TEORI MUSHAWWIBAT MUKHATHTHIA'T DALAM BERIJTIHAD. Oleh : E. Mulya S 1

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN UMUM Tentang HUKUM ISLAM SYARIAH, FIKIH, DAN USHUL FIKIH. Dr. Marzuki, M.Ag. PKnH-FIS-UNY 2015

BAB III PROSES IJMA MENURUT ABDUL WAHAB KHALLAF DAN PROSES PENETAPAN HUKUM DALAM KOMISI FATWA MUI

Etimologis: berasal dari jahada mengerahkan segenap kemampuan (satu akar kata dgn jihad)

BAB IV DASAR PERTIMBANGAN MAHKAMAH AGUNG TERHADAP PUTUSAN WARIS BEDA AGAMA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV ANALISIS KETENTUAN KHI PASAL 153 AYAT (5) TENTANG IDDAH BAGI PEREMPUAN YANG BERHENTI HAID KETIKA MENJALANI MASA IDDAH KARENA MENYUSUI

HUKUM DAN HAM DALAM ISLAM

KEHUJJAHAN HADIS MENURUT IMAM MAZHAB EMPAT

MATERI I PENGANTAR USHUL FIQH TIM KADERISASI

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam tradisi studi ushul fiqh dikenal lima macam hukum syar i yang

BAB IV ANALISIS PENDAPAT IMAM AL-SYAFI I TENTANG KEWARISAN KAKEK BERSAMA SAUDARA. A. Analisis Pendapat Imam al-syafi i Tentang Kewarisan Kakek Bersama

HUKUM MENGENAKAN SANDAL DI PEKUBURAN

Assalamu alaikum wr. wb.

Pendidikan Agama Islam

Soal Jawab Agama Dr Yusuf Al-Qardhawi - KAEDAH TOLERANSI DALAM MASALAH (2/2)

KAIDAH FIQHIYAH. Pendahuluan

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PERSYARATAN TEKNIS DAN SANKSI HUKUM MODIFIKASI KENDARAAN BERMOTOR YANG

RISALAH KEDUDUKAN AL- ADAH WA AL- URF DALAM BANGUNAN HUKUM ISLAM

Al-Qur an Al hadist Ijtihad

Berpegang kepada Al-Qur'an dan As-Sunnah, dan tidak bertaqlid kepada seseorang

A. Pengertian Fiqih. A.1. Pengertian Fiqih Menurut Bahasa:

SUMBER AJARAN ISLAM. Erni Kurnianingsih ( ) Nanang Budi Nugroho ( ) Nia Kurniawati ( ) Tarmizi ( )

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

KELOMPOK 1 : AHMAD AHMAD FUAD HASAN DEDDY SHOLIHIN

Ditulis oleh administrator Senin, 15 Desember :29 - Terakhir Diperbaharui Rabu, 20 Mei :36

IJTIHAD SEBAGAI JALAN PEMECAHAN KASUS HUKUM

BAB I PENDAHULUAN. hidup atau sudah meninggal, sedang hakim menetapkan kematiannya. Kajian

BAB IV JUAL BELI SEPATU SOLID DI KECAMATAN SEDATI SIDOARJO DALAM PERSPEKTIF MASLAHAH MURSALAH

BAB I PENDAHULUAN. seluruh alam, dimana didalamnya telah di tetapkan ajaran-ajaran yang sesuai

BAB II GAMBARAN UMUM KISAH-KISAH DALAM AL-QUR AN. Quraish Shihab berpendapat bahwa al-qur an secara harfiyah berarti bacaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

INTENSIFIKASI PELAKSANAAN ZAKAT FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA TENTANG

maksud firman-firman Allah sesuai dengan kemampuan manusia (mufasir) ", 25

Menyikapi Fenomena Gerhana. Oleh: Muhsin Hariyanto

MATAN. Karya Syaikh Al Imam Muhammad bin Abdul Wahhab

Mazhab menurut bahasa: isim makan (kata benda keterangan tempat) dari akar kata dzahab (pergi) (Al-Bakri, I ânah ath- Thalibin, I/12).

