ABSTRAK. Kata kunci: Petambak Garam, Saluran Pemasaran, Margin Pemasaran, Strategi Pengembangan Usaha

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia terbentang sepanjang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Program Studi Teknologi Hasil Perikanan STITEK Balik Diwa Makassar ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara kepulauan dan maritim terbesar di dunia. Selain

BAB I PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar penduduk

PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT DALAM KONSEP MINAPOLITAN

1 PENDAHULUAN. Tahun Manggis Pepaya Salak Nanas Mangga Jeruk Pisang

Boks 2. Ketahanan Pangan dan Tata Niaga Beras di Sulawesi Tengah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Purwadany Samuel Pouw, 2013

I. PENDAHULUAN. Arah kebijakan pembangunan pertanian yang dituangkan dalam rencana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemerintah memiliki peran vital untuk memajukan sumberdaya

KAJIAN POTENSI SUMBER DAYA ALAM BERBASIS EKSPORT

TINJAUAN PUSTAKA. mall, plaza, pusat perdagangan maupun sebutan lainnya; Pasar Tradisional adalah

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam

ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KONSEP MINAPOLITAN DI INDONESIA. Oleh: Dr. Sunoto, MES

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ujang Muhaemin A, 2015

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan terigu dicukupi dari impor gandum. Hal tersebut akan berdampak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara agraris yang subur tanahnya dan berada di

perluasan kesempatan kerja di pedesaan, meningkatkan devisa melalui ekspor dan menekan impor, serta menunjang pembangunan wilayah.

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara kepulauan yang memiliki pulau dengan panjang garis pantai

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Volume 5 No. 1 Februari 2017 ISSN:

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

I. PENDAHULUAN. (b) Mewujudkan suatu keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia.

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. di Indonesia. Selain sebagai sumber pendapatan masyarakat tani pekebun,

PERANCANGAN PROGRAM. 6.5 Visi, Misi dan Tujuan Pembangunan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lampung Barat

I. PENDAHULUAN. dari penangkapan ikan di laut. Akan tetapi, pemanfaatan sumberdaya tersebut di

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pertanian merupakan suatu jenis produksi yang berlandaskan pada

BAB I PENDAHULUAN. perembesan air asin. Kearah laut wilayah pesisir, mencakup bagian laut yang

BAB I PENDAHULUAN. Gula merupakan salah satu komoditas strategis dalam perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan PDB Kelompok Pertanian di Indonesia Tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

ABSTRAK DAN EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN PEMBINAAN PERAN INDUSTRI BERBASIS TEBU DALAM MENUNJANG SWASEMBADA GULA NASIONAL.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

10 REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN KUPANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian memegang peranan

I. PENDAHULUAN. potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di

Boks 1 POTENSI KELAPA DALAM DI SULAWESI TENGGARA

beberapa desa salah satunya adalah Desa Yosowilangun Kidul

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I.PENDAHULUAN Pada Pembangunan Jangka Panjang Kedua (PJP II) yang sedang berjalan,

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

STRATEGI KEMITRAAN UMKM PENGOLAH IKAN DI KABUPATEN REMBANG. Anik Nurhidayati 1), Rikah 2) 1

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu mempunyai peran cukup besar dalam memenuhi kebutuhan pangan

Jurnal UNIERA Volume 2 Nomor 2; ISSN

BAB VIII STRATEGI DAN PERENCANAAN PROGRAM

REKOMENDASI KEBIJAKAN PANEL KELAUTAN DAN PERIKANAN NASIONAL (PANELKANAS)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA. Oleh : RIKA PURNAMASARI A

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Secara umum pemasaran adalah proses aliran barang yang terjadi di dalam pasar.

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. China Germany India Canada Australia Mexico France Brazil United Kingdom

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri.

PENGEMBANGAN DODOL WORTEL DESA GONDOSULI KECAMATAN TAWANGMANGU KABUPATEN KARANGANYAR

V. PENDEKATAN SISTEM 5.1. Analisis Kebutuhan Pengguna 1.) Petani

industri dalam negeri, meningkatkan ekspor, meningkatkan pendapatan petani, Peningkatan pengembangan sektor pertanian menuntut perhatian khusus dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa pertanian merupakan hal yang sangat

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia masih memegang peranan penting dari

BAB I PENDAHULUAN. petani, mengisyaratkan bahwa produk pertanian yang dihasilkan harus memenuhi

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang. peluang karena pasar komoditas akan semakin luas sejalan dengan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam mengambil sampel responden dalam penelitian ini

Draft rekomendasi: Pengembangan sistem informasi manajemen pasar dan pemasaran garam di Indonesia. (P2HP dan KP3K)

BAB I PENDAHULUAN. dalam rangka memenuhi kebutuhan gizi manusia. Perikanan budidaya dinilai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

