BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

dokumen-dokumen yang mirip
89. Mata Pelajaran Sastra Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) Program Bahasa

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan 1. Unsur Intrinsik Novel Bulan Nararya a. Tema Tema dari novel Bulan Nararya adalah kepedulian

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan pengalaman dan pengamatannya terhadap kehidupan. Kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

KEMAMPUAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS VIII SMP DHARMA BHAKTI 6 KOTA JAMBI TAHUN PELAJARAN 2013/2014. Oleh: RENI NOVERA MONA RRA1B109039

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan kebudayaan sangat erat. Oleh sebab itu, sebagian besar objek karya

BAB I PENDAHULUAN. secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud,

BAB I PENDAHULUAN. dan telah diatur dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional tahun 2003.

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. juga memberikan pengalaman dan gambaran dalam bermasyarakat.

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB II KAJIAN TEORI. bagaimana unsur cerita atau peristiwa dihadirkan oleh pengarang sehingga di dalam

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. berarti berbuat, to act atau to do (Morris dalam taringan, 2000:69). Drama dapat

BAB I PENDAHULUAN. maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kajian yang relevan dengan penelitian tentang novel Bumi Cinta karya

PENDAHULUAN. sosialnya. Imajinasi pengarang dituangkan dalam bentuk bahasa yang kemudian

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra adalah alat yang digunakan sastrawan untuk mengungkapkan

I. PENDAHULUAN. problematika yang dialaminya dalam kehidupan. Problematika dapat timbul

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Aloka Kompetensi aMendengarkan Teks

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tarigan (dalam PLPG, 2009: 28) Menulis atau mengarang adalah. wacana yang kemudian dileburkan menjadi tulisan.

BAB I PENDAHULAN. A. Latar Belakang Masalah. Mata pelajaran bahasa Indonesia memiliki empat aspek keterampilan utama

KATA PENGANTAR. Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah yang maha esa. Karena dengan

KEMAMPUAN MENULIS NASKAH DRAMA SISWA KELAS VIII C SMP NEGERI 23 KOTA JAMBI TAHUN AJARAN 2016/2017 Yundi Fitrah dan Lia Khairia FKIP Universitas Jambi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil ciptaan

STANDAR ISI KURIKULUM 2013 MATA PELAJARAN MUATAN LOKAL BAHASA JAWA SD/SDLB/MI PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KISI-KISI UJIAN SEKOLAH SMP/MTs MATA PELAJARAN BAHASA DAERAH KURIKULUM 2006 TAHUN PELAJARAN 2017/2018 KOTA SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. karya seni yang memiliki kekhasan dan sekaligus sistematis. Sastra adalah

1. PENDAHULUAN. pembelajaran sastra berlangsung. Banyak siswa yang mengeluh apabila disuruh

BAB I PENDAHULUAN. bahasa Sansekerta yang berarti alat untuk mengajar, buku petunjuk, buku instruksi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tumpuan serta puncak keagungan bangsa adalah berupa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan

BAB I PENDAHULUAN. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di

ARTIKEL ILMIAH KEMAMPUAN SISWA KELAS VIII B SMP NEGERI 2 KOTA JAMBI TAHUN PELAJARAN 2013/2014 DALAM MENULIS NASKAH DRAMAA

BAB I PENDAHULUAN. puisi. Latar belakang kehidupan yang dialami pengarang, sangat berpengaruh

Mata pelajaran Bahasa Indonesia bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut :

SILABUS BAHASA JAWA KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bangsa. Melalui karya sastra manusia bisa mengetahui sejarah berbagai hal,

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra muncul karena karya tersebut berasal dari gambaran kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan karena

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan mempunyai peranan yang sangat menentukan bagi perkembangan dan perwujudan diri individu, terutama bagi

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

RAGAM TULISAN KREATIF. Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah karya fiksi yang berisi imajinasi seorang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sastra adalah suatu hasil tulisan kreatif yang menceritakan tentang manusia dan juga

I. PENDAHULUAN. karya sastra penggunaan bahasa dihadapkan pada usaha sepenuhnya untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan yang sangat penting untuk menjamin

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan

intrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh, latar, sudut pandang, dan lain-lain yang semuanya bersifat imajinatif. Novel adalah karya fiksi yang