IJMA SEBAGAI SUMBER HUKUM ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. (bacalah) yang tertera dalam surat al- Alaq ayat 1-5. manusia dari segumpal darah melalui proses yang telah ditetapkan oleh Allah

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG AKAD JI ALAH. Berarti: gaji/upah. 1 Ji'alah suatu istilah dalam ilmu fiqh,

: :

BAB IV KUALITAS MUFASIR DAN PENAFSIRAN TABARRUJ. DALAM SURAT al-ahzab AYAT 33

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRADISI TUKAR-MENUKAR RAMBUT DENGAN KERUPUK DI DESA SENDANGREJO LAMONGAN

SUMBER HUKUM ISLAM 1

BAB IV YANG BERHUTANG. dibedakan berdasarkan waktu dan tempat. Fatwa fatwa yang dikeluarkan oleh

SUMBER SUMBER HUKUM ISLAM

studipemikiranislam.wordpress.com RUANG LINGKUP AJARAN ISLAM

Fidyah. "Dan orang-orang yang tidak mampu berpuasa hendaknya membayar fidyah, dengan memberi makanan seorang miskin." (Al Baqarah : 184)

Bolehkah Meruqyah Orang Kafir Yang Sakit?

Dialah yang telah menciptakan semua apa-apa yang ada dibumi untuk kalian.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Pendidikan Agama Islam

Berani Berdusta Atas Nama Nabi? Anda Memesan Sendiri Tempat di Neraka

Majlis Ugama Islam Singapura Khutbah Jumaat 17 April 2015 / 27 Jamadilakhir 1436 Memahami Hikmah Dalam Pengamalan Agama

Ji a>lah menurut masyarakat Desa Ngrandulor Kecamatan Peterongan

SALAH FAHAM TERHADAP ISLAM DAN SUMBER AJARAN ISLAM. Matakuliah : Agama Islam. Dosen : Drs.Moehadi, M.Pd

Memperbaiki Kesalahan dalam Bulan Ramadhan

BAB IV ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK DAN IMAM SHAFI I TERHADAP. A. Komparasi Pendapat Imam Malik dan Imam Shafi i terhadap Ucapan

Al-Hadits Tuntunan Nabi Mengenai Islam. Presented By : Saepul Anwar, M.Ag.

Engkau Bersama Orang Yang Kau Cintai

IBADAH JUM AT DAN PENYUSUNAN NASKAH KHUTBAH Oleh: Dr. Marzuki, M.Ag.

Waris Tanpa Anak. WARISAN ORANG YANG TIDAK MEMPUNYAI ANAK Penanya: Abdul Salam, Grabag, Purworejo. (disidangkan pada hari Jum'at, 10 Februari 2006)

Jangan Taati Ulama Dalam Hal Dosa dan Maksiat

Sumber Ajaran Agama Islam

BAB I PENDAHULUAN. Muhammad Firdaus, Akad-Akad Syariah, (Jakarta: Renaisan, 2007), h.43

BERIMAN KEPADA KITAB-KITAB ALLAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM I

HALAL, HARAM & SYUBHAT

BAB IV ANALISIS PENDAPAT HUKUM TENTANG IDDAH WANITA KEGUGURAN DALAM KITAB MUGHNI AL-MUHTAJ

BAB IV ANALISIS PERSAMAAN DAN PERBEDAAN KETENTUAN PASAL 182 KHI DAN PERSPEKTIF HAZAIRIN TENTANG BAGIAN WARIS SAUDARA PEREMPUAN KANDUNG

Pendidikan Agama Islam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sehingga dapat dirasakan rahmat dan berkah dari kehadiran al-qur an itu. 1

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PEMIMPIN. 1) Mengetahui atau mengepalai, 2) Memenangkan paling banyak, 3)

Di antaranya pemahaman tersebut adalah:

Pengantar Ulumul Quran. (Realitas Al-Quran)

HADITS SUMBER AJARAN ISLAM KEDUA. Oleh Drs. H. Aceng Kosasih, M. Ag

BAB IV ANALISIS PENDAPAT MAZHAB H{ANAFI DAN MAZHAB SYAFI I TENTANG STATUS HUKUM ISTRI PASCA MULA> ANAH

SUMBER-SUMBER DALIL HUKUM SYARA (Sebuah Analisa Atas Produk Pemikiran Ulama Ushul Fiqh) Oleh : Hamzah Hasan

