate Manokwari Sorong Ambon Jayapura Wamena Merauke

Slide 14 Dalam rangka merumuskan strategi dan kebijakan, MP3EI mempertimbangkan posisi geo-strategis Indonesia dalam skala regional maupun global. Posisi geo-strategis tersebut membentuk keunggulan dan keunikan masing-masing pulau besar yang akan menjadi pilar utama dalam rangka mencapai visi 2025. POSISI STRATEGIS INDONESIA DAN PENGEMBANGAN KORIDOR EKONOMI Perwujudannya dapat dimaknai dengan pendefinisian peran strategis masing-masing pulau besar yang nantinya membentuk 6 koridor ekonomi. Dengan demikian, pengembangan 6 koridor ekonomi harus diselenggarakan secara terintegrasi, tidak terpisah-pisah untuk memaksimalkan percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi di seluruh tanah air.

Slide 15 Banda Aceh 1 KE Sumatera 2 KE Jawa Medan Batam Pekanbaru Pontianak Samarinda Palu Jambi Padang Palangkaraya Mamuju Palembang Pangkal Pinang Bengkulu Banjarmasin Lampung Makassar Jakarta Semarang Surabaya Serang Mataram Jogjakarta Denpasar 3 KE Kalimantan 6 KORIDOR EKONOMI INDONESIA 1 2 3 4 5 Gorontalo Kendari Manado Kupang Ternate Ambon Sorong 6 Manokwari Pusat ekonomi mega Pusat ekonomi Jayapura Wamena Merauke 4 KE Sulawesi 5 KE Bali Nusa Tenggara 6 KE Papua Kep. Maluku Maluku Utara diintegrasikan ke dalam Koridor Ekonomi Papua - Maluku, sehingga menjadi Koridor Ekonomi Papua Kep. Maluku. Mempertimbangkan keterikatan sosial-budaya masyarakat Maluku Utara dengan Maluku Mempertimbangkan masukan KADIN 15 Maret 2011 dan usulan Pemerintah Daerah 22 Maret 2011

Slide 16 TEMA PEMBANGUNAN KORIDOR EKONOMI Berdasarkan Keunggulan dan Potensi Strategis Masing-masing Wilayah Koridor Sumatera "Sentra Produksi dan Pengolahan Hasil Bumi dan Lumbung Energi Nasional" Koridor Jawa "Pendorong Industri dan Jasa Nasional" Koridor Kalimantan "Pusat Produksi dan Pengolahan Hasil Tambang & Lumbung Energi Nasional" Koridor Bali - Nusa Tenggara Koridor Sulawesi ''Pusat Produksi dan Pengolahan Hasil Pertanian, Perkebun an, dan Perikanan serta Pertambangan Nikel Nasional'' ''Pintu Gerbang Pariwisata dan Pendukung Pangan Nasional'' Pusat Pengembangan Pangan, Perikanan, Energi dan Pertambangan Nasional Koridor Papua Kep. Maluku

Slide 17 Untuk mempercepat Transformasi Ekonomi, Masterplan perlu fokus pada Program Utama Penetapan Program Utama & kegiatan ekonomi utama Menyusun langkah-langkah spesifik dan nyata, bukan pada tataran konsep dan umum sehingga dapat memberikan kontribusi secara langsung dan signifikan bagi pertumbuhan dan penciptaan lapangan kerja. Mempertajam perumusan kebijakan serta reformasi peraturan yang menghambat pertumbuhan. Mempermudah dan meningkatkan kualitas pelaksanaan monitoringevaluasi dari kinerja pelaksanaan

Slide 18 PENETAPAN KEGIATAN UTAMA Telah diidentifikasi 8 program utama yang meliputi 18 bidang kegiatan ekonomi Namun dari proses aspirasi sektor terdapat tambahan kegiatan-kegiatan utama. Oleh karena itu, Tim Pengarah telah menyepakati 8 program yang meliputi 22 bidang kegiatan utama (+ perkayuan, kakao, pertahanan/alutsista, peternakan).

