SURVEY MICROGRAVITY UNTUK MONITORING PENGARUH INJEKSI DAN PRODUKSI SUMUR DI LAPANGAN SAGO-LIRIK RIAU. Abstraks

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III TEORI DASAR (3.1-1) dimana F : Gaya antara dua partikel bermassa m 1 dan m 2. r : jarak antara dua partikel

BAB 2 LANDASAN TEORITIS PERMASALAHAN

BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISA ANOMALI BOUGUER

ANALISA ANOMALI 4D MICROGRAVITY DAERAH PANASBUMI ULUBELU LAMPUNG PERIODE Muh Sarkowi

STUDI IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN DAN KEBERADAAN HIDROKARBON BERDASARKAN DATA ANOMALI GAYA BERAT PADA DAERAH CEKUNGAN KALIMANTAN TENGAH

STUDI IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN DAN KEBERADAAN HIDROKARBON BERDASARKAN DATA ANOMALI GAYA BERAT PADA DAERAH CEKUNGAN KALIMANTAN TENGAH

2 1 2 D. Berdasarkan penelitian di daerah

TEORI DASAR. variasi medan gravitasi akibat variasi rapat massa batuan di bawah. eksplorasi mineral dan lainnya (Kearey dkk., 2002).

V. INTERPRETASI DAN ANALISIS

BAB III METODE PENELITIAN

IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN BERDASARKAN DATA GAYABERAT DI DAERAH KOTO TANGAH, KOTA PADANG, SUMATERA BARAT

2014 INTERPRETASI STRUKTUR GEOLOGI BAWAH PERMUKAAN DAERAH LEUWIDAMAR BERDASARKAN ANALISIS SPEKTRAL DATA GAYABERAT

UNIVERSITAS INDONESIA IDENTIFIKASI BASIN DAN PENENTUAN STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN MENGGUNAKAN DATA GAYABERAT (STUDI KASUS CEKUNGAN SUMATERA SELATAN)

BAB II TEORI DASAR METODE GRAVITASI

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan penulis adalah metode penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Gayaberat merupakan salah satu metode dalam geofisika. Nilai Gayaberat di

MAKALAH GRAVITASI DAN GEOMAGNET INTERPRETASI ANOMALI MEDAN GRAVITASI OLEH PROGRAM STUDI FISIKA JURUSAN MIPA FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK

INTERPRETASI ANOMALI GAYA BERAT DAERAH LUWUK, SULAWESI TENGAH

ANALISIS PENURUNAN MUKA AIR TANAH DI SEKARAN DAN SEKITARNYA BERDASARKAN DATA ANOMALI GAYA BERAT MIKRO ANTAR WAKTU PERIODE 2013

BAB III PENGUKURAN DAN PENGOLAHAN DATA. Penelitian dilakukan menggunakan gravimeter seri LaCoste & Romberg No.

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian survei metode gayaberat secara garis besar penyelidikan

ANALISIS KETELITIAN PENGUKURAN GAYABERAT MENGGUNAKAN METODE GRID TERATUR DAN GRID ACAK

PEMETAAN STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN DAERAH PANAS BUMI MG DENGAN METODE GRAVITASI. Magfirah Ismayanti, Muhammad Hamzah, Lantu

BAB III. TEORI DASAR. benda adalah sebanding dengan massa kedua benda tersebut dan berbanding

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN

Unnes Physics Journal

III. TEORI DASAR. kedua benda tersebut. Hukum gravitasi Newton (Gambar 6): Gambar 6. Gaya tarik menarik merarik antara dua benda m 1 dan m 2.

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN... PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH... INTISARI... ABSTRACT... KATA PENGANTAR...

Pemodelan Gravity Kecamatan Dlingo Kabupaten Bantul Provinsi D.I. Yogyakarta. Dian Novita Sari, M.Sc. Abstrak

Pemodelan Sintetik Gaya Berat Mikro Selang Waktu Lubang Bor. Menggunakan BHGM AP2009 Sebagai Studi Kelayakan Untuk Keperluan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

commit to user 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Analisis Perubahan Densitas Bawah Permukaan Berdasarkan Data Gaya Berat Mikro Antar Waktu, Studi Kasus Di Semarang

BAB I PENDAHULUAN. lempeng besar (Eurasia, Hindia-Australia, dan Pasifik) menjadikannya memiliki

Yesika Wahyu Indrianti 1, Adi Susilo 1, Hikhmadhan Gultaf 2.