III. RUMUSAN, BAHAN PERTIMBANGAN DAN ADVOKASI ARAH KEBIJAKAN PERTANIAN 3.3. PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN : ALTERNATIF PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional yang dicanangkan oleh pemerintah. Tidak dapat

Politik Pangan Indonesia - Ketahanan Pangan Berbasis Kedaulatan dan Kemandirian Jumat, 28 Desember 2012

VII. KINERJA LEMBAGA PENUNJANG PEMASARAN DAN KEBIJAKAN PEMASARAN RUMPUT LAUT. menjalankan kegiatan budidaya rumput laut. Dengan demikian mereka dapat

Ringkasan Eksekutif Analisis Efektivitas Kebijakan Subsidi Pupuk dan Benih: Studi Kasus Tanaman Padi dan Jagung 1

PEDOMAN UMUM INDUSTRIALISASI KELAUTAN DAN PERIKANAN

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun

V. KERAGAAN INDUSTRI GULA INDONESIA

I. PENDAHULUAN. komoditas yang diunggulkan di sektor kelautan dan perikanan.. Tujuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

Renstra BKP5K Tahun

BISNIS OLAHAN IKAN PARI DI PANTURA JAWA TENGAH

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pelaksanaan Strategi

ANALISIS PEMASARAN JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) DI KOTA PEKANBARU

VIII. ARAHAN PENGELOLAAN KEGIATAN BUDIDAYA RUMPUT LAUT

I. PENDAHULUAN. Gambar 1 Proyeksi kebutuhan jagung nasional (Sumber : Deptan 2009, diolah)

I. PENDAHULUAN. pertanian. Indonesia memiliki beragam jenis tanah yang mampu. menyuburkan tanaman, sinar matahari yang konsisten sepanjang tahun,

I. PENDAHULUAN. komoditas utama penghasil serat alam untuk bahan baku industri Tekstil dan

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar

I. PENDAHULUAN. menghasilkan barang dan jasa, usaha kecil mikro, dan menengah adalah usaha

I. PENDAHULUAN. Di Indonesia, pertanian sayuran sudah cukup lama dikenal dan dibudidayakan.

TATA NIAGA SALAK PONDOH (Salacca edulis reinw) DI KECAMATAN PAGEDONGAN BANJARNEGARA ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang

RINGKASAN PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN TINGGI

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Transkripsi:

ANALISIS TATA NIAGA GARAM UNTUK PENGEMBANGAN USAHA GARAM RAKYAT DI KABUPATEN PANGKEP Heriansah dan Fathuddin Sekolah Tinggi Teknologi Kelautan (STITEK) Balik Diwa Makassar Email: heri_nc@ymail.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengetahui rantai tata niaga dan margin pemasaran, (2) Menyusun strategi pengembangan usaha garam rakyat. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei sampai Oktober 2014 di Kecamatan Labakkang sebagai lokasi produsen dan Kota Pare-Pare, Kota Palopo, dan Kota Makassar sebagai lokasi distributor dan konsumen. Metode yang digunakan adalah metode survey dengan peubah penelitian meliputi rantai tata niaga, margin dan efisiensi pemasaran serta lingkungan internal dan eksternal tata niaga. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, interview, dan dokumentasi. Data dianalisis melalui analisis margin pemasaran dan analisis SWOT. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat teknologi yang digunakan masyarakat penggaram di Kecamatan Labakkang pada umumnya masih tradisional sehingga mutu garam relatif rendah. Tata niaga memiliki 3 saluran pemasaran yaitu : (a) Petani Garam- Pengumpul-Pengolah-Pengecer-Konsumen, (b) Petani Garam-Pengumpul- Pengecer-Konsumen, dan (c) Petani Garam-Pengumpul-Industri. Margin pada saluran yang garam olahan Rp. 3.400,- sedangkan tanpa olahan Rp. 1.400,- atau selisih Rp. 2.000,- (25,2%). Identifikasi faktor kekuatan meliputi : lahan yang luas dan milik sendiri, menguasai teknik pembuatan garam tradisional, dan tenaga kerja yang banyak. Faktor kelemahan meliputi: tingkat pendidikan relatif rendah, teknologi masih sederhana, modal sendiri, jasa finansial terbatas, dan aksebilitas wilayah tertentu. Faktor peluang meliputi: permintaan tinggi, harga jual tinggi pada musim tertentu, dukungan pemerintah, dan inovasi teknologi pengembangan, sedangkan faktor ancaman meliputi: pasar bebas, kompetitor, keamanan usaha, dan kondisi cuaca. Strategi pengembangan usaha garam rakyat antara lain: peningkatan produksi, intensifikasi, peningkatan kapasitas manajemen pemasaran, memaksimalkan penggunaan bantuan, meningkatkan akses pasar, dan percepatan perbaikan kapasitas sumberdaya. Kata kunci: Petambak Garam, Saluran Pemasaran, Margin Pemasaran, Strategi Pengembangan Usaha PENDAHULUAN Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan (Pangkep) yang membentang di bagian barat Provinsi Sulawesi Selatan, wilayahnya terbagi menjadi tiga bagian, yaitu pesisir, daratan tinggi dan kepulauan. Panjang garis pantai di daratan utama 42,57 km, sedangkan panjang garis pantai rangkaian kepulauannya 63,57 km. Wilayah kepulauan yang terdiri dari 114 pulau secara administratif berada dalam empat kecamatan kepulauan (BPS, 2014). Karakteristik geografis ini menempatkan Kabupaten Pangkep memiliki potensi sumberdaya laut yang sangat besar, meliputi hutan mangrove, terumbu karang, garam, serta beragam jenis ikan-ikan ekonomis dan biota laut lainnya. Kabupaten Pangkep merupakan salah satu kabupaten yang telah mengembangkan kawasan minapolitan. Rencana Zonasi Rinci Kawasan Minapolitan Kabupaten Pangkep Tahun 2011-2015 menetapkan Kecamatan Labakkang sebagai sentra produksi garam. Pada kawasan ini dirancang bentuk kegiatan budidaya perikanan dengan luas areal lahan tambak yang diarahkan untuk implementasi produksi garam adalah seluas 787,42 hektar yang tersebar di Desa Borima Sunggu 156,67 hektar dan Desa Bonto Manai 630,75 hektar (DKP Pangkep, 2011). Garam merupakan salah satu kebutuhan pokok konsumsi rumah tangga dan industri yang tidak dapat digantikan dan merupakan barang komoditas yang diperdagangkan, baik pada sektor 1