Slide 19 SEBARAN KEGIATAN UTAMA BERDASARKAN KORIDOR EKONOMI Sumatera Jawa Kalimantan Kelapa Sawit, Karet, Batubara, Besi-Baja, JSS Industri Man-Min, Tekstil, Permesinan Transportasi, Perkapalan, Alutsista, Telematika, Metropolitan Jadebotabek Kelapa Sawit, Batubara, Alumina/Bauksit, Migas, Perkayuan, Besi-Baja Sulawesi Pertanian Pangan, Kakao, Perikanan, Nikel, Migas Bali NT Papua Kep. Maluku Pariwisata, Peternakan, Perikanan Food estate, Tembaga, Peternakan, Perikanan, Migas, Nikel

Slide 20 BERDASARKAN DISKUSI, DISUARAKAN BEBERAPA REGULASI DAN PERIJINAN YANG MEMERLUKAN DEBOTTLENECKING, YAITU: 1 Mempercepat penyelesaian peraturan pelaksanaan undang-undang 2 Menghilangkan tumpang tindih antar peraturan yang sudah ada baik di tingkat pusat dan daerah, maupun antara sektor/lembaga 3 Merevisi atau menerbitkan peraturan yang sangat dibutuhkan untuk mendukung strategi MP3EI (seperti Bea keluar beberapa komoditi). 4 Memberikan insentif kepada kegiatan-kegiatan utama yang sesuai dengan strategi MP3EI 5 Mempercepat dan menyederhanakan proses serta memberikan kepastian perijinan

STRATEGI 2: PENGEMBANGAN KONEKTIVITAS INTRA DAN INTER KORIDOR SERTA INTERNASIONAL

Slide 22 MEMBANGUN KONEKTIVITAS NASIONAL: UNTUK MENDORONG PERTUMBUHAN TINGGI YANG INKLUSIF Locally integrated and globally connected ELEMEN UTAMA Menghubungkan pusat-pusat pertumbuhan utama untuk memaksimalkan pertumbuhan berdasarkan prinsip keterpaduan, bukan keseragaman. Memperluas pertumbuhan dengan menghubungkan daerah tertinggal dengan pusat pertumbuhan melalui inter-modal supply chain systems. Menghubungkan daerah terpencil dengan infrastruktur & pelayanan dasar dalam menyebarkan manfaat pembangunan secara luas. (pertumbuhan yang inklusif) Integrasi ekonomi untuk penyebaran manfaat dan konvergensi standar hidup

Slide 23 PENETAPAN GERBANG PELABUHAN DAN BANDAR UDARA INTERNASIONAL DI MASA DEPAN (1/2) Latar Belakang Lemahnya sistem logistik nasional, terutama yang terkait dengan pola logistik ekspor impor Pelabuhan Batam yang belum berfungsi secara optimal Dari 25 pelabuhan utama nasional, tidak satu pun mempunyai kemampuan sebagai global hub port Pelabuhan Laut Tanjung Priok dan Tanjung Perak serta Bandar Udara Soekarno-Hatta sudah mengalami over-capacity Tujuan Pencapaian Menurunkan beban logistik yang selama ini terpusat di Pulau Jawa (inner island) Mendistribusikan secara merata ke pusat-pusat hub internasional Mempercepat pemerataan (perluasan pembangunan ekonomi) Penerapan asas cabotage dengan lebih optimal Pemanfaatan ekonomis Selat Malaka & tiga Arus Laut Kepulauan Indonesia secara lebih optimal Konsep & Lokasi global hub di Barat & Timur Indonesia Penetapan dua pelabuhan hub internasional sebagai pintu gerbang laut, satu di bagian barat Indonesia, satu di bagian Timur Indonesia Penetapan dua bandar udara hub internasional sebagai pintu gerbang udara satu di bagian barat Indonesia, satu di bagian Timur Indonesia Kuala Namu di bagian Barat Indonesia, Hasanuddin di Bagian Timur Indonesia

Slide 24 PENETAPAN KONSEP GERBANG PELABUHAN DAN BANDAR UDARA INTERNASIONAL DI MASA DEPAN (2/2) SLOC MALACA K Tanjung Bitung PANJANG CILAMAYA MAKASAR ALKI-I RD. INTAN CILACAP TL. LEMBAR ALKI-II ALKI-III ALKI-III B ALKI-III C Sea Line Of Communication (SLOC) and ALKI Jalur Laut Nasional Primer Pelabuhan Hub Global Jalur Laut Nasional Sekunder Jalur Utama Darat (Jalan dan / atau KA) Pelabuhan Primer MAIN INT. AIRPORT