Gambar 4.1. Peta penyebaran pengukuran gaya berat daerah panas bumi tambu

III. TEORI DASAR. Dasar dari metode gayaberat adalah hukum Newton tentang gayaberat dan teori

BAB 2 TEORI DASAR. Gambar 2.1. Sketsa gaya tarik dua benda berjarak R.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

III. TEORI DASAR. variasi medan gravitasi di permukaan bumi. Metode gayaberat dilandasi oleh

BAB IV UNIT RESERVOIR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHALUAN. kondisi geologi di permukaan ataupun kondisi geologi diatas permukaan. Secara teori

Pendugaan Struktur Patahan Dengan Metode Gayaberat

BAB 3 GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB IV AKUISISI DAN PENGOLAHAN DATA

IV. METODOLOGI PENELITIAN

IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN DAERAH BATUI DENGAN MENGGUNAKAN ANALISA SECOND HORIZONTAL DERIVATIVE DAN FORWARD MODELLING

BAB I PENDAHULUAN. eksplorasi hidrokarbon, salah satunya dengan mengevaluasi sumur sumur migas

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Dengan batas koordinat UTM X dari m sampai m, sedangkan

PEMODELAN ANOMALI GRAVITASI MENGGUNAKAN METODE INVERSI 2D (DUA DIMENSI) PADA AREA PROSPEK PANAS BUMI LAPANGAN A

PEMETAAN ANOMALI BOUGUER LENGKAP DAN TOPOGRAFI SERTA PENENTUAN DENSITAS BOUGUER BATUAN DAERAH PANAS BUMI PAMANCALAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 2 TEORI DASAR 2.1 Metode Geologi

PENENTUAN STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN KOTA MAKASSAR DENGAN MENGGUNAKAN METODE GAYABERAT (GRAVITY)

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

PEMODELAN DINAMIKA MASSA RESERVOIR PANAS BUMI MENGGUNAKAN METODE 4D MICROGRAVITY

I.2 Latar Belakang, Tujuan dan Daerah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.3 Batasan Masalah Penelitian ini dibatasi pada aspek geologi serta proses sedimentasi yang terjadi pada daerah penelitian.

BAB IV PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA GEOFISIKA

SURVEI GAYA BERAT DAN AUDIO MAGNETOTELURIK (AMT) DAERAH PANAS BUMI PERMIS, KABUPATEN BANGKA SELATAN PROVINSI BANGKA BELITUNG

INTERPRETASI RESERVOIR HIDROKARBON DENGAN METODE ANALISIS MULTI ATRIBUT PADA LAPANGAN FIAR

Berdasarkan persamaan (2-27) tersebut, pada kajian laporan akhir ini. dilakukan kontinuasi ke atas dengan beberapa ketinggian (level surface) terhadap

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia Simposium Nasional IATMI 2009 Bandung, 2-5 Desember Makalah Profesional IATMI

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. berupa data gayaberat. Adapun metode penelitian tersebut meliputi prosesing/

Identifikasi Zona Patahan di Sebelah Barat Gunung Api Seulawah Agam Berdasarkan Nilai Anomali Gravitasi

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Sejarah eksplorasi menunjukan bahwa area North Bali III merupakan bagian selatan dari Blok Kangean yang

Pengantar Praktikum Metode Gravitasi dan Magnetik

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Maksud dan Tujuan

Laporan Tugas Akhir Studi analisa sekatan sesar dalam menentukan aliran injeksi pada lapangan Kotabatak, Cekungan Sumatera Tengah.

EKSPLORASI GAYA BERAT, oleh Muh Sarkowi Hak Cipta 2014 pada penulis GRAHA ILMU Ruko Jambusari 7A Yogyakarta Telp: ; Fax:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Cekungan Asri adalah salah satu cekungan sedimen penghasil hidrokarbon di

Tabel hasil pengukuran geometri bidang sesar, ketebalan cekungan dan strain pada Sub-cekungan Kiri.

Stratigrafi Seismik Laut Dangkal Perairan Celukanbwang, Bali Utara

BAB I PENDAHULUAN. Area penelitian terletak di area X Malita Graben yang merupakan bagian

BAB I PENDAHULUAN. cekungan penghasil minyak dan gas bumi terbesar kedua di Indonesia setelah

PENENTUAN SIFAT FISIK BATUAN RESERVOIR PADA SUMUR PENGEMBANGAN DI LAPANGAN RR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pliosen Awal (Minarwan dkk, 1998). Pada sumur P1 dilakukan pengukuran FMT

APLIKASI GAYABERATMIKRO SELANG WAKTU DALAM MENGIDENTIFIKASI PENGARUH INJEKSI-PRODUKSI FLUIDA DI LAPANGAN GEOTHERMAL KAMOJANG, JAWA BARAT

Nugroho Budi Raharjo * Widya Utama * Labolatorium Geofisika Jurusan Fisika FMIPA ITS ABSTRAK

SURVEI GAYA BERAT DAN AUDIO MAGNETOTELURIK (AMT) DAERAH PANAS BUMI PARIANGAN, KABUPATEN TANAH DATAR PROVINSI SUMATERA BARAT