lokal maupun nasional bahkan internasional. Setiap orang mengkonsumsi lebih kurang 4 (empat) kilogram garam per tahun dalam bentuk aneka pangan (KKP, 2010). Potensi sumberdaya garam di Indonesia sebagai komoditas strategis ternyata belum mampu meningkatkan kesejahteraan para petambak garam. Salah satu isu sentral penyebab rendahnya pendapatan petambak garam adalah tata niaga garam. Saluran pemasaran garam melibatkan beberapa lembaga pemasaran. Posisi tawar komunitas petambak garam sangat lemah disebabkan jalur tata niaga garam khususnya garam konsumsi belum efisien sehingga harga yang diterima petani garam jauh lebih rendah dibandingkan harga di tingkat konsumen, ketergantungan petani garam terhadap tengkulak sehingga petambak garam tidak berdaya dalam menentukan harga, dan beberapa faktor lain yang dapat melemahkan posisi tawar petambak garam. Pengumpulan informasi tata niaga merupakan salah satu pendekatan fungsional yang sangat strategis dalam menentukan strategi pengembangan usaha. Kualitas suatu strategi sangat dipengaruhi oleh informasi yang melandasi lahirnya strategi tersebut. Riset tata niaga yang kuat akan menjadi suatu keunggulan bagi produsen dan konsumen karena kemampuannya melihat potensi, karakteristik, dan perilaku tata niaga yang nantinya digunakan untuk membangun perencanaan pengembangan usaha yang tepat. MATERI DAN METODE Penelitian ini tergolong dalam jenis penelitian deskriptif dengan metode penelitian survey. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Oktober 2014. Lokasi penelitian ini dilaksanakan berdasarkan ruang lingkup lokasi tata niaga garam rakyat, yaitu lokasi produsen di Kabupaten Pangkep dan lokasi distributor serta konsumen di Kota Pare-Pare, Kota Palopo, dan Kota Makassar. Paramater yang diukur adalah rantai tata niaga, margin dan efisiensi pemasaran serta lingkungan internal dan eksternal tata niaga. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi, interview, dan dokumentasi. Data dianalisis melalui analisis margin pemasaran, analisis SWOT, dan analisis deskriptif. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kegiatan pembuatan garam di Kabupaten Pangkep, khususnya di Kecamatan Labakkang menurut informasi yang dihimpun pada saat survey, telah lama dikembangkan, namun karena faktor cuaca dan pertimbangan harga, kegiatan pembuatan garam rakyat sempat mengalami penurunan. Namun, sejak pemerintah Kabupaten Pangkep mengimplementasikan Program Usaha Garam Rakyat (PUGAR), maka kegiatan pembuatan garam mulai menggeliat kembali, hal ini dibuktikan pada tahun 2011, jumlah tambak garam di Kabupaten Pangkep telah mencapai 100 hektar (DKP, 2011). Program Usaha Garam Rakyat (PUGAR) merupakan program nasional yang didanai oleh pemerintah pusat. Khusus di Provinsi Sulawesi Selatan, hanya Kabupaten Pangkep yang mendapatkan program PUGAR dengan membina beberapa kelompok yang sudah diterapkan sejak tahun 2011. Garam yang diproduksi oleh petani anggota PUGAR dipasarkan di beberapa kota di wilayah Sulawesi, meski garam rakyat itu masih membutuhkan penanganan iodiumnisasi agar dapat dipasarkan untuk konsumsi rumah tangga. 2