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. gagasan, ide, dan perasaan seorang pengarang. Daya imajinasi inilah yang mampu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Kajian yang Relevan Sebelumnya Kajian yang relevan sebelumnya dengan penelitian ini, yakni penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini, peneliti akan menyajikan latar belakang masalah, rumusan masalah,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pertunjukan drama merupakan sebuah kerja kolektif. Sebagai kerja seni

KISI-KISI SOAL KOMPETENSI PROFESIONAL BIDANG STUDI BAHASA INDONESIA

NILAI PENDIDIKAN NOVEL PAK GURU KARYA AWANG SURYA DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat dalam suatu karya sastra, karena hakekatnya sastra merupakan cermin

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pembelajaran diartikan sebagai suatu sistem yang di

BAB I PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

commit to user BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil imajinasi seseorang yang berasal dari pengalaman, pemikiran, perasaan yang

BAB 3 METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

d. bersifat otonom e. luapan emosi yang bersifat tidak spontan

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan cerminan, gambaran atau refleksi kehidupan

Kemampuan Menulis Naskah Drama oleh Siswa Kelas VIII SMP Negeri 12 Kabupaten Muaro Jambi

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan berbahasa yang baik. Bentuk bahasa dapat dibagi dua macam, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan hasil kreasi manusia yang indah, di dalamnya

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan bentuk karya seni kreatif yang menggunakan objek manusia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. Warna lokal adalah kelokalitasan yang menggambarkan ciri khas dari suatu

BAB I PENDAHULUAN. pada satu atau beberapa karakter utama yang sukses menikmati perannya atau

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. untuk diteladani. Berdasarkan isi karya sastra itu, banyak karya sastra yang dipakai

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan dan intelektual, sosial,

I. PENDAHULUAN. Penyimpangan sosial di kalangan pelajar, terutama yang berada di jenjang

34. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB-D)

NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL SANG PEMIMPI KARYA ANDREA HIRATA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMSA

35. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunalaras (SDLB-E)

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang dialaminya. Hal ini sesuai dengan pendapat E. Kosasih ( 2012: 2)

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam keberagaman sering kali lupa terhadap nilai-nilai kebudayaan yang

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sosial, dan karya sastra memiliki kaitan yang sangat erat. Menurut

Transkripsi:

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan pada hasil temuan penelitian dan analisis data mengenai struktur, pandangan dunia pengarang, struktur sosial pengarang, nilai edukatif, dan relevansi naskah drama Langite Wis Padhang karya Budi Waluyo terhadap pembelajaran apresiasi drama, maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut: 1. Struktur Naskah Drama Langite Wis Padhang karya Budi Waluyo Naskah drama Langite Wis Padhang karya Budi Waluyo ini memiliki struktur naskah yang kuat, yaitu plot, penokohan dan perwatakan, dialog, setting, tema, amanat, serta petunjuk teknis. Struktur naskah tersebut berhasil membangun suatu cerita yang kuat berikut kesimpulan dari setiap struktur yang membangun cerita: a. Tema Tema yang diangkat dalam naskah drama Langite Wis Padhang karya Budi Waluyo yaitu tetang persahabatan yang saling membantu dan tolong menolong serta saling peduli. b. Penokohan Penokohan dalam naskah drama Langite Wis Padhang karya Budi Waluyo Pengelompokan tokoh, terdapat tiga jenis tokoh: protagonis, antagonis, dan tritagonis. Pertama, tokoh protagonis yang yaitu: Pandu. Kedua, tokoh antagonis yaitu: Eko, Edi dan Endro. Ketiga, tokoh tritagonis yang meliputi: Bu Tatik, Aulia, Anton, Beni, Pak Budi, Om Yusuf dan Bapak. Menurut Waluyo, terdapat pula tiga jenis tokoh dalam cerita: tokoh sentral, utama, dan pembantu. Tokoh sentral dalam naskah drama Langite Wis Padhang ialah Pandu. Tokoh utamanya ialah Bu Tatik, Aulia, Eko, Edi, Endro dan Bapak. Tokoh pembantu dalam cerita tersebut ialah Anton, Beni dan Om Yusuf. c. Alur Naskah drama Langite Wis Padhang karya Budi Waluyo dilihat dari rangkaian cerita setiap adegannya memiliki alur maju teratur. Plot dalam 163