BAB I PENDAHULUAN. dengan makanan yang dikonsumsi oleh makhluk lain atau orang-orang yang

Berbakti Sepanjang Masa Kepada Kedua Orang Tua

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP JAMINAN HUTANG BERUPA AKTA KELAHIRAN ANAK DI DESA WARUREJO KECAMATAN BALEREJO KABUPATEN MADIUN

BAB I PENDAHULUAN. Sejak datangnya agama Islam di Indonesia pada abad ke-7 Masehi,

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) IAIN SYEKH NURJATI CIREBON SEMESTER GANJIL TAHUN AKADEMIK 2016/2017

BAB II GAMBARAN UMUM GADAI EMAS (AR-RAHN) DALAM FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL-MAJLIS UALAMA INDONESI (DSN-MUI) TENTANG RAHN DAN RAHN EMAS

Alhamdulillah Was Shalaatu Was Salaamu Alaa Rasuulillah, adapun setelah ini:

Diterjemahkan oleh : Abu Sa id Neno Triyono. KARYA : Imam Muhammad bin Abdul Wahhab rohimahullah

ILMU QIRO AT DAN ILMU TAFSIR Oleh: Rahmat Hanna BAB I PENDAHULUAN. Al-Qur an sebagai kalam Allah SWT yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW

TAWASSUL. Penulis: Al-Ustadz Muhammad As-Sewed

BAB IV ANALISIS HEDGING TERHADAP KENAIKAN HARGA BAHAN BAKAR MINYAK-BBM DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

HAKIM YANG IDEAL MENURUT KACAMATA ISLAM

DIPLOMA PENGAJIAN ISLAM. WD4013 USUL FIQH (Minggu 1)

BAB IV. Implementasi PMA No. 11 Tahun 2007 dan Analisis Mas}lah}ah Mursalah terkait

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN PERJANJIAN PESANAN CATERING DAN STATUS UANG MUKA YANG DIBATALKAN DI SARAS CATERING SEMARANG

RISALAH AQIQAH. Hukum Melaksanakan Aqiqah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu bentuk pengalihan hak selain pewarisan adalah wasiat. Wasiat

Halal Guide.INFO - Guide to Halal and Islamic Lifestyle

BAB I PENDAHULUAN. benda tapi tidak sampai batas nisab zakat, namun ada pula yang tidak memiliki harta

3 Wasiat Agung Rasulullah


BAB III MANHAJ AL-ISTINBATH. A. Manhaj Yang Digunakan Untuk Mengistinbathkan Hukumnya

BAB I PENDAHULUAN. kebahagiaan dunia dan akhirat. Dakwah sebagai aktifitas umat Islam dalam. metode maupun media yang digunakan.

Puasa Sunah Asyura: Waktu dan Keutamaannya

Transkripsi:

TEORI MUSHAWWIBAT MUKHATHTHIA'T DALAM BERIJTIHAD Oleh : E. Mulya S 1 Abstraksi Kajian Mushawwibat dan Mukhatthia't merupakan kajian Ushul Fiqh, yang erat kaitannnya dengan ijtihad dan mujtahid. Perbedaan pandangan kelompok Mushawwibat dan Mukhatthia't ini berawal dari permasalahan apakah Allah telah menetapkan suatu hukum pada suatu masalah yang tidak ada nashnya, baik dari nash al-qur'an maupun dari nash al-hadits, sebelum para mujtahid berijtihad, ataukah Allah SWT sama sekali belum menentukan hukum pada setiap masalah, sehingga jika para mujtahid melakukan ijtihad maka hasil ijtihadnya merupakan hukum al-syari' (Allah). Pandangan ini membahwa kita kepada dilemma dalam memahami arti kebenaran, apalagi jika kebenaran itu terkait dengan kebenaran yang dikehendaki Allah dan Rasul-Nya. Kata Kunci: Mushawibat, muthatiat, Ijitihad dan Syariah Abstrack Mushawwibat study and a study of Usul Fiqh Mukhatthia't, which is closely related to ijtihad and mujtahid. Different views and Mukhatthia't Mushawwibat group originated from problems of whether God has set up a law on an issue that has nothing proposition, either from the texts of the Qur'an and Hadith texts, before the mujtahid ijtihad, or the same Allah once the law has not yet determined on any issue, so if the mujtahid perform ijtihad is the result of ijtihad alshari'ah law '(God). This view leads us to the problem in understanding the meaning of truth, especially if it is related to the truth that God requires truth and His Messenger. Keywords: Mushawibat, muthatiat, Ijitihad and Sharia 1 Penulis adalah Stap Pengajar FAI UNMA Prodi Mu amalah (Hukum Ekonomi Syariah) 49