Umumnya tingkat teknologi yang digunakan masyarakat penggaram di Kecamatan Labakkang masih tradisional dan sederhana.pola unit penggaraman dilakukan dengan sistem bertingkat di lahan yang luasnya rata-rata 0,1-0,2 hektar. Dalam proses pemanfaatan lahan, petani garam biasanya mengolah lahan tersebut dengan mempekerjakan 3 sampai 4 pekerja untuk luas lahan sekitar 1 hektar, sedangkan para petani garam yang mempunyai lahan penggaraman yang lebih dari 4-5 hektar, para pemilik lahan mempekerjakan 5 sampai 6 orang pekerja. Ketika musim penghujan, pemanfaatan lahan beralih fungsi sebagai tambak atau empang, namun petambak yang memanfaatkan lahan penggaraman menjadi tambak tidak banyak. B. Tata Niaga Pemasaran Garam Tata niaga garam tidak terlepas dari 3 hal pokok yang sering menjadi masalah bagi petambak garam, yaitu harga, mutu, dan distribusi produk. Harga, di tingkat petambak garam masih bergantung pada mekanisme pasar, walaupun dari beberapa peraturan yang berlaku sampai saat ini terdapat patokan harga di tingkat pengepul di sentra-sentra garam rakyat. Namun patokan harga tersebut bukan harga dasar berdasarkan tingkatan kualitas, tetapi harga minimal yang harus dicapai pihak produsen/ importir dalam pembelian garam rakyat sebagai syarat untuk mendapatkan fasilitas importasi garam. Penentuan harga dalam realisasinya belum dilaksanakan, tidak dilakukan secara konsisten dan konsekuen meskipun telah ditetapkan dan diatur keputusan pemerintah pusat. Kuatnya posisi pihak pabrikan yang menempatkan orang-orang di daerah sentra untuk melaksanakan pembelian dengan harga di bawah ketentuan mengakibatkan petambak tidak punya alternatif pilihan. Kondisi tersebut membuat petambak garam pada posisi lemah. Belum adanya standarisasi mutu yang baku dan disepakati stakeholders terkait, setidaknya oleh petambak garam dan pihak pabrikan/ produsen garam olahan sangat merugikan petambak. Garam merupakan salah satu pelengkap dari kebutuhan pangan yang menjadi sumber elektrolit bagi tubuh manusia. Oleh karena itu, kebutuhan terhadap garam tidak dapat digantikan, di mana setiap orang mengkonsumsi 3-4 kg garam per tahun dalam bentuk aneka pangan (KKP 2010). Produksi garam rakyat pada tahun 2012 sebesar 2,02 juta ton atau sebesar 153,03% dari target yang ditetapkan. Kebutuhan garam nasional 2012 mencapai 3 juta ton dengan 1,8 juta untuk garam industri dan 1,2 juta ton garam konsumsi (KKP, 2013). Masa panen garam normal umumnya sekitar 4 5 bulan. Apabila dibandingkan antara kebutuhan nasional dan kemampuan produksi maka produksi nasional hanya mampu memenuhi kebutuhan konsumsi saja. Belum lagi bahwa dari seluruh kualitas produksi nasional belum tentu dapat seluruhnya langsung dikonsumsi dan kebanyakan masih memerlukan proses pengolahan lanjutan untuk dapat memenuhi persyaratan konsumsi. Hasil survei industri yang membutuhkan garam antara lain adalah: Pabrik es, pengesan ikan, ikan asin, pabrik kecap, industri pengolahan garam yodium. Kualitas garam yang dibutuhkan sangat bervariasi, baik dari segi warna maupun dari tingkat kekerasan. Spesifikasi kebutuhan garam disajikan pada Tabel 1. 3

