MIGRASI SEDIMEN AKIBAT PICUAN HUJAN ( KASUS KALI GENDOL GUNUNG MERAPI YOGYAKARTA )

dokumen-dokumen yang mirip
PREDIKSI KAPASITAS TAMPUNG SEDIMEN KALI GENDOL TERHADAP MATERIAL ERUPSI GUNUNG MERAPI 2006

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Contents BAB I... 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pokok Permasalahan Lingkup Pembahasan Maksud Dan Tujuan...

PREDIKSI TRANSPOR SEDIMEN DI SUNGAI GUNA PENGENDALIAN DAYA RUSAK AIR

BAB I PENDAHULUAN I - 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kondisi geografis Indonesia terletak pada busur vulkanik Circum Pacific and

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Salah satu fungsi pembangunan sabo dam adalah untuk

MENGUBAH BENCANA MENJADI BERKAH (Studi Kasus Pengendalian dan Pemanfaatan Banjir di Ambon)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DAMPAK PERUBAHAN KARAKTERISTIK HUJAN TERHADAP FENOMENA BANJIR DI AMBON

IDENTIFIKASI KERUSAKAN AKIBAT BANJIR BANDANG DI BAGIAN HULU SUB DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) LIMAU MANIS ABSTRAK

PENGENDALIAN SEDIMEN. Aliran debris Banjir lahar Sabo works

PENGELOLAAN SEDIMEN KALI GENDOL PASCA ERUPSI MERAPI JUNI 2006

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Istimewa Yogyakarta merupakan gunung paling aktif di dunia. Gunung Merapi

BAB I PENDAHULUAN. dari 30 gunung api aktif terdapat di Indonesia dengan lereng-lerengnya dipadati

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ABSTRAK UCAPAN TERIMA KASIH

BAB I PENDAHULUAN. sampai Maluku (Wimpy S. Tjetjep, 1996: iv). Berdasarkan letak. astronomis, Indonesia terletak di antara 6 LU - 11 LS dan 95 BT -

BAB I PENDAHULUAN. terbanyak di dunia dengan 400 gunung berapi, terdapat sekitar 192 buah

I. PENDAHULUAN. dan berada di jalur cincin api (ring of fire). Indonesia berada di kawasan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan letak astronomis, Indonesia terletak diantara 6 LU - 11 LS

GERAKAN TANAH DAN BANJIR BANDANG DI WILAYAH KECAMATAN TAHUNA DAN SEKITARNYA, KABUPATEN SANGIHE, SULAWESI UTARA

BAB I PENGANTAR. menjadi dua yaitu bahaya primer dan bahaya sekunder. Bahaya primer

BAB III LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Sumber : id.wikipedia.org Gambar 2.1 Gunung Merapi

Studi Pengaruh Lahar Dingin Pada Pemanfaatan Sumber Air Baku Di Kawasan Rawan Bencana Gunungapi (Studi Kasus: Gunung Semeru)

ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN AKIBAT ALIRAN LAHAR DINGIN DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) KALI GENDOL KABUPATEN SLEMAN

BAB I PENDAHULUAN. letusan dan leleran ( Eko Teguh Paripurno, 2008 ). Erupsi lelehan menghasilkan

PENGELOLAAN TRANSPOR SEDIMEN DI SUNGAI SEBAGAI DASAR OPTIMASI PENGENDALIAN DAYA RUSAK AIR ( STUDI KASUS RUAS SUNGAI PROGO TENGAH, YOGYAKARTA)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Kemampuan Tampungan Sungai Code Terhadap Material Lahar Dingin Pascaerupsi Gunungapi Merapi Tahun 2010

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III DATA LOKASI. Perancangan Arsitektur Akhir Prambanan Hotel Heritage & Convention. 3.1 Data Makro

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ALIRAN DEBRIS & LAHAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Sungai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempengan dunia yaitu Eurasia,

BAB 1 PENDAHULUAN. Peristiwa banjir lahar dingin biasanya mengancam daerah-daerah di. yang lalu Gunung Merapi di Jawa Tengah meletus,