164 drama ini tetap berkembang secara bertahap. Plot yang ada dalam naskah drama ini sesuai dengan pengklasifikasian plot menurut Gustaf Freytag yang meliputi lima tahap, yaitu (1) eksposisi (pengenalan), saat Pandu muncul sebagai tokoh sentral dengan bercita-cita untuk menjadi seorang penulis; (2) inciting moment (saat perkenalan) pada bagian ini dimana Pandu, Aulia, Anton dan Beni sedang merintis majalah dinding di sekolah ; (3) rising action; (4) complication; (5) climax; (6) falling action; dan (7) denonement (penyelesaian). d. Dialog Dalam naskah drama Langite Wis Padhang yang memiliki karakteristik sosial budaya masyarakat Jawa, tentu saja menggunakan bahasa Jawa. Penggunaan ragam bahasa Jawa terdapat dalam setiap dialog antartokoh. Seperti pada dialog antara Pandu dengan Bu Tatik ibunya, yang menggunakan ragam karma alus sesuai kaidah bahasa dalam bahasa Jawa. Adapun ketika Pandu berbicara dengan teman sebaya ragam yang digunakan adalah ragam ngoko. Penggunakan Tembang Macapat. Selain itu penggunaan geguritan juga menambah nilai estetika naskah drama ketika dibaca maupun dipentaskan. e. Petunjuk Teknis Petunjuk teknis digunakan untuk membantu pemain dalam memerankan tokoh serta dapat digunakan sebagai jembatan untuk para pembaca naskah dalam mengimajinasikan cerita. dalam naskah drama Langite Wis Padhang dapat ditemui dalam setiap adegan. Teks sampling ini ditulis di antara dua tanda kurung ( ), dengan huruf Italic, maupun huruf kapital. Bagi sutradara, adanya teks sampling sangat membantu dalam memvisualisasikan keinginan pengarang. f. Amanat Naskah drama Langite Wis Padhang karya Budi Waluyo memuat beberapa amanat yang bisa dipetik oleh pembaca. Naskah ini menceritakan mengenai kehidupan Pandu yang hanya hidup bersama ibunya dengan kondisi sederhana namun dengan keadaan yang serba kekurangan tidak membuat Pandu untuk menyerah namun Pandu mempunyai mimpi yang besar dan

165 semangat yang tinggi agar kehidupannya menjadi lebih baik dari yang sebelumnya. Pengarang yaitu sebagai generasi penerus bangsa harus memiliki cita-cita yang tinggi dan berbakti kepada orang tua. g. Setting Setting dibedakan ke dalam tiga unsur pokok, yaitu tempat, waktu, dan sosial. Setting tempat atau aspek ruang dalam naskah drama ini diketahui terjadi di rumah Pandu tepatnya di ruang tengah, teras rumah Anton, kantor guru, sebuah gudang, depan toko kelontong dan trotoar pinggir jalan. Penggambaran setting waktu disampaikan dalam sebuah prolog dan dialog dari beberapa tokoh. Setting sosial dalam naskah drama ini memiliki latar belakang sosial dengan nuansa kehidupan yang sederhana dan dengan kultur budaya Jawa. 2. Pandangan Dunia Pengarang Naskah Drama Langite Wis Padhang Karya Budi Waluyo Budi Waluyo sewaktu kuliah aktif dalam organisasi kesenian yaitu mengikuti teater Tesa. Pada saat aktif di teater Tesa, Budi Waluyo juga mengisi aktivitasnya dengan menulis berbagai naskah drama yang mempunyai kedekatan dengan kehidupan sosial tentang tulisannya yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Pandangan Budi Waluyo terhadap naskah drama Langite Wis Padhang merupakan gambaran kehidupan seorang pelajar yang bernama Pandu. Dia seorang anak yang hidup sederhana dan tinggal hanya dengan ibunya saja. Menurut pengarang tokoh Pandu memiliki sikap-sikap seperti halnya sikap optimis tentang hari esok, sikap sosial terhadap sesama manusia, keyakinan kebenaran akan mencapai tujuan dan keyakinan sikap buruk akan membawa dampak buruk juga, terutama untuk diri pribadi. 3. Kelompok Sosial Budi Waluyo Budi Waluyo, sesuai yang tergambar dalam data, maka kelompok sosial beliau dapat dikatakan sebagai kelompok sosial orang yang mempunyai derajat sosial yang berpendidikan dan intelektual. Budi Waluyo mempunyai intelektual dan berpendidikan sehingga memengaruhi cara pandang dalam karya-karyanya. Budi Waluyo memiliki wawasan dan pengaruh akademis yang kuat, sehingga