Tabel 1. Spesifikasi Kebutuhan Garam (Hasil Survei, 2014) No Pengguna Warna Kelarutan Suplemen 1 Pabrik Es Putih Mudah Tidak 2 Pabrik Kecap - Mudah Tidak 3 Ikan Asin - Sedang Tidak 4 Pengolahan Garam Putih Tulang Sedang Tidak 5 Rumah Tangga Putih Sedang Iodium 6 Es Ikan - Mudah Tidak Kualitas garam yang dibutuhkan oleh pengolah garam Iodium butiran adalah yang putih tulang serta tingkatan kekerasan yang sedang, hal ini sesuai dengan permintaan konsumsi rumah tangga dimana kualitas ini tidak menyusahkan para ibu-ibu rumah tangga untuk mengolahnya, sedangkan untuk garam beriodium halus di butuhkan garam yang putih serta sangat keras. Petani garam di Kecamatan Labakkang melakukan panen setelah garam berumur tiga hari, ini menghasilkan kualitas garam yang mudah larut serta terkadang berwarna hitam, terutama pada awal musim garam. Kualitas garam seperti ini biasanya ditolak oleh pengolah garam dan pabrik es. Kualitas garam rakyat yang rendah tersebut menyebabkan pengolah garam tidak bersedia membeli garam rakyat dengan harga yang telah ditentukan oleh pemerintah. Ketidakmampuan petambak, karena luas lahan produksi yang kecil, menyebabkan petambak hanya dapat berproduksi secara sederhana. Garam rakyat yang pada umumnya dibuat dengan metode total kristalisasi, harus diolah kembali untuk dijadikan garam konsumsi maupun untuk garam industri. Rendahnya mutu garam rakyat juga dikarenakan minimnya infrastruktur yang menyebabkan ketidaklancaran air laut ke tambak-tambak garam akibat pendangkalan di saluran utama. Teknologi usaha garam yang belum memadai, proses produksi sejak tahap pemasukan bahan baku air laut sehingga proses pengemasan belum mencapai kualitas yang diharapkan sehingga garam yang dihasilkan petambak garam masih berupa garam garam kasar yang belum layak konsumsi. Berdasarkan hasil survey yang dilakukan terhadap petani garam, pedagang pengumpul, pedagang pengecer, pabrik es, pabrik kecap dan rumah tangga menunjukkan bahwa kualitas garam yang dibutuhkan sangat bervariasi dan belum ada yang membutuhkan garam yang berkualitas sangat baik (putih dan tidak mudah larut). Garam yang di produksi masyarakat Kecamatan Labakkang kebanyakan di jual ke luar Kabupaten Pangkep sebagaimana yang tersaji pada Tabel 2. Tabel 2. Lokasi Pemasaran Garam Kabupten Pangkep (Hasil Survei, 2014) No Kabupaten Keterangan 1 Palopo Pengolah Garam, Pabrik Es 2 Barru Pabrik Es, Es Ikan 3 Pare-Pare Pabrik Es, Es ikan 4 Mamuju Pabrik Es, Es Ikan, Ikan Asin 5 Pangkep Rumah Tangga, Ikan Asin, Pabrik Es, Es Ikan 6 Makassar Es Ikan, Pabrik Kecap Berdasarkan hasil wawancara diperoleh informasi bahwa Kabupaten Pangkep dan Kota Palopo adalah dua lokasi yang mempunyai permintaan yang besar. Jumlah pengolah garam beryodium di Kota Palopo sebanyak 6 pengusaha dengan jumlah kebutuhan garam setiap bulannya sekitar 500 ton, sedangkan kebutuhan garam di 4

Kabupaten Pangkep dengan jumlah penduduk sekitar 326.500 orang, maka jumlah kebutuhan garam untuk konsumsi rumah tangga perbulannya sekitar 49 ton. Selain itu masyarakat kepulauan juga membutuhkan garam untuk pengolahan ikan asin dan penanganan ikan dengan es. Hasil penelusuran tata niaga garam asal Kecamatan Labakkang didapat beberapa jalur berikut : 1. Petani Garam Pedagang Pengumpul Pengolah Pengecer Konsumen 2. Petani Garam Pedagang Pengumpul Pengecer Konsumen 3. Petani Garam Pedagang Pengumpul Industri Dalam penelusuran rantai tata niaga didapatkan pula harga dari masing-masing rantai tataniaga setiap kilogram garam. Data pada Tabel 3 menunjukkan bahwa margin yang diterima oleh petani dan yang dibayar oleh konsumen garam olahan adalah Rp. 3.400,- sedangkan margin antara petani dan konsumen garam tanpa olah adalah Rp. 1.400,-. Margin terbesar diterima oleh pengecer dan pengolah garam yaitu untuk tingkat pengecer garam yang telah diolah Rp. 1.800.-, menyusul yang diterima pengolah garam sebesar Rp. 1.300,- dan pengecer tanpa olah yaitusebesar Rp. 1.000,-. Tabel 3. Harga Garam pada Setiap Rantai Tata Niaga (Hasil Survei, 2014) No Pelaku Harga(Rp) Keterangan 1 Petani 600 Semua kualitas 2 Pedagang Tambah karung, 1.000 Pengumpul transpor 3 Pengolah Tambah Iodium 2.200 garam dan Kemas 4 Pengecer garam olahan 4.000-5 Pengecer tanpa olahan 2.000 - Hasil rantai tata niaga dan margin yang ada sangatlah sulit untuk dilakukan efisiensi sebab margin terbesar berada pada tingkat pengecer yang berada di luar Kabupaten Pangkep. Saluran pemasaran yang berada di luar wilayah usaha penggaraman sangat sulit dikontrol. Efisiensi dapat dikendalikan jika terjadi di pasar lokal tempat dilakukan proses penggaraman. Oleh karena itu usaha penggaraman yang dilakukan petani garam di Kabupaten Pangkep sebaiknya dilengkapi dengan usaha pengolahan garam dan kios-kios pemasaran, sehingga margin dapat terdistribusi secara proporsional yang pada akhirnya dapat meningkatkan penerimaan dikalangan petani garam. Oleh karena itu, perencanaan pemasaran garam perlu dioptimalkan melalui kemitraan terutama kepada pengolah garam dengan para pengguna garam. Pada bidang pemasaran, para petambak garam tidak dapat memasarkan (menjual) secara langsung kepada industri-industriyang menggunakan bahan baku/bahan tambahan garam. Hal ini dikarenakan para petambak garam telah terjerat hutang oleh para pedagang pengepol (tengkulak) dengan sistem ijon. Para tengkulak memberikan dana talangan untuk modal kerja, dengan syarat harus menjual hasil produksinya kepada tengkulak tersebut dengan harga yang ditentukan secara sepihak oleh tengkulak. Rantai pemasaran penjualan garam rakyat tersebut terputus pada pedagang pengepol (tengkulak) dan kontribusi margin pamasaran lebih banyak dinikmati para tengkulak dibandingkan yang dinikmati petambak karena harga jual dari tengkulak kepada industriindustri lain jauh lebih tinggi dari harga beli tengkulak tersebut kepada petambak. 5

