LAKIP TAHUN BADAN POM i

dokumen-dokumen yang mirip
TUGAS POKOK DAN FUNGSI

Obat dan Makanan Terjamin Aman, Bermutu dan Bermanfaat

KEADAAN UMUM INSTANSI MAGANG

MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN : KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN N0M0R : 02001/SK/KBPOM TENTANG

PERBANDINGAN STRUKTUR ORGANISASI DIREKTORAT JENDERAL BINA KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN DEPARTEMEN KESEHATAN NOMOR 1575/MENKES/PER/IX/2005

UNIVERSITAS INDONESIA

II. TINJAUAN PUSTAKA Keamanan Pangan

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN


STRUKTUR ORGANISASI, TUGAS, dan FUNGSI BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

2017, No beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2013 tentang Perubahan Kedelapan atas Keputusan Presiden Nomor

UNIVERSITAS INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2017 TENTANG BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) Kota Bandar Lampung

PETA BISNIS PROSES. Registrasi Obat dan Produk Biologi, Pendaftaran Obat Tradisional dan Suplemen Kesehatan POM-02. Evaluasi Produk dan Administrasi

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA

RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA

LAKIP 2012 BALAI BESAR POM DI SURABAYA IKHTISAR EKSEKUTIF 0

Renstra Pusat Akreditasi Lembaga Sertifikasi BSN Tahun RENSTRA PUSAT AKREDITASI LEMBAGA SERTIFIKASI TAHUN

PERJANJIAN KINERJA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL (BIG) TAHUN ANGGARAN 2017

UNIVERSITAS INDONESIA

BAB II. KEADAAN UMUM INSTANSI

13. Untuk pencapaian kinerja program yang terbagi dalam 2 (dua) program, terlihat nilai pencapaian kinerjanya sebagai berikut :

PERJANJIAN KINERJA 2018

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016

PENERAPAN QMS ISO 9001:2015 BPOM

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN POM. Organisasi Unit Pelaksana Teknis. Organisasi. Tata Kerja.

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. Berdirinya Badan Pengawas Obat dan Makanan di Indonesia yang

RENCANA KINERJA TAHUNAN BADAN POM TAHUN Target Program

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT BADAN PPSDM KESEHATAN TAHUN 2014

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

UNIVERSITAS INDONESIA

Alamat : Jln.Brigjen H. Hasan Basri No.40, Banjarmasin - Kalimantan Selatan 70124, Telp. : Fax. :

UNIVERSITAS INDONESIA

RENCANA STRATEGIS SEKRETARIAT KEMENTERIAN PANRB. Sekretariat Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi 2015

INSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI BIRO HUKUM DAN HUBUNGAN MASYARAKAT BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

DAFTAR INFORMASI PUBLIK BADAN POM

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 110 TAHUN 2001 TENTANG UNIT ORGANISASI DAN TUGAS ESELON I LEMBAGA PEMERINTAH NON DEPARTEMEN

Daftar Rekapitulasi Bisnis Proses Badan Pengawas Obat dan Makanan

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT

PENGUKURAN KINERJA KEGIATAN BADAN POM TAHUN Uraian. permohonan. Pengawasan. pendaftaran Produk. pangan sebelum Berbahaya. dan Bahan.

BAB II VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN STRATEGIS BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA

PERJANJIAN KINERJA 2016

-2- MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN GUBERNUR TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS KESEHATAN.

PEDOMAN PENYUSUNAN SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (SAKIP) DI LINGKUNGAN BADAN STANDARDISASI NASIONAL

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LAPORAN KINERJA TAHUN Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 79 TAHUN 2016 TENTANG

UNIVERSITAS INDONESIA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

UNIVERSITAS INDONESIA

RENSTRA BALAI BESAR PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN di YOGYAKARTA BADAN POM RI

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK TAHUN 2008 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Dra. Endang Pudjiwati, Apt., MM NIP

L A P O R A N K I N E R J A

Rencana Strategis Tahun

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BIRO HUKUM DAN ORGANISASI

BAB III OBJEK PENELITIAN. Republik Indonesia disingkat RI atau Indonesia adalah negara di Asia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Kepala Dinas mempunyai tugas :

RINGKASAN EKSEKUTIF menjadi unit kerja yang mampu mewujudkan pelayanan administrasi dan manajemen yang tertib, cepat, transparan dan akuntabel.

Penandatanganan Berita Acara Konsensus Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi

RENCANA STRATEGIS TAHUN BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW TAHUN ANGGARAN 2013

LAYANAN INFORMASI PUBLIK

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI PUSAT PENYIDIKAN OBAT DAN MAKANAN PERIODE 4-26 FEBRUARI 2013

I. PENDAHULUAN. Mewujudkan Pemerintahan yang baik ( Good Governance) diperlukan

Waspada Keracunan Akibat Produk Pangan Ilegal

PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016

UNIVERSITAS INDONESIA

MEMUTUSKAN: Menetapkan : KEPUTUSAN PRESIDEN TENTANG UNIT ORGANISASI DAN TUGAS ESELON I LEMBAGA PEMERINTAH NON DEPARTEMEN.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BUPATI LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK BARAT,

IKHTISAR EKSEKUTIF. Tabel 1 Sasaran program, Indikator Kinerja, Target, Realisasi dan Persentase Capaian

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2018 TENTANG BADAN STANDARDISASI NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNIVERSITAS INDONESIA

KATA PENGANTAR. Alhamdulillaah,

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

2016, No Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 216 Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 5584); 4. Undang-Undang Nomor 23 Tah

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 57 TAHUN 2015 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS KESEHATAN

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG BALAI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN, DAN PERLINDUNGAN KONSUMEN

KATA PENGANTAR INSPEKTUR, Drs. Zat Zat Munazat, M.Si NIP Inspektorat Kabupaten Garut

BAB I PENDAHULUAN. Selanjutnya dengan tersusunnya LAKIP Bagian Hukum, maka diharapkan dapat :

RENCANA STRATEGIS KEDEPUTIAN BIDANG PENERAPAN STANDAR DAN AKREDITASI BADAN STANDARDISASI NASIONAL TAHUN

Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG

Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2013 KATA PENGANTAR

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 94 TAHUN 2011 TENTANG BADAN INFORMASI GEOSPASIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Transkripsi:

alam rangka menciptakan good governance dan clean government di lingkungan Badan POM, LAKIP Badan POM tahun 2011 ini disusun. Sebagai bentuk penjabaran prinsip transparansi dan akuntabilitas, penyampaian informasi kinerja ini merupakan bentuk pertanggungjawaban kinerja kami kepada masyarakat dan para pemangku kepentingan, di samping sebagai sarana evaluasi atas pencapaian visi, misi dan tujuan Badan POM serta sebagai upaya untuk meningkatkan kinerja di masa mendatang. Sejalan dengan prioritas Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional tahun 2010 2014, yang mengedepankan upaya perlindungan masyarakat dalam rangka meningkatkan pembangunan kesehatan di Indonesia untuk menciptakan masyarakat Indonesia yang sehat dan berkeadilan, Badan Pengawas Obat dan Makanan menyusun program dan kegiatan yang dapat mendukung terwujudnya sasaran yang telah ditetapkan. Tahun 2011 merupakan tahun ke dua pelaksanaan RPJM 2010 2014, di mana diletakkan dasar pembangunan selama 5 tahun ke depan. Dalam meletakkan dasar pembangunan jangka menengah tersebut, dicakup peranan seluruh komponen dalam menciptakan good governance dan clean government, yang pada prinsipnya berpijak pada tiga hal, yakni perlindungan masyarakat, kepemerintahan yang akuntabel dan transparan serta dunia usaha yang bertanggung jawab. Di tahun 2011 ini, Badan POM berupaya kuat untuk meningkatkan kinerja pengawasan dalam rangka memberikan perlindungan kepada masyarakat dari obat dan makanan yang berisiko terhadap kesehatan. Peningkatan kinerja tersebut tercermin dengan ditetapkannya Indikator Kinerja Utama Badan POM. Indikator kinerja sasaran 2010 2014 merupakan indikator outcome yang pada tahun pertama RPJM belum semuanya dapat dicapai. BADAN POM i