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kegiatan eksplorasi perminyakan, batuan karbonat memiliki

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1

GEOMETRI BATUAN DASAR (BASEMENT) DAERAH SERANG BANTEN BERDASARKAN DATA GAYABERAT BASEMENT GEOMETRY OF SERANG BANTEN BASED ON GRAVITY DATA

BAB II GEOLOGI REGIONAL DAERAH PENELITIAN. Posisi C ekungan Sumatera Selatan yang merupakan lokasi penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA : GEOLOGI REGIONAL

BAB V ANALISIS SEKATAN SESAR

Bab I Pendahuluan. I.1 Maksud dan Tujuan

ISSN No Jurnal Sangkareang Mataram 63 INVERSI DATA GAYA BERAT 3D BERBASIS ALGORITMA FAST FORIER TRANSFORM DI DAERAH BANTEN INDONESIA

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN:

BAB IV ANALISIS KORELASI INFORMASI GEOLOGI DENGAN VARIOGRAM

BAB I PENDAHULUAN I.1

Transkripsi:

SURVEY MICROGRAVITY UNTUK MONITORING PENGARUH INJEKSI DAN PRODUKSI SUMUR DI LAPANGAN SAGO-LIRIK RIAU Oleh : M. Yusuf Jatnika, Tri Sunarno Irianto, Handri Utama, B. Muntoyo (Unit Bisnis Pertamina EP Lirik) Dr. Wawan Gunawan A. Kadir, Msc (LPPM-ITB) PatraOffice Tower 7 th floor, room 707 Jl. Gatot Subroto Kav 3-34 Jakarta 1950 e-mail : yusufjatnika@yahoo.com dan jatnika@pertamina-ublirik.com Abstraks Lapangan Sago secara geografis berada di Kabupaten Indragiri Hulu Propinsi Riau, terletak ±140 km disebelah selatan kota Pekanbaru dengan luas + 1 km. Kegiatan ekplorasi dimulai tahun 195 dikembangkan ekplorasi sejak tahun 1941. Jumlah sumur aktif 51 sumur produksi dan 10 sumur injeksi dari 107 sumur yang ada. Struktur Sago merupakan penghasil minyak terbesar di Lirik Trend dengan formasi Lakat dan Tualang serta mempunyai 7 Lapisan batu pasir H, J, K, L, M, N, O dan P sebagai lapisan penghasil minyak utama pada struktur ini. Cadangan Oil in place sebesar 38.54,4 MSTB, recoverable reserve 170.46,5 MSTB dengan recovery factor RF sebesar 51,9 %. Kumulatif produksi minyak sampai dengan 31 Desember 006 sebesar 135.856,8 MSTB, atau perkiraan sisa cadangan minyak per 31 Desember 006 sebesar 34.569,7 MSTB. Mekanisme strukturnya adalah Water Drive serta untuk mempertahankan tekanan reservoir dilakukan injeksi air melalui 10 sumur injeksi. Saat ini Produksi minyak sebesar 1500 BOPD, 76000 BFPD. 98% KA. Air yang diinjeksikan kembali sekitar 45000 BWPD. Untuk menginjeksikan kembali seluruh air yang dihasilkan diperlukan penambahan sumur injeksi baru. Metoda untuk mengetahui efektivitas injeksi dan letak penambahan sumur injeksi baru maka dilakukan survey micro gravity. Tujuan umum survey ini diharapkan dapat diturunkan informasi yang berhubungan dengan : 1. Heterogenitas reservoir;. Pola lintasan antara injector-monitor / production well; 3. Mengetahui penyebaran lateral air injeksi; 4. Menilai pengaruh positif dan negatif injeksi terhadap proses produksi; 5. Merekomendasikan reposisi injektor untuk meningkatkan efisiensi penyapuan. Keywords : microgravity, anomali Bueguer