Masuknya garam impor dengan harga yang relatif murah akhir-akhir ini mengakibatkan suplai garam di pasaran meningkat sehingga harga turun. Hal ini merugikan para petambak garam, karena pendapatan yang diperoleh akan menurun. Belum adanya kelembagaan petambak garam yang kuat, yang dapat melindungi kepentingan para petambak garam serta dapat menjadi mediator bagi petambak garam dalam menjalin kerjasama dengan pihak ketiga. Kondisi ini mengakibatkan para petambak garam masih banyak mengalami kesulitan dalam melakukan akses terhadap lembaga keuangan, akses pasar, akses teknologi, dan sebagainya. Pada bidang sumberdaya manusia, para pelaku petani penggaram umumnya belum didukung dengan keahlian dan ketrampilan yang memadai, terutama ketrampilan dan keahlian kewirausahaan, manajemen, teknik produksi, pengembangan produk, administrasi keuangan dan pemasaran hasil produksi. Padahal semua keahlian tersebut sangat diperlukan untuk mempertahankan mutu produk, peningkatan efisiensi dan produktivitas hasil serta memperluas pangsa pasar ataupun menembuspasar baru. Pada bidang keuangan, para petambak garam umumnya mengalami kesulitan untuk mendapatkan modal kerja maupun modal untuk investasi awal seperti membeli mesin peralatan dan sebagainya. Modal usaha yang dimiliki pelaku garam dan kecil seringkali tidak mencukupi untuk menjamin stabilitas kegiatan kegiatan usahanya. Sementara untuk mencari akses kredit dari lembaga perbankan juga masih menghadapi beberapa kendala antara lain: tidak ada jaminan, kesulitan menyusun proposal dan sebagainya, sehingga para petambak lebih banyak mengandalkan sumber-sumber keuangan informal yang mudah diperoleh seperti dari rentenir, tengkulak dan sebagiannya, yang seringkali sumber-sumber keuangan informal tersebut sangat merugikan (menjerat) petani. Di Sulawesi Selatan ada tiga kabupaten produsen garam dua lainnya adalah Kabupaten Jeneponto dan Takalar yang mempunyai kapasitas produksi yang lebih besar, selain itu menurut hasil survey garam asal Nusa Tenggara Barat telah menembus Sulawesi Selatan yang tentunya merupakan ancaman bagi produsen garam Kabupaten Pangkep. C. Strategi Pengembangan Berdasarkan hasil analisis data dan Focus Group Discussion (FGD), maka disusun matriks SWOT faktor-faktor internal dan eksternal yang berpengaruh dan alternatif strategi pengembangan usaha garam rakyat di Kabupaten Pangkep Provinsi Sulawesi Selatan sebagaimana yang tersaji pada Tabel 4. Berdasarkan analisis SWOT diperoleh lima strategi pengembangan usaha garam rakyat di Kabupaten Pangkep sebagai berikut : 1. Strategi SO : Mendorong peningkatan produksi melalui ekstensifikasi untuk menghasilkan garam kualitas standar sesuai kebutuhan pasar. Strategi ini dilakukan dengan cara memanfaatkan tenaga kerja baru yang tersedia dan lahan potensial yang belum tergarap. Dalam waktu yang bersamaan pengembangan teknologi pengolahan dan inovasi baru bagi tenaga kerja lama dan lahan produksi yang sudah mandiri untuk mengarahkan pada produksi garam beryodium dengan memanfaatkan bantuan fasilitas jasa keuangan/perbankan. 6