STRATEGI 3: PENINGKATAN KAPASITAS SDM DAN IPTEK DI DALAM KORIDOR

INOVASI DAN PERTUMBUHAN EKONOMI 2010-2025 Slide 26 Pendapatan per kapita (US$) Kita harus menuju ke ke tahap untuk bisa berdaya saing Innovation Driven Economy Efficiency Driven Economy

Slide 27 PERCEPATAN TRANSFORMASI INOVASI DALAM EKONOMI Pengembangan modal manusia berbasis ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi secara terencana dan sistematis Memasukkan unsur Sistem Inovasi Nasional (SINAS) dan berbagai upaya transformasi inovasi dalam kegiatan ekonomi ROAD MAP: MASTER PLAN (MP)-2025 Road Map Transformasi Inovasi Ekonomi Inisiatif Strategik: 1. Revitalisasi Puspitek sebagai science and technology park 2. Pengembangan industrial park 3. Pembentukan klaster inovasi daerah untuk pemerataan pertumbuhan 4. Pengembangan industri strategis pendukung konektivitas 5. Penguatan aktor inovasi (SDM dan inovasi)

REKAPITULASI INDIKASI INVESTASI MP3EI SAMPAI DENGAN 2014

Slide 29 TOTAL INDIKASI INVESTASI YANG TERIDENTIFIKASI ~3.350 TRILIUN RUPIAH 3,000 Indikasi Investasi 6 koridor Triliun Rupiah 122 602 3,348 Nilai Investasi menurut sumber pembiayaan 295 2,000 704 44% Swasta 1,000 1,079 20% BUMN 0 546 8% Pemerintah % investasi per koridor Sumatera Jawa Kalimantan Sulawesi Bali NT Papua - Kep Maluku 16% 32% 21% 9% 4% 18% Total 27% Campuran

INDIKASI INVESTASI KEGIATAN UTAMA KORIDOR Slide 30 Indikasi investasi pada kegiatan utama koridor Sumatera Jawa Kalimantan Sulawesi Bali NT Papua Maluku Total 6 koridor (IDR Tn) 1 Besi baja 63.5-36.4 - - - 99.9 2 Makanan minuman - 25.5 - - - - 25.5 3 Tekstil - 1.8 - - - - 1.8 4 Peralatan transportasi - 16.8 - - - - 16.8 5 Perkapalan 6.3 9.0 - - - - 15.3 6 Nikel - - - 101.2-83.0 184.2 7 Tembaga - - - - - 197.2 197.2 8 Bauksit - - 62.2 - - - 62.2 9 Kelapa sawit 38.2-25.8 - - - 64.0 10 Karet 3.0 - - - - - 3.0 11 Pertanian pangan - - - 16.7-80.0 96.7 12 Pariwisata - - - - 60.6-60.6 13 Telematika - 0.0 - - - - 0.0 14 Batubara 20.8-177.7 - - - 198.5 15 Migas - - 229.3 69.2-50.0 348.6 16 Jabodetabek Area - 245.2 - - - - 245.2 17 JSS 100.0 - - - - - 100.0 18 Pertahanan/alutsista - 1.6 - - - - 1.6 19 Peternakan - - - - 7.0-7.0 20 Perkayuan - - 31.6 - - - 31.6 21 Kakao - - - 3.3 - - 3.3 22 Perikanan - - - 1.7 1.7 30.7 34.2 Investasi kegiatan utama koridor 231.8 299.9 563.0 192.2 69.3 440.9 1,797.1 Investasi infrastruktur 313.9 779.5 140.9 103.0 52.3 161.4 1,550.9 Total keg. utama & infrastruktur 545.7 1,079.3 703.9 295.2 121.6 602.2 3,348.0