PENDAHULUAN Struktur Sago secara geografis berada di Kabupaten Indragiri Hulu Propinsi Riau, terletak ±140 km disebelah selatan kota Pekanbaru dengan luas + 1 km. Kegiatan ekplorasi dimulai tahun 195 dikembangkan ekplorasi sejak tahun 1941. Jumlah sumur aktif 51 sumur produksi dan 10 sumur injeksi dari 107 sumur yang ada (Gambar 1). Struktur Sago merupakan penghasil minyak terbesar di Lirik Trend dengan formasi Lakat dan Tualang serta mempunyai 7 Lapisan batu pasir H, J, K, L, M, N, O dan P sebagai lapisan penghasil minyak utama pada struktur ini. Cadangan Oil in place sebesar 38.54,4 MSTB, recoverable reserve 170.46,5 MSTB dengan recovery factor RF sebesar 51,9 %. Kumulatif produksi minyak sampai dengan 31 Desember 006 sebesar 135.856,8 MSTB, atau perkiraan sisa cadangan minyak per 31 Desember 006 sebesar 34.569,7 MSTB. Mekanisme strukturnya adalah Water Drive serta untuk mempertahankan tekanan reservoir dilakukan injeksi air melalui 10 sumur injeksi. Saat ini Produksi minyak sebesar 1500 BOPD, 76000 BFPD, 98% KA. Air yang diinjeksikan kembali sekitar 45000 BWPD. Untuk menginjeksikan kembali seluruh air yang dihasilkan diperlukan penambahan sumur injeksi baru. Metoda untuk mengetahui efektivitas injeksi dan letak penambahan sumur injeksi baru maka dilakukan survey micro gravity. Geologi a. Umum Pada dasarnya pulau Sumatera dibagi menjadi 3 cekungan besar yang merupakan back arc basin (cekungan belakang busur) dari suatu hasil rangkaian seri tektonik lempeng Pulau Sumatera ketiga cekungan tersebut dipisahkan satu dengan lainya oleh adanya tinggian tinggian : - Antara cekungan Sumatera Utara dengan cekungan Sumatera Tengah di pisahkan tinggian Asahan - Cekungan Sumatera tengah dengan cekungan Sumatera Selatan dipisahkan tinggian tiga puluh. - Sedangkan disebelah barat daya ketiga cekungan tersebut dibatasi oleh pegunungan bukit barisan dan oleh sesar besar sumatera yang memanjang dari aceh sampai lampung, Struktur Sago termasuk didalam cekungan Sumatera Tengah. (Gambar ). b. Kerangka Geologi Cekungan Sumatera tengah Kerangka geologi cekungan Sumatera Tengah dimulai dengan fase rifting yang memungkinkan untuk pengendapan formasi Kelesa, sedimentasi pada kala itu diawali dengan fluviatil didalam sistim half Grabben dari depresi bengkalis (bengkalis trough). Karena subsiden secara cepat terjadi sebagai akibat patahan aktif memungkinkan terbentuknya patahan yang aktif berkembang menjadi grabben pengendapan sedimen batu lempung didalam grabben tersebut secara prinsipil sebagai batuan induk lapangan - lapangan yang terdapat didaerah ini. Pada akhir oligosein terjadi ketidak selarasan (uncorformity) memisahkan formasi kelesa dengan formasi formasi yang berada diatasnya, ketidak selarasan ini menandai mulainya fase pengisian (pengendapan). Pengendapan formasi Lakat terjadi pada lingkungan fluviatil berangsur kearah lingkungan laut dangkal dengan diendapkan formasi Tualang, kedua formasi ini (Lakat & Tualang) merupakan reservoir penghasil minyak utama untuk cekungan untuk Sumatera Tengah ini. Sedimentasi berlanjut sampai Miosen tengah pada lingkugan laut dalam dengan diendapkan shale (batu lampung) dari formasi Telisa sampai formasi Binio. Pada miosen akhir terendapkan batuan formasi Korinci yang menempati bagian dangkal dari cekungan ini. Pada Plio plestosin adanya aktifitas tektonik meyebabkan kenampaan sekarang ini, selama waktu tersebut pembalikan struktur terjadi