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III TINJAUAN WILAYAH

Pemanfaatan Peta Geologi dalam Penataan Ruang dan Pengelolaan Lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara dengan jumlah dan variasi bencana

BAB III: DATA DAN ANALISA PERENCANAAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Erupsi Gunung Merapi merupakan fenomena alam yang terjadi secara

kerugian yang bisa dihitung secara nominal misalnya rusaknya lahan pertanian milik warga. Akibat bencana tersebut warga tidak dapat lagi melakukan pek

BAB III METODOLOGI BAB III METODOLOGI

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. termasuk wilayah pacific ring of fire (deretan Gunung berapi Pasifik), juga

PERUBAHAN MORFOLOGI SUNGAI CODE AKIBAT ALIRAN LAHAR PASCA ERUPSI GUNUNGAPI MERAPI TAHUN Dian Eva Solikha

BAB I PENDAHULUAN I-1

24 November 2013 : 2780/45/BGL.V/2013

Gambar 1.1 Jalur tektonik di Indonesia (Sumber: Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, 2015)

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. bencana alam agar terjamin keselamatan dan kenyamanannya. Beberapa bentuk

BAB I PENDAHULUAN. lempeng tektonik besar yaitu lempeng Indo-Australia, Eurasia dan Pasifik. Daerah

KONTROL KETINGGIAN AIR DI ATAS MERCU BENDUNG KALI BOYONG SEBAGAI PERINGATAN DINI KETINGGIAN LIMPASAN BANJIR DIKALI CODE YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Potensi bencana alam yang tinggi pada dasarnya tidak lebih dari sekedar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Letusan Gunung Merapi pada tanggal 26 Oktober sampai 5 Nopember

BAB I PENDAHULUAN. dengan lebih dari pulau yang tersebar dari Sabang sampai Merauke.

BAB 1 PENDAHULUAN. Proses pengangkutan dan pengendapan sedimen tidak hanya tergantung pada

PENGARUH LAHAR DINGIN PASCA ERUPSI MERAPI 2010 TERHADAP KONDISI FISIK SUNGAI PROGO BAGIAN TENGAH. Jazaul Ikhsan 1, Galih Wicaksono 2

KAJIAN MANAJEMEN AIR BAKU STRATEGI ANTISIPATIF TERHADAP DAMPAK PERUBAHAN IKLIM GLOBAL ( STUDI KASUS KECAMATAN KOTABUNAN, SULAWESI UTARA)

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA BADAN GEOLOGI

ANALISIS PERSAMAAN TRANSPOR SEDIMEN TERHADAP FENOMENA PERUBAHAN MORFOLOGI SUNGAI PROGO TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. Merapi ditingkatkan dari normal menjadi waspada, dan selanjutnya di tingkatkan

BAB I PENDAHULUAN. utama dunia yaitu lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia dan lempeng. Indonesia juga merupakan negara yang kaya akan hasil alam.

LANDSLIDE OCCURRENCE, 2004 STRATEGI MITIGASI DAN SIFAT GERAKAN TANAH PENYEBAB BENCANA DI INDONESIA. BENCANA GERAKAN TANAH 2005 dan 2006

PENDAHULUAN. Berdasarkan data Bappenas 2007, kota Jakarta dilanda banjir sejak tahun

Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Sleman 2013

dua benua dan dua samudera. Posisi unik tersebut menjadikan Indonesia sebagai

BAB III TINJAUAN WILAYAH KABUPATEN SLEMAN

BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG

MANAJEMEN SUNGAI TORRENTIAL GUNA PENGENDALIAN KERUSAKAN DAS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DAMPAK BANJIR LAHAR DINGIN PASCA ERUPSI MERAPI 2010 DI KALI GENDOL (065A)

KAJIAN MUATAN SEDIMEN TERSUSPENSI DI SUNGAI CODE DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA. Rutsasongko Juniar Manuhana

STUDI PENGARUH BANJIR LAHAR DINGIN TERHADAP PERUBAHAN KARAKTERISTIK MATERIAL DASAR SUNGAI

BAB II. Tinjauan Pustaka

Transkripsi:

1 MIGRASI SEDIMEN AKIBAT PICUAN HUJAN ( KASUS KALI GENDOL GUNUNG MERAPI YOGYAKARTA ) Tiny Mananoma Mahasiswa S3 Program Studi Teknik Sipil, Sekolah Pascasarjana, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta Djoko Legono Profesor Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta ABSTRAK Gunung Merapi adalah gunung api teraktif di dunia dengan karakteristik yang sangat khas. Fenomena pergerakan material yang sangat besar dan cepat dari hulu kali Gendol tepatnya dari gunung Kendil ke kawasan wisata kali adem pada fase erupsi 14 Juni 2006 membuktikan bahwa mekanisme pergerakan material piroklastik dalam volume besar sangat spesifik dan potensial menimbulkan kerusakan. Fenomena ini dapat terjadi sewaktu-waktu, baik dalam masa erupsi maupun pasca erupsi, pada musim kemarau, terlebih lagi di musim penghujan. Air adalah salah satu media utama dalam proses angkutan sedimen. Dengan demikian maka intensitas hujan memberikan pengaruh yang sangat signifikan terhadap fenomena migrasi sedimen material hasil erupsi serta besarnya daya rusak yang ditimbulkan. Salah satu cara dalam mendukung upaya perencanaan pelaksanaan dan pengelolaan sumber daya air yaitu melalui kajian Migrasi Sedimen Akibat Picuan Hujan. Ruang lingkup kajian ini meliputi identifikasi akumulasi material sedimen di hulu sungai Gendol sekitar puncak gunung Merapi, analisis intensitas hujan, rekaman fenomena banjir lahar dingin pasca erupsi, daya rusak serta akibat yang ditimbulkan. Hasil kajian menunjukkan bahwa intensitas hujan beberapa saat sebelum kejadian serta total jumlah curah hujan dalam jangka waktu 2 minggu terakhir (hujan kumulatif) merupakan faktor penentu terhadap fenomena kejadian banjir lahar. Selanjutnya diperoleh suatu garis kritik / critical line yang memberikan informasi bahwa pada kondisi di atas critical line sangat potensial untuk terjadi banjir lahar. Kata kunci : sedimen, intensitas hujan, banjir lahar. PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia memiliki banyak gunung berapi yang masih aktif. Gunung api ini sewaktu-waktu bisa mengalami fase erupsi sehingga menimbulkan letusan yang hebat. Material hasil erupsi dengan intensitas volume yang besar ini kemudian mengalir masuk ke sungai-sungai di wilayah gunung tersebut. Fenomena ini suatu saat dapat berubah menjadi aliran lahar yang kemudian membawa bencana di sepanjang alur sungai yang dilalui baik berupa kerugian harta benda, kerusakan sarana dan prasarana publik antara lain : transportasi, irigasi, kerusakan lahan pertanian dan perkebunan, bahkan korban jiwa. Selain kerugian di berbagai sektor, bencana yang ditimbulkan oleh aliran lahar dingin, atau aliran debris ini juga memberi tambahan beban keuangan negara terutama untuk merehabilitasi serta memulihkan fungsi sarana dan prasarana publik yang rusak. Gunung Merapi secara administratif termasuk di wilayah kabupaten Sleman Propinsi DIY, kabupaten Magelang, Boyolali, Klaten, di Provinsi Jawa Tengah. Gunung dengan ketinggian 2968 meter dari permukaan air laut ini (pengukuran tahun 2001), adalah gunung api tipe strato dengan kubah lava. Merupakan gunung api teraktif di dunia dengan karakteristiknya yang sangat khas. Fenomena pergerakan material yang sangat besar dan cepat dari hulu kali Gendol tepatnya dari gunung Kendil ke kawasan wisata kali adem pada 14 Juni 2006 membuktikan bahwa mekanisme pergerakan material dalam volume 600.000 m 3 sangat spesifik dan potensial menimbulkan kerusakan Mengingat besarnya sumber sedimen yang terakumulasi di sekitar puncak Merapi, maka fenomena yang sama seperti di kali Gendol dapat saja terjadi pada sungai-sungai lain terutama di sisi selatan yaitu di kali Woro, kali Opak, kali Kuning, dan juga kali Boyong. Fenomena ini dapat terjadi sewaktu-waktu, baik dalam masa erupsi maupun pasca erupsi, pada musim kemarau, terlebih lagi di musim penghujan. Air adalah salah satu media utama dalam proses angkutan sedimen. Dengan demikian maka intensitas hujan memberikan pengaruh yang sangat signifikan terhadap fenomena migrasi sedimen material hasil erupsi serta besarnya daya rusak yang ditimbulkan.

