PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR :KP 238 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK DAN TATA CARA

dokumen-dokumen yang mirip
Menimbang : a. bahwa ketentuan mengenai angkutan udara perintis. Penyelenggaraan Angkutan Udara Perintis;

SKEP /40/ III / 2010

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA. Telepon : (Sentral) PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR: KP.289 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 578 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 04 TAHUN 2013 TENTANG

b. bahwa dalam rangka memberikan pedoman terhadap tata

2016, No Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA. Nomor : KP 247 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN DAN STANDAR BAGIAN (MANUAL OF STANDARD

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR: KP 93 TAHUN 2015 TENTANG

^PENYELENGGARAAN KALIBRASI FASILITAS DAN PROSEDUR

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP. 271 TAHUN 2012

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Memmbang. a. perhubungan NomQr KM 21 Tahun 2009 tentang Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 173

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 596 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR :.KP TAHUN TENTANG

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4956);

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : SKEP/83/VI/2005 TENTANG

TENTANG PETUNJUK DAN TATA CARA PENGAWASAN KEAMANAN PENERBANGAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA,

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR: KP.289 TAHUN 2012 TENTANG

3. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara;

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 216 TAHUN 2017 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 216 TAHUN 2017 TENTANG

2015, No Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2001 tentang Keamanan dan Keselamatan Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 200

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP. 85 Tahun 2016 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOM OR : KP 038 TAHUN 2017 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 458 TAHUN 2015 TENTANG

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Keselamatan Pekerjaan Bandar Udara

NOMOR: PM 17 TAHUN 2014

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 593 TAHUN 2015 TENTANG

2 3. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2009 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan. 2. Peraturan Pemerintah Nomor 77 Tahun 2012 tentang

9 Perhubungan Nomor KM. 24 Tahun 2009 tentang Peraturan

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP-447 TAHUN 2014 TENTANG PEMBAYARAN PASSENGER SERVICE CHARGE (PSC) DISATUKAN DENGAN

Pemeliharaan di sekitar Alat Bantu Navigasi

TUGAS Topik Khusus Transportasi BANDAR UDARA

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA. Nomor : KP. 572 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR :KP 12 TAHUN 2015 TENTANG PEMBAYARAN PASSENGER SERVICE CHARGE (PSC) DISATUKAN DENGAN

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 077 TAHUN 2018 TENTANG STANDAR TEKNIS DAN OPERASI (MANUAL OF STANDARD CASR PART

2016, No Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2001 tentang Keamanan dan Keselamatan Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

PART 69-01) PENGUJIAN LISENSI DAN RATING PERSONEL PEMANDU

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP. 436 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK DAN TATA CARA

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 173 TAHUN 2013 TENTANG

NOMOR: KP 081 TAHUN 2018 PROSEDUR PENETAPAN, PENGGUNAAN DAN PENUTUPAN

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR: KP 030 TAHUN 2018 TENTANG TIM PERSIAPAN DAN EVALUASI PENYELENGGARAAN

Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 313 ayat 3

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA. Telepon : (Sentral)

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : SKEP / 39 / III / 2010 TENTANG

2017, No Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 139, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5058); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1986), Bandar Udara adalah. operator pelayanan penerbangan maupun bagi penggunanya.

2015, No Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4956); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2012 tentang Pembangunan dan Pelestar

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin maju dari masa ke

2016, No Informasi Aeronautika (Aeronautical Information Publication (AIP)) Indonesia secara elektronik; d. bahwa berdasarkan pertimbangan seb

PERATURAN DIREKTUR denderal PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 237 TAHUN 2014 TENTANG

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia

Kriteria penempatan pemancar sinyal ke segala arah berfrekuensi amat tinggi (VHF Omnidirectional Range / VOR)

Mengingat: 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : SKEP / 2770 / XII / 2010 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA Nomor : SKEP/91/V/2007 TENTANG PENILAIAN KINERJA BANDAR UDARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : SKEP / 42 / III / 2010 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 580 TAHUN 2015 TENTANG

(AERONAUTICAL TELECOMMUNICATION SERVICE PROVIDERS)

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA. Nomor: KP. 456 T4HUN 2011 TENTANG

2 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2014; 3. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fung

Gambar : Bentuk dan proporsi huruf, angka dan simbol yang digunakan pada Movement Area Guidance Sign

Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2009 tentang Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 139, Tam

2017, No Negara Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2001, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4075); 3. Peraturan Pemerintah Nomor

Menimbang: a. bahwa dalam Subbagian 139H Peraturan Menteri

Ilustrasi category II and III approach lighting system. Diagram Isocandela untuk lampu approach centerline

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 473 TAHUN 2012 TENTANG

2017, No Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor

kegiatan angkutan udara bukan niaga dan lampirannya beserta bukti

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Standar dan Regulasi terkait Perencanaan, Perancangan, Pembangunan, dan Pengoperasian Bandar Udara Juli 28, 2011

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

NOMOR : SKEP/293/XII/2009 TENTANG

2 Ke Dan Dari Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republi

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2012 TENTANG PEMBANGUNAN DAN PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP BANDAR UDARA

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 220 TAHUN 2017 TENTANG

INSTRUKSI DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : INST.03 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 60 TAHUN 2016 TENTANG PENGALIHAN PENYELENGGARAAN PELAYANAN NAVIGASI PENERBANGAN

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

Jarak pendaratan yang tersedia 800 m hingga, 1200 m hingga, tetapi tidak mencapai 2400 m. Kurang dari 800 meter. Lokasi dan Dimensi.

Gambar : Typical apron markings

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PM 55 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : SKEP / 136 / VII / 2010 TENTANG TANDA PENGENAL INSPEKTUR PENERBANGAN

Udara Jenderal Besar Soedirman di

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA. NOMOR : KP. 56 Tahun 2014 TENTANG ORGANISASI SLOT INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perhubungan tent

9.36. Pemberian Lampu pada Daerah yang Ditutup dan Unserviceable

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP. 570 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN

dan 30 m jika code number runway 1 atau 2. Lihat Gambar Gambar : Runway exit sign

Transkripsi:

KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR :KP 238 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK DAN TATA CARA PERATURAN KESELAMATAN PENERBANGAN SIPIL BAGIAN 139-22 (ADVISORY CIRCULAR CASR PART 139-22), PROSEDUR PENETAPAN JAM OPERASI BANDAR UDARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA, Menimbang : a. bahwa dalam Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 74 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 24 Tahun 2009 tentang Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 139 (Civil Aviation Safety Regulation, Part 139) tentang Bandar Udara (Aerodrome), telah diatur mengatur mengenai jam operasi bandar udara; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu ditetapkan Petunjuk dan Tata Cara Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 139-22 (Civil Aviation Safety Regulation Part 139-22), Prosedur Penetapan Jam Operasi Bandar Udara dengan Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia nomor 4956);

2. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2009 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang berlaku pada Departemen Perhubungan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4973); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2012 tentang Pembangunan dan Pelestarian Lingkungan Hidup Bandar Udara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 71, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5296); 4. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2013; 5. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 56 Tahun 2013; 6. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 20 tahun 2009 tentang Sistem Manajemen Keselamatan (Safety Management System); 7. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 24 tahun 2009 tentang Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 139 (Civil Aviation Safety Regulation Part 139) tentang Bandar Udara (Aerodrome) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan menteri Perhubungan Nomor PM 74 Tahun 2013; 8. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 35 tahun 2009 tentang Peraturan Petunjuk Pelaksanaan Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Berlaku Pada Direktorat Jenderal Perhubungan Udara;

9. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 60 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perhubungan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 68 Tahun 2013; MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA TENTANG PETUNJUK DAN TATA CARA PERATURAN KESELAMATAN PENERBANGAN SIPIL BAGIAN 139-22 {ADVISORY CIRCULAR CASR PART 139-22), PROSEDUR PENETAPAN JAM OPERASI BANDAR UDARA. Pasal 1 Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan : 1. Keselamatan Penerbangan adalah suatu keadaan terpenuhinya persyaratan keselamatan dalam pemanfaatan wilayah udara, pesawat udara, bandar udara, angkutan udara, navigasi penerbangan, serta fasilitas penunjang dan fasilitas umum lainnya. 2. Keamanan Penerbangan adalah suatu keadaan yang memberikan perlindungan kepada penerbangan dari tindakan melawan hukum melalui keterpaduan pemanfaatan sumber daya manusia, fasilitas, dan prosedur. 3. Angkutan Udara adalah setiap kegiatan dengan menggunakan pesawat udara untuk mengangkut penumpang, kargo, dan/atau pos untuk satu perjalanan atau lebih dari satu bandar udara ke bandar udara yang lain atau beberapa bandar udara. 4. Bandar Udara adalah kawasan di daratan dan/atau perairan dengan batas-batas tertentu yang digunakan sebagai tempat pesawat udara mendarat dan lepas landas, naik turun penumpang, bongkar muat barang, dan tempat perpindahan intra dan antarmoda transportasi, yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan dan keamanan penerbangan, serta fasilitas pokok dan fasilitas penunjang lainnya;