beberapa tempat dari cekungan dan bersamaan dengan itu diendapkan batuan formasi Nilo pada daerah yang rendah (Gambar & 3). c. Struktur Sago Struktur Sago merupakan salah satu bagian dari rangkaian antiklonorium Lirik Trend yang mempunyai arah Barat laut - Tenggara. Struktur Sago merupakan antiklin asimetris dengan kemiringan lereng bagian timur laut lebih curam. Struktur Sago terbagi menjadi tujuh blok (perlu dikaji ulang) dan dibatasi oleh sesar sesar normal berarah Timur Laut Barat Daya. Terdapatnya sesar naik barang kali yang terletak disebelah timur laut dengan arah Barat Laut Tenggara adalah merupakan batas perangkap antiklin dari Struktur Sago. (Gambar 4) d. Stratigrafi Sago Formasi yang tertembus pengeboran Struktur Sago berurutan dari tua kemuda yaitu formasi Lakat, Tualang dan Telisa. Lapisan penghasil minyak pada Struktur Sago berasal dari formasi Lakat dan formasi Tualang yang berumur Miosen awal. Formasi Lakat yang produktif penghasil minyak yaitu lapisan batu pasir P,O,N dan M sedangkan formasi Tualang penghasil minyak yaitu lapisan batu pasir L,J,K dan H. Penentuan lapisan penghasil minyak berdasarkan pada karakteristik dari masing masing lapisan yang diperlihatkan pada log listrik, beberapa lapisan memperlihatkan bahwa terdapat lapisan batu serpih yang menerus diantara lapisan batu pasir sehingga dapat memisahkan lapisan penghasil minyak menjadi beberapa lapisan lebih tipis tetapi tetap produktif. (Gambar 5) e. Lingkungan pengendapan Berdasarkan dari data log lithologi untuk formasi Lakat perselingan antara batu pasir dan serpih lebih didominasi batu pasir sedang untuk formasi Tualang perselingan batu pasir dan serpih lebih didominasi batu serpih, dengan demikian dapat disimpulkan lapisan lapisan tersebut diendapkan pada lingkungan transisi (Lakat) s/d neritik (Tualang) dimana puncak transgressi pada saat pengendapan lapisan batu pasir M. Pengolahan Data Gaya Berat Dalam pengolahan data gayaberat, terdapat beberapa koreksi yang harus dilakukan sebelum diinterpretasikan. Beberapa koreksi tersebut adalah : a. Koreksi Spheroid dan Geoid. Koreksi ini didasarkan pada kenyataan bahwa bentuk bumi lebih mendekati bentuk spheroid, sehingga digunakan spheroid referensi sebagai pendekatan untuk muka laut rata-rata (geoid) dengan mengabaikan efek benda diatasnya. Spheroid referensi (g lintang) diberikan oleh persamaan GRS67 (Geodetic Reference System 1967) : ( + 0.005304sin + 0.0000059sin ) g( ) = 978031.8 1 dengan adalah sudut lintang dalam radian. b. Koreksi Pasang Surut (Tidal) Koreksi ini dilakukan untuk menghilangkan efek gayaberat benda-benda di luar bumi seperti matahari dan bulan. Efek gayaberat bulan di titik P pada permukaan bumi diberikan oleh persamaan potensial berikut ini: 3 c 1 1 U = G(r) 3 sin sin sinsincost + cos cos m cost R 3 3 dimana : = lintang, = deklinasi, t = moon hour angle, c = jarak rata-rata ke bulan. c. Koreksi Apungan (Drift) Koreksi apungan diberikan sebagai akibat adanya perbedaan pembacaan gayaberat dari stasiun yang sama pada waktu yang berbeda, yang disebabkan karena adanya guncangan

pegas alat gravimeter selama proses transportasi dari satu stasiun ke stasiun lainnya. Untuk menghilangkan efek ini, akusisi data didesain dalam suatu rangkaian tertutup, sehingga besar penyimpangan tersebut dapat diketahui dan diasumsikan linier pada selang waktu tertentu (t). g g drift n = 1 (tn t1) tn t 1 d. Koreksi Udara Bebas (Free-Air Correction) Merupakan koreksi pengaruh ketinggian terhadap medan gravitasi bumi, yang merupakan jarak stasiun terhadap spheroid referensi. Besarnya faktor koreksi (Free Air Correction/FAC) untuk daerah ekuator hingga lintang 45 o atau -45 o adalah 0,3085 mgal/m. Sehinga besarnya anomali pada posisi tersebut menjadi FAA (Free Air Anomali), yaitu: FAA(R + h) = gobs g(r) + 0,3085h e. Koreksi Bouguer (Bouguer Correction/BC) Koreksi ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan benda berupa slab tak berhingga yang besarnya diberikan oleh persamaan: BC = 0,0 4185h dengan h adalah elevasi dan adalah massa jenis. Salah satu metode yang digunakan untuk mengestimasi rapat massa adalah metode Nettleton. Dalam metode ini dilakukan korelasi silang antara perubahan elevasi terhadap suatu referensi tertentu dengan anomali gayaberat-nya, sehingga rapat massa terbaik diberikan oleh harga korelasi silang terkecil sesuai dengan persamaan: n ( g) ihi k = i= 1 n ( h ) i i= 1 Selain metode Nettleton s, estimasi rapat massa dapat pula diturunkan melalui metode Parasnis. Selanjutnya, setelah BC diberikan, anomali gayaberat menjadi Simple Bouguer Anomaly : SBA = FAA BC f. Koreksi Medan (Terrain Correction) Koreksi ini diterapkan sebagai akibat dari adanya pendekatan Bouguer. Bumi tidaklah datar tapi berundulasi sesuai dengan topografinya. Hal ini yang bersifat mengurangi dalam SBA (Simple Bouguer Anomaly), sehingga dalam penerapan koreksi medan, efek gayaberat blok-blok topografi yang tidak rata harus ditambahkan terhadap SBA. Dengan demikian anomali gayaberat menjadi: CBA = SBA + TC CBA = gobs g + 0,3085h BC + TC dengan CBA adalah Complete Bouguer Anomaly dan TC adalah Terrain Correction. NILAI GAYA BERAT HASIL PENGUKURAN PERTAMA DAN DISTRIBUSINYA Survey microgravity di daerah survey dilakukan pada blok area dengan luas lebih kurang 3000 x 4000 m. Spasi antar stasion pengukuran adalah 100 m, sehingga total stasion sebanyak 900 buah. Untuk mendapatkan gayaberat observasi (g obs ) setiap stasion, koreksi yang diterapkan pada gayaberat pengukuran adalah koreksi apungan (drift) dan pasang surut (tidal). Surveys distribusi stasion gayaberat dan peta topografi Lapangan Sogo-Lirik ditunjukkan pada Gambar 6 dan Gambar 7. Peta topografi ini diperoleh dari hasil pengukuran ketinggian pada tiap titik gayaberat menggunakan altimeter yang diikat oleh data sumur.

