POINTERS PERTEMUAN KEPALA KR 5 SUMATERA DENGAN WARTAWAN 5 FEBRUARI 2015

dokumen-dokumen yang mirip
PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 13/POJK.05/2014 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA LEMBAGA KEUANGAN MIKRO

Undang-Undang tentang LKM tersebut mengamanatkan beberapa materi pengaturan teknis lebih lanjut terkait kegiatan usaha LKM, tata cara memperol

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

KREDIT/PEMBIAYAAN PERBANKAN BABEL TRIWULAN III 2008 MASIH CUKUP EKSPANSIF

Mengenal OJK & Lembaga Keuangan Mikro

KREDIT/PEMBIAYAAN PERBANKAN BABEL TRIWULAN II 2008 MAKIN EKSPANSIF

Dr. Harry Azhar Azis, MA. WAKIL KETUA KOMISI XI DPR RI

BAB I PENDAHULUAN. bidang keuangan yang berfungsi melakukan penghimpunan dan penyaluran dana

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga kepercayaan yang berfungsi sebagai lembaga

BAB I PENDAHULUAN hingga tahun 2012 terlihat cukup mengesankan. Di tengah krisis keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Ekonomi dan keuangan syariah yang tumbuh dan berkembang pesat dapat menjadi

TENTANG RENCANA BISNIS BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 52 /SEOJK.03/2016 TENTANG RENCANA BISNIS BANK PERKREDITAN RAKYAT

RANCANGAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.03/2016 TENTANG RENCANA BISNIS BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga keuangan yang sangat penting bagi suatu negara

I. PENDAHULUAN. Unit Usaha Syariah (UUS)

1. PENDAHULUAN. dimana kegiatan utamanya adalah menerima simpanan giro, tabungan, dan

PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2014 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA LEMBAGA KEUANGAN MIKRO

SNAPSHOT PERBANKAN SYARIAH INDONESIA

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.03/2016 TENTANG RENCANA BISNIS BANK PERKREDITAN RAKYAT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan ekonomi. Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah

Sambutan KETUA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN PADA Peresmian Kantor OJK Palangkaraya Palangkaraya, 25 Mei 2015

PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 12 /POJK.05/2014 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN LEMBAGA KEUANGAN MIKRO

BAB I PENDAHULUAN. rakyat banyak. Dana yang dikumpulkan oleh perbankan dalam bentuk

BAB I PENDAHULUAN. turunnya daya beli masyarakat tetapi juga karena tingginya inflasi.

BAB I PENDAHULUAN. lembaga intermediasi keuangan (financial intermediary institution), yakni

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sektor keuangan, terutama industri perbankan, berperan sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. Bank Syariah Mandiri merupakan salah satu perusahaan yang unggul dalam

KREDIT/PEMBIAYAAN PERBANKAN SUMSEL TRIWULAN I 2008 TETAP EKSPANSIF

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. menyalurkan dana, dan memberikan jasa bank lainnya. Kegiatan menghimpun

TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN DALAM RANGKA MENINGKATKAN INKLUSI KEUANGAN DI SEKTOR JASA KEUANGAN

Undang-Undang tentang LKM tersebut mengamanatkan beberapa materi pengaturan teknis lebih lanjut terkait perizinan usaha, kelembagaan LKM, sert

I PENDAHULUAN. Bank syariah atau Bank Islam, merupakan salah satu bentuk dari. perbankan nasional yang mendasarkan operasionalnya pada syariah (hukum)

TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN DALAM RANGKA MENINGKATKAN LITERASI KEUANGAN DI SEKTOR JASA KEUANGAN

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam berusaha. Kredit menurut IAI (dalam, Yuwono: 2012):

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan bank sebagai mitra dalam mengembangkan usahanya.

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 pasal 1 ayat 2). deposito yang sebagaimana dapat menjadi alternatif untuk berinvestasi.

P u s d a l i s b a n g B a p p e d a J a w a B a r a t

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2015 TENTANG PROFESI PENUNJANG INDUSTRI KEUANGAN NON-BANK

Grafik 3. Pertumbuhan Per Jenis Kredit Konsumsi. Grafik 2. Perkembangan NPL Per Jenis Kredit (%) 3.0. (%, yoy)

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tabel 1 Pertumbuhan Pembiayaan Bank Syariah dan Kredit Bank Konvensional

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peranan penting. Menurut Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998

I. PENDAHULUAN. yang memiliki peran penting dalam menopang perekonomian nasional. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN tentang liberalisasi perbankan yang memungkinkan pendirian bank-bank

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

BAB I PENDAHULUAN. tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang Nomor 25 tahun 1999 tentang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. konvensional yang tumbuh berkisar 8%. (Otoritas Jasa Keuangan, 2015).