Disadari bahwa tugas dan tanggung jawab pengawasan yang harus dilakukan oleh Badan POM semakin luas, kompleks dengan perubahan lingkungan strategis yang semakin dinamis serta tidak dapat diprediksikan. Dalam melakukan pengawasan dengan lingkup yang luas dan kompleks tersebut, Badan POM tidak mungkin berperan sendiri. Kerjasama dan koordinasi yang efektif dan dinamis dengan berbagai pihak harus senantiasa dijalin, dibina dan dikembangkan agar memberikan kontribusi positif bagi terlaksananya tugas dan tanggung jawab Badan POM. Badan POM menyadari bahwa keberhasilan pengawasan obat dan makanan tergantung pula pada networking dengan instansi lain, karena itu diperlukan kerjasama yang lebih efektif dan terus menerus dengan seluruh komponen bangsa ini. Selain itu peran masyarakat sebagai pengguna produk sangatlah besar. Masyarakat adalah penentu akhir apakah suatu produk akan dikonsumsinya atau tidak. Pengawasan oleh masyarakat merupakan salah satu pilar dari 3 pilar pengawasa. Oleh karena itu pemberdayaan masyarakat juga sangat diprioritaskan oleh Badan POM. Masyarakat yang cerdas akan mampu melindungi dirinya sendiri dan memilih produk yang memenuhi syarat dan sesuai dengan kebutuhannya. Peningkatan beban kerja serta kompleksnya permasalahan pengawasan obat dan makanan di era globalisasi ini perlu diimbangi dengan perkuatan institusi terutama sumber daya manusia yang profesional, revitalisasi Sistem Pengawasan Obat dan Makanan, serta dukungan sarana dan prasarana yang memadai. Akhir kata, kami berharap Laporan Akuntabilitas Kinerja ini dapat menjadi media pertanggungjawaban bagi Badan POM dan dapat memberikan sumbangan bagi peningkatan kinerja Badan POM ke depan. Jakarta, Maret 2012 Badan Pengawas Obat dan Makanan Kepala, Dra. Lucky S.Slamet,M.Sc. NIP. 19530612 198003 2 001 BADAN POM ii

Halaman SAMBUTAN KEPALA BADAN POM RI... i DAFTAR ISI... iii RINGKASAN EKSEKUTIF... iv BAB I PENDAHULUAN... 1 BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA TAHUN 11 2011... BAB III AKUNTABILITAS KINERJA... 19 BAB IV PENUTUP... 72 LAMPIRAN FORMULIR PENGUKURAN KINERJA FORMULIR PENGUKURAN KINERJA KEGIATAN FORMULIR PENGUKURAN EFISIENSI KEGIATAN BADAN POM iii

Badan POM sebagai salah satu instansi pemerintah memiliki kewajiban menyusun LAKIP, sebagaimana yang diamanatkan dalam Inpres No. 7 Tahun 1999, sebagai bentuk pengejawantahan prinsip-prinsip transparansi dan akuntabilitas. Laporan akuntabilitas kinerja ini merupakan bentuk pertanggungjawaban kinerja kepada para pemangku kepentingan (stakeholders) Badan POM, di samping sebagai sarana evaluasi atas pencapaian kinerja Badan POM dan upaya untuk memperbaiki kinerja di masa mendatang. Penyusunan LAKIP Tahun 2011 ini berdasarkan pada Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor HK.04.1.21.11.10.10507 Tahun 2010 tentang Rencana Strategis Badan Pengawas Obat dan Makanan Tahun 2010 2014. Pada Renstra Badan POM tahun 2010-2014 telah ditetapkan Indikator Kinerja Utama (IKU) yang akan menggambarkan kinerja Badan POM dalam melaksanakan visi dan misinya dalam 5 tahun ke depan, yaitu Persentase kenaikan Obat dan Makanan yang memenuhi standar sebesar 0,8% pada akhir tahun 2014. Karena indikator komposit produk sulit ditentukan, maka IKU Badan POM menjadi: a). Persentase kenaikan obat yang memenuhi standar sebesar 0,4% pada akhir tahun 2014; b). Persentase kenaikan obat tradisional yang memenuhi standar sebesar 1% pada akhir tahun 2014; c). Persentase kenaikan kosmetik yang memenuhi standar sebesar 1% pada akhir tahun 2014; d). Persentase kenaikan suplemen makanan yang memenuhi standar sebesar 2% pada akhir tahun 2014; serta e). Persentase kenaikan makanan yang memenuhi standar sebesar 15%. Capaian indikator kinerja utama pada tahun 2011 sebagai berikut: a). 4,79%; b). 5,62%; c). 6,79%; d). 1,12%; e). 0,38%. Disamping indikator kinerja utama tersebut, terdapat 12 indikator sasaran lainnya yaitu 1). Proporsi Obat yang memenuhi standar (aman, manfaat dan mutu); 2). Proporsi Obat Tradisional yang Mengandung Bahan Kimia Obat (BKO); 3). Proporsi Kosmetik yang Mengandung Bahan Berbahaya; 4). Proporsi Suplemen Makanan yang Tidak Memenuhi Syarat Keamanan; 5). Proporsi makanan yang memenuhi syarat; 6). Persentase pemenuhan sarana dan prasarana laboratorium terhadap standar terkini; 7). Persentase Laboratorium BPOM yang terakreditasi secara konsisten sesuai standar; 8). Persentase ruang lingkup pengujian yang terakreditasi; 9). Persentase Pegawai yang Memenuhi Standar kompetensi; 10). Persentase unit kerja yang menerapkan quality policy; 11). Persentase unit kerja yang BADAN POM iv

terintegrasi secara online; dan 12). Persentase ketersediaan sarana dan prasarana penunjang kinerja. Capaian indikator sasaran pada tahun 2011 adalah: 1). 96,19%; 2). 2,76%; 3). 0,96%; 4). 1,99%; 5). 76,41%; 6). 80,00%; 7). 84,85%; 8). 73,86%; 9). 29,89%; 10). 100%; 11). 101,89%; dan 12). 75,70%. Dari 17 indikator sasaran yang ditetapkan dalam Renstra Badan POM 2010-2014, lima di antaranya adalah indikator kinerja utama (IKU), terdapat 11 (64,71%) indikator sasaran yang sudah tercapai (> 100%) yaitu indikator: a)persentase kenaikan obat yang memenuhi standar ; b) Persentase kenaikan obat tradisional yang memenuhi standar ; c) Persentase kenaikan kosmetik yang memenuhi standar; d) Persentase kenaikan suplemen makanan yang memenuhi standar ; e)proporsi Kosmetik yang Mengandung Bahan Berbahaya; f)proporsi Suplemen Makanan yang Tidak Memenuhi Syarat Keamanan; g) Persentase pemenuhan sarana dan prasarana laboratorium terhadap standar terkini; h)persentase ruang lingkup pengujian yang terakreditasi; i)persentase Pegawai yang Memenuhi Standar kompetensi; j)persentase unit kerja yang menerapkan quality policy; dan k)persentase unit kerja yang terintegrasi secara online. Persentase capaian indikator sasaran tersebut masing masing yaitu: a)4.790%; b)2.248%; c)2.726%; d)224%; e)102,63%; f)101,56%; g)114,29%; h)123,09%; i)135,05%; j)666,67%; dan k)141,51%. Sedangkan 6 (35,29%) indikator sasaran lainnya pencapaiannya belum optimal (<100%), yaitu indikator: a)persentase kenaikan makanan yang memenuhi standar; b)proporsi Obat yang Memenuhi Standar (Aman, Manfaat & Mutu); c)proporsi Obat Tradisional yang Mengandung Bahan Kimia Obat (BKO); d) Proporsi Makanan yang Memenuhi Syarat ; e)persentase Laboratorium BPOM yang terakreditasi secara konsisten sesuai standar; dan f)persentase ketersediaan sarana dan prasarana penunjang kinerja. Dibandingkan terhadap target tahun 2011, persentase capaian masing masing indikator tersebut adalah: a)10,13%; b)96,84%; c)99,02%; d)95,51%; e)94,28% dan f)100,93%. Pada tahun 2011, persentase capaian beberapa indikator sudah melebihi target yang ditetapkan hingga tahun 2014, yaitu: a)persentase kenaikan obat yang memenuhi standar; b) Persentase kenaikan obat tradisional yang memenuhi standar ; c) Persentase kenaikan kosmetik yang memenuhi standar; d) Proporsi Kosmetik yang Mengandung Bahan Berbahaya; e) Proporsi Suplemen Makanan yang Tidak Memenuhi Syarat Keamanan; f)persentase unit kerja yang menerapkan quality policy; g) Persentase unit kerja yang terintegrasi secara online. Dibandingkan terhadap target tahun 2014, persentase capaian BADAN POM v

