BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan pada hasil temuan penelitian dan analisis data mengenai struktur, pandangan dunia pengarang, struktur sosial pengarang, nilai edukatif, dan relevansi naskah drama Langite Wis Padhang karya Budi Waluyo terhadap pembelajaran apresiasi drama, maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut: 1. Struktur Naskah Drama Langite Wis Padhang karya Budi Waluyo Naskah drama Langite Wis Padhang karya Budi Waluyo ini memiliki struktur naskah yang kuat, yaitu plot, penokohan dan perwatakan, dialog, setting, tema, amanat, serta petunjuk teknis. Struktur naskah tersebut berhasil membangun suatu cerita yang kuat berikut kesimpulan dari setiap struktur yang membangun cerita: a. Tema Tema yang diangkat dalam naskah drama Langite Wis Padhang karya Budi Waluyo yaitu tetang persahabatan yang saling membantu dan tolong menolong serta saling peduli. b. Penokohan Penokohan dalam naskah drama Langite Wis Padhang karya Budi Waluyo Pengelompokan tokoh, terdapat tiga jenis tokoh: protagonis, antagonis, dan tritagonis. Pertama, tokoh protagonis yang yaitu: Pandu. Kedua, tokoh antagonis yaitu: Eko, Edi dan Endro. Ketiga, tokoh tritagonis yang meliputi: Bu Tatik, Aulia, Anton, Beni, Pak Budi, Om Yusuf dan Bapak. Menurut Waluyo, terdapat pula tiga jenis tokoh dalam cerita: tokoh sentral, utama, dan pembantu. Tokoh sentral dalam naskah drama Langite Wis Padhang ialah Pandu. Tokoh utamanya ialah Bu Tatik, Aulia, Eko, Edi, Endro dan Bapak. Tokoh pembantu dalam cerita tersebut ialah Anton, Beni dan Om Yusuf. c. Alur Naskah drama Langite Wis Padhang karya Budi Waluyo dilihat dari rangkaian cerita setiap adegannya memiliki alur maju teratur. Plot dalam 163
164 drama ini tetap berkembang secara bertahap. Plot yang ada dalam naskah drama ini sesuai dengan pengklasifikasian plot menurut Gustaf Freytag yang meliputi lima tahap, yaitu (1) eksposisi (pengenalan), saat Pandu muncul sebagai tokoh sentral dengan bercita-cita untuk menjadi seorang penulis; (2) inciting moment (saat perkenalan) pada bagian ini dimana Pandu, Aulia, Anton dan Beni sedang merintis majalah dinding di sekolah ; (3) rising action; (4) complication; (5) climax; (6) falling action; dan (7) denonement (penyelesaian). d. Dialog Dalam naskah drama Langite Wis Padhang yang memiliki karakteristik sosial budaya masyarakat Jawa, tentu saja menggunakan bahasa Jawa. Penggunaan ragam bahasa Jawa terdapat dalam setiap dialog antartokoh. Seperti pada dialog antara Pandu dengan Bu Tatik ibunya, yang menggunakan ragam karma alus sesuai kaidah bahasa dalam bahasa Jawa. Adapun ketika Pandu berbicara dengan teman sebaya ragam yang digunakan adalah ragam ngoko. Penggunakan Tembang Macapat. Selain itu penggunaan geguritan juga menambah nilai estetika naskah drama ketika dibaca maupun dipentaskan. e. Petunjuk Teknis Petunjuk teknis digunakan untuk membantu pemain dalam memerankan tokoh serta dapat digunakan sebagai jembatan untuk para pembaca naskah dalam mengimajinasikan cerita. dalam naskah drama Langite Wis Padhang dapat ditemui dalam setiap adegan. Teks sampling ini ditulis di antara dua tanda kurung ( ), dengan huruf Italic, maupun huruf kapital. Bagi sutradara, adanya teks sampling sangat membantu dalam memvisualisasikan keinginan pengarang. f. Amanat Naskah drama Langite Wis Padhang karya Budi Waluyo memuat beberapa amanat yang bisa dipetik oleh pembaca. Naskah ini menceritakan mengenai kehidupan Pandu yang hanya hidup bersama ibunya dengan kondisi sederhana namun dengan keadaan yang serba kekurangan tidak membuat Pandu untuk menyerah namun Pandu mempunyai mimpi yang besar dan