Sesuai dengan gravimeter yang digunakan dalam survey ini, akurasi harga gayaberatnya adalah sekitar 0.005 mgal (atau 5 µgal) untuk ketiga gravimeter. Walaupun demikian, untuk menjaga kualitas harga gayaberatnya, pengukuran gayaberat dikontrol dengan menerapkan sistem pengukuran dengan lintasan tertutup. Ini artinya bahwa stasion base selalu diamati dua () kali, masing-masing sebelum dan setelah pengukuran gayaberat di lapangan. Selanjutnya, kualitas harga gayaberatnya direfleksikan oleh perbedaan dua pengukuran stasion base tersebut setelah dikoreksi gayaberat pasang surut. Nilai perbedaan itu biasa disebut sebagai nilai apungan (drift) dari gravimeter pada perioda pengukuran yang bersangkutan. Harga drift seluruh alat secara umum didalam interval harga drift yang direkomendasikan oleh pembuatnya (LaCoste & Romberg LLC dan Scientrex Inc.). Gayaberat observasi (Gambar 8) merupakan nilai gayaberat tiap stasion pengukuran yang telah diikatkan dengan titik ikat yang telah diketahui nilai gayaberat absolutnya. Sedangkan anomali gayaberat Bouguer merupakan gayaberat observasi yang telah dikoreksi oleh semua efek yang tidak diharapkan dalam pengukuran. Kemudian dilakukan proses filtering terhadap anomali Bouguer tersebut menggunakan teknik moving average dengan lebar jendela 7 x 7 (Gambar 9). Berdasarkan peta anomali Bouguer dapat diestimasi struktur sesar beserta kompartemenisasi yang terbentuk akibat struktur tersebut (Gambar 10). Peta tersebut menunjukkan adanya kesesuaian pola struktur dengan peta struktur Top M daerah Sago-Lirik (Gambar 11 dan Gambar 1). Selanjutnya, dibuat penampang berarah NW- SE pada peta anomali Bouguer tersebut untuk digunakan dalam pemodelan kedepan (Gambar 13). Sebagai hasil akhir, diperoleh penampang kontras densitas bawah permukaan Sago-Lirik, Riau (Gambar 14). Berdasarkan penampang kontras densitas bawah permukaan dapat diinterpretasikan area yang merupakan daerah prospek baru (Gambar 15) ANALISIS DATA PENGUKURAN PERTAMA SURVEY MICROGRAVITY Analisis Struktur 1. Berdasarkan peta anomali gayaberat Bouguer (Gambar 9 dan Gambar 10), dapat ditunjukkan adanya kelurusan pola kontur anomali yang berarah NW-SE dan NE-SW. Hal ini dapat diinterpretasikan bahwa terdapat dua sistem sesar pada daerah survey, yaitu : a) Sesar utama dengan arah NW-SE yang diinterpretasikan sebagai reverse fault (F0 phase). Arah sesar ini sesuai dengan Sistem Sesar Sumatra. b) Sesar-sesar lain dengan arah N-S hingga NNE-SSW yang diinterpretasikan sebagai normal faults dan terbentuk pada Rift phase (F1 phase). Daerah yang berada diantara sesar-sesar turun tersebut merepresentasikan blok yang naik dan blok yang turun akibat terdorong oleh sesar.. Daerah yang berada pada bagian NW dan bagian SE dengan nilai anomali gravity tinggi dapat diprediksi sebagai daerah yang merupakan prospek baru. Daerah ini berkemungkinan memiliki sistem sesar yang sama dengan sesar-sesar turun yang berada pada daerah tengah survey. Untuk membuktikan hipotesis ini, maka diperlukan perluasan daerah survey gravity ke bagian NW dan SE. 3. Hasil pemodelan kedepan data anomali gravity Bouguer (Gambar 14) menunjukkan bahwa kemungkinan terdapat prospek baru pada reservoir yang lebih dalam. Hal ini mendukung justifikasi survey seismik 3D. 4. Hasil korelasi antara peta anomali gayaberat Bouguer dan peta struktur Top M pada daerah survey (Gambar 1) menunjukkan bahwa : Terdapat kesesuaian antara peta anomali gayaberat Bouguer dan peta struktur Top M. Sistem sesar turun pada daerah survey menunjukkan kompartemenisasi, yaitu