5. Badan Usaha Bandar Udara adalah badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah, atau badan hukum Indonesia berbentuk perseroan terbatas atau koperasi, yang kegiatan utamanya mengoperasikan bandar udara untuk pelayanan umum. 6. Unit Penyelenggara Bandar Udara adalah lembaga pemerintah di bandar udara yang bertindak sebagai penyelenggara bandar udara yang memberikan jasa pelayanan kebandarudaraan untuk bandar udara yang belum diusahakan secara komersial. 7. Jam Operasi Bandar Udara adalah ruang waktu beroperasinya bandar udara. 8. Fasilitas dan Peralatan Bandar Udara adalah semua fasilitas dan peralatan baik di dalam maupun di luar batas-batas bandar udara, yang dibangun atau dipasang (diinstalasi) dan dipelihara untuk tujuan melayani kedatangan, keberangkatan dan permukaan pergerakan pesawat udara, termasuk pelayanan darat pesawat udara. 9. Personel Bandar Udara adalah personel yang terkait langsung dengan pelaksanaan pengoperasian dan/atau pemeliharaan fasilitas dan peralatan bandar udara. 10. Publikasi Informasi Aeronautika (Aeronautical Information Publication/AIP) adalah publikasi yang diterbitkan oleh atau di bawah kewenangan Direktur Jenderal yang berisikan informasi aeronautika yang diperlukan bagi navigasi. 11. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal Perhubungan Udara. 12. Direktur adalah Direktur Bandar Udara.

Pasal 2 Pengoperasian bandar udara harus sesuai dengan jam operasi bandar udara yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Perhubungan Udara. Pasal 3 (1) Direktur Jenderal Perhubungan Udara menetapkan jam operasi bandar udara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 didasarkan pada : a. kajian kemampuan operasional bandar udara; dan b. buku pedoman pengoperasian bandar udara (aerodrome manual). (2) Kajian kemampuan operasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, meliputi : a. kemampuan operasional bandar udara; b. kemampuan pelayanan lalu lintas penerbangan; dan c. permintaan jasa angkutan udara. (3) Kajian kemampuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a dan b sesuai dengan format sebagaimana tercantum dalam Lampiran I dan II Peraturan ini. (4) Buku pedoman pengoperasian bandar udara (aerodrome manual) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, merupakan buku pedoman pengoperasian bandar udara (aerodrome manual) di setiap bandar udara umum yang beroperasi. Pasal 4 Jam operasi bandar udara berlaku 7 (tujuh) hari setelah diinformasikan melalui publikasi informasi aeronautika (aeronautical information publication/aip).

Pasal 5 (1) Badan Usaha Bandar Udara atau Unit Penyelenggara Bandar Udara dapat mengajukan perubahan jam operasi bandar udara. (2) Permohonan perubahan jam operasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan secara tertulis kepada Direktur Jenderal dengan melampirkan kajian kemampuan operasional bandar udara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2). Pasal 6 (1) Setelah permohonan perubahan jam operasi bandar udara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) diterima secara lengkap, Direktur Jenderal melakukan evaluasi. (2) Apabila berdasarkan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdapat kajian yang dinilai tidak tepat, dapat dilakukan pemeriksaan lapangan. (3) Pemeriksaan lapangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus dituangkan dalam berita acara dan ditandatangani oleh petugas yang melakukan pemeriksaan lapangan dan Kepala Bandar Udara. Pasal 7 Pemberitahuan diterima atau ditolaknya permohonan perubahan jam operasi bandar udara disampaikan dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari kerja sejak permohonan diterima secara lengkap atau setelah dilakukannya pemeriksaan lapangan.