165 semangat yang tinggi agar kehidupannya menjadi lebih baik dari yang sebelumnya. Pengarang yaitu sebagai generasi penerus bangsa harus memiliki cita-cita yang tinggi dan berbakti kepada orang tua. g. Setting Setting dibedakan ke dalam tiga unsur pokok, yaitu tempat, waktu, dan sosial. Setting tempat atau aspek ruang dalam naskah drama ini diketahui terjadi di rumah Pandu tepatnya di ruang tengah, teras rumah Anton, kantor guru, sebuah gudang, depan toko kelontong dan trotoar pinggir jalan. Penggambaran setting waktu disampaikan dalam sebuah prolog dan dialog dari beberapa tokoh. Setting sosial dalam naskah drama ini memiliki latar belakang sosial dengan nuansa kehidupan yang sederhana dan dengan kultur budaya Jawa. 2. Pandangan Dunia Pengarang Naskah Drama Langite Wis Padhang Karya Budi Waluyo Budi Waluyo sewaktu kuliah aktif dalam organisasi kesenian yaitu mengikuti teater Tesa. Pada saat aktif di teater Tesa, Budi Waluyo juga mengisi aktivitasnya dengan menulis berbagai naskah drama yang mempunyai kedekatan dengan kehidupan sosial tentang tulisannya yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Pandangan Budi Waluyo terhadap naskah drama Langite Wis Padhang merupakan gambaran kehidupan seorang pelajar yang bernama Pandu. Dia seorang anak yang hidup sederhana dan tinggal hanya dengan ibunya saja. Menurut pengarang tokoh Pandu memiliki sikap-sikap seperti halnya sikap optimis tentang hari esok, sikap sosial terhadap sesama manusia, keyakinan kebenaran akan mencapai tujuan dan keyakinan sikap buruk akan membawa dampak buruk juga, terutama untuk diri pribadi. 3. Kelompok Sosial Budi Waluyo Budi Waluyo, sesuai yang tergambar dalam data, maka kelompok sosial beliau dapat dikatakan sebagai kelompok sosial orang yang mempunyai derajat sosial yang berpendidikan dan intelektual. Budi Waluyo mempunyai intelektual dan berpendidikan sehingga memengaruhi cara pandang dalam karya-karyanya. Budi Waluyo memiliki wawasan dan pengaruh akademis yang kuat, sehingga
166 cara pandangnya bersifat kritis terhadap fenomena sosial yang berkembang. Sebagai seorang sastrawan Budi Waluyo sangat produktif menuliskan karyakarya dengan menampilkan tema-tema kritik sosial, mengangkat harkat dan martabat. 4. Nilai Pendidikan dalam Naskah Drama Langite Wis Padhang karya Budi Waluyo Dalam naskah drama Langite Wis Padhang karya Budi Waluyo ditemukan berbagai nilai pendidikan. Nilai pendidikan tersebut meliputi nilai pendidikan moral, religius, sosial dan Budaya. Nilai moral yang ditemukan, yaitu berbakti kepada orang tua, selalu optimis, berpikir tenang, jangan memfitnah orang lain, menjahui miras dan narkoba, jujur, dan mengucapkan salam saat bertamu. Nilai religius yang tampak dalam naskah drama Langite Wis Padhang adalah sikap Pandu menunjukkan bahwa dia menerapkan nilai religius dengan baik pada kehidupannya, Pandu juga selalu taat kepada ajaran agama dan menjahui larangannya. Terbukti ketika Pandu sedang menjalankan salat malam, mengaji dan berdoa kepada Allah swt. pasrah akan semua yang terjadi, sedangkan nilai pendidikan sosial yang tercermin dalam naskah ini, yaitu pentingnya rasa saling tolong menolong, peduli kepada teman, menghargai dan menghormati orang yang lebih tua, serta peduli kepada sesama manusia. Nilai budaya tercermin dengan menembang dan membacakan geguritan Jawa pada naskah tersebut adalah salah satu ciri khas dari kebudayaan Jawa sehingga menambah nilai estetika naskah tersebut. 5. Relevansi Naskah Drama Lamgite Wis Padhang dengan Materi Pembelajaran Apresiasi Drama di SMP kelas IX Pembelajaran drama di SMP terdapat pada silabus dan menjelaskan unsur intriksik dari naskah drama. Jadi, materi ajar dalam Kompetensi Dasar menelaah naskah drama adalah naskah drama berbahasa Jawa. Naskah Langite Wis Padhang karya Budi Waluyo, apabila dijadikan materi pembelajaran sudah dapat memenuhi beberapa aspek kelayakan sebagai materi ajar. Dari segi bahasa, penggunaan ragam bahasa Jawa krama halus dan ngoko yang baik dan benar.