A. PENDAHULUAN Dalam disiplin ilmu Fiqh dan Ushul Fiqh, dibahas secara gamblang tentang pola-pola dan metode ijtihad yang menjadi acuan dalam pengembangan pemikiran-pemikiran hukum Islam. Abdul Wahab Khallaf mengomentari soal ijtihad dengan mengatakan bahwa ijtihad adalah mencurahkan daya kemampuan untuk menghasilkan hukum syara' dari dalil-dalil syara' secara terperinci. 2 Pengertian tersebut memberikan pemahaman bahwa dalam memperoleh suatu hukum syara' setidaknya dibutuhkan mujtahid-mujtahid yang dapat menyingkap suatu produk hukum yang belum dipastikan kebenarannya oleh sumber utama hukum Islam yaitu al-qur'an dan al-hadits. Di antara pembahasan penting terkait dengan masalah ijtihad dalam Islam adalah tentang kategori nilai kebenaran yang diperoleh oleh seorang mujtahid dalam menentukan suatu hukum syara'. Kategori kebenaran ini dikenal dalam kajian ushul fiqh dengan teori Mushawwibat (Yang menyatakan benar) dan Mukhatthia't (Yang menyatakan salah). Teori ini dapat ditemukan dalam kitab-kitab Ushul Fiqh, meskipun tampak dibahas oleh pembahas Ushul Fiqh belakangan secara sepintas, parsial dan tampak tidak secara luas dan mendalam. Dalam kajian, ada kemungkinan dalam kitab-kitab Ushul Fiqh belakangan seperti karya Muhammad Abu Zahrah, Abdul Wahhab Khallaf dan Abdul Karim Zaedan tidak dibahas secara memadai persoalan Mushawwibat dan Mukhatthia't lebih disebabkan karena persoalan ini dipandang tidak ada ujung pangkalnya sebab klaim-klaim kebenaran dan kesalahan dalam berijtihad sangat relatif adanya. 2 Abdul Wahab Khallaf, 'Ilm Ushul al-fiqh, Da'wah Islamiyat Syabab al- Azhar, Kairo, 1968, cet 7, h. 187 50

Rumitnya persoalan Mushawwibat dan Mukhatthia't ini, tidak berarti bahwa nilai kebenaran ijtihad para mujtahid sama sekali tidak dapat dijelaskan, sebab sebagaimana dikemukakan oleh kalangan ushûliyyûn bahwa tingkat kebenaran yang diperoleh dan tingkat kekeliruan yang diperoleh oleh seorang mujtahid tetap berlaku, namun keduanya tetap mendapat memperoleh pahala (ma'jur) insyaallah. Hal ini sesuai dengan bunyi hadits yang artinya : "Bahwa apabila seorang hakim hendak menetapkan suatu hukum, lalu ia berijtihad dan ijtihadnya benar maka ia mendapat dua pahala, dan apabila seorang hakim hendak menetapkan suatu hukum, lalu ia berijtihad dan ijtihadnya salah, maka ia memperoleh satu pahala. 3 Hal menarik dalam hadits ini adalah ada perkara "Benar" dan ada perkara "Pahala". Dengan demikian, sesungguhnya perkara ijtihad dalam Islam adalah suatu tindakan yang memiliki derajat yang mulia. B. PENGERTIAN Secara kebahasaan Mushawwibat berarti orang yang menyatakan benar dan Mukhatthia't berarti orang yang menyatakan salah. Sementara secara istilah dalam Ushul Fiqh, Mushawwibat adalah kelompok yang berpendapat bahwa setiap mujtahid menemukan kebenaran dalam ijtihad mereka. Maksudnya bahwa apabila seorang mujtahid melakukan ijtihad dengan mempergunakan metode ijtihad yang diterima oleh syara' maka hasil ijtihadnya adalah benar. Sedangakan Mukhatthia't menurut ulama Ushul Fiqh mendefenisikan sebagai kelompok yang berpendapat bahwa kebenaran itu hanya satu dan hanya dicapai oleh seorang mujtahid, sedangkan muitahid lainnya 3 Hadits ini diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Amr bin Ash 51