2 Gambar 1. Kondisi alur kali Gendol sebelum erupsi 14 Juni 2006 Gambar 2. Kondisi alur kali Gendol pasca banjir lahar 2007 Kajian Migrasi Sedimen Akibat Picuan Hujan (Studi Kasus Kali Gendol Gunung Merapi Yogyakarta) menganalisis kejadian banjir lahar dingin di kali Gendol serta kerusakan dan kerugian yang ditimbulkan. Dengan mencermati karakteristik serta kecenderungan pola intensitas hujan, rekaman kejadian banjir lahar dingin pasca erupsi Juni 2006, diharapkan memperoleh gambaran yang lebih jelas menyangkut besaran volume serta jarak luncur material di alur sungai. Informasi ini dapat digunakan sebagai salah satu langkah awal dalam upaya perencanaan konsep pengelolaan dan penanggulangan bencana sedimen pada alur sungai di kawasan gunung berapi yang masih aktif. Ruang lingkup Salah satu cara dalam mendukung upaya perencanaan pelaksanaan dan pengelolaan sumber daya air yaitu melalui kajian Migrasi Sedimen Akibat Picuan Hujan. Ruang lingkup kajian ini meliputi identifikasi akumulasi material sedimen di hulu sungai Gendol sekitar puncak gunung Merapi, analisis intensitas hujan, rekaman fenomena banjir lahar dingin pasca erupsi, daya rusak serta akibat yang ditimbulkan.

PIT HATHI XXIV,Makasar, 31 Agustus - 2 September 2007 3 400 600 800 1000 40 0 60 0 Mengingat volume material hasil erupsi yang oleh beberapa sumber diperkirakan mencapai ± 8 juta m 3 yang terakumulasi di daerah hulu kali Gendol serta beberapa kejadian banjir lahar dingin yg sudah terjadi maka pada studi ini kali Gendol ditetapkan sebagai lokasi kajian. Ruang lingkup kajian Migrasi Sedimen Akibat Picuan Hujan (Studi Kasus Kali Gendol Gunung Merapi Yogyakarta) meliputi identifikasi akumulasi material sedimen di hulu kali Gendol sekitar puncak Merapi, analisis intensitas hujan, memperhitungkan potensi alami serta historis suplai material dari hulu, analisis rekaman kejadian banjir lahar. 400 400 0 20 0 20 200 400 200 200 Sumber : Review master plan study,2001 Gambar 3. Peta sistem sungai dan lokasi penelitian Agar supaya pembahasan dapat terfokus pada kondisi yang ada di lokasi kajian, maka untuk mencapai hasil optimal perlu ditetapkan batasan dan asumsi. Batasan dan asumsi yang dimaksud antara lain : 1. pembahasan berbasis pada data sekunder yang berhasil dikumpulkan