masing masing indikator tersebut adalah: a)1.197,5%; b)562%; c)679%; d)100,35%; e)101,92%; f)333,33%; dan g)127,36%. Berdasarkan data tersebut, perlu dilakukan review terhadap penetapan target pada masa mendatang Hasil evaluasi efisiensi terhadap 26 kegiatan utama yang dilaksanakan oleh Badan POM menunjukkan bahwa terdapat 1 kegiatan yang tidak efisien. Dalam konteks ini, tingkat efisiensi adalah bersifat relatif, artinya kegiatan yang dinyatakan efisien dalam buku ini dapat berubah menjadi tidak efisien setelah dievaluasi/diaudit oleh pihak lain, begitu pula sebaliknya. Dalam buku ini, perhitungan efisiensi kegiatan hanya didasarkan pada rasio antara output dan input, yang hanya berupa dana. Ke depan, pengukuran efisiensi kegiatan perlu juga mempertimbangkan input yang lain, dengan dukungan data yang lebih memadai BADAN POM vi

Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 103 tahun 2001, Tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, Dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen, Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM) ditetapkan sebagai Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND) yang bertanggung jawab kepada Presiden. Sesuai dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2005 Tentang Perubahan Keenam Atas Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tersebut, bahwa dalam melaksanakan tugasnya Badan POM dikoordinasikan oleh Menteri Kesehatan, khususnya dalam perumusan kebijakan yang berkaitan dengan instansi pemerintah lainnya serta penyelesaian permasalahan yang timbul dalam pelaksanaan kebijakan dimaksud. Selanjutnya lingkup tugas dan fungsi lebih spesifik Badan POM tercakup dalam Keputusan Presiden Nomor 110 Tahun 2001 Tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I LPND. TUGAS POKOK DAN FUNGSI Penyelenggaraan upaya pengawasan Obat dan Makanan mencakup aspek yang sangat luas, mulai dari proses penyusunan standar sarana dan produk, penilaian produk yang didaftarkan (diregistrasi), pengambilan contoh produk di lapangan, pemerik-saan sarana produksi dan distribusi, pengujian laboratorium dari contoh produk yang diambil di lapangan, hingga ke penyelidikan dan proses penegakan hukum terhadap berbagai pihak yang melakukan penyimpangan cara produksi dan distribusi, maupun pengedaran produk yang tidak sesuai ketentuan yang berlaku. Berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 64 tahun 2005 tentang BADAN POM 1

Perubahan Keenam atas Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen, maka kedudukan, tugas pokok dan fungsi Badan POM adalah sebagai berikut : 1. Kedudukan a. Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) adalah Lembaga Pemerintah Non Departemen yang dibentuk untuk melaksanakan tugas Pemerintah tertentu dari Presiden. b. BPOM berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden. c. Dalam melaksanakan tugasnya, BPOM dikoordinasikan oleh Menteri Kesehatan. d. BPOM dipimpin oleh Kepala. 2. Tugas Pokok BPOM mempunyai tugas pemerintahan di bidang pengawasan Obat dan Makanan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 3. Fungsi Dalam melaksanakan tugas tersebut, Badan POM menyelenggarakan fungsi: a. pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional di bidang pengawasan obat dan makanan. b. pelaksanaan kebijakan tertentu di bidang pengawasan obat dan makanan. c. koordinasi kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugas Badan POM. d. pemantauan, pemberian bimbingan dan pembinaan terhadap kegiatan instansi pemerintah di bidang pengawasan obat dan makanan. e. penyelenggaraan pembinaan dan pelayanan administrasi umum di bidang perencanaan umum, ketatausahaan, organisasi dan tata laksana, kepegawaian, keuangan, kearsipan, hukum, persandian, perlengkapan dan rumah tangga. Penyesuaian organisasi dan tata kerja Badan POM dilakukan berdasarkan Keputusan Kepala Badan POM Nomor HK.00.05.21.4231 tentang Perubahan Atas Keputusan Kepala Badan POM Nomor: 02001/SK/KBPOM tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan BADAN POM 2

Pengawas Obat dan Makanan. Penyesuaian juga terjadi dengan terbitnya Keputusan Kepala Badan POM Nomor HK.00.05.21.4232 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 05018/SK/KBPOM Tahun 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Badan Pengawas Obat dan Makanan. Pelaksanaan tugas pokok dan fungsi sebagaimana tersebut di atas, dilakukan oleh unit-unit Badan Pengawas Obat dan Makanan di pusat, maupun oleh Balai Besar/ Balai POM yang ada di seluruh Indonesia. Sesuai dengan struktur yang ada, secara garis besar unit-unit kerja Badan POM dapat dikelompokkan sebagai berikut; Sekretariat, Deputi Bidang Pengawasan Teknis (I, II, dan III) dan unit penunjang teknis (Pusat-Pusat) yang melaksanakan tugas sebagai berikut : 1. Sekretariat Utama Sekretariat Utama mempunyai tugas mengkoordinasikan perencanaan, pembinaan, pengendalian terhadap program, administrasi, dan sumber daya di lingkungan Badan POM. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Sekretariat Utama menyelenggarakan fungsi : a. Pengkoordinasian, sinkronisasi dan integrasi perencanaan, penganggaran, penyusunan laporan, pengembangan pegawai termasuk pendidikan dan pelatihan, serta perumusan kebijakan teknis di lingkungan Badan POM; b. Pengkoordinasian, sinkronisasi dan integrasi penyusunan peraturan perundangundangan, kerjasama luar negeri, hubungan antar lembaga, kemasyarakatan dan bantuan hukum yang berkaitan dengan tugas Badan POM; c. Pembinaaan dan pelayanan administrasi ketatausahaan, organisasi dan tata laksana, kepegawaian, keuangan, kearsipan, perlengkapan dan rumah tangga; d. Pembinaan dan pengendalian terhadap pelaksanaan kegiatan pusat-pusat dan unit-unit pelaksana teknis di lingkungan Badan POM; e. Pengkoordinasian administrasi pelaksanaan tugas deputi di lingkungan Badan POM; f. Pelaksanaan tugas lain yang ditetapkan oleh kepala, sesuai dengan bidang tugasnya. BADAN POM 3