Slide 31 RINCIAN INVESTASI INFRASTRUKTUR (dalam trilyun Rupiah) Sumatera Jawa Kalimantan Sulawesi Bali NT Papua Maluku Total 6 koridor 1 Infrastruktur Jalan 43.6 98.8 11.5 6.0 18.4 54.7 232.9 2 Infrastruktur Pelabuhan 17.0 22.0 10.4 3.3 0.2 53.0 105.9 3 Infras. Power & Energi 137.6 380.1 58.6 56.1 17.3 13.4 663.0 4 Infrastruktur Bandara 4.1 4.4 1.7 0.2 11.8 0.2 22.2 5 Infrastruktur Rel Kereta 43.2 222.2 39.8 - - - 305.2 6 Utilitas Air 0.0 10.2 0.3 0.1 0.1 0.1 10.8 7 Telematika 54.2 32.0 18.7 37.1 4.0 31.9 177.9 8 Infrastruktur lainnya 14.3 9.8-0.3 0.5 8.2 33.0 Total infrastruktur 313.9 779.5 140.9 103.0 52.3 161.4 1,550.9

Slide 32 INVESTASI INFRASTRUKTUR DAN KEGIATAN UTAMA BERDASARKAN ENTITAS PELAKSANA PROYEK INFRASTRUKTUR UNTUK MENDUKUNG 22 KEGIATAN EKONOMI UTAMA (Triliun Rp) Entitas pelaksana Sumatera Jawa Kalimantan Sulawesi Bali NT Papua Maluku Total 6 koridor Total % Total % Total % Total % Total % Total % Total % Total nilai proyek 313.92 100% 779.45 100% 140.88 100% 103.00 100% 52.32 100% 161.36 100% 1,550.92 100% Swasta 86.67 28% 146.80 19% 31.91 23% 41.57 40% 22.81 44% 8.92 6% 338.68 22% Pemerintah 95.05 30% 19.00 2% 17.57 12% 0.29 0% 0.19 0% 54.69 34% 186.79 12% BUMN 87.21 28% 283.04 36% 47.90 34% 25.81 25% 29.33 56% 0.78 0% 474.06 31% Campuran 44.98 14% 330.62 42% 43.50 31% 35.34 34% - 0% 96.96 60% 551.39 36% PROYEK DI 22 KEGIATAN EKONOMI UTAMA (Triliun Rp) Entitas pelaksana Sumatera Jawa Kalimantan Sulawesi Bali NT Papua Maluku Total 6 koridor Total % Total % Total % Total % Total % Total % Total % Total nilai proyek 231.79 100% 299.89 100% 563.04 100% 192.27 100% 69.31 100% 440.87 100% 1,797.16 100% Swasta 64.06 28% 56.64 19% 532.95 95% 102.72 53% 18.99 27% 372.47 84% 1,147.83 64% Pemerintah - 0% 51.55 17% - 0% 13.11 7% 14.47 21% 0.93 0% 80.06 4% BUMN 15.54 7% 89.42 30% 2.89 1% 52.97 28% 3.07 4% 36.99 8% 200.89 11% Campuran 152.19 66% 102.27 34% 27.20 5% 23.48 12% 32.78 47% 30.47 7% 368.38 20%

KONTRIBUSI INVESTASI DAN SERAPAN TENAGA KERJA BUMN DALAM MP3EI Hampir semua BUMN turut mendukung MP3EI, baik dari sisi produksi, dukungan infrastruktur, maupun dari pembiayaan KE 1: Sumatera, KE 2: Jawa, KE 3: Kalimantan, KE 4 : Sulawesi, KE 5: Bali-Nusa Tenggara, KE 6: Papua Kep. Maluku, JKT : Ibu Kota Slide 33