Ancaman (T) : Kebijakan pasar bebas, produs garam kualitas lebih tinggi beredar dalam wilayah konsumen yang sama, keamanan usaha, dan kondisi cuaca Faktor Eksternal Peluang (O) : Permintaan pasar yang tinggi dan belum terpenuhi, harga jual yang relelatif tinggi pada musim-musim tertentu, dukungan kebijakan pemerintah (bantuan), dan inovasi teknologipengembangan garam yodium Tabel 4. Matriks SWOT Faktor Internal daneksternal dan Strategi Pengembangan Faktor Internal Volume 5 Nomor 2Juli-Desember 2014 Kekuatan (S) : Kelemahan (W) : S-W-O-T Tersedia luas lahan yang potensial, dan sesuai secara ekologis, penguasaan lahan milik sendiri, petani garam menguasai teknis pembuatan garam tradisional, dan tenaga kerja yang tersedia cukup banyak Tingkat pendidikan petani garam relatif masih rendah, teknologi yang diterapkan masih sederhana, masih menggandalkan modal sendiri, pemanfaatan jasa finansial terbatas, dan sebagian wilayah masih susah diakses Strategi SO : Strategi WO : Mendorong peningkatan produksi melalui ekstensifikasi untuk menghasilkan garam kualitas standar sesuai kebutuhan pasar Intensifikasi kegiatan peningkatan kapasitas dalam manajemen pemasaran Memaksimalkan bantuan yang diberikan kepada penggarap untuk meningkatkan aksesibiltas sebagian wilayah produksi dan potensial serta peningkatan kualitas SDM terutama dalam manajemen pemasaran sehingga harga jual produksi garam semaksimal mungkin dapat tercapai Strategi ST : Strategi WT : Meningkatkan akses informasi pasar dan pada konteks jangka pendek kuantitas produksi garam menggunakan teknologi tradisional dipacu semaksimal mungkin dengan memanfaatkan luas lahan potensial yang sisa untuk menguasai pasar khususnya permintaan yang belum terpenuhi Mendorong percepatan perbaikan kapasitas sumberdaya mansia dan pemanfaatan sumberdaya lain termasuk jasa lembaga keuangan untuk dapat berkompetisi dalam industri garam baik lokal maupun regional Impelementasi strategi ini dapat dilakukan dengan cara ekstensifiksi lahan yang memperoduksi garam tanpa yodium sesuai standar kualitas kualitas standar sesuai kebutuhan pasar. Strategi ini dilakukan dengan cara memanfaatkan tenaga kerja baru yang tersedia selama ini. Dengan kekuatan luas lahan dan dan lahan potensial yang belum tergarap. ketersediaan tenaga kerja yang cukup maka implementasi strategi ini sangat mungkin untuk diterapkan sehingga peluang meraih pasar dan meningkatkan volume produksi dalam jangka pendek sangat potensial dapat tercapai. 2. Strategi SO : a. Mendorong peningkatan produksi melalui ekstensifikasi untuk menghasilkan garam Dalam waktu yang bersamaan pengembangan teknologi pengolahan dan inovasi baru bagi tenaga kerja lama dan lahan produksi yang sudah mandiri untuk mengarahkan pada produksi garam beryodium dengan memanfaatkan bantuan fasilitas jasa keuangan. Impelementasi strategi ini dapat dilakukan dengan cara ekstensifiksi lahan yang 7