2. Deputi I (Deputi Bidang Pengawasan Produk Terapetik dan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif). Deputi Bidang Pengawasan Produk Terapetik dan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif mempunyai tugas melaksanakan perumusan kebijakan di bidang pengawasan produk terapetik, narkotika, psikotropika dan zat adiktif. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Deputi Bidang Pengawasan Produk Terapetik dan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif menyelenggarakan fungsi : a. Pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional dan umum di bidang pengawasan produk terapetik, narkotika, psikotropika, dan zat adiktif; b. Penyusunan rencana pengawasan produk terapetik, narkotika, psikotropika, dan zat adiktif; c. Perumusan kebijakan teknis, penetapan pedoman, standar, kriteria, dan prosedur, pengendalian pelaksanaan kebijakan teknis, pemantauan, pemberian bimbingan teknis di bidang penilaian obat dan produk biologi; d. Perumusan kebijakan teknis, penetapan pedoman, standar, kriteria, dan prosedur, pengendalian pelaksanaan kebijakan teknis, pemantauan, pemberian bimbingan teknis di bidang standardisasi produk terapetik dan perbekalan kesehatan rumah tangga; e. Perumusan kebijakan teknis, penetapan pedoman, standar, kriteria, dan prosedur, pengendalian pelaksanaan kebijakan teknis, pemantauan, pemberian bimbingan teknis di bidang pengawasan produksi produk terapetik dan perbekalan kesehatan rumah tangga; f. Perumusan kebijakan teknis, penetapan pedoman, standar, kriteria, dan prosedur, pengendalian pelaksanaan kebijakan teknis, pemantauan, pemberian bimbingan teknis di bidang pengawasan distribusi produk terapetik dan perbekalan kesehatan rumah tangga; g. Perumusan kebijakan teknis, penetapan pedoman, standar, kriteria, dan prosedur, pengendalian pelaksanaan kebijakan teknis, pemantauan, pemberian bimbingan teknis di bidang pengawasan narkotika, psikotropika dan zat adiktif; h. Koordinasi kegiatan fungsional pelaksanaan kebijakan di bidang pengawasan produk terapetik, narkotika, psikotropika, dan zat adiktif; i. Evaluasi pelaksanaan kebijakan teknis pengawasan produk terapetik dan narkotika, psikotropika, dan zat adiktif; j. Pelaksanaan tugas lain yang ditetapkan oleh Kepala, sesuai bidang tugasnya. BADAN POM 4

3. Deputi II (Deputi Bidang Pengawasan Obat Tradisional, Kosmetika dan Produk Komplemen). Deputi Bidang Pengawasan Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk Komplemen mempunyai tugas melaksanakan perumusan kebijakan di bidang pengawasan obat tradisional, kosmetik dan produk komplemen. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Deputi Bidang Pengawasan Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk Komplemen menyelenggarakan fungsi : a. Pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional dan umum di bidang pengawasan obat tradisional, kosmetik dan produk komplemen; b. Penyusunan rencana pengawasan obat tradisional, kosmetik dan produk komplemen; c. Perumusan kebijakan teknis, penetapan pedoman, standar, kriteria, dan prosedur, pengendalian pelaksanaan kebijakan teknis, pemantauan, pemberian bimbingan di bidang penilaian obat tradisional, suplemen makanan dan kosmetik; d. Perumusan kebijakan teknis, penetapan pedoman, standar, kriteria, dan prosedur, pengendalian pelaksanaan kebijakan teknis, pemantauan, pemberian bimbingan di bidang pengaturan dan standardisasi obat tradisional, kosmetik dan produk komplemen; e. Perumusan kebijakan teknis, penetapan pedoman, standar, kriteria, dan prosedur, pengendalian pelaksanaan kebijakan teknis, pemantauan, pemberian bimbingan di bidang inspeksi dan sertifikasi obat tradisional, kosmetik dan produk komplemen; f. Perumusan kebijakan teknis, penetapan pedoman, standar, kriteria, dan prosedur, pengendalian pelaksanaan kebijakan teknis, pemantauan, pemberian bimbingan di bidang obat asli Indonesia; g. Pengawasan obat tradisional, kosmetik dan produk komplemen; h. Koordinasi kegiatan fungsional pelaksanaan kebijakan di bidang pengawasan obat tradisional, kosmetik dan produk komplemen; i. Evaluasi pelaksanaan kebijakan teknis pengawasan obat tradisional, kosmetik dan produk komplemen; j. Pelaksanaan tugas lain yang ditetapkan oleh Kepala, sesuai bidang tugasnya. BADAN POM 5

4. Deputi III (Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya). Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya mempunyai tugas melaksanakan perumusan kebijakan di bidang pengawasan keamanan pangan dan bahan berbahaya. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya menyelenggarakan fungsi : a. Pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional dan kebijakan umum di bidang pengawasan keamanan pangan dan bahan berbahaya; b. Penyusunan rencana pengawasan keamanan pangan dan bahan berbahaya; c. Perumusan kebijakan teknis, penetapan pedoman, standar, kriteria, dan prosedur, pengendalian pelaksanaan kebijakan teknis, pemantauan, pemberian bimbingan di bidang penilaian keamanan pangan; d. Perumusan kebijakan teknis, penetapan pedoman, standar, kriteria, dan prosedur, pengendalian pelaksanaan kebijakan teknis, pemantauan, pemberian bimbingan di bidang standardisasi keamanan pangan; e. Perumusan kebijakan teknis, penetapan pedoman, standar, kriteria, dan prosedur, pengendalian pelaksanaan kebijakan teknis, pemantauan, pemberian bimbingan di bidang inspeksi dan sertifikasi produk pangan; f. Perumusan kebijakan teknis, penetapan pedoman, standar, kriteria, dan prosedur, pengendalian pelaksanaan kebijakan teknis, pemantauan, pemberian bimbingan di bidang surveilan dan penyuluhan keamanan pangan; g. Perumusan kebijakan teknis, penetapan pedoman, standar, kriteria, dan prosedur, pengendalian pelaksanaan kebijakan teknis, pemantauan, pemberian bimbingan di bidang pengawasan produk dan bahan berbahaya; h. Pengawasan keamanan pangan dan bahan berbahaya; i. Koordinasi kegiatan fungsional pelaksanaan kebijakan di bidang pengawasan keamanan pangan dan bahan berbahaya; j. Evaluasi pelaksanaan kebijakan teknis pengawasan keamanan pangan dan bahan berbahaya; k. Pelaksanaan tugas lain yang ditetapkan oleh Kepala, sesuai bidang tugas. BADAN POM 6

5. Unit Pelaksana Teknis Badan POM di Daerah. Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Badan POM terdiri atas : a. 19 (sembilan belas) Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM), dan b. 12 (dua belas) Balai Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Unit Pelaksana Teknis di lingkungan Badan POM mempunyai tugas melaksanakan kebijakan di bidang pengawasan produk terapetik, narkotika, psikotropika dan zat adiktif lain, obat tradisional, kosmetik, produk komplemen, keamanan pangan dan bahan berbahaya. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Unit Pelaksana Teknis menyelenggarakan fungsi : a. Penyusunan rencana dan program pengawasan obat dan makanan; b. Pelaksanaan pengujian dan penilaian mutu produk terapetik, narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lain, obat tradisional, kosmetik, produk komplemen, pangan, dan bahan berbahaya; c. Pelaksanaan pengujian laboratorium dan penilaian mutu produk secara mikrobiologi; d. Pelaksanaan pemeriksaan setempat, pengambilan contoh dan pemeriksaan sarana produksi dan distribusi; e. Pelaksanaan penyelidikan dan penyidikan terhadap kasus pelanggaran hukum; f. Pelaksanaan sertifikasi produk, sarana produksi dan distribusi; g. Pelaksanaan kegiatan pelayanan informasi konsumen; h. Evaluasi dan penyusunan laporan pengujian obat dan makanan; i. Pelaksanaan urusan tata usaha dan kerumahtanggaan; j. Pelaksanaan tugas lain yang ditetapkan oleh Kepala, sesuai dengan bidang tugasnya. 6. Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional (PPOMN). Mempunyai tugas melaksanakan pemeriksaan laboratorium, pengujian dan penilaian mutu produk terapetik, narkotika, psikotropika dan zat adiktif lain, alat kesehatan, obat tradisional, kosmetik, produk komplemen, pangan dan bahan berbahaya sesuai BADAN POM 7

dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, serta melaksanakan pembinaan mutu Laboratorium Pengawasan Obat dan Makanan. Dalam melaksanakan tugas tersebut, PPOMN menyelenggarakan fungsi : a. Penyusunan rencana dan program pengujian obat dan makanan; b. Pelaksanaan pengujian laboratorium, dan penilaian mutu produk terapetik, narkotika, psikotropika dan zat adiktif lain, alat kesehatan, obat tradisional, kosmetik, produk komplemen, pangan dan bahan berbahaya; c. Pembinaan mutu laboratorium PPOMN; d. Pelaksanaan sistem rujukan laboratorium pengawasan obat dan makanan; e. Penyediaan baku pembanding dan pengembangan metoda analisa pengujian; f. Pelatihan tenaga ahli di bidang pengujian obat dan makanan; g. Evaluasi dan penyusunan laporan pengujian obat dan makanan; h. Pelaksanaan urusan tata usaha dan kerumahtanggaan Pusat. 7. Pusat Penyidikan Obat dan Makanan Mempunyai tugas melaksanakan kegiatan penyelidikan dan penyidikan terhadap perbuatan melawan hukum di bidang produk terapetik, narkotika, psikotropika dan zat adiktif, obat tradisional, kosmetik dan produk komplemen dan makanan serta produk sejenis lainnya. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Pusat Penyidikan Obat dan Makanan menyelenggarakan fungsi : a. Penyusunan rencana dan program penyelidikan dan penyidikan obat dan makanan; b. Pelaksanaan penyelidikan dan penyidikan obat dan makanan; c. Evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan penyelidikan dan penyidikan obat dan makanan. 8. Pusat Riset Obat dan Makanan. Mempunyai tugas melaksanakan kegiatan di bidang riset toksikologi, keamanan pangan dan produk terapetik. BADAN POM 8