4 2. sumber sedimen yang diperhitungkan adalah material sedimen di sekitar puncak Merapi yang potensial mengalir ke hulu kali Gendol Maksud dan Tujuan Maksud dari kajian ini untuk mendapatkan estimasi mendasar dan akurat terhadap fenomena migrasi sedimen akibat picuan hujan, sehubungan dengan timbunan material hasil erupsi di puncak gunung Merapi yang potensial meluncur turun berupa aliran debris / banjir lahar dingin. Dengan demikian diharapkan informasi yang diperoleh melalui kajian ini akan dapat bermanfaat sebagai salah satu langkah awal maupun sebagai landasan dalam upaya mengembangkan suatu sistem atau metode dalam upaya perencanaan pelaksanaan dan pengelolaan sumber daya air pada alur sungai di kawasan gunung berapi yang masih aktif secara komprehensif, terpadu dan berwawasan lingkungan. METODOLOGI Kajian ini dimulai dengan inventarisasi data-data sekunder dari berbagai sumber di antaranya : Kantor Proyek Merapi, Kantor Satuan Kerja Non Vertikal Tertentu Penanganan Sabo serta Balai Sabo, Yogyakarta, serta Dinas Pengairan,Pertambangan dan Penanggulangan Bencana Alam kabupaten Sleman. Data-data dimaksud antara lain : 1. data existing Sabo Dam di kali Gendol, 2. data geometri sungai, 3. data curah hujan. 4. rekaman informasi kejadian banjir lahar Mulai 1. Studi pustaka ( karakteristik lokasi studi,fenomena banjir lahar,bencana akibat banjir lahar ) 2. Review kondisi eksisting sungai ( kondisi geometri sungai pasca erupsi ) 3. Inventarisasi dan identifikasi data sekunder ( data curah hujan, data geometri sungai, peta DAS, foto udara, rekaman kejadian banjir lahar ) 1. Analisis data geometri sungai ( kapasitas tampung alur sungai pasca erupsi ) 2. Analisis perilaku dan karakteristik banjir lahar / aliran debris ( kecepatan aliran, kandungan material, serta daya rusak yang ditimbulkan ) 3. Analisis intensitas hujan ( hujan intensif dan hujan kumulatif ) 4. Analisis rekaman kejadian banjir lahar ( waktu kejadian, jangkauan jarak luncur, kerugian yang ditimbulkan ) 1. Hasil dan pembahasan ( karakteristik hujan Vs migrasi sedimen ) 2. Kesimpulan dan saran ( penetapan kriteria yang potensial terjadi aliran debris ) Selesai Gambar 4. Bagan alir pelaksanaan kajian HASIL DAN PEMBAHASAN Bencana sedimen sangat potensial terjadi antara lain di daerah pegunungan, perbukitan terjal, daerah gunung api, dan daerah lain dengan kondisi geologi yang tidak menguntungkan serta rentan terhadap erosi dan longsoran. Bencana sedimen yang banyak kali terjadi di Indonesia adalah erosi, sedimentasi, tanah longsor, serta banjir lahar (aliran debris). Aliran debris adalah suatu aliran massa berupa campuran antara air dan sedimen dengan konsentrasi yang sangat tinggi. Sekali aliran ini dimulai (karena kesetimbangan statik antara gaya geser yang ditimbulkan lebih besar dari gaya geser yang menahan), maka jumlah massa yang mengalir, ketinggiannya, serta kecepatannya akan semakin bertambah (mempunyai percepatan). Menurut para ilmuwan Jepang yang dimaksud dengan aliran debris adalah suatu tipe aliran dengan kandungan angkutan sedimen yang sangat besar, berbutir kasar, non kohesif dan terdiri dari material berbutir kecil sampai besar seperti pasir, kerikil, bebatuan kecil, serta batu-batu besar (sand, gravel,cobbless, boulders) Karakteristik aliran debris sangat berpengaruh terhadap kerusakan yang ditimbulkan. Beberapa ciri aliran debris antara lain : 1. Kecepatan aliran sangat tinggi. Kecepatan aliran debris tipe batuan (gravel types debris flow) dengan kandungan batu-batu besar mencapai 5-10 m/det, sedangkan aliran debris tipe lumpur (mud types debris flow) dengan kandungan batu sangat sedikit mempunyai kecepatan 10-20 m/det.