167 Dari segi unsur pembangun naskah, naskah Langite Wis Padhang memiliki struktur yang lengkap sebagai materi pembelajaran. Nilai pendidikan terdapat dalam naskah drama Langite Wis Padhang membuat siswa dapat mengamalkan nilai-nilai tersebut, dan bisa dijadikan acuan siswa dalam kehidupan sehari-hari. Pada naskah ini pula terdapat kearifan budaya Jawa seperti gegurtian, dan tembang macapat hal ini dapat menambah pengetahuan siswa mengenai kearifan lokal budaya Jawa. B. Implikasi Penelitian yang berjudul Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai Pendidikan Naskah Drama Langite Wis Padhang sebagai Alternatif Pembelajaran Bahasa Jawa pada Siswa SMP Kelas IX memiliki implikasi aspek teoretis, praktis dan pedagogis. Dari aspek teoritis, naskah Langite Wis Padhang memiliki kekuatan dalam bentuk dan isi. Dilihat dari struktur naskah yang jelas. Struktur naskah yang terdiri dari tema, penokohan, alur, setting, dialog, petunjuk teknis dan amanat. Penulis menggunakan analisis strukturalisme genetik yang meneliti pandangan dunia pengarang tentang naskah drama serta struktur sosial pengarang. Peneliti juga meneliti data dan temuan menggunakan teori yang relevan dengan bidang kajian. Untuk mendapatkan hasil yang bisa dipertanggungjawabkan teori yang relevan dengan bidang kajian. Peneliti meneliti nilai-nilai pendidikan yang terdapat pada naskah drama Langite Wis Padhang agar siswa bisa meniru nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Pada naskah drama ini mempunyai kearifan lokal budaya Jawa seperti Tembang Jawa dan Geguritan menjadikan kekhasan budaya Jawa. Dalam dunia pendidikan diperlukan sebuah karya sastra yang berkualitas dan bermutu dalam proses pembelajarannya. Sebuah karya itu dikatakan bermutu jika isi dari karya tersebut lebih mengedepankan nilai-nilai kehidupan yang bermakna, memikat, menggugah, mewujudkan sebagai karya kreatif, mewujudkan diri sebagai karangan bersifat imajinatif yang dituang dalam wacana naratif, puitis atau dramatik. Naskah drama Langite Wis Padhang ini memiliki muatan sastra yang
168 kuat dan dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran sastra di sekolah, khususnya drama. Segi praktis naskah ini sebagai alternatif kelompok-kelompok teater khususnya teater pelajar karena naskah ini mudah dipahami, bahasa yang digunakan menggunakan bahasa keseharian. Cerita atau isi dari naskah ini tidak terlepas dari kehidupan remaja. Tokoh-tokoh dalam naskah drama ini pun kebanyakan masih remaja hanya sedikit tokoh yang berperan sebagai orang tua. Setting pada naskah ini juga bergaya realis, untuk penggarapan setting tidak sulit karena seperti pada kehidupan sehari-hari. Dan segi pedagogis, naskah drama Langite Wis Padhang karya Budi Waluyo bisa sebagai alternatif materi pembelajaran. Ini mengacu pada silabus kurikulum KTSP pada SMP kelas IX terdapat kompetensi dasar yang membahas mengenai naskah drama. Naskah drama ini memiliki struktur yang lengkap dan terdapat nilainilai pendidikan. Hal ini memenuhi indikator materi ajar yang harus memuat nilainilai pendidikan di dalamnya. Dalam naskah drama ini juga terdapat Tembang Macapat dan Geguritan sehingga bisa diterapkan oleh para siswa dalam pembelajaran. C. Saran Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti dapat memberikan saran-saran sebagai berikut. a. Bagi Guru Naskah drama Langite Wis Padhang telah terbukti memiliki struktur pembangun yang lengkap serta memuat daya imajinasi pengarang yang tinggi. Hal ini dapat dimanfaatkan dalam pengajaran materi drama pada tingkat sekolah menengah pertama. Selain dapat membedah unsur-unsur intrinsik pada umumnya, naskah ini juga dapat digunakan untuk melatih siswa dalam mengasah imajinasi mereka. Sebuah karya dengan imajinasi akan semakin menarik untuk diapresiasi karena lebih memungkinkan munculnya perbedaan presepsi terhadap isi karya tersebut. Naskah ini sebagai alternatif pembelajaran apresisasi drama karena di dalamnya dari segi bahasa mudah dimengerti oleh
169 siswa. Selain itu terdapat Tembang Macapat dan Geguritan. Dari segi isi mengandung pesan-pesan yang relevan dan bermanfaat untuk siswa. b. Bagi Pembaca Dengan adanya penelitian ini diharapkan pembaca akan lebih tertarik untuk mempelajari naskah-naskah drama. Naskah drama memiliki kedudukan yang sama dengan bentuk karya sastra lain, seperti novel, cerkak ataupun geguritan. Hasil penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai penghubung antara karya sastra dan penikmatnya. Pembaca diharapkan pula untuk mampu mengambil nilai-nilai positif yang terdapat dalam naskah drama Langite Wis Padhang dan tidak terpengaruh oleh sisi negatif yang dimunculkan dalam cerita tersebut. c. Bagi Peneliti Lain Naskah drama Langite Wis Padhang Karya Budi Waluyo merupakan naskah drama dengan banyak simbol-simbol di dalamnya. Melalui hasil penelitian ini diharapkan dapat memicu peneliti-peneliti lain untuk melanjutkan maupun memulai penelitian sastra baru, terutama dengan objek naskah drama. Naskah drama dapat dikaji dengan berbagai pendekatan untuk menguraikan komponen-komponen penyusunnya oleh karena itu dituntut dari peneliti lain meneliti naskah ini dengan pendekatan dan bidang kajian yang berbeda dari kajian yang digunakan oleh penulis. Dengan mendapatkan informasi yang lebih beragam dari naskah drama Langite Wis Padhang karya Budi Waluyo.