166 cara pandangnya bersifat kritis terhadap fenomena sosial yang berkembang. Sebagai seorang sastrawan Budi Waluyo sangat produktif menuliskan karyakarya dengan menampilkan tema-tema kritik sosial, mengangkat harkat dan martabat. 4. Nilai Pendidikan dalam Naskah Drama Langite Wis Padhang karya Budi Waluyo Dalam naskah drama Langite Wis Padhang karya Budi Waluyo ditemukan berbagai nilai pendidikan. Nilai pendidikan tersebut meliputi nilai pendidikan moral, religius, sosial dan Budaya. Nilai moral yang ditemukan, yaitu berbakti kepada orang tua, selalu optimis, berpikir tenang, jangan memfitnah orang lain, menjahui miras dan narkoba, jujur, dan mengucapkan salam saat bertamu. Nilai religius yang tampak dalam naskah drama Langite Wis Padhang adalah sikap Pandu menunjukkan bahwa dia menerapkan nilai religius dengan baik pada kehidupannya, Pandu juga selalu taat kepada ajaran agama dan menjahui larangannya. Terbukti ketika Pandu sedang menjalankan salat malam, mengaji dan berdoa kepada Allah swt. pasrah akan semua yang terjadi, sedangkan nilai pendidikan sosial yang tercermin dalam naskah ini, yaitu pentingnya rasa saling tolong menolong, peduli kepada teman, menghargai dan menghormati orang yang lebih tua, serta peduli kepada sesama manusia. Nilai budaya tercermin dengan menembang dan membacakan geguritan Jawa pada naskah tersebut adalah salah satu ciri khas dari kebudayaan Jawa sehingga menambah nilai estetika naskah tersebut. 5. Relevansi Naskah Drama Lamgite Wis Padhang dengan Materi Pembelajaran Apresiasi Drama di SMP kelas IX Pembelajaran drama di SMP terdapat pada silabus dan menjelaskan unsur intriksik dari naskah drama. Jadi, materi ajar dalam Kompetensi Dasar menelaah naskah drama adalah naskah drama berbahasa Jawa. Naskah Langite Wis Padhang karya Budi Waluyo, apabila dijadikan materi pembelajaran sudah dapat memenuhi beberapa aspek kelayakan sebagai materi ajar. Dari segi bahasa, penggunaan ragam bahasa Jawa krama halus dan ngoko yang baik dan benar.

167 Dari segi unsur pembangun naskah, naskah Langite Wis Padhang memiliki struktur yang lengkap sebagai materi pembelajaran. Nilai pendidikan terdapat dalam naskah drama Langite Wis Padhang membuat siswa dapat mengamalkan nilai-nilai tersebut, dan bisa dijadikan acuan siswa dalam kehidupan sehari-hari. Pada naskah ini pula terdapat kearifan budaya Jawa seperti gegurtian, dan tembang macapat hal ini dapat menambah pengetahuan siswa mengenai kearifan lokal budaya Jawa. B. Implikasi Penelitian yang berjudul Kajian Strukturalisme Genetik dan Nilai Pendidikan Naskah Drama Langite Wis Padhang sebagai Alternatif Pembelajaran Bahasa Jawa pada Siswa SMP Kelas IX memiliki implikasi aspek teoretis, praktis dan pedagogis. Dari aspek teoritis, naskah Langite Wis Padhang memiliki kekuatan dalam bentuk dan isi. Dilihat dari struktur naskah yang jelas. Struktur naskah yang terdiri dari tema, penokohan, alur, setting, dialog, petunjuk teknis dan amanat. Penulis menggunakan analisis strukturalisme genetik yang meneliti pandangan dunia pengarang tentang naskah drama serta struktur sosial pengarang. Peneliti juga meneliti data dan temuan menggunakan teori yang relevan dengan bidang kajian. Untuk mendapatkan hasil yang bisa dipertanggungjawabkan teori yang relevan dengan bidang kajian. Peneliti meneliti nilai-nilai pendidikan yang terdapat pada naskah drama Langite Wis Padhang agar siswa bisa meniru nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Pada naskah drama ini mempunyai kearifan lokal budaya Jawa seperti Tembang Jawa dan Geguritan menjadikan kekhasan budaya Jawa. Dalam dunia pendidikan diperlukan sebuah karya sastra yang berkualitas dan bermutu dalam proses pembelajarannya. Sebuah karya itu dikatakan bermutu jika isi dari karya tersebut lebih mengedepankan nilai-nilai kehidupan yang bermakna, memikat, menggugah, mewujudkan sebagai karya kreatif, mewujudkan diri sebagai karangan bersifat imajinatif yang dituang dalam wacana naratif, puitis atau dramatik. Naskah drama Langite Wis Padhang ini memiliki muatan sastra yang