Dalam melaksanakan tugas tersebut, Pusat Riset Obat dan Makanan mempunyai fungsi : a. Penyusunan rencana dan program riset obat dan makanan; b. Pelaksanaan riset obat dan makanan; c. Evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan riset obat dan makanan. 9. Pusat Informasi Obat dan Makanan (PIOM). Mempunyai tugas melaksanakan kegiatan di bidang pelayanan informasi obat, informasi keamanan pangan, informasi keracunan dan teknologi informasi. Dalam melaksanakan tugas tersebut, PIOM mempunyai fungsi : a. Penyusunan rencana dan program pelayanan informasi obat dan makanan; b. Pelaksanaan pelayanan informasi obat; c. Pelaksanaan pelayanan informasi keracunan; d. Pelaksanaan kegiatan di bidang teknologi informasi; e. Evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan pelayanan informasi obat dan makanan; f. Pelaksanaan urusan tata usaha dan kerumahtanggaan. 10. Inspektorat Mempunyai tugas melaksanakan pengawasan fungsional di lingkungan BPOM. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Inspektorat mempunyai fungsi : a. Penyiapan rumusan kebijakan, rencana dan program pengawasan fungsional. b. Pelaksanaan pengawasan fungsional sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. c. Pengusutan mengenai kebenaran laporan dan pengaduan tentang hambatan, penyimpangan atau penyalahgunaan dalam pelaksanaan tugas yang dilakukan oleh unsur atau unit di lingkungan BPOM. d. Pelaksanaan urusan tata usaha Inspektorat. BADAN POM 9

Gambar 1. Struktur Organisasi Badan POM RI KEPALA INSPEKTORAT SEKRETARIAT UTAMA 1. Biro Perencanaan dan Keuangan 2. Biro Kerja Sama Luar Negeri 3. Biro Hukum dan Humas 4. Biro Umum Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional Pusat Penyidikan Obat dan Makanan Pusat Riset Obat dan Makanan Pusat Informasi Obat dan Makanan DEPUTI I Bidang Pengawasan Produk Terapetik dan NAPZA 1. Dit. Penilaian Obat dan Produk Biologi 2. Dit. Standardisasi Produk Terapetik dan PKRT 3. Dit. Pengawasan Produksi Produk Terapetik dan PKRT 4. Dit. Pengawasan Distribusi Produk Terapetik dan PKRT 5. Dit. Pengawasan NAPZA DEPUTI II Bidang Pengawasan Obat Tradisional (OT), Kosmetik dan Produk Komplemen 1. Dit. Penilaian OT, Suplemen Makanan dan Kosmetik 2. Dit. Standardisasi OT, Kosmetik dan Produk Komplemen. 3. Dit. Inspeksi dan Sertifikasi OT, Kosmetik dan Produk Komplemen. 4. Dit. Obat Asli Indonesia DEPUTI III Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya 1. Dit. Penilaian Keamanan Pangan 2. Dit. Standardisasi Produk Pangan 3. Dit. Inspeksi dan Sertifikasi Produk Pangan 4. Dit. Surveilans dan Penyuluhan Keamanan Pangan 5. Dit Pengawasan Produk dan Bahan Berbahaya BALAI dan BALAI BESAR POM BADAN POM 10

Dewasa ini dan di masa depan pengawasan obat dan makanan sebagai bagian integral pembangunan kesehatan akan menghadapi perubahan lingkungan strategis yang sangat dinamis. Globalisasi ekonomi, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kesepakatan-kesepakatan regional seperti harmonisasi ASEAN (Association of South East Asia Nations), ASEAN Free Trade Area (AFTA), ASEAN-China Free Trade Area (ACFTA) mempunyai konsekuensi dan implikasi yang signifikan pada Sistem Pengawasan Obat dan Makanan (SisPOM). Produk obat dan sediaan farmasi lainnya serta makanan akan lebih mudah masuk dan keluar dari satu negara ke negara lainnya tanpa hambatan (barrier) yang berarti. Realitas ini mengharuskan Indonesia memiliki SisPOM yang efektif dan efisien, untuk melindungi kesehatan dan keselamatan seluruh rakyat Indonesia terhadap produk-produk yang berisiko terhadap kesehatan. Pada saat yang sama, SisPOM harus memiliki basis yang kuat agar mampu menjadi penapis terhadap mutu Obat dan Makanan produksi Indonesia yang diekspor ke berbagai negara serta masuknya produk obat dan makanan impor dari negara lain. Dengan jumlah penduduk terbesar di ASEAN dan wilayah kepulauan terluas, Indonesia sudah sepatutnya memiliki SisPOM yang terbaik di ASEAN, baik mencakup human capital, sistem operasional maupun infrastrukturnya. Dalam konteks ini perlu dilakukan penguatan kompetensi dan kapabilitas Badan POM sehingga memiliki kinerja yang berkelas dunia (world class). Badan POM ke depan akan dibangun menjadi institusi yang memiliki basis ilmu pengetahuan (knowledge-base) yang kuat dengan jaringan nasional maupun internasional yang dinamis dan kohesif. Bersamaan dengan itu, Badan POM melakukan pemberdayaan publik (public empowement) agar masyarakat memiliki BADAN POM 11

kesadaran dan kemampuan untuk mencegah dan melindungi diri sendiri terhadap risiko Obat dan Makanan yang tidak memenuhi standar yang berlaku. Dalam menghadapi dinamika lingkungan dengan segala bentuk perubahannya, maka segenap jajaran Badan POM bercita-cita untuk mewujudkan suatu keadaan ideal bagi masyarakat Indonesia yaitu : MENJADI INSTITUSI PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN YANG INOVATIF, KREDIBEL DAN DIAKUI SECARA INTERNASIONAL UNTUK MELINDUNGI MASYARAKAT Misi Badan POM didefinisikan sebagai tujuan mulia organisasi untuk : 1. Melakukan pengawasan pre-market dan post-market berstandar internasional. 2. Menerapkan Sistem Manajemen Mutu secara konsisten. 3. Mengoptimalkan kemitraan dengan pemangku kepentingan di berbagai lini. 4. Memberdayakan masyarakat agar mampu melindungi diri dari Obat dan Makanan yang berisiko terhadap kesehatan. 5. Membangun organisasi pembelajar (Learning Organization). Dalam rangka mencapai visi dan misi Badan POM seperti yang dikemukakan sebelumnya, maka visi dan misi tersebut harus dirumuskan ke dalam bentuk yang lebih terarah dan operasional berupa perumusan tujuan utama organisasi. Sesuai dengan visi dan misi Badan POM, tujuan utama pengawasan Obat dan Makanan tahun 2010-2014 adalah : MENINGKATNYA PERLINDUNGAN MASYARAKAT DARI PRODUK OBAT DAN MAKANAN YANG BERISIKO TERHADAP KESEHATAN BADAN POM 12