BAB I PENDAHULUAN. Ekonomi syariah dalam beberapa tahun belakangan ini mengalami. perkembangan yang signifikan terutama di bidang perbankan.

BAB I PENDAHULUAN. jangka waktu yang pendek dan jangka waktu yang panjang. Investasi dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pertumbuhan dan perkembangan ekonomi di Indonesia umumnya

BAB I PENDAHULUAN. satu penyebab kegagalan usaha (Kemendag,2013). yang dianggap penting dan mampu menopang perekonomian.

(%, SBT) (%, qtq)

BAB I PENDAHULUAN. 7 tahun 1992 tentang Perbankan, yang secara eksplisit menetapkan bahwa

Banking Weekly Hotlist (9 April 13 April 2018)

(%, SBT) (%, qtq)

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 37 /POJK.03/2016 TENTANG RENCANA BISNIS BANK PERKREDITAN RAKYAT DAN BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH

BAB I PENDAHULUAN. sektor perbankan mempunyai kekuatan dan peluang yang besar untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terutama untuk membiayai investasi perusahaan. 1 Di Indonesia terdapat dua jenis

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan perekonomian suatu negara, yakni sebagai lembaga. perbankan, Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari

No. Jenis Kredit Rincian Kredit

BAB I PENDAHULUAN. perantara dibidang keuangan (financial intermediary) semakin meningkatkan

Roadmap Keuangan Syariah Indonesia

No. Jenis Kredit Rincian Kredit

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perbankan khususnya bank umum merupakan inti dari sistem

BAB II OTORITAS JASA KEUANGAN (OJK) REGIONAL 5 SUMATERA BAGIAN UTARA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan perekonomian mencakup semua sektor, baik sektor industri. (manufaktur), jasa, dan perbankan. Perkembangan perekonomian ini

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Pembiayaan perekonomian suatu Negara membutuhkan suatu institusi

- 3 - PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 Cukup jelas.

KREDIT/PEMBIAYAAN PERBANKAN BABEL TRIWULAN I 2008 TETAP EKSPANSIF

Inklusi Keuangan dan (TPAKD) Tim Percepatan Akses Keuangan Daerah. UIN Syarif Hidayatullah, Juli 2017

BAB I PENDAHULUAN. memasuki dekade 1980-an sangat mempengaruhi perekonomian Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai Negara berkembang dapat diidentifikasikan dari tingkat pertumbuhan ekonominya.

BAB I PENDAHULUAN. berarti dalam meningkatkan kesejahteraan bangsa dan negara, baik peranannya

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam kegiatan perekonomian, dunia perbankan sangat dibutuhkan. Hal

SURVEI PERBANKAN KONDISI TRIWULAN I Triwulan I Perbankan Semakin Optimis Kredit 2015 Tumbuh Sebesar 17,1%

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perbankan merupakan lembaga keuangan yang berintensitas misal

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Penelitian ini mengangkat isu tersebut karena beberapa alasan

PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 Cukup jelas. Pasal 2 Cukup jelas.

POIN ISI SURAT EDARAAN USULAN PERBARINDO. Matriks Rancangan Surat Edaran OJK Tentang Rencana Bisnis BPR dan BPRS

BAB 1 PENDAHULUAN. popular bukan hanya di negara-negara Islam tapi bahkan juga di negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Republik Indonesia No. 21 tahun 2008 tentang

aruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar

I. PENDAHULUAN. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) merupakan lembaga keuangan yang

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dan menggunakan prinsip kehati-hatian. Fungsi utama perbankan

aruhi Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengar

Uang Beredar (M2) dan Faktor yang Mempengaruhi

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan usaha tanpa adanya kepercayaan dari masyarakat. yang setia dan menguntungkan pihak bank. Dengan demikian, pihak bank

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

BAB I PENDAHULUAN. juga mengalami penurunan yaitu industri perbankan Indonesia. Dengan mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. dan keuangan Indonesia karena dapat berfungsi sebagai intermediary institution

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Industri Keuangan Non-Bank Syariah Otoritas Jasa Keuangan

Transkripsi:

POINTERS PERTEMUAN KEPALA KR 5 SUMATERA DENGAN WARTAWAN 5 FEBRUARI 2015 1. Tahun 2015 OJK akan mengarahkan industri jasa keuangan melakukan 3 hal yaitu mengoptimalkan peran sektor jasa keuangan dalam meningkatkan kegiatan perekonomian, meningkatkan daya tahan sektor jasa keuangan dan meningkatkan akses keuangan dan kemandirian finansial masyarakat. 2. Untuk meningkatkan perekonomian nasional, OJK mengharapkan Lembaga Jasa Keuangan menyediakan infrastruktur dasar dan menciptakan pusat-pusat pertumbuhan di berbagai daerah, melalui dorongan pendanaan besar dan berjangka panjang dari pasar modal, peningkatan kualitas profesi serta perluasan jenis produk investasi. 3. Sampai dengan saat ini, Kantor Regional 5 Sumatera belum mengawasi secara langsung lembaga jasa keuangan selain Perbankan. Pengawasan lembaga jasa keuangan selain perbankan masih tersentralisasi di Kantor Pusat OJK. Namun demikian, pada perkembangannya nanti tentu akan ada penyesuaian tugas dan wewenang OJK di daerah. 4. Untuk meningkatkan literasi keuangan masyarakat mengenai pengelolaan keuangan secara berhati-hati dan bijaksana, selama tahun 2014, KR5 telah melakukan 16 kali kegiatan (event) edukasi yang diselenggarakan di lingkungan akademis (UNIMED, IAIN, HKBP Nommensen, UMSU, Univ. Prima Indonesia, STMIK Mikroskill). Bahkan terdapat pula kegiatan edukasi yg langsung dilakukan oleh Anggota Dewan Komisioner OJK (Bp. Nelson Tampubolon) di SMA Bintang Timu Balige, dan Deputi Komisioner Pengawas Perbankan (Ibu Endang K) di SMAN 4 Medan. Hal ini menunjukan bahwa program edukasi yg kami jalankan merupakan program serius yang melibatkan seluruh level manajemen OJK tanpa terkecuali. Tidak hanya di lingkugan akademik, kami juga menekankan literasi dan edukasi kepada: Aparat pemeritahan (a.l Pemkab Asahan, Sergei, Gunung Sitoli); Pejabat IKNB dan pengurus BPR/S; Wartawan media cetak maupun elektronik; Para pedagang kaki lima yang tergabung dalam Asosiasi Pedagang Kaki Lima Kota Medan; serta yang sama pentingnya yaitu kepaada ibu-ibu rumah tangga (a.l Kelompok Pengajian Ibu-Ibu Ikatan Keluarga Bayur). Kegiatan edukasi dan perlindungan konsumen mulai tahun 2015 akan dilaksanakan lebih intensif lagi terutama melalui kegiatan sosialisasi termasuk dalam penanganan pengaduan nasabah. Selain melakukan edukasi langsung, kami juga mengedepankan edukasi mobile menggunakan 2 unit kendaraan edukasi Si Molek di Medan dan 1 unit di Pekanbaru, baik secara mandiri, maupun dengan menggandeng para pelaku usaha sektor jasa keuangan di Kota Medan 1

