Metode penghitungan perubahan tutupan hutan berdasarkan hasil penafsiran citra penginderaan jauh optik secara visual

dokumen-dokumen yang mirip
KONDISI TUTUPAN HUTAN PADA KAWASAN HUTAN EKOREGION KALIMANTAN

Rambu evakuasi tsunami

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

KATA PENGANTAR. Assalamu alaikum wr.wb.

III. METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Data 3.3 Tahapan Pelaksanaan

SNI 7827:2012. Standar Nasional Indonesia. Papan nama sungai. Badan Standardisasi Nasional

TUGAS TERSTRUKTUR I ANALISIS LANDSKAP TERPADU

Kulit masohi SNI 7941:2013

BAB 3 PENGOLAHAN DATA

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE. Gambar 1 Peta Lokasi Penelitian

Bibit niaga (final stock) umur sehari/kuri (day old chick) Bagian 2: Ayam ras tipe petelur

Penyusunan neraca spasial sumber daya alam - Bagian 3: Sumber daya lahan

Pemanfaatan Citra Aster untuk Inventarisasi Sumberdaya Laut dan Pesisir Pulau Karimunjawa dan Kemujan, Kepulauan Karimunjawa

Kayu gergajian Bagian 3: Pemeriksaan

Bibit rumput laut kotoni (Eucheuma cottonii )

III. METODOLOGI 3.1 Waktu Penelitian 3.2 Lokasi Penelitian

Udara ambien Bagian 10: Cara uji kadar karbon monoksida (CO) menggunakan metode Non Dispersive Infra Red (NDIR)

Semen portland komposit

Title : Analisis Polaruang Kalimantan dengan Tutupan Hutan Kalimantan 2009

GEOGRAFI. Sesi PENGINDERAAN JAUH : 3 A. CITRA NONFOTO. a. Berdasarkan Spektrum Elektromagnetik

Bibit induk (parent stock) umur sehari/kuri (day old chick) Bagian 1: Ayam ras tipe pedaging

Cara uji kandungan udara dalam beton segar dengan metode tekan

LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA NASIONAL

5 LAJU HISTORIS KARBON SEKUESTRASI DAN LAJU EMISI CO 2 DI WILAYAH PESISIR

Tata cara perhitungan evapotranspirasi potensial dengan panci penguapan tipe A

Lampiran A. Kriteria (Deskripsi) Kelas Tutupan Hutan Penggunaan Lahan

LAMPIRAN 1 HASIL KEGIATAN PKPP 2012

II. TINJAUAN PUSTAKA. permukaan lahan (Burley, 1961 dalam Lo, 1995). Konstruksi tersebut seluruhnya

Statistik Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah XII Tanjungpinang Tahun Halaman 34 VI. PERPETAAN HUTAN

Kawat baja tanpa lapisan untuk konstruksi beton pratekan (PC wire / KBjP )

BAB III METODE PENELITIAN

Analisis Separabilitas Untuk mengetahui tingkat keterpisahan tiap klaster dari hasil klastering (Tabel 5) digunakan analisis separabilitas. B

KATA PENGANTAR. Assalamu alaikum wr.wb.


Bambu lamina penggunaan umum

Kayu lapis indah jenis jati Bagian 1: Klasifikasi, persyaratan dan penandaan

3 METODE. Lokasi dan Waktu Penelitian

Cara uji kadar air total agregat dengan pengeringan

GEOGRAFI. Sesi PENGINDERAAN JAUH : 5. A. IDENTIFIKASI CITRA PENGINDERAAN JAUH a. Identifikasi Fisik

PERATURAN KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG

PEMANFAATAN DATA PENGINDERAAN JAUH ALOS AVNIR UNTUK PEMANTAUAN LIPUTAN LAHAN KECAMATAN

Metode penyiapan secara kering contoh tanah terganggu dan tanah-agregat untuk pengujian

Cara uji titik lembek aspal dengan alat cincin dan bola (ring and ball)

III. METODOLOGI. Gambar 1. Peta Administrasi Kota Palembang.

Biji kakao AMANDEMEN 1

Produksi bibit rumput laut kotoni (Eucheuma cottonii) Bagian 1: Metode lepas dasar