Sasaran strategis Badan POM merupakan penjabaran dari misi dan tujuan strategis yang telah ditetapkan, yang menggambarkan sesuatu yang akan dihasilkan selama kurun waktu 5 (lima) tahun dan dialokasikan dalam 5 (lima) periode secara tahunan melalui serangkaian program dan kegiatan yang akan dijabarkan lebih lanjut dalam suatu Rencana Kinerja (performance plan). Penetapan sasaran strategis ini diperlukan untuk memberikan fokus pada penyusunan program dan alokasi sumber daya organisasi dalam kegiatan atau operasional organisasi tiap-tiap tahun untuk kurun waktu 5 (lima) tahun. Sasaran strategis Badan POM merupakan bagian integral dalam proses perencanaan strategis Badan POM dan merupakan dasar yang kuat untuk mengendalikan dan memantau pencapaian kinerja Badan POM serta lebih menjamin suksesnya pelaksanaan rencana jangka panjang yang sifatnya menyeluruh yang berarti menyangkut keseluruhan satuan kerja di lingkungan Badan POM. Sasaran-sasaran yang ditetapkan sepenuhnya mendukung pencapaian tujuan strategis yang terkait. Dengan demikian, apabila seluruh sasaran yang telah ditetapkan telah dicapai diharapkan bahwa tujuan strategis juga telah dapat dicapai. Selanjutnya pada setiap sasaran ditetapkan program yang akan dijalankan untuk mencapai sasaran terkait. Program-program yang ditetapkan sepenuhnya mendukung pencapaian sasaran yang terkait. Sasaran strategis yang ditetapkan dalam dokumen Rencana Strategis Badan POM tahun 2010-2014 adalah sebagai berikut: 1. Meningkatnya efektifitas pengawasan obat dan makanan dalam rangka melindungi masyarakat dengan sistem yang tergolong terbaik di ASEAN. 2. Terwujudnya laboratorium pengawasan obat dan makanan yang modern dengan jaringan kerja di seluruh Indonesia dengan kompetensi dan kapabilitas terunggul di ASEAN. 3. Meningkatnya kompetensi, kapabilitas, dan jumlah modal insani yang unggul dalam melaksanakan pengawasan obat dan makanan. 4. Meningkatnya koordinasi, perencanaan, pembinaan, pengendalian terhadap program dan administrasi di lingkungan Badan POM sesuai dengan sistem manajemen mutu. BADAN POM 13

5. Meningkatnya ketersediaan sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh Badan POM. Masing-masing sasaran strategis tersebut diukur dengan satu atau lebih indikator kinerja seperti tersebut di bawah ini: Tabel 1 Formulir Rencana Strategis Badan Pengawas Obat dan Makanan RI Tahun 2010-2014 Sasaran Indikator Target 2010 Target 2011 Target 2012 Target 2013 Target 2014 1. Meningkatnya Efektifitas Pengawasan Obat dan Makanan dalam rangka Melindungi Masyarakat dengan Sistem yang Tergolong Terbaik di ASEAN 2 Terwujudnya Laboratorium Pengawasan Obat dan Makanan yang Modern dengan jaringan Kerja di seluruh Indonesia dengan a. b. c. d. e. Persentase kenaikan obat yang memenuhi standar Persentase kenaikan obat tradisional yang memenuhi standar Persentase kenaikan kosmetik yang memenuhi standar Persentase kenaikan suplemen makanan yang memenuhi standar Persentase kenaikan makanan yang memenuhi standar f. Proporsi Obat yang Memenuhi Standar (Aman, Manfaat & Mutu) g. Proporsi Obat Tradisional yang Mengandung Bahan Kimia Obat (BKO) h. Proporsi Kosmetik yang Mengandung Bahan Berbahaya i. Proporsi Suplemen Makanan yang Tidak Memenuhi Syarat Keamanan j. Proporsi Makanan yang Memenuhi Syarat k. Persentase pemenuhan sarana dan prasarana laboratorium terhadap standar terkini l. Persentase Laboratorium BPOM yang terakreditasi secara konsisten sesuai standar baseline 0,1 0,1 0,1 0,4 K) baseline 0,25 0,25 0,25 1 k) baseline 0,25 0,25 0,25 1 k) baseline 0,5 0,5 0,5 2 k) baseline 3,75 3,75 3,75 15 k) 99,23 99,33 99,43 99,53 99,63 2 1,8 1,5 1,2 1 3 3,5 2 1,5 1 4 3,5 3 2,5 2 75 80 85 88 90 60 70 80 85 90 84 90 96 100 100 BADAN POM 14

Sasaran Indikator Target 2010 Target 2011 Target 2012 Target 2013 Target 2014 Kompetensi dan Kapabilitas Terunggul di ASEAN 3 Meningkatnya Kompetensi, Kapabilitas, dan Jumlah Modal Insani yang Unggul dalam Melaksanakan Pengawasan Obat dan Makanan 4 Meningkatnya koordinasi, perencanaan, pembinaan, pengendalian terhadap program dan administrasi di lingkungan Badan POM sesuai dengan Sistem Manajemen Mutu 5 Meningkatnya ketersediaan sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh Badan POM m. Persentase ruang lingkup pengujian yang terakreditasi n. Persentase Pegawai yang Memenuhi Standar kompetensi o. Persentase unit kerja yang menerapkan quality policy p. Persentase unit kerja yang terintegrasi secara online q. Persentase ketersediaan sarana dan prasarana penunjang kinerja 50 60 70 80 100 30 40 50 70 80 10 15 20 25 30 70 72 75 78 80 65 75 85 90 95 Kinerja pengawasan obat dan makanan dapat dinilai dari keberhasilan Badan POM dalam menurunkan peredaran produk obat dan makanan yang tidak memenuhi syarat Keamanan, manfaat/khasit, dan mutu. Untuk mengukur kinerja pengawasan obat dan makanan yang telah dilakukan, Badan POM menetapkan Indikator Kinerja Utama (IKU) yang akan diukur dari waktu ke waktu. Cara pengukurannya dengan memperbandingkan proporsi produk yang memenuhi standar terhadap total sampel obat dan makanan yang disampling dan diuji oleh Badan POM. Hasil yang diperoleh dibandingkan dengan baseline data sehingga dapat dilihat persentase kenaikan produk yang memenuhi standar. Kondisi saat ini, pengukuran capaian Indikator Kinerja Utama (IKU) tahun 2011 menggunakan capaian 2010 sebagai baseline data awal sebagai pembanding. Hal ini dilakukan mengingat sampai dengan akhir tahun 2011, Badan POM belum memiliki baseline data hasil pengawasan obat dan makanan. Oleh karena itu, pada tahun 2012 BADAN POM 15

akan dilakukan survei baseline data pengawasan obat dan makanan untuk mendapatkan baseline data yang sahih dan andal. Setiap sasaran strategis Badan POM dijabarkan lebih lanjut ke dalam sejumlah program. Di dalam setiap program terkumpul sejumlah kegiatan yang memiliki kesamaan perspektif yang dikaitkan dengan maksud, tujuan dan karakteristik program. Dengan demikian, kegiatan merupakan penjabaran lebih lanjut dari suatu program sebagai arah dari pencapaian tujuan dan sasaran strategis yang memberikan kontribusi bagi pencapaian misi dan visi organisasi. Dalam Rentra Badan POM Tahun 2010 2014, telah ditetapkan 5 sasaran strategis dalam mencapai 1 tujuan. Untuk mengukur pencapaian sasaran tersebut, ditentukan 17 indikator sasaran, 5 indikator di antaranya adalah indikator kinerja utama (IKU). Kelima sasaran strategis tersebut didukung oleh 3 program dan 26 kegiatan utama, yang dilaksanakan oleh pusat dan atau 31 BBPOM/BPOM di seluruh wilayah Indonesia. Rencana Kinerja Badan POM Tahun 2011 merupakan penjabaran dari Rencana Strategis 2010-2014. Dalam RKT ini terdapat 5 sasaran strategis, yang pencapaiannya diukur dengan 17 indikator kinerja. Semua sasaran strategis dan indikator kinerja yang ditetapkan dalam dokumen RKT adalah sama dengan sasaran strategis dan indikator yang ditetapkan dalam Renstra, begitu pula target yang ditetapkannya. Rencana Kinerja Tahun 2011 ini menjadi dasar dalam penyusunan usulan anggaran tahun 2011. Formulir Rencana Kinerja Tahun 2011 adalah sebagai berikut: Tabel 2 Formulir Rencana Kinerja Tahunan Badan Pengawas Obat dan Makanan RI Tahun 2011 Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Meningkatnya Efektifitas Pengawasan Obat dan Makanan dalam rangka Melindungi Masyarakat dengan Sistem yang Tergolong Terbaik di ASEAN a. b. c. Persentase kenaikan obat yang memenuhi standar Persentase kenaikan obat tradisional yang memenuhi standar Persentase kenaikan kosmetik yang memenuhi standar 0,1% 0,25% 0,25% d. Persentase kenaikan suplemen makanan yang memenuhi standar 0,5% BADAN POM 16

Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Terwujudnya Laboratorium Pengawasan Obat dan Makanan yang Modern dengan jaringan Kerja di seluruh Indonesia dengan Kompetensi dan Kapabilitas Terunggul di ASEAN Meningkatnya Kompetensi, Kapabilitas, dan Jumlah Modal Insani yang Unggul dalam Melaksanakan Pengawasan Obat dan Makanan Meningkatnya koordinasi, perencanaan, pembinaan, pengendalian terhadap program dan administrasi di lingkungan Badan POM sesuai dengan Sistem Manajemen Mutu Meningkatnya ketersediaan sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh Badan POM e. Persentase kenaikan makanan yang memenuhi standar f. Proporsi Obat yang Memenuhi Standar (Aman, Manfaat & Mutu) g. Proporsi Obat Tradisional yang Mengandung Bahan Kimia Obat (BKO) h. Proporsi Kosmetik yang Mengandung Bahan Berbahaya i. Proporsi Suplemen Makanan yang Tidak Memenuhi Syarat Keamanan j. Proporsi Makanan yang Memenuhi Syarat k. Persentase pemenuhan sarana dan prasarana laboratorium terhadap standar terkini l. Persentase Laboratorium BPOM yang terakreditasi secara konsisten sesuai standar m. Persentase ruang lingkup pengujian yang terakreditasi n. Persentase Pegawai yang Memenuhi Standar kompetensi o. Persentase unit kerja yang menerapkan quality policy p. Persentase unit kerja yang terintegrasi secara online q. Persentase ketersediaan sarana dan prasarana penunjang kinerja 3,75% 99,33% 1,8% 3,5% 3,5% 80% 70% 90% 60% 40% 15% 72% 75% Dokumen Penetapan Kinerja merupakan suatu dokumen pernyataan kinerja/kesepakatan kinerja/ perjanjian kinerja antara atasan dan bawahan untuk mewujudkan target kinerja tertentu berdasarkan pada sumber daya yang dimiliki oleh instansi. Pada awal tahun anggaran 2011, setelah DIPA keluar, Badan POM telah menyusun penetapan kinerja tingkat kementerian/lembaga yang ditandatangani oleh Kepala Badan POM. Penetapan BADAN POM 17

kinerja ini telah sesuai dengan Rencana Kinerja Tahunan (RKT) yang disusun berdasarkan dokumen Rencana Strategis. Dalam Penetapan Kinerja ini terdapat 5 sasaran strategis, yang pencapaiannya diukur dengan 17 indikator kinerja. Semua sasaran strategis dan indikator kinerja yang ditetapkan dalam dokumen Penetapan Kinerja adalah sama dengan sasaran strategis dan indikator yang ditetapkan dalam RKT, begitu pula target yang ditetapkannya. Formulir Penetapan Kinerja Tahun 2011 adalah sebagai berikut: Tabel 3 Formulir Penetapan Kinerja Badan Pengawas Obat dan Makanan RI Tahun 2011 Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Meningkatnya Efektifitas Pengawasan Obat dan Makanan dalam rangka Melindungi Masyarakat dengan Sistem yang Tergolong Terbaik di ASEAN Terwujudnya Laboratorium Pengawasan Obat dan Makanan yang Modern dengan jaringan Kerja di seluruh Indonesia dengan Kompetensi dan Kapabilitas Terunggul di ASEAN a. Persentase kenaikan obat yang memenuhi standar 0,1% b. Persentase kenaikan obat tradisional yang memenuhi standar 0,25% c. Persentase kenaikan kosmetik yang memenuhi standar 0,25% d. Persentase kenaikan suplemen makanan yang memenuhi standar 0,5% e. Persentase kenaikan makanan yang memenuhi standar 3,75% f. Proporsi Obat yang Memenuhi Standar (Aman, Manfaat 99,33% & Mutu) g. Proporsi Obat Tradisional yang Mengandung Bahan 1,8% Kimia Obat (BKO) h. Proporsi Kosmetik yang Mengandung Bahan Berbahaya 3,5% i. Proporsi Suplemen Makanan yang Tidak Memenuhi 3,5% Syarat Keamanan j. Proporsi Makanan yang Memenuhi Syarat 80% k. Persentase pemenuhan sarana dan prasarana laboratorium terhadap standar terkini l. Persentase Laboratorium BPOM yang terakreditasi secara konsisten sesuai standar 70% 90% m Persentase ruang lingkup pengujian yang terakreditasi 60% Meningkatnya Kompetensi, Kapabilitas, dan Jumlah Modal Insani yang Unggul dalam Melaksanakan Pengawasan Obat dan Makanan n Persentase Pegawai yang Memenuhi Standar kompetensi 40% BADAN POM 18

Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target Meningkatnya koordinasi, perencanaan, pembinaan, pengendalian terhadap program dan administrasi di lingkungan Badan POM sesuai dengan Sistem Manajemen Mutu o Persentase unit kerja yang menerapkan quality policy 15% p Persentase unit kerja yang terintegrasi secara online 72% Meningkatnya ketersediaan sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh Badan POM q Persentase ketersediaan sarana dan prasarana penunjang kinerja 75% Jumlah Anggaran Tahun 2011 : Rp 936.334.715.000,- BADAN POM 19

Pada Renstra Badan POM tahun 2010-2014 telah ditetapkan Indikator Kinerja Utama (IKU) yang akan menggambarkan kinerja Badan POM dalam melaksanakan visi dan misinya dalam 5 tahun ke depan, yaitu Persentase kenaikan Obat dan Makanan yang memenuhi standar sebesar 0,8% pada akhir tahun 2014. Karena indikator komposit produk sulit ditentukan, maka IKU Badan POM menjadi: 1. Persentase kenaikan obat yang memenuhi standar sebesar 0,4% pada akhir tahun 2014 2. Persentase kenaikan obat tradisional yang memenuhi standar sebesar 1% pada akhit tahun 2014 3. Persentase kenaikan kosmetik yang memenuhi standar sebesar 1% pada akhir tahun 2014 4. Persentase kenaikan suplemen makanan yang memenuhi standar sebesar 2% pada akhir tahun 2014 5. Persentase kenaikan makanan yang memenuhi standar sebesar 15% Kelima indikator kinerja utama tersebut sekaligus merupakan bagian dari indikator sasaran strategis yang pertama, yaitu Meningkatnya efektifitas pengawasan obat dan makanan dalam rangka melindungi masyarakat dengan sistem yang tergolong terbaik di ASEAN. Kelima indikator tersebut baru diukur pencapaiannya pada tahun 2011, dengan menggunakan data kinerja pada tahun 2010 sebagai baseline. Capaian indikator kinerja utama pada tahun 2011 secara rinci dituangkan pada tabel 4. BADAN POM 20