tidak mencapai kebenaran. Maksudnya, bahwa hukum yang benar di sisi Allah hanya satu, dan karena itu mujtahid berusaha untuk menemukannya. Singkatnya, pengertian Mushawwibat dan Mukhattthia't memuat pesan kebenaran dan kesalahan, yang keduanya ingin dirujukkan antara kebenaran yang diyakini akal pikiran manusia dan kebenaran yang dikehendaki Allah. Kesalahan yang dimaksudkan Allah dan kesalahan yang diyakini akal pikiran manusia. C. TEORI MUSHAWWIBAT DAN MUKHATHTHIA'T Ushul fiqh telah menawarkan garis-garis petunjuk yang mumpuni untuk mengarahkan mujtahid agar terhindar dari kesalahankesalahan dalam menetapkan suatu hukum. Hal ini seiring dengan pembahasan Mushawwibat dan Mukhatthia't dalam Ushul Fiqh, yang senantiasa dibahas oleh pengkaji Ushul Fiqh dalam kaitannnya dengan ijtihad dan mujtahid. Perbedaan pandangan kelompok Mushawwibat dan Mukhatthia't ini berawal dari permasalahan apakah Allah telah menetapkan suatu hukum pada suatu masalah yang tidak ada nashnya, baik dari nash al-qur'an maupun dari nash al-hadits, sebelum para mujtahid berijtihad, ataukah Allah SWT sama sekali belum menentukan hukum pada setiap masalah, sehingga jika para mujtahid melakukan ijtihad maka hasil ijtihadnya merupakan hukum al-syari' (Allah). 4 Pandangan ini membahwa kita kepada dilemma dalam memahami arti kebenaran, apalagi jika kebenaran itu terkait dengan kebenaran yang dikehendaki Allah dan Rasul-Nya. 1, 1997. 4 Ensiklopedi Hukum Islam, PT Ikhtiar Baru Van Hoeve, Jakarta, Jilid 4, cet 52

Secara garis besar ada dua kelompok yang masing masing berpendapat dengan teori Mushawwibat maupun Mukhatthia't. Kedua teori ini masing-masing adalah sebagai berikut : 1. Ulama Asy'ariyah seperti Abu Bakar al-baqilani dan Abu Yusuf berpendapat bahwa Allah SWT tidak menentukan hukum tertentu pada setiap persoalan sebelum dilakukan ijtihad, bahkan hukum Allah dalam setiap persoalan itu merupakan hasil ijtihad yang dicapai oleh seorang mujtahid. Artinya, semua permasalahan yang belum ada nashnya, hukumnya adalah hasil ijtihad setiap mujtahid dan hasil ijtihadnya adalah benar. Karena itu mereka mendukung pandangan al-mushawwibat dengan beberapa pertimbangan a. Kisah Nabi Daud dan Sulaiman dalam surah al-anbiya ayat 78 dan 79, yang menceritakan terjadinya perbedaan keputusan antara Daud dan Sulaiman terhadap pemilik kambing yang merusak binatang orang lain, yang sekiranya salah satu dari kedua pendapat (Daud dan Sulaiman) salah dalam menetapkan hukum, maka tidak akan dikatakan bahwa hukum yang berbeda dari Daud dan Sulaiman itu sebagai hukum Allah. b. Hadits yang berbunyi "Sahabatku ibarat bintang, siapa saja yang kamu ikuti maka kamu akan mendapat petunjuk". Artinya, perbedaan ijitihad yang terjadi dikalangan sahabat dapat memilih pendapat mana saja di antara sahabat. Jadi Rasulullah mengakui beberapa kebenaran yang dibawa oleh para sahabat. Yang terpenting lagi, bahwa setiap sahabat Nabi Muhammad SAW tampaknya masing-masing melakukan ijtihad c. Bahwa andaikata setiap masalah yang tidak ada nashnya maka Allah pasti akan menetapkan yang Qath'i, terhadap hukum itu agar tidak terjadi keraguan terhadap hukum yang dicari. 53