METODE PENELITIAN. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 9. Peta Orientasi Wilayah Kecamatan Beji, Kota Depok

BAB III METODE PENELITIAN

ZULISTIA Air dan air limbah Bagian 80: Cara uji warna secara spektrofotometri SNI :2011

4. PERUBAHAN PENUTUP LAHAN

Kayu lapis - Klasifikasi. Plywood - Classification

Gambar 11. Citra ALOS AVNIR-2 dengan Citra Komposit RGB 321

Air dan air limbah Bagian 10: Cara uji minyak nabati dan minyak mineral secara gravimetri

PEDOMAN PEMANTAUAN PERUBAHAN LUAS PERMUKAAN AIR DANAU MENGGUNAKAN DATA SATELIT PENGINDERAAN JAUH

Cara uji berat jenis aspal keras

Atmosfer standar untuk pengondisian dan/atau pengujian - Spesifikasi

ANALISIS PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN (LAND COVER) DI TAMAN WISATA ALAM SUNGAI LIKU KABUPATEN SAMBAS TAHUN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

MENTERI NEGARA AGRARIA/KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

PEMANTAUAN SUMBER DAYA HUTAN INDONESIA

Kondisi Hutan (Deforestasi) di Indonesia dan Peran KPH dalam penurunan emisi dari perubahan lahan hutan

Gaharu SNI 7631:2011. Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di website dan tidak untuk dikomersialkan

Spesifikasi aspal emulsi kationik

Mesin pemecah biji dan pemisah kulit kakao - Syarat mutu dan metode uji

ULANGAN HARIAN PENGINDERAAN JAUH

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran

KATA PENGANTAR. Assalamu alaikum wr.wb.

Cara uji CBR (California Bearing Ratio) lapangan

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE

SNI 4482:2013 Standar Nasional Indonesia Durian ICS Badan Standardisasi Nasional

SISTEM INFORMASI GEOGRAFI. Data spasial direpresentasikan di dalam basis data sebagai vektor atau raster.

PENGINDERAAN JAUH. --- anna s file

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

q Tujuan dari kegiatan ini diperolehnya peta penggunaan lahan yang up-to date Alat dan Bahan :

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

Cara uji sifat tahan lekang batu

Cara uji penetrasi aspal

Alat pemadam kebakaran hutan-pompa punggung (backpack pump)- Unjuk kerja

Gambar 7. Lokasi Penelitian

Cara uji daktilitas aspal

Cara uji kemampuan penyelimutan dan ketahanan aspal emulsi terhadap air

Metode uji penentuan persentase butir pecah pada agregat kasar

Cara uji geser langsung batu

PENILAIAN DAN KUNCI PENGELOLAAN LAHAN BASAH:

Analisis kadar abu contoh batubara

Tabel 11. Klasifikasi Penutupan Lahan Data Citra Landsat 7 ETM, Maret 2004

IPB International Convention Center, Bogor, September 2011

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

INDIKASI LOKASI REHABILITASI HUTAN & LAHAN BAB I PENDAHULUAN

Spesifikasi agregat untuk lapis fondasi, lapis fondasi bawah, dan bahu jalan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman (Tahura

SIDANG TUGAS AKHIR IDENTIFIKASI KERUSAKAN HUTAN DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) MENGGUNAKAN DATA CITRA LANDSAT 7 DAN LANDSAT

Pengembangan RTH Kota Berbasis Infrastruktur Hijau dan Tata Ruang

Transkripsi:

Standar Nasional Indonesia Metode penghitungan perubahan tutupan hutan berdasarkan hasil penafsiran citra penginderaan jauh optik secara visual ICS 65.020 Badan Standardisasi Nasional

BSN 2014 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen ini dengan cara dan dalam bentuk apapun serta dilarang mendistribusikan dokumen ini baik secara elektronik maupun tercetak tanpa izin tertulis dari BSN BSN Gd. Manggala Wanabakti Blok IV, Lt. 3,4,7,10. Telp. +6221-5747043 Fax. +6221-5747045 Email: dokinfo@bsn.go.id www.bsn.go.id Diterbitkan di Jakarta

Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah dan definisi... 1 4 Metode pengukuran dan penghitungan perubahan tutupan hutan... 2 Lampiran A (normatif) Kelas tutupan lahan... 6 Lampiran B (informatif) Deskripsi tutupan hutan pada citra penginderaan jauh... 7 Lampiran C (normatif) Matriks perubahan tutupan hutan... 8 Bibliografi... 9 BSN 2014 i

Prakata Standar Nasional Indonesia (SNI) Metode penghitungan perubahan tutupan hutan berdasarkan hasil penafsiran citra penginderaan jauh optik secara visual disusun sebagai pedoman bagi para pihak dalam penghitungan perubahan tutupan hutan di Indonesia. Standar ini disusun oleh Panitia Teknis 65-01 Pengelolaan Hutan yang telah dibahas dalam rapat teknis dan disepakati dalam rapat konsensus pada tanggal 11 Februari 2014 di Jakarta. Hadir dalam rapat tersebut, perwakilan dari produsen, konsumen, pakar dan regulator. Standar ini telah melalui proses jajak pendapat pada tanggal 24 April 2014 sampai dengan 23 Juni 2014 BSN 2014 ii

Pendahuluan Perubahan tutupan hutan merupakan salah satu isu strategis dalam permasalahan pembangunan kehutanan, karena dampaknya yang sangat besar terhadap kelestarian sumberdaya hutan dan terjadi setiap tahun. Selama ini pemantauan perubahan tutupan hutan dilakukan dengan teknik penginderaan jauh, tetapi metode penghitungannya belum dibakukan. Untuk mendukung metode tersebut, diperlukan data yang berkualitas karena sangat menentukan konsistensi, akurasi dan kerincian informasi. Oleh karena itu diperlukan suatu standar yang bersifat nasional dalam penghitungan perubahan tutupan hutan dan datanya. Hasil analisis perubahan diharapkan dapat digunakan untuk penghitungan luasan hutan yang hilang (gross deforestation) dan perbedaan luas hutan antara dua waktu pengamatan dengan mempertimbangkan luasan hutan yang hilang (nett deforestation). BSN 2014 iii

Metode penghitungan perubahan tutupan hutan berdasarkan hasil penafsiran citra penginderaan jauh optik secara visual 1 Ruang lingkup Standar ini menetapkan metode penghitungan perubahan tutupan hutan berdasarkan hasil penafsiran citra penginderaan jauh optik secara visual. Standar ini digunakan untuk penghitungan perubahan tutupan hutan secara nasional. 2 Acuan normatif SNI 6502.4, Spesifikasi penyajian peta rupa bumi Bagian 4: Skala 1:250.000 3 Istilah dan definisi Untuk tujuan penggunaan dalam dokumen ini, istilah dan definisi berikut ini digunakan. 3.1 citra satelit penginderaan jauh gambaran kenampakan permukaan bumi yang dihasilkan dari proses penyiaman/pemindaian (scanning) oleh sebuah pengindera/sensor yang ditempatkan di suatu wahana antariksa (satelit) dan dari kombinasi warna merah - hijau - biru (Red - Green - Blue/ RGB) citra dengan kanal SWIR, NIR dan Red 3.2 kelas hutan berdasarkan citra satelit kenampakan berwarna hijau dan tingkat kecerahan sedang sampai gelap, tekstur halus sampai sedang pada citra satelit optik resolusi sedang yang dihasilkan dari kombinasi Red Green Blue (RGB), R diisi dengan kanal infra merah gelombang pendek/short-wavelength infrared (SWIR), G diisi dengan kanal inframerah dekat/near Infrared (NIR), B diisi dengan kanal merah/red (R) 3.2.1 hutan kenampakan pada citra satelit berwarna hijau dan tingkat kecerahan muda sampai agak gelap, tekstur halus sampai agak kasar 3.2.2 hutan alam kenampakan pada citra satelit berwarna hijau dan tingkat kecerahan muda sampai agak gelap, tekstur sedang 3.2.3 hutan lahan kering kenampakan pada citra satelit hutan berwarna hijau dengan tingkat kecerahan sedang, serta tekstur sedang sampai dengan agak kasar BSN 2014 1 dari 9