Tabel 4 Pencapaian Indikator Kinerja Utama (IKU) Badan POM Tahun 2011 a b c d e INDIKATOR KINERJA Persentase kenaikan obat yang memenuhi standard Persentase kenaikan obat tradisional yang memenuhi standard Persentase kenaikan kosmetik yang memenuhi standard Persentase kenaikan suplemen makanan yang memenuhi standard Persentase kenaikan makanan yang memenuhi standard TAHUN 2011 TARGET REALISASI % CAPAIAN 0,1% 4,79% 4.790% 0,25% 5,62% 2.248% 0,25% 6,79% 2.726% 0,5% 1,12% 224% 3,75% 0,38% 10,13% Persentase kenaikan produk obat dan makanan yang memenuhi standar pada tahun 2011 tersebut merupakan selisih dari persentase produk yang memenuhi standar pada tahun 2011 terhadap persentase produk yang memenuhi standar pada tahun 2010. Persentase produk yang memenuhi standar merupakan perbandingan antara jumlah produk yang memenuhi standar terhadap jumlah sampel total yang diuji laboratorium. Pada tahun 2011, jumlah sampel yang diuji adalah sebesar 98.835 dengan hasil uji sejumlah 86.077 sampel memenuhi standar. Profil obat dan makanan yang memenuhi syarat secara rinci dapat dilihat pada tabel 5. Tabel 5 Profil Obat dan Makanan yang Memenuhi Syarat (MS) pada Tahun 2010 2011 No Komoditi Jumlah sampel selesai uji Tahun 2010 Tahun 2011 Jumlah Jumlah sampel Jumlah sampel yang % sampel yang memenuhi MS selesai memenuhi standar uji standar (MS) (MS) % MS % Kenaikan Produk MS 1 Obat 36.815 34.688 94,22 17.432 17.259 99,01 4,79% 2 Obat tradisional 12.163 8.978 73,81 12.236 9.719 79,43 5,62% 3 Kosmetik 13.503 12.439 92,12 23.818 23.559 98,91 6,79% BADAN POM 21

No Komoditi 4 Suplemen makanan Jumlah sampel selesai uji LAKIP TAHUN 2011 Tahun 2010 Tahun 2011 Jumlah Jumlah sampel Jumlah sampel yang % sampel yang memenuhi MS selesai memenuhi standar uji standar (MS) (MS) % MS % Kenaikan Produk MS 3.031 2.951 97,36 4.020 3.959 98,48 1,12% 5 Makanan 41.324 31.418 76,03 41.329 31.581 76,41 0.38% Apabila dibandingkan dengan target tahun 2014, capaian beberapa indikator telah melebihi target yang ditetapkan. Perbandingan capaian IKU pada tahun 2011 terhadap target tahun 2014 secara rinci dapat dilihat pada tabel 6. Tabel 6 Perbandingan Capaian IKU pada Tahun 2011 terhadap target Tahun 2014 a b c d e INDIKATOR KINERJA Persentase kenaikan obat yang memenuhi standar Persentase kenaikan obat tradisional yang memenuhi standar Persentase kenaikan kosmetik yang memenuhi standar Persentase kenaikan suplemen makanan yang memenuhi standar Persentase kenaikan makanan yang memenuhi standar TARGET REALISASI 2014 2011 % CAPAIAN 0,4% 4,79% 1.197,5 % 1% 5,62% 562% 1% 6,79% 679% 2% 1,12% 56% 15% 0,38% 2,53% Dari data tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa target yang ditetapkan oleh Badan POM untuk indikator: a) Persentase kenaikan obat yang memenuhi standar; b)persentase kenaikan obat tradisional yang memenuhi standar; serta c) Persentase kenaikan kosmetik yang memenuhi standar adalah terlalu rendah. Sedangkan penetapan target untuk indikator : a) Persentase kenaikan suplemen makanan yang memenuhi standar dan b) Persentase kenaikan makanan yang memenuhi standar adalah terlalu tinggi. Untuk itu, perlu dilakukan peninjauan kembali dalam penetapan target untuk kelima indikator tersebut. Pada tahun 2011, pencapaian indikator Persentase kenaikan suplemen makanan yang memenuhi standar adalah 56% dibandingkan terhadap target pada akhir tahun 2014. Mengingat tahun 2011 merupakan tahun ke dua pelaksanaan BADAN POM 22

Renstra periode 2010-2014, maka peningkatan kinerja pada tahun-tahun berikutnya adalah dimungkinkan untuk mencapai target yang telah ditetapkan pada akhir tahun 2014. Sasaran strategis Badan POM merupakan penjabaran dari misi dan tujuan strategis yang telah ditetapkan, yang menggambarkan sesuatu yang akan dicapai selama kurun waktu 5 (lima) tahun dan dialokasikan dalam 5 (lima) periode secara tahunan melalui serangkaian program dan kegiatan. Renstra Badan POM Tahun 2010 2014 telah menetapkan tujuan utama pengawasan Obat dan Makanan di Indonesia yaitu: Meningkatnya perlindungan masyarakat dari produk obat dan makanan yang berisiko terhadap kesehatan. Selanjutnya tujuan tersebut dijabarkan menjadi 5 Sasaran Strategis Badan POM yaitu: 1. Meningkatnya efektifitas pengawasan obat dan makanan dalam rangka melindungi masyarakat dengan sistem yang tergolong terbaik di ASEAN. 2. Terwujudnya laboratorium pengawasan obat dan makanan yang modern dengan jaringan kerja di seluruh Indonesia dengan kompetensi dan kapabilitas terunggul di ASEAN 3. Meningkatnya kompetensi, kapabilitas dan jumlah modal insani yang unggul dalam melaksanakan pengawasan obat dan makanan. 4. Meningkatnya koordinasi perencanaan, pembinaan, pengendalian, terhadap program dan administrasi di lingkungan Badan POM sesuai dengan Sistem Manajemen Mutu. 5. Meningkatnya ketersediaan sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh Badan POM. Untuk mengukur pencapaian sasaran-sasaran tersebut telah ditentukan 12 indikator sasaran (selain indikator kinerja utama) yaitu : 1. Proporsi Obat yang memenuhi standar (aman, manfaat dan mutu) 2. Proporsi Obat Tradisional yang Mengandung Bahan Kimia Obat (BKO) 3. Proporsi Kosmetik yang Mengandung Bahan Berbahaya 4. Proporsi Suplemen Makanan yang Tidak Memenuhi Syarat Keamanan 5. Proporsi makanan yang memenuhi syarat 6. Persentase pemenuhan sarana dan prasarana laboratorium terhadap standar terkini 7. Persentase Laboratorium BPOM yang terakreditasi secara konsisten sesuai standar BADAN POM 23

8. Persentase ruang lingkup pengujian yang terakreditasi 9. Persentase Pegawai yang Memenuhi Standar kompetensi 10. Persentase unit kerja yang menerapkan quality policy 11. Persentase unit kerja yang terintegrasi secara online 12. Persentase ketersediaan sarana dan prasarana penunjang kinerja Selanjutnya akan diuraian pencapaian masing-masing sasaran pada tahun 2011, disertai dengan permasalahan yang dihadapinya. 1. Sasaran 1: Meningkatnya efektifitas pengawasan obat dan makanan dalam rangka melindungi masyarakat dengan sistem yang tergolong terbaik di ASEAN. Keberhasilan pencapaian sasaran pertama ini diukur dengan 5 (lima) indikator, selain IKU Badan POM, yaitu : 1. Proporsi obat yang memenuhi standar (aman, manfaat, dan mutu) 2. Proporsi obat tradisional yang mengandung Bahan Kimia Obat (BKO) 3. Proporsi kosmetik yang mengandung bahan berbahaya 4. Proporsi suplemen makanan yang tidak memenuhi syarat keamanan 5. Proporsi makanan yang memenuhi syarat Berikut adalah pencapaian masing-masing indikator tersebut pada tahun 2011, dibandingkan dengan pencapaian pada tahun 2010 serta posisinya terhadap target 2014. Tabel 7 Profil Pencapaian Sasaran Meningkatnya Efektifitas Pengawasan Obat dan Makanan dalam Rangka Melindungi Masyarakat dengan Sistem yang Tergolong Terbaik di ASEAN Tahun 2010-2011 Indikator Kinerja Proporsi obat yang memenuhi standar (aman, manfaat, dan mutu) Tahun 2011 Tahun 2010 Target Target Realisasi %Capaian %Capaian Realisasi %Capaian 2014 2011 2011 Thd 2011 Thd 2014 2010 Thd 2014 99,63 99,33 99,01 99,68 99,38 94,22 94,57 BADAN POM 24