5 2. Aliran debris mengandung batu-batu besar, serta seringkali membawa batang-batang kayu. Dengan demikian mempunyai kekuatan yang sangat besar dan daya rusak yang sangat tinggi. 3. Terjadi secara mendadak dan sangat cepat. Tidak dapat diprediksi karena tanda-tanda awal sulit dideteksi. Sumber : Kantor Proyek Merapi Gendol Ikonos 2006 Gambar 5. Foto udara aliran banjir lahar di kali Gendol Juni 2006

Elevasi (m) PIT HATHI XXIV,Makasar, 31 Agustus - 2 September 2007 6 Dari aspek teknik sipil aliran lahar atau yang kemudian disebut sebagai aliran debris ini membawa pengaruh yang signifikan terhadap perubahan morfologi sungai sehingga dengan demikian juga berpengaruh terhadap kelestarian fungsi sungai itu sendiri. Secara umum faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kejadian aliran debris pada wilayah gunung api adalah kemiringan lereng, jumlah material, faktor topografi dan geologi tanah, luas daerah pengaliran sungai, serta curah hujan. Sebagai salah satu sungai yang berhulu di lereng selatan gunung Merapi, kali Gendol adalah anak sungai kali Opak. Kali Gendol mengalir ke arah tenggara dengan panjang sungai 22 km, serta luas DAS 14,60 km 2. Gambar 6. Peta DAS kali Opak 1,700 1,600 1,500 1,400 1,300 1,200 1,100 1,000 900 800 700 600 500 400 GE-D5 0 2000 4000 6000 8000 10000 12000 14000 Jarak (m) GE-D4 dasar sungai sabo dam Gambar 7. Tampang memanjang kali Gendol

7 Hampir setiap tahun terutama pada awal dan pertengahan musim penghujan kejadian bencana alam tanah longsor, banjir bandang, banjir lahar, terjadi di banyak tempat. Bencana jenis ini merupakan akibat dari pergerakan ataupun aliran sedimen yang dikenal sebagai bencana aliran debris. Mengingat akumulasi material hasil erupsi dalam volume yang sangat besar di sekitar hulu kali Gendol, kondisi curah hujan yang tinggi, serta pemukiman yang berada disekitar aliran kali Gendol, menjadikan kawasan ini sebagai daerah dengan tingkat kerawanan yang cukup tinggi terhadap ancaman banjir lahar dingin. Rekaman kejadian banjir lahar di kali Gendol sejak awal musim penghujan yaitu sekitar pertengahan Nopember 2006 sampai dengan April 2007 yang diperoleh dari berbagai sumber seperti disajikan dalam Tabel berikut ini. Tabel 1. Rekaman fenomena banjir lahar di kali Gendol No. Hari / Tgl Deskripsi 1 Senin, 20-11-2006 Material lahar dingin sudah mencapai GE-D5 2 Rabu, 29-11-2006 Mulai terjadi banjir lahar dingin 3 Selasa, 05-12-2006 Lahar dingin mencapai GE-D4 ( jarak 8 km dari puncak) 4 Sabtu, 16-12-2006 Banjir lahar, material yang terbawa air mencapai 6,3 juta m3 5 Kamis, 21-12-2006 2 orang terjebak banjir lahar dingin 6 Senin, 25-12-2006 Banjir lahar dingin mencapai jarak sekitar 12 14 km dari puncak Merapi 7 Selasa, 06-02-2007 Banjir lahar dingin mencapai jarak sekitar 12 km dari puncak Merapi,.Jembatan di atas kali Gendol, di dusun Manggong, desa Kepuhardjo, Cangkringan,Sleman, tertimbun pasir dan batu. 8 Jumat, 23-02-2007 Banjir lahar memutuskan jalan antara dusun Kepuhardjo dengan dusun Gelagah Malang akibat jembatan penghubung tertimbun pasir.7 truk pengangkut pasir terjebak banjir, 2 diantaranya tertimbun material vulkanik. 9 Selasa, 27-02-2007 Banjir lahar dingin menyebabkan keretakan pada tebing kali Gendol di bagian utara Kaliadem sepanjang ± 15 m 10 Selasa, 06-03-07 Aliran lahar dingin mencapai jarak 12 km dari puncak, menutup akses beberapa jalan, termasuk jembatan Manggong Kepuhardjo, Cangkringan, Sleman 11 Kamis, 19-03-2007 Banjir lahar dingin 12 Kamis, 19-04-2007 Jangkauan banjir lahar dingin mencapai jarak 15 km dari puncak Gambar 8. Material sedimen yang terbawa banjir lahar mencapai 12 km dari puncak