5. Dalam penyelesaian pengaduan konsumen, kami di regional 5 telah menerima 227 pengaduan terkait perbankan. 132 diantaranya telah terselesaikan dengan baik, dan 95 diantaranya masih dalam proses penyelesaian a.l karena masih terdapat dokumen pengaduan yg msh perlu dilengkapi. Ada 121 pengaduan selain perbankan. 112 diantaranya telah terselesaikan melalui satuan kerja terkait di Kantor Pusat OJK. Sementara itu, 9 diantaranya msh dlm proses pemenuhan kelengkapan persyaratan 6. Selanjutnya OJK di daerah memiliki tugas baru terkait dengan pembinaan dan pengawasan terhadap Lembaga Keuangan Mikro (LKM) sebagaimana amanat UU No. 1 tahun 2013 tentang Lembaga Keuangan Mikro yang efektif mulai tahun 2015, OJK akan memfokuskan pembinaan dan pengawasan LKM pada upaya pendataan dan perizinan/kelembagaan. Oleh karena itu, kami akan meningkatkan kerjasama dan koordinasi dengan pemerintah daerah, mengingat pembinaan dan pengawasan terhadap LKM akan didelegasikan kepada pemerintah daerah kabupaten/kota serta cakupan wilayah usaha LKM yang sangat luas hingga ke pelosok daerah. 7. Kondisi keuangan sektor perbankan di Sumut per Desember 2014: - Secara YoY, total aset perbankan tumbuh 8,89% atau sebesar Rp19,12 T. Meskipun pertumbuhan ini tercatat lebih rendah dibanding tahun 2013 (YoY: 15,79%), namun pertumbuhan (positif) ini tetap perlu diapresiasi di tengah tingginya tekanan kondisi ekonomi nasional/daerah hingga akhir tahun 2014. Dari total aset ini, perbankan konvensional mencatatkan pertumbuhan YoY: 9,2% (Rp18,9T) dan syariah mencatatkan pertumbuhan YoY: 2,32% (Rp0,22T). - Tekanan ekonomi juga mempengaruhi penyaluran kredit/pembiayaan. Pertumbuhannya relatif lebih rendah YoY di tahun 2015 (6,97%) dibanding YoY 2013 (18,56%). Perbankan konvensional hanya mampu mencatat pertumbuhan sebesar 7,25% (Rp10,77 T), dan syariah sebesar 1,34% (Rp0,1 T). - Kondisi yang berbanding terbalik datang dari sisi penghimpunan dana yang secara YoY tumbuh sebesar 15,11% (Rp23,55 T). Pertumbuhan ini lebih besar dari YoY 2013 yang hanya tercatat sebesar 11,45%. Baik perbankan konvensional, maupun syariah menunjukan pertumbuhan yang lebih baik. Konvensional tumbuh sebesar 14,95% (Rp22,4 T), dan Syariah sebesar 18,95% (Rp1,15 T). - Dorongan agar perbankan dapat menerapkan strategi efisiensi, membantu perbankan dapat meningkatkan kinerja rentabilitasnya sehingga dapat tumbuh positif (YoY: 13,73%) dan lebih baik dari YoY tahun sebelumnya yg tercatat negatif 12,92%. Laba perbankan konvensional mampu tumbuh YoY (7,33% atau sebesar Rp0,31 T), sedangkan perbankan syariah tumbuh YoY sebesar 88,89% atau sebesar Rp0,32 T. - Penyaluran kredit ke sektor UMKM juga menunjukan kondisi yang lebih baik dibanding tahun sebelumnya. Secara YoY, pertumbuhannya mencapai 15,29% atau 2

sebesar Rp6,07 T. Dorongan pembiayaan di sektor usaha mikro dan kecil mampu terealisasi maksimal dengan pertumbuhan YoY sebesar 14,7% atau sebesar Rp3,18T. - Dari sisi intermediasi, rata-rata rasio LDR di Des 14 tercatat 93% atau sedikit lebih rendah dibanding tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 100,08%. Peran paling baik ditunjukan oleh perbankan syariah yang mencatkan rasio LDR sebesar 104,99%, sedangkan perbankan konvensional hanya sebesar 92,5%. - Mitigasi kredit/pembiayaan bermasalah secara rata-rata masih relatif baik untuk perbakan konvensional (2,17%). Namun untuk perbankan syariah, perlu usaha lebih extra dalam penyelesaian pembiayaan bermasalah maupun monitoring pembiayaannya. NPF bank syariah mencapai 9,27%. - Penyaluran kredit di 8 sektor ekonomi masih didominasi pada sektor perdagangan/restoran/hotel (Rp41,26 T). Sedangkan sektor konstruksi yang di tahun 2015 menjadi fokus sasaran pemerintah, realisasinya baru sebesar Rp5,33 T (YoY tumbuh sebesar 7,24%). Untuk itu, hal ini telah menjadi fokus strategi OJK kepada sektor perbankan. - Penyaluran kredit berdasarkan jenis penggunaan secara YoY 2014 relatif berimbang antara kredit investasi (tumbuh 8,92%) dan kredit konsumsi (6,45%). - Dalam rangka pembiayaan foreign investement trade, secara YoY pembiayaan ekspor masih mampu tumbuh sebesar 16,91%, dan impor mampu tumbuh sebesar 15,71%. Tekanan terhadap kondisi ekonomi berdampak pada kondisi pembiayaan perbankan di sektor ekspor/impor sehingga relatif lebih rendah dari tahun sebelumnya (YoY Ekspor: 48,47%, dan impor: 60,16%). - Komposisi DPK masih didominasi oleh Deposito (Rp.82,51 T). Sedangkan tabungan dan giro masing-masing sebesar Rp69,16 T, dan Rp27,76 T. Secara YoY, pertumbuhan paling tinggi masih didominasi oleh deposito sebesar 24,54%. Sedangkan Tabungan dan Giro hanya mampu tumbuh 4,92%, dan 17.08%. - Rata-rata suku bunga kredit tercatat sebesar 11,84%, suku bunga Tabungan sebesar 1,98%, suku bunga Deposito sebesar 7,68%, dan persentase jasa giro sebesar 1,97%. 8. 3

4

5