PETA INDIKASI INVESTASI

KORIDOR SUMATERA K1-(9)-1 Kawasan Sei Mangke- Kelapa Sawit 1 Banda Aceh Pelabuhan Utama - Hub International K. Tanjung K1-(9,16)-2 Kawasan Sawit Dumai Kelapa Sawit 2 IDR 2,50 T 1 IDR 5,36 T PEMERINTAH BUMN SWASTA Medan Sibolga Dumai Pekan Baru 2 Pelabuhan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam Ke Pontianak K1-(15)-3 Tanjung Api-Api, Tanjung Carat - Batubara IDR 1,8 T K1-(9)-4 3 4 Ibu Kota Provinsi/Pusat Ekonomi Simpul Perkebunan Karet Simpul Perkebunan Sawit Kawasan/Klaster Industri Simpul Pertamb. Batubara Jalur Penghubung Koridor Jaringan Pelayaran Domestik Jalan Kereta Api Jalur Utama Keluar Koridor K2-(2,4)-1 Banten - Makanan Minuman, Peralatan Transportasi IDR 6,17 T K1-(26)-6 Cilegon Besi Baja IDR 57,90 T 7 6 Padang Bengkulu Jambi 4 Bandar Lampung Serang 3 Palembang 5 7 6 Pangkal Pinang Jakarta Muara Enim, Pendopo Kelapa Sawit, Batubara IDR 16.29 T K1-(18,26)-5 Kawasan Strategis Nasional Selat Sunda Jembatan Selat Sunda IDR 100 T 5

KORIDOR JAWA Ke Batam Ke Pontianak K2-(16)-2 Jabodetabek Area IDR 221,30 T K2-(3,5)-7 Metropolitan Gerbang Kertosusila- Makanan Minuman, Perkapalan IDR 12,78 T Ke Kalimantan & Sulawesi 1 K2-(4)-3 6 Bogor - Peralatan Transportasi IDR 1,35 T K2-(2,3)-6 Selatan Jawa Tengah Makanan Minuman, Tekstil IDR 4,69 T 2 K2-(4,2)-4 5 Ke Balikpapan dan Samarinda Bekasi dan sekitarnya - Peralatan Transportasi, Makanan Minuman IDR 16,78 T K2-(18,3)-5 Bandung dan sekitarnya Alutsista, Tekstil IDR 1,4 T Ke Sulawesi 3 4 Serang Ke Banjarmasin Ke Indonesia Timur Ke Bagian Barat Sumatera Simpul Industri makanan Simpul Industri Tekstil Jakarta 2 Ibu Kota Provinsi/Pusat Ekonomi Simpul Manufaktur Mesin dan Alat Angkut 1 3 Bandung 4 9 9 PEMERINTAH SWASTA 9 Semarang 8 9 Surabaya 5 8 6 7 Yogyakarta Ke Bali & N. Tenggara Kawasan/Klaster Industri Jaringan Pelayaran Domestik Jalur Utama Keluar Koridor Jalur Penghubung Koridor Jalan Kereta Api BUMN K2-(23)-9 9 Jawa - Rel Kereta Api dan Kereta Api Cepat IDR 222,21 T K2-(23)-9 Jawa Tol Trans Jawa IDR 49,60 T 8 K2-(2)-8 Pasuruan-Malang Makanan Minuman IDR 2,06 T 7 Slide 36

KORIDOR KALIMANTAN Ke Batam K3-(8,9,14,20) -1 Kutai Timur, Maloy Tembaga,Bauksit/Alumina, Kelapa Sawit, Batubara, Perkayuan IDR 110,19 T Pel. Pontianak Pontianak 6 1 K3-(14,15,20) -2 2 K3-(15) -3 3 K3-(1,9,14,20) -4 4 Balikpapan, dsk Migas, Batubara, Perkayuan IDR 161,60 T Palangkaraya 5 Rapak dan Ganal Kaltim Migas IDR 70,00 T 7 8 Samarinda 2 1 Maloy Ke Bitung Pel. Maloy Pel. Balikpapan Ke Surabaya Kotabaru, Tanah Bambu, dsk Besi Baja,Kelapa Sawit, Batubara, Perkayuan 3 IDR 17,85 T K3-(1,9,21) -5 Lokus Barito, dsk Besi Baja,Kelapa Sawit, Perkayuan IDR 46,30 T K3-(8,9,20) -6 Pontianak, Mempawah, dsk Bauksit/Alumina,Kelapa Sawit, Perkayuan IDR 94,28 T K3-(23) -7 Kereta Api Batubara Kalimantan IDR 57,30T 5 6 7 Ke Bojonegoro Ke Semarang Banjarmasin Ke Semarang dan Surabaya 4 Ke Surabaya Ibu Kota Provinsi/ Pusat Ekonomi Simpul Kegiatan migas Simpul Batubara Simpul Perkayuan Simpul Kelapa Sawit Simpul Besi Baja Simpul Bauksit/Alumina Jalur Penghubung Koridor/ Trans Kalimantan Jalur Eksisting Jalan Kereta Api PEMERINTAH SWASTA BUMN Slide 37