3.2.4 hutan mangrove kenampakan pada citra satelit hutan berwarna hijau dengan tingkat kecerahan gelap, dan tekstur agak kasar yang letaknya di tepi laut 3.2.5 hutan rawa kenampakan pada citra satelit berwarna hijau dengan tingkat kecerahan gelap sampai sangat gelap, dan tekstur halus sampai agak halus 3.2.6 hutan tanaman kenampakan pada citra satelit berwarna hijau dengan tingkat kecerahan gelap sampai sangat gelap untuk tanaman tua, dan terang untuk tanaman muda, tekstur kasar untuk tanaman tua dan tekstur halus sampai agak halus untuk tanaman muda, biasanya mempunyai pola yang teratur (petak-petak) dengan jaringan jalan yang jelas 3.3 perubahan tutupan hutan perubahan luas tutupan hutan dari waktu awal pengamatan (T 0 ) ke waktu akhir pengamatan (T 1 ) 3.4 tutupan hutan tutupan biofisik pada permukaan bumi berupa hutan 3.5 tutupan tidak berhutan bentuk tutupan selain hutan, antara lain berupa belukar, belukar rawa, savana/padang rumput, perkebunan, budidaya pertanian, tanah terbuka, rawa, tubuh air, dan areal terbangun 3.6 verifikasi tutupan hutan kegiatan untuk mengetahui kebenaran hasil deliniasi tutupan hutan dengan kenyataannya di lapangan 4 Metode pengukuran dan penghitungan perubahan tutupan hutan 4.1 Prinsip Menghitung tingkat perubahan tutupan hutan berdasarkan hasil penafsiran citra penginderaan jauh optik secara visual pada periode tertentu. 4.2 Sumber data 4.2.1 Citra penginderaan jauh a. Memiliki minimum resolusi spasial sedang. b. Tutupan awan maksimum 10% per liputan (scene). c. Memiliki data kanal infra merah gelombang pendek (SWIR), inframerah dekat (NIR), dan merah (R). BSN 2014 2 dari 9

d. Telah melalui proses koreksi radiometrik. e. Telah melalui proses koreksi geometrik. f. Telah melalui proses ortorektifikasi. g. Belum mengalami pengolahan yang mengubah nilai digital secara permanen, kecuali proses koreksi yang dilakukan oleh penyedia pada butir c, d, e. h. Tersimpan dalam media rekam digital. 4.2.2 Data spasial acuan a. Aspek administrasi pemerintahan (Peta administrasi provinsi/kabupaten/kota/ kecamatan/ desa). b. Aspek penataan ruang kawasan (Peta penunjukkan kawasan hutan dan perairan provinsi/rtrwp, unit pengelolaan/kph). c. Aspek ekosistem (Peta Ekoregion Nasional Indonesia). d. Aspek topografi (Peta Rupa Bumi Indonesia skala 1:250.000; 1:50.000; 1: 25.000) 4.3 Pengolahan data 4.3.1 Kegiatan persiapan a. Pemuatan (loading) data citra penginderaan ke dalam piranti keras (untuk data yang tersedia dalam media rekam digital) atau pengunduhan (downloading) (untuk data yang tersedia dalam jaringan (daring/online)). b. Konversi format citra ke dalam format yang diminta oleh piranti lunak. c. Pembuatan paduan (komposit) warna alami semu. d. Pembuatan mosaik citra (apabila diperlukan). e. Pemuatan data spasial acuan dan penyusunan lapisan (layer) data yang akan ditafsir. 4.3.2 Kegiatan penafsiran a. Pemuatan citra T 1, b. Tumpang susun (overlay) citra T 1 dengan hasil penafsiran T 0, c. Delineasi perubahan pada poligon kelas penutup lahan, d. Pembangunan topologi data hasil penafsiran, e. Pemberian label kelas penutup lahan pada tiap poligon (Lampiran A dan Lampiran B). 4.4 Verifikasi hasil penafsiran a. Pemilihan objek secara purposif, b. Pengukuran/pengamatan objek yang dipilih secara langsung di lapangan atau tidak langsung melalui wahana udara (ultralight, pesawat tanpa awak), citra resolusi tinggi atau foto udara, c. Perekaman hasil pengukuran pada setiap plot/titik areal pengamatan, d. Pembuatan matriks akurasi penafsiran (confusion matrix) yang dinyatakan dalam persen (%). CATATAN: Pengukuran objek yang dipilih secara langsung di lapangan sesuai dengan ketentuan dalam Petunjuk Teknis Cek Lapangan (ground check) Penutupan Lahan Hasil Penafsiran Citra Satelit Resolusi Sedang dalam rangka Pemantauan Sumberdaya Hutan. BSN 2014 3 dari 9