kompartemen I, II, III, IV dan V. Sesarsesar ini dapat berupa sesar sealing atau unsealing. Untuk mengetahui informasi ini, maka diperlukan survey time-lapse microgravity yang akan dilakukan pada periode berikutnya. KESIMPULAN 1. Data gayaberat hasil pengukuran pertama (periode Desember 006) telah memenuhi kualitas standar, sehingga data ini siap dijadikan sebagai data referensi bagi pengukuran berikutnya untuk memperoleh peta anomali 4D microgravity.. Berdasarkan peta anomali gayaberat Bouguer dapat diinterpretasikan bahwa terdapat dua sistem sesar, yaitu Sesar utama berarah NW-SE (searah Sistem Sesar Sumatra) sebagai reverse fault (F0 phase). Sesar-sesar lain berarah N-S hingga NNE-SSW sebagai normal faults dan terbentuk pada Rift phase (F1 phase). Daerah yang berada diantara sesar-sesar turun tersebut merepresentasikan blok yang naik yang blok yang turun akibat terdorong oleh sesar. 3. Daerah yang berada pada bagian NW dan bagian SE dengan nilai anomali gravity tinggi dapat diprediksi sebagai daerah yang merupakan prospek baru. Untuk membuktikan hipotesis ini, maka diperlukan perluasan daerah survey gravity ke bagian NW dan SE. Selain itu berdasarkan hasil pemodelan kedepan data anomali gayaberat Bouguer, juga dimungkinkan terdapat prospek baru pada reservoir yang lebih dalam. Hal ini mendukung justifikasi survey seismik 3D. 4. Terdapat kesesuaian antara peta anomali gayaberat Bouguer dan peta struktur Top M, dimana sistem sesar turun pada daerah survey menunjukkan kompartemenisasi, yaitu kompartemen I, II, III, IV dan V. Untuk mengetahui apakah sesar yang ada bersifat sealing atau unsealing, maka diperlukan survey timelapse microgravity yang akan dilakukan pada periode berikutnya. 5. Sebagian besar lokasi sumur injeksi yang diusulkan oleh PERTAMINA telah sesuai, yang mana proses penyapuan injeksi air akan terjadi dalam setiap kompartemen dan pergerakannya dibatasi oleh zona sesar. Akan tetapi untuk meningkatkan efektivitas pergerakan air injeksi, diperlukan beberapa reposisi dan penambahan sumur injeksi, yaitu pada Kompartemen I dan IV perlu dilakukan reposisi sumur injeksi kearah utara, sedangkan pada Kompartemen III perlu dilakukan penambahan sumur injeksi pada bagian utaranya. UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terimakasih disampaikan kepada General manager Unit Bisnis Pertamina EP Lirik Bpk Tubagus Nasiruddin atas dukungan dan izinnya untuk mempublikasikan kajian ini pada konvensi Nasional IATMI 007 di Jogjakarta. Juga kepada Redarnis dan Zulfan yang telah membantu persiapan tulisan ini. Riwayat penulis: 1. M. Yusuf Jatnika : Lulusan dari jurusan teknik Perminyakan ITB Tahun 1987, bergabung dengan ARCO Oil Company Indonesia sebagai Production Engineering Tahun 1987-000. Tahun 000-006 bergabung dengan JOB Pertamina Lirik Petroleum ( JOB P-LP ), sebagai Head of Engineering dan Chief Petroleum Engineering. Tahun 006 s/d sekarang bergabung dengan UBEP Lirik.. Handri Utama : Lulusan dari jurusan teknik Kimia ITB Tahun 1985, bergabung dengan Pertamina lebih dari 0 Tahun. Saat ini sebagai Manajer Operasi Unit Bisnis Pertamina EP. 3. Tri Sunarno Irianto : Lulusan dari jurusan Geologi Universitas Pembangunan Nasional ( UPN ) Tahun 1988-006 bergabung dengan JOB Pertamina Lirik Petroleum sebagai Chief Geologi Produksi. Tahun 006 s/d sekarang bekerja di Unit Bisnis Pertamina EP lirik. 4. Bambang Muntoyo : Lulusan dari