memperoduksi garam tanpa yodium sesuai standar kualitas selama ini. Dengan kekuatan luas lahan dan ketersediaan tenaga kerja yang cukup maka implementasi strategi ini sangat mungkin untuk diterapkan sehingga peluang meraih pasar dan meningkatkan produksi dalam jangka pendek dapat tercapai. b. Intensifikasi kegiatan peningkatan kapasitas dalam manajemen pemasaran. Strategi ini merupakan salah satu upayayang bertujuan untuk mengoptimalkan pemanfaatan peluang pengembangan teknologi penggaraman secara profesional dalam rangka memasuki era persaingan pasar yang ketat pada masa yang akan datang. Program pelatihan, magang, percontohan dan studi banding sangat penting untuk meningkatkan kemampuan manajemen usaha yang berorientasi bisnis. Salah satu peluang penting terkait dengan variabilitas musiman harga dimana pada musim-musim tertentu harga garam sangat melonjak tinggi dapat dimanfaatkan dengan mengembangkan kemampuan manajemen pemasaran. 3. Strategi WO : Memaksimalkan bantuan yang diberikan kepada penggarap untuk meningkatkan aksesibiltas sebagian wilayah produksi dan potensial serta peningkatan kualitas SDM terutama dalam manajemen pemasaran sehingga harga jual produksi garam semaksimal mungkin dapat tercapai. Maksimalisasi bantuan pemerintah dalam program pengembangan garam harus tepatt sasaran dan tidak hanya menyentuk pada wilayah bantuan fisik berupa sarana dan fasilitas tetapi harus meliputi peningkatan kualitas SDM yang terkait dengan pemasaran. Peningkatan kualitas memungkin-kan untuk memanfaatkan peluang potensial seperti fluktuasi temporal harga melalui manajemen pemasaran dan ritme produksi dengan harga jual tertinggi. 4. Strategi ST : Meningkatkan akses informasi pasar dan pada konteks jangka pendek kuantitas produksi garam menggunakan teknologi tradisional dipacu semaksimal mungkin dengan memanfaatkan luas lahan potensial yang sisa untuk menguasai pasar khususnya permintaan yang belum terpenuhi. Strategi ini diupayakan secepat mungkin agar dapat unggul dalam persaingan sehingga ancaman persaingan bebas dapat dihindari. Produksi garam dengan kuantitas dan kualitas yang cukup memungkinkan untuk ekspansi pasar pada wilayah-wilayah dimana pesaing belum menjangkaunya sehingga proposi dan perluasan informasi pasar tetap berjalan dan unggul dalam kecepatan menguasai pasar/konsumen. 5. Strategi WT : Mendorong percepatan perbaikan kapasitas sumberdaya manusia dan pemanfaatan sumberdaya lain termasuk jasa lembaga keuangan untuk dapat berkompetisi dalam industri garam baik lokal maupun regional. Strategi ini harus sinergis dan simultan agar usaha pengembangan garam dapat menghindari ancaman dengan segala kelemahan yang dimiliki. Kelemahan berupa lemahnya SDM harus segera diaatasi melalu kegiatan intensifikasi kegiatan pelatihan dan studi banding agar wawasan dan skill para petani dan pengusaha garam mampu berkompetisi dalam persaingan usaha yang ketat terutama dengan penerapan pasar bebas pada masa yang akan datang. 8

KESIMPULAN 1. Tingkat teknologi yang digunakan masyarakat penggaram di Kecamatan Labakkang pada umumnya masih tradisional dan sederhana. 2. Tata niaga garam garam memiliki saluran pemasaran sebanyak 3 saluran yaitu :(a) Petani Garam Pedagang Pengumpul Pengolah Pengecer Konsumen,(b) Petani Garam Pedagang Pengumpul Pengecer Konsumen, dan (c) Petani Garam Pedagang Pengumpul Industri. 3. Margin pada saluran pemasaran yang mengecerkan garam olahan Rp. 3.400,- sedangkan pengeceran tanpa olahan Rp. 1.400,- atau selisih Rp. 2.000,- (25,2%). Oleh karena itu penggaram sebaiknya melakukan olahan sebelum dijual. 4. Strategi yang dapat digunakan dalam pengembangan usaha garam rakyat di Kabupaten Pangkep antara lain : (a) Mendorong peningkatan produksi, (b) Intensifikasi kegiatan peningkatan kapasitas manajemen pemasaran, (c) Memaksimalkan bantuan yang diberikan, (d) Meningkatkan akses informasi pasar dan (e) Mendorong percepatan perbaikan kapasitas sumberdaya manusia dan pemanfaatan sumberdaya lain termasuk jasa lembaga keuangan untuk dapat berkompetisi dalam industri garam. Hanafiah, A. M dan A. M. Saefuddin. 1986. Tataniaga Hasil Perikanan. Universitas Indonesia Press, Jakarta. KKP, 2010. Program Peningkatan Produksi Perikanan Budidaya Tahun 2010-2014. Makalah. Forum Akselerasi Pembangunan Perikanan Budidaya 2010, 11-14 Januari 2010, Makassar. Kotler, P., 2003. Manajemen Pemasaran : Analisis, Perencanaan, Implementasi, dan Pengendalian. Salemba Empat, Yogyakarta. Nazir, M., 1998. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia, Jakarta. Rangkuti, W., 1998. Analisis SWOT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Soekartawi, 1993. Prinsip Dasar Manajemen Pemasaran Hasil-Hasil Pertanian, Teori dan Aplikasinya. Rajawali Press, Jakarta. Swastha, B., 1998. Pengantar Bisnis Modern. Liberty, Yogyakarta. Singarimbun, M dan Effendi, S., 1999. Metode Penelitian Survei. LP3S, Jakarta. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S., 1998. Metodologi Penelitian. Bumi Aksara, Jakarta. DKP Kabupatan Pangkep, 2011. Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP3K) Kabupaten Pangkep BPS Kabupaten Pangkep, 2014. Kabupaten dalam Angka 2013. Pangkep. 9