4.5 Analisis perubahan tutupan hutan 4.5.1 Pengelompokan kelas Kegiatan untuk mengelompokkan beberapa kelas penutup lahan menjadi suatu kelompok tertentu. Kelas penutupan lahan dikelompokkan menjadi kelas tutupan hutan dan kelas tutupan tidak berhutan. 4.5.2 Penghitungan perubahan tutupan hutan 4.5.2.1 Analisis spasial a. melakukan tumpang susun (overlay) kelas penutupan lahan pada waktu pengamatan awal (T 0 ) dengan kelas penutupan lahan pada waktu berikutnya (T 1 ), b. melakukan analisis objek yang tidak berubah (pada T 0 dan T 1 ) dan yang berubah (objek pada T 0 dan T 1 tidak sama), c. melakukan penghitungan luasan pada setiap objek yang mengalami perubahan (baik yang mengalami perubahan dari hutan menjadi bukan hutan maupun sebaliknya) dan yang tidak mengalami perubahan. 4.5.2.2 Analisis tabular a. melakukan penghitungan luasan pada tiap kelas (atau kelompok kelas) penutupan lahan pada dua waktu pengamatan, b. melakukan penghitungan perubahan luasan pada kelas tutupan hutan dan kelas tutupan tidak berhutan pada dua waktu pengamatan, c. melakukan penghitungan luas perubahan tutupan hutan dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Keterangan: PTH adalah perubahan tutupan hutan per tahun pada periode tertentu, dinyatakan dalam luas per tahun (ha/tahun); A 0 adalah luas hutan pada waktu pengamatan awal, dinyatakan dalam hektar (ha); A 1 adalah luas hutan pada waktu pengamatan akhir, dinyatakan dalam hektar (ha); T 0 adalah tahun pengamatan awal; adalah tahun pengamatan akhir. T 1 CATATAN: Apabila PTH bernilai positif berarti terjadi penambahan tutupan hutan sedangkan apabila PTH bernilai negatif berarti terjadi pengurangan tutupan hutan 4.6 Penyajian hasil analisis 4.6.1 Penyajian spasial Penyajian spasial dilakukan dengan menampilkan areal-areal yang mengalami perubahan tutupan hutan di atas peta dasar yang telah dilengkapi dengan informasi tematik tutupan lahan. Peta hasil analisis perubahan tutupan hutan disajikan pada skala 1:250.000 sesuai dengan SNI 6502.4. BSN 2014 4 dari 9

4.6.2 Penyajian tabular Penyajian tabular dilakukan dengan menyusun luasan tiap kelas tutupan lahan atau kelompok kelas tutupan lahan pada T 0 dan T 1 serta perhitungan perubahannya disajikan pada Lampiran C. BSN 2014 5 dari 9

Lampiran A (normatif) Kelas tutupan lahan Tabel A.1 Kelas tutupan lahan No Kelas tutupan lahan Kode toponim Kelas berhutan 1 Hutan lahan kering primer Hp 2 Hutan lahan kering sekunder Hs 3 Hutan mangrove primer Hmp 4 Hutan mangrove sekunder Hms 5 Hutan rawa primer Hrp 6 Hutan rawa sekunder Hrs 7 Hutan tanaman Ht Kelas tidak berhutan 1 Semak belukar B 2 Semak belukar rawa Br 3 Rumput/savanna S 4 Pertanian lahan kering Pt 5 Pertanian lahan kering campur semak Pc 6 Sawah Sw 7 Tambak Tm 8 Perkebunan Kb 9 Permukiman Pm 10 Bandara/ pelabuhan Bdr 11 Transmigrasi Tr 12 Lahan terbuka T 13 Pertambangan Tb 14 Rawa Rw 15 Tubuh air A 16 Awan Aw BSN 2014 6 dari 9