2. Jumhur Ulama dan "Syi'ah" berpandangan bahwa hukum pada setiap permasalahan ijtihad hanya satu yang benar, dan apabila ada perbedaan hasil ijtihad yang dicapai, maka dari sekian hasil ijtihad hanya satu yang benar, sedangkan yang lain adalah salah. Ahmad bin Hanbal mengomentari pandangan ini dengan berkata bahwa yang benar di sisi Allah hanya satu, karenanya tidak semua mujtahid menemukan kebenaran. Meski demikian, orang yang melakukan ijtihad, ia tetap memperoleh pahala walau mereka salah dalam menentukan hukum, sebab ia telah berusaha mencapai yang benar tersebut. Kelompok ini membantah pandangan pendukung Mushawwibat dengan mengemukakan alasan sebagai berikut : a. Bahwa dalam kisah Daud dan Sulaiman, Sulaiman lah yang benar sedangkan pandangan Daud adalah salah. Artinya diantara kedua pandangan tersebut ada yang benar. b. Bahwa hadits ini membagi secara tegas hasil ijtihad kepada yang benar dan yang salah, dan andaikata yang benar itu ada beberapa maka itu bertentangan dengan kandungan hadits. Kedua kelompok di atas masing berpegang pada adanya kebenaran, atau keduanya mengakui adanya kebenaran yang diperioleh dalam berijtihad, namun berbeda pada pluralitas kebenaran itu sendiri yang diperoleh dari beberapa hasil ijtihad. Hal ini menghadapkan kita pada dilemma menentukan sebuah kebenaran dalam menentukan suatu hukum tertentu. Namun demikian, meskipun tampak dilematis dalam memahami proposisi di atas, namun di sini kiranya perlu dikemukakan pandangan Syekh Muhammad Al-Khudr Bek, bahwa teori-teori hukum ijtihad 54

dapat dibagi ke dalam dua bagian yaitu teori-teori tentang hal-hal yang bersifat Qath'i (pasti) dan hal-hal yang bersifat Zhanni (meragukan). Yang bersifat Qath'i bisa berarti tentang Kalamiyyat (tauhid), juga dapat berarti Ushuliyyat (Ushul Fiqh) dan Fiqhiyyat (Fiqh). 5 Yang dimaksud dengan perkara Kalmiyyat adalah hal-hal yang berkaitan dengan nalar dan kerja pemikiran, yang dalam kontek ini hanya ada satu kebenaran sehingga jika ada yang keliru dalam soal tauhid maka ia berdosa, bahkan dapat disebut kafir. Sementara yang dimaksud dengan al-ushuliyyat adalah hal-hal yang terkait dengan eksistensi ijma' dan Qiyas serta al-khabar al- Wahid, yang jika menentang dalil-dalil ini maka ia dapat mengalami kekeliruan bahkan dapat berdosa. Sedangkan yang dimaksud dengan al-fiqhiyyat di sini adalah perihal yang berkaitan dengan dua jenis fiqh yaitu al-fiqhiyyat al-qath'iyyat, seperti perkara kewajiban shalat, puasa dan sebagainya, juga berkaitan dengan al-zhanniyyat, dimana dalam kategori inilah seorang mujtahid tidak dapat disebut berdosa, baik bagi orang yang berpendapat bahwa yang memperoleh kebenaran dalam ijtihad hanya satu, maupun bagi orang yang berpendapat bahwa setiap mujtahid dapat adalah benar. 6 Jika dicermati pemaparan Muhammad Khudr Bek di atas, maka dapat dipahami bahwa persoalan Mushawwibat dan Mukhatthia't adalah tema bahasan yang sangat relevan dengan kemampuan daya nalar seseorang terhadap pesan-pesan nash al-qur'an dan al-hadits yang berisi ketentuan-ketentuan hukum syara'. 1988. h. 374 6 Ibid 5 Syekh Muhammad Al-Khudr Bek, Ushul al-fiqh, Dar al-fikr, Baerut, 55