intensitas hujan (mm/jam) PIT HATHI XXIV,Makasar, 31 Agustus - 2 September 2007 8 Analisis terhadap hubungan antara fenomena banjir lahar dengan besaran serta intensitas hujan di daerah lereng Merapi telah memberikan informasi lebih dalam mengenai fenomena migrasi sedimen akibat picuan hujan, seperti yang disajikan pada Gambar berikut ini. 60 50 terjadi banjir lahar dingin tidak terjadi 40 30 20 garis kritik Daerah aman Daerah bahaya 10 0 0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 hujan kumulatif (mm) Gambar 9. Intensitas hujan Vs migrasi sedimen di kali Gendol KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Hasil kajian menunjukkan bahwa intensitas hujan beberapa saat sebelum kejadian serta total jumlah curah hujan dalam jangka waktu 2 minggu terakhir (hujan kumulatif) merupakan faktor penentu terhadap fenomena kejadian banjir lahar. Selanjutnya diperoleh suatu critical line yang memberikan informasi bahwa pada kondisi di atas critical line sangat potensial untuk terjadi banjir lahar. Saran Mengingat data-data atau informasi mengenai intensitas hujan di lereng Merapi, pola migrasi serta karakter material sedimen hasil erupsi masih kurang tersedia, maka perlu dilakukan studi tersendiri untuk mendapatkan data yang handal dan sahih, mencakup data terbaru untuk digunakan dalam analisis lebih lanjut. DAFTAR PUSTAKA Departemen Pekerjaan Umum, 2004, Penjelasan atas UU RI no 7 tahun 2004 tentang SDA, %20hukum /uu/uu_7 _2004_PJ.Pdf, http://www.pu.go.id/sekjen/biro Departemen Kimpraswil, 2003, Data inventarisasi Kondisi Bangunan Pengendali Banjir Lahar Gunung Merapi untuk Kali Gendol, Proyek pengendalian lahar Gunung Merapi Pulau Jawa, Bagian Proyek Pengendalian Lahar Gunung Merapi Yogyakarta Jogja info, 2007, Banjir lahar dingin kembali terjadi di lereng Merapi, www.jogjainfo.com Kusumobroto Haryono, 2006, Fenomena Aliran Debris dan Faktor Pembentuknya, Seminar Diseminasi Teknologi Sabo, Semarang. Mananoma Tiny, Ali Rahmat, Djoko Legono, 2006, Prediksi Kapasitas Tampung Sedimen Kali Gendol Terhadap Material Erupsi Gunung Merapi 2006, PIT XXIII HATHI, Manado. Mananoma Tiny, Sudjarwadi, Djoko Legono, 2005, Prediksi Transpor Sedimen di Sungai Guna Pengendalian Daya Rusak Air, Seminar, PIT XXII Himpunan Ahli Teknik Hidraulik Indonesia (HATHI), Yogyakarta. Nishimoto, 2006, Debris-Mud Flow Warning System, Foundation of River and Basin Integrated Communications, Japan. P3BA, 2007, Data Curah hujan, Dinas Pengairan Pertambangan dan Penanggulangan Bencana Alam, Sleman, Yogyakarta.

9 Dipresentasikan pada : Pertemuan Ilmiah Tahunan (PIT) XXIV Himpunan Ahli Teknik Hidraulik Indonesia (HATHI), Makassar, 31 Agustus - 2 September 2007 Identitas Makalah : a. Judul Prosiding : Pertemuan Ilmiah Tahunan (PIT) XXIV Himpunan Ahli Teknik Hidraulik Indonesia (HATHI), Makassar b. ISBN : - c. Tahun Terbit : 2007 d. Penerbit : HATHI Cabang Sulawesi Selatan e. Jumlah halaman : 792

10