Lampiran B (informatif) Deskripsi tutupan hutan pada citra penginderaan jauh Tabel B.1 Deskripsi tutupan hutan pada citra penginderaan jauh Deskripsi No Kelas Tutupan Hutan Tingkat Warna Kecerahan/Rona Tekstur Pola Situs Asosiasi 1 2 3 4 5 6 7 8 1. Hutan lahan kering Hijau Sedang Sedang sampai agak kasar Tidak beraturan mengikuti pegunungan Lahan kering, dataran rendah s.d. tinggi, topografi ringan s.d. sangat berat Hutan tanaman, belukar, perkebunan 2. Hutan mangrove Hijau Gelap Agak kasar Tidak beraturan mengikuti sungai dan pantai Pantai tropik (daerah basah dengan salinitas sedang) Sungai, pantai, tambak 3. Hutan rawa Hijau Gelap s.d sangat gelap Halus s.d. agak halus Tidak teratur Lahan basah, topografi datar, tergenang/ bencah Sungai, rawa 4. Hutan tanaman Hijau Sangat terang s.d gelap dan sangat gelap Kasar, agak kasar s.d agak halus dan halus Berpetak pada medan datar, atau mengikuti topografi Lahan datar, kering atau basah dikeringkan Hutan lahan kering, perkebunan, belukar BSN 2014 7 dari 9

Lampiran C (normatif) Matriks perubahan tutupan hutan Tabel C.1 Matriks perubahan tutupan hutan T 0 Kelas ber hutan Kelas tidak berhutan Kelas tutupan lahan 1 Hp 2 Hs 3 Hmp 4 Hms 5 Hrp 6 Hrs 7 Ht 8 B 9 Br 10 S 11 Pt 12 Pc 13 Sw 14 Tm 15 Pk 16 Pm 17 Bdr 18 Tr 19 T 20 Tb 21 Rw 22 A Luas T 1 (Ha) Luas T 0 (Ha) BSN 2014 8 dari 9 T 1 Kelas hutan Kelas tidak berhutan Hp Hs Hmp Hms Hrp Hrs Ht B Br S Pt Pc Sw Tm Pk Pm Bdr Tr T Tb Rw A 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 CATATAN: 1. Perubahan tutupan hutan merupakan perubahan kelas berhutan menjadi kelas tidak berhutan serta kelas tidak berhutan menjadi kelas berhutan, 2. Kolom dan baris yang diarsir menunjukkan perubahan tutupan hutan yang tidak mungkin terjadi, 3. Kolom dan baris yang diarsir menunjukkan perubahan yang tidak relevan dalam penghitungan perubahan tutupan hutan.

Bibliografi Achard, F., H. J. Stibig, H. D. Eva, E. J. Lindquist, A. Bouvet, O. Arino, and P. Mayaux. 2010. Estimating tropical deforestation from Earth observation data. Carbon Management 1 (2): 271-287. Comber, A. J., P. F. Fisher, and R. Wadsworth. 2005. What is land cover? Environ. Plann. B 32: 199-209. Di Gregorio, A. 2005. Land cover classification system. Classification concepts and user manual. Software version 2. FAO. Roma. Direktorat Inventarisasi dan Pemantauan Sumberdaya Hutan. 2010. Petunjuk Teknis Cek Lapangan (Groundcheck) Penutupan Lahan hasil Penafsiran Citra satelit Resolusi Sedang dalam rtangka Pemantauan Sumberdaya Hutan. Jakarta. Direktorat Inventarisasi dan Pemantauan Sumberdaya Hutan. 2012. Rekalkulasi Penutupan Lahan Indonesia Tahun 2011. Jakarta. FAO, 2012. Forest Resources Assessment 2015. Terms and Definitions. Rome. BSN 2014 9 dari 9