KORIDOR SULAWESI Slide 38 K4-(11,15,22)-2 Makasar & sekitarnya Pertanian Pangan, Perikanan, Migas IDR 14,72 T K4-(6)-1 Mandiodo, Konawe, Kolaka - Nikel IDR 48,55 T 2 K4-(6)-3 Luwu - Nikel 1 IDR 23,10 T 3 K4-(15,21)-4 4 K4-(6,15)-5 K4-(15)-6 6 Mamuju Kakao, Migas Morowali Nikel, Migas Luwuk & Banggal - Migas IDR 14,73 T 7 IDR 40,30 T 5 IDR 55,10 T K4-(22)-7 Manado & sekitarnya Perikanan IDR 0,90 T 7 Ibu Kota Provinsi / Pusat Ekonomi 5 6 Simpul Pengolahan Nikel Simpul Pertanian Pangan Simpul Perkebunan Kakao Komplek LNG Kawasan EBT 4 1 3 Pemerintah BUMN Swasta Kawasan Industri Simpul Perikanan Jalur Eksisting Jaringan Pelayaran Domestik 2 Jalur Penghubung Koridor

KORIDOR BALI-NUSA TENGGARA Slide 39 K5 - (12, 22) -1 1 K5 - (12, 19) -2 2 K5 - (19, 22) -4 3 K5 - (19) -5 4 K5 - (22) -6 5 Denpasar Pariwisata, Perikanan Lombok Pariwisata, Peternakan Nagakeo Peternakan, Perikanan Flores Timur Peternakan Kupang Perikanan IDR 10,28 T IDR 30,30 T IDR 5,74 T IDR 1,00 T IDR 0,31 T Surabaya Ke Maluku & Papua 1 Denpasar Lombok Nagekeo 2 4 3 Flores Sumbawa Timur Kupang 5 Ibukota Provinsi/Pusat Ekonomi Simpul Kegiatan Peternakan Simpul Kegiatan Pariwisata Simpul Kegiatan Perikanan Jalur Penghubung Koridor Jalur Eksisting Jaringan pelayaran domestik PEMERINTAH BUMN SWASTA

KORIDOR KORIDOR PAPUA - MALUKU PAPUA KEP. MALUKU 1 K4-(12)-1 1 K4-(6)-2 2 K6-(12)-3 3 Morotai - Perikanan Halmahera Nikel Ambon Perikanan Sofifi 2 IDR 30,54 T IDR 83,00 T IDR 0,15 T 4 Sorong 7 Manokwari 4 K6-(16)-4 Sorong & Teluk Bintuni - Migas IDR 50,00 T 4 Ambon 3 Teluk Bintuni 5 7 Jayapura K6-(7)-5 Timika - Tembaga IDR 197,20 T 5 Ke Makassar & Surabaya Ibu Kota Provinsi/Pusat Ekonomi Simpul Kegiatan Pertanian Simpul Kegiatan Perikanan Simpul Kegiatan Pertambangan Tembaga Simpul Kegiatan Migas Simpul Pengolahan Nikel Kawasan Industri Ke Makassar & Surabaya Jalur Penghubung Poridor Jaringan Pelayaran Domestik Jalur Trans Papua Jalur Eksisting Timika PEMERINTAH BUMN SWASTA 7 6 Merauke K6-(11)-6 Merauke Pertanian Pangan IDR 80,00 T K6-(26)-7 Trans Papua IDR 50,00 T 6 7 Slide 40