jurusan teknik Mesin Universitas Trisakti, lebih dari 5 Tahun bergabung dengan ARCO oil Company Indonesia, dengan jabatan terakhir sebagai Manager Production minyak ARCO bagian Barat. Tahun 000 s/d 006 bergabung dengan JOB Pertamina Lirik Petroleum ( JOB P- LP ) menjabat sebagai Manager Operation. Tahun 006 s/d sekarang bergabung dengan Unit bisnis Pertamina EP. 5. Dr. Wawan Gunawan A Kadir, M.Sc : Lulusan dari jurusan Geofisika UGM Tahun 198, Lulus S Geofisika UGM th 1991, Lulus S3 Geofisika ITB th 1996, sekarang sebagai dosen bidang Digital Processing metoda gravity dan magnetic di ITB. meeting, Surabaya, p.94-99. 7. Kadir W.G.A. and D. Santoso, 000, Porosity estimation of a porous rock using 4- D gravity survey, Proceeding of 000 AAPG International Conference & Exhibition, Bali. 8. Kadir W.G.A., M.T. Zen, L. Hendrajaya, D. Santoso and S. Sukmono, 1996, Gravity evidence for the thinning of the crust around the North Sumatra area, Proceeding of Indonesian Petroleum Association, 5, p.81-91. 9. Santoso D., W.G.A. Kadir and S. Alawiyah, 000, Delineation of reservoir boundary using AVO analysis, Journal of Exploration Geophysics, ASEG, v.31, No.1 and, p.409-41. DAFTAR PUSTAKA 1. Alis, R.G., T.M. Hunt, 1986, Analysis of exploration-induced gravity changes at Wairakei geothermal field, Geophysics 51, p.1647-1660.. Blakely, Richard.J, 1995, Potential Theory in Gravity and Magnetic Application, Cambridge Univ. Press. 3. Grant, F.S. and West, G.F., 1965, Interpretation Theory in Applied Geophysics, McGraw-Hill, Inc. 4. Hare J.L., J.F. Ferguson, C.L.V. Aiken and J.L. Braddy, 1999, The 4-D microgravity method for waterflood surveillance: A model study for the Prudhoe Bay reservoir, Alaska, Geophysics, v.44, No.1, p.76-87. 5. Hunt T.M. and W.M. Kissling, 1994, Determination of reservoir properties at Warirakei geothermal field using gravity changes measurement, J. Volcanol, Geotherm.Res, 63, p.19-143. 6. Kadir W.G.A., 1999, The 4-D gravity survey and its subsurface dynamics : a theoretical approach, Proceeding of 4 HAGI annual

GAMBAR 1. LOKASI LAPANGAN SAGO GAMBAR. KERANGKA GEOLOGI DAERAH SUMATERA TENGAH

GAMBAR 3. STRATIGRAFI DILAPANGAN SAGO GAMBAR 4. STRUKTUR LAPANGAN SAGO

GAMBAR 5. STRATIGRAFI LAPANGAN SAGO GAMBAR 6. DISTRIBUSI STASION GAYABERAT DILAPANGAN SAGO-LIRIK, RIAU

9966000 m 9965000 54 50 9964000 46 4 9963000 38 34 996000 N 30 6 99610000 0.5 1 km 199000 00000 01000 0000 03000 04000 18 GAMBAR 7. PETA TOPOGRAFI LAPANGAN SAGO-LIRIK BESERTA DISTRIBUSI STASION PENGUKURAN ELEVASI

GAMBAR 8. PETA GAYABERAT OBSERVASI LAPANGAN SAGO-LIRIK HASIL PENGUKURAN PERTAMA (PERIODE DESEMBER 006) BESERTA DISTRIBUSI STASION PENGUKURANNYA GAMBAR 9. PETA ANOMALI GAYABERAT BOUGUER LAPANGAN SAGO-LIRIK HASIL PENGUKURAN PERTAMA (PERIODE DESEMBER 006) BESERTA DISTRIBUSI STASION PENGUKURANNYA

GAMBAR 10. PETA ANOMALI GAYABERAT BOUGUER LAPANGAN SAGO-LIRIK BESERTA ESTIMASI STRUKTUR DENGAN KOMPARTEMENSASINYA (KOMPARTEMEN I, II, III, IV DAN V) GAMBAR 11. PETA STRUKTUR TOP M DILAPANGAN SAGO-LIRIK, RIAU

GAMBAR 1. KORELASI PETA ANOMALI GAYABERAT BOUGUER DAN PETA STRUKTUR TOP M BESERTA KOMPARTEMENSASINYA GAMBAR 13. GARIS PENAMPANG NW-SE YANG DIGUNAKAN UNTUK PEMODELAN KEDEPAN DATA ANOMALI GAYABERAT BOUGUER

GAMBAR 14. NILAI KONTRAS DENSITAS BAWAH PERMUKAAN YANG DITURUNKAN DARI ANOMALI GAYABERAT BOUGUER MELALUI PEMODELAN KEDEPAN GAMBAR 15. NILAI KONTRAS DENSITAS BAWAH PERMUKAAN YANG DITURUNKAN DARI ANOMALI GAYABERAT BOUGUER MELALUI PEMODELAN KEDEPAN BESERTA AREA PROSPEK BARU