168 kuat dan dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran sastra di sekolah, khususnya drama. Segi praktis naskah ini sebagai alternatif kelompok-kelompok teater khususnya teater pelajar karena naskah ini mudah dipahami, bahasa yang digunakan menggunakan bahasa keseharian. Cerita atau isi dari naskah ini tidak terlepas dari kehidupan remaja. Tokoh-tokoh dalam naskah drama ini pun kebanyakan masih remaja hanya sedikit tokoh yang berperan sebagai orang tua. Setting pada naskah ini juga bergaya realis, untuk penggarapan setting tidak sulit karena seperti pada kehidupan sehari-hari. Dan segi pedagogis, naskah drama Langite Wis Padhang karya Budi Waluyo bisa sebagai alternatif materi pembelajaran. Ini mengacu pada silabus kurikulum KTSP pada SMP kelas IX terdapat kompetensi dasar yang membahas mengenai naskah drama. Naskah drama ini memiliki struktur yang lengkap dan terdapat nilainilai pendidikan. Hal ini memenuhi indikator materi ajar yang harus memuat nilainilai pendidikan di dalamnya. Dalam naskah drama ini juga terdapat Tembang Macapat dan Geguritan sehingga bisa diterapkan oleh para siswa dalam pembelajaran. C. Saran Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti dapat memberikan saran-saran sebagai berikut. a. Bagi Guru Naskah drama Langite Wis Padhang telah terbukti memiliki struktur pembangun yang lengkap serta memuat daya imajinasi pengarang yang tinggi. Hal ini dapat dimanfaatkan dalam pengajaran materi drama pada tingkat sekolah menengah pertama. Selain dapat membedah unsur-unsur intrinsik pada umumnya, naskah ini juga dapat digunakan untuk melatih siswa dalam mengasah imajinasi mereka. Sebuah karya dengan imajinasi akan semakin menarik untuk diapresiasi karena lebih memungkinkan munculnya perbedaan presepsi terhadap isi karya tersebut. Naskah ini sebagai alternatif pembelajaran apresisasi drama karena di dalamnya dari segi bahasa mudah dimengerti oleh

169 siswa. Selain itu terdapat Tembang Macapat dan Geguritan. Dari segi isi mengandung pesan-pesan yang relevan dan bermanfaat untuk siswa. b. Bagi Pembaca Dengan adanya penelitian ini diharapkan pembaca akan lebih tertarik untuk mempelajari naskah-naskah drama. Naskah drama memiliki kedudukan yang sama dengan bentuk karya sastra lain, seperti novel, cerkak ataupun geguritan. Hasil penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai penghubung antara karya sastra dan penikmatnya. Pembaca diharapkan pula untuk mampu mengambil nilai-nilai positif yang terdapat dalam naskah drama Langite Wis Padhang dan tidak terpengaruh oleh sisi negatif yang dimunculkan dalam cerita tersebut. c. Bagi Peneliti Lain Naskah drama Langite Wis Padhang Karya Budi Waluyo merupakan naskah drama dengan banyak simbol-simbol di dalamnya. Melalui hasil penelitian ini diharapkan dapat memicu peneliti-peneliti lain untuk melanjutkan maupun memulai penelitian sastra baru, terutama dengan objek naskah drama. Naskah drama dapat dikaji dengan berbagai pendekatan untuk menguraikan komponen-komponen penyusunnya oleh karena itu dituntut dari peneliti lain meneliti naskah ini dengan pendekatan dan bidang kajian yang berbeda dari kajian yang digunakan oleh penulis. Dengan mendapatkan informasi yang lebih beragam dari naskah drama Langite Wis Padhang karya Budi Waluyo.