DAFTAR DEBOTTLENECKING REGULASI & PERIJINAN YANG DIIDENTIFIKASI

Slide 42 DAFTAR DEBOTTLENECKING REGULASI & PERIJINAN YANG DIIDENTIFIKASI (1/3) NO REGULASI PENANGGUNG JAWAB USULAN WAKTU 1 UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan terkait dengan pasal-pasal kontrak kerja, outsourcing, dan pesangon (hanya 5 pasal) 2 UU No. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara mengenai ketidakpastian usaha masa ijin usaha 20+10+10 tahun, Mekanisme pengubahan dari Perjanjian karya pengusahaan pertambangan batubara (PKP2B) dan KK menjadi ijin usaha 3 Peninjauan Kembali UU No 22/2001 tentang Migas Penyederhanaan pola bisnis, mekanisme lex specialist penerapan perpajakan, kejelasan pengelola aset cadangan minyak nasional. 4 Percepatan penetapan RTRW Provinsi Konflik penggunaan lahan antara kawasan hutan, perkebunan dan pertambangan Kemennakertrans Kemen ESDM Kemen ESDM Kemen PU Kehutanan Pemda Des.2011 Des.2011 Des.2011 Des.2011 5 Percepatan pengesahan RUU Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Pembangunan BPN Juli 2011

Slide 43 DAFTAR DEBOTTLENECKING REGULASI & PERIJINAN YANG DIIDENTIFIKASI (2/3) NO REGULASI 6 Pelaksanaan PP No. 94/2010 tentang penghitungan penghasilan kena pajak dan pelunasan pajak penghasilan dalam tahun berjalan Perlu PMK tentang jenis-jenis industri yang layak menerima pembebasan pajak (tax holiday) PENANGGUNG JAWAB Kemenkeu USULAN WAKTU Des.2011 7 Revisi PP No. 62/2008 tentang Perubahan atas PP No.1/2007 tentang fasilitas pajak penghasilan untuk penanaman modal "di bidang tertentu dan atau di daerah tertentu" penetapan sub sektor baru sesuai prioritas MP3EI yang layak untuk menerima tax allowance (seperti untuk pajak gas Coal Bed Methane yang IRRnya kurang menarik jika tanpa insentif) Kemenkeu Juli 2011 8 Peninjauan kembali PMK 67/10 tentang Penetapan Barang Ekspor yang dikenakan Bea Keluar (BK) dan tarif BK dan mekanisme pengembalian dana BK untuk pengembangan sektor ybs melalui mekanisme DIPA Penerapan BK progresif untuk Kelapa Sawit, Karet, Kakao, termasuk industri turunannya (contohnya industri biodiesel) Kemenkeu Des.2011

Slide 44 DAFTAR DEBOTTLENECKING REGULASI & PERIJINAN YANG DIIDENTIFIKASI (3/3) NO REGULASI PENANGGUNG JAWAB USULAN WAKTU 9 Penetapan jaminan energi (migas & batubara) dan bahan baku (kelapa sawit, karet & kakao) untuk pengembangan industri hilir Penerapan DMO untuk Migas, Batubara, maupun Karet dan Kelapa Sawit 10 Percepatan pemisahan antara fungsi regulator (Otoritas Bandara/Pelabuhan) dan operator (Badan Usaha) untuk pelaksanaan: UU No. 1 Tahun 2008 Tentang Penerbangan, UU No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran; khusus UU No. 23 Tahun 2007 Tentang Perkeretaapian, pemisahan Badan Penyelenggara Prasarana dan Badan Penyelenggara Sarana. Des. 2011 Kemenhub Des. 2011 11 Revisi Perpres No 13/2010 tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur Kemenko, Kemenkeu Juni 2011

PENUTUP Kondisi perekonomian kita saat ini semakin membaik, dengan laju pertumbuhan yang semakin cepat. Hal ini menunjukkan program pembangunan kita sudah berada dalam arah yang benar. Namun demikian, masih ada hal-hal yang harus kita perbaiki agar program pembangunan kita dapat memberikan dampak yang lebih optimal terhadap perekonomian kita. Musrenbangnas adalah forum yang amat penting guna meningkatkan koordinasi dan dan sinkronisasi, baik dalam konteks lintaskementerian, lintas-daerah, maupun antara pusat dan daerah, sehingga dapat dilahirkan rumusan kebijakan yang memberi dampak yang lebih optimal terhadap perekonomian. Pengertian terhadap langkah-langkah kebijakan yang telah diambil dan pemahaman terhadap isu-isu strategis yang kita hadapi akan membantu kita dalam memformulasikan kebijakan ekonomi yang baik dan tepat.