Lebih jauh perlu dikemukakan di sini bahwa dalam wacana teori Mushawwibat dan Mukhatthia't ini setidaknya ada tiga pandangan ulama yang memberikan komentarnya dalam kaitan dengan ijtihad dalam ushuliyyat dan furu'iyyat sebagai berikut 7 : 1. Bisyr al-marysi, yang menyertakan antara persoalan-persoalan furu' ke ushul, yang menurutnya mesti ada satu yang ditetapkan dan orang yang salah dari mereka adalah berdosa 2. Al-Jahizh, hanya ada satu kebenaran yang menyertakan antara persoalan-persoalan ushul ke furu', yang menurutnya bahwa hanya satu yang diakui dan benar, namun yang salah dapat diampuni dalam soal furu'iyyat. 3. Abdullah bin Al-Hasan bin al-anbary (dari kalangan mu'tazilah), bahwa setiap mujtahid dalam ushul (atau furu') keduanya dapat disebut benar. Perbedaan pandangan di atas, mengindikasikan bahwa pada dasarnya ada dua hal yang mendasari mengapa lahir teori Mushawwibat dan Mukhatthia't, yaitu ; pertama, bahwa hukum-hukum yang berusaha dipahami oleh para mujtahid adalah berkisar pada nash-nash al- Muhkamat dan al-mutasyabihat, atau lebih dikenalnya al-zhanniyat dan al-qath'iyyat. Kedua, bahwa hukum yang dikehendaki Allah sebagai kebenaran mutlak bagi-nya, cukup dilematis dipahami secara benar dengan adanya dua jenis nash atau dalil, meskipun sebetulnya jika saja juga hanya ada satu jenis dalil (misalnya hanya yang Qathi') maka tidak perlu lagi berijtihad, dan ini berarti akal tidak bekerja. Intinya, bahwa perbedaan dalam menentukan tashwib dan takhthi'at masih dalam kerangka rahmat Allah kepada manusia agar 7 Ibid h. 374-6 56

menemukan kebenaran-kebenaran dalam hukum Islam. Sesuai dengan isyarat Hadits Nabi Muhammad SAW bahwa Ikhtilaf Ummati Rahmat (perbedaan pendapaat di kalangan ummatku) adalah rahmat. D. KESIMPULAN Dari pemaparan makalah ini dapat dirangkum beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Bahwa teori Mushawwibat dan Mukhatthia't adalah teori tentang kebenaran dan kesalah yang diperoleh dalam mempekerjakan nalar untuk memperoleh hukum-hukum tertentu yang disari dari al-qur'an dan al-hadir. 2. Bahwa secara garis besar, ada dua pandangan pengertian jumhur berkaitan dengan teori Mushawwibat dan Mukhatthia't yaitu : a. Bahwa setiap mujtahid dalam hal-hal zhanniyat adalah dapat disebut benar, yang disebut mushawwibat. b. Bahwa hanya ada satu yang benar dari setiap mujtahid, yang disebut golongan mukhaththia't. 3. Bahwa perbedaan pandangan dalam masalah Mushawwibat dan Mukhatthia't ini lebih disebabkan pada perbedaan pemahamaan atas perkara-perkara Qath'iyyat dan Zhahnniyat atau nash-nash yang Muhkamat dan Mutasyabihat. Wallahu A'lam Bishshawab Abdul Wahab Khallaf, 'Ilm Ushul al-fiqh, Da'wah Islamiyat Syabab al-azhar, Kairo, 1968, cet 7, h. 187 Hadits ini diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Amr bin Ash Ensiklopedi Hukum Islam, PT Ikhtiar Baru Van Hoeve, Jakarta, Jilid 4, cet 1, 1997. 57

Syekh Muhammad Al-Khudr Bek, Ushul al-fiqh, Dar al-fikr, Baerut, 1988. h. 374 58