Pasal 8 (1) Dalam keadaan tertentu Kepala Badan Usaha Bandar Udara atau Kepala Unit Penyelenggara Bandar Udara dapat melakukan perubahan jam operasi bandar udara yang bersifat sementara. (2) Keadaan tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. ganguan teknis operasional seperti: 1. operasi pesawat udara; 2. pelayanan lalu lintas penerbangan; dan 3. operasi bandar udara. b. kondisi darurat seperti: 1. cuaca; 2. bencana alam; dan 3. bantuan kemanusiaan. c. kegiatan yang bersifat nasional atau internasional. (3) Bersifat sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku sampai dengan dapat ditanggulanginya atau selesai kegiatan tersebut. Pasal 9 Kepala Badan Usaha Bandar Udara atau Kepala Unit Penyelenggara Bandar Udara dalam melakukan perubahan jam operasi bandar udara yang bersifat sementara, harus memperhatikan : a. ketersediaan dan kemampuan fasilitas/peralatan bandar udara; b. ketersediaan personel bandar udara; c. prosedur pengoperasian bandar udara;dan d. kemampuan pelayanan lalu lintas penerbangan.

Pasal 10 Perubahan jam operasi bandar udara yang bersifat sementara harus 1 (satu) jam dinotamkan sebelum keberangkatan pesawat udara dari bandar udara asal oleh Kepala Badan Usaha Bandar Udara atau Kepala Unit Penyelenggara Bandar Udara. Pasal 11 Penetapan perubahan jam operasi bandar udara yang bersifat sementara wajib dilaporkan oleh Kepala Badan Usaha Bandar Udara atau Kepala Unit Penyelenggara Bandar Udara kepada Direktur dan Kepala Otoritas Bandar Udara. Pasal 12 (1) Badan Usaha Bandar Udara dan Unit Penyelenggara Bandar Udara wajib menjamin beroperasinya seluruh fasilitas dan peralatan bandar udara serta bertugasnya personel bandar udara sekurang-kurangnya 60 (enam puluh) menit sebelum jam operasi bandar udara dimulai. (2) Badan Usaha Bandar Udara dan Unit Penyelenggara Bandar Udara dapat menghentikan kegiatan operasional bandar udara sekurang-kurangnya 60 (enam puluh) menit setelah jam operasi bandar udara berakhir. Pasal 13 (1) Badan Usaha Bandar Udara atau Unit Penyelenggara Bandar Udara yang melanggar ketentuan jam operasi bandar udara sebagaimana diatur dalam Peraturan ini, dikenakan sanksi administratif berupa: a. peringatan tertulis; dan b. denda administratif.

(2) Peringatan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a diberikan sebanyak 3 (tiga) kali dengan jangka waktu masing-masing 1 (satu) bulan. (3) Apabila dalam waktu 1 (satu) bulan setelah diterimanya peringatan tertulis ketiga, Badan Usaha Bandar Udara atau Unit Penyelenggara Bandar Udara tidak melakukan perbaikan, dikenakan denda administratif. Pasal 14 Direktur melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan Peraturan ini. Pasal 15 Peraturan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan. Disahkan di : Jakarta pada Tanggal: 17 April 2014 DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA, ttd HERRY BAKTI SALINAN Peraturan ini disampaikan kepada : 1. Menteri Perhubungan; 2. Sekretaris Jenderal; 3. Inspektur Jenderal; 4. Sekretaris Direktorat Jenderal Perhubungan Udara; 5. Para Direktur di Lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara; 6. Direktur Utama PT. Angkasa Pura I (Persero); 7. Direktur Utama PT. Angkasa Pura II (Persero); 8. Direktur Utama Perum LPPNPI; dan 9. Ketua Asosiasi Penyelenggara Bandar Udara Indonesia (APBI). SALINAN dihttat^esuai dengan aslinya KEPALA^afeiS^lKUM DAN HUMAS HUBUD AYAT

LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR: KP 238 TAHUN 2014 TANGGAL: 17 April 2014 TENTANG PETUNJUK DAN TATA CARA PERATURAN KESELAMATAN PENERBANGAN SIPIL BAGIAN 139-22 (CIVIL AVIATION SAFETY REGULATION PART 139-22), PROSEDUR PENETAPAN JAM OPERASI BANDAR UDARA KAJIAN KEMAMPUAN OPERASIONAL BANDAR UDARA I. DATA BANDAR UDARA 1. Nama Bandar Udara 2. Kota/Propinsi 3. Pemilik 4. Pemegang Sertifikat Bandar Udara 5. Status 6. Koordinat 7. Jarak Terhadap Kota 8. Elevasi 9. Aerodrome Reference Temperatur 10. Jenis Pelayanan Penerbangan 11. Dimensi Runway 12. Klasifikasi Bandar Udara 0C 1/2/3/4 (A/B/C/D/E/F) 13. Tipe Runway 14. Strength (PCN) and Surface ofrunway 15. Pesawat terbesar yang beroperasi 16. Jam Operasi 23.00-11.00UTC / (..,...+ 7-... + 7) WIB 17. Sertifikat/Register Bandar Udara Nomor

II. DATA KAJIAN KEMAMPUAN OPERASIONAL BANDAR UDARA A. CHECKLIST RUNWAY NO OBJEK REF. PERATURAN N/A S U CATATAN 1. Marka: KM 21/2005 SNI 03-7095- 2005/MOS a. Pre-runway-end MOS.8.3.2 b. Runway Centreline SNI.6.1.1/MOS. 8.3.3 marking c. Runway Designation SNI.6.1.1/MOS.8.3.4 Marking d. Runway end marking MOS.8.3.5 e. Runway Side-stripe SNI.6.1.4/MOS.8.3.6 marking f Aiming Point marking SNI.6.1.5/MOS.8.3.7 g. Touchdown zone marking SNI.6.1.6/MOS.8.3.8 h. Threshold marking SNI.6.1.3/MOS. 8.3.9 i. Temporarily Displaced Threshold marking j. Displaced Threshold SNI.6.1.7 marking k. Pre-threshold marking SNI.6.1.8 MOS.8.3.11 2. Runway Lighting (warna dan kondisi); MOS.9.9 a. Runway Edge Lights. MOS.9.9.2 b. Runway Threshold Lights. MOS.9.9.9 c. Runway End Lights. MOS.9.9.16 d. Runway Turning Area Edge Lights. MOS.9.9.21 e. Stopway Lights. MOS. 9.9.22 f Runway Center Line Lights. MOS. 9.9.23. Runway Touchdown Zone Lights. MOS. 9.9.24 3. Lebar Runway 18m s/d 60m MOS. 6.2.3 4. Runway Strip a.panjang Runway Strip (Code Number 1 : 30m), (Code Number 2,3A :60m) MOS. 6.2.17

NO OBJEK REF. PERATURAN N/A S U CATATAN b. Lebar Runway Strip (Code Number lab: 60m/30m), (Code Number 2c : 80m), (Code Number 3 : 90m), (Code Number 3,4 : 150m) MOS.6.2.18. 5. RESA (panjang min. 90m, lebar 2 x lebar runway ) (panjang min 60 m untuk code number 3,4 (pesawat propeller)) (Code Number 1,2 & non instrument tdk diperlukan RESA) MOS.6.2.25 6. Kondisi runway dan runway strip a. Runway bebas dari FOD. b. Permukaan runway (retak, crack). c. Ketinggian rumput di runway strip. 7. PAPI/VASI MOS.9.8.3/9.8.4. 8. Wind Direction Indicator MOS.8.7 9. Rambu : SNI 03-7095-2005 a. Mandatory Instruction Sign SNI7.1.1/M0.8.6.7 1). Runway Designation Sign MOS.8.6.8 2). Runway Intersection Sign MOS.8.6.13 b. Information Sign SNI.7.1.1/MOS.8.6.14 1) Direction Sign MOS.8.6.16 2) Designation Sign MOS.8.6.17 3) Take-OffRun Available Sign MOS.8.6.18 Keterangan: N/A = Not Available S = Satisfactory U = Unsatisfactory

B. CHECKLIST TAXIWAY NO OBJEK REF. PERATURAN N/A S U CATATAN 1. Marka : KM 21/2005 SNI 03-7095-2005/MOS a. Taxi Guideline Marking MOS. 8.4.2 b. Runway Holding Position Marking c. Intermediate Holding Position Marking SNI.6.2.2/MOS. 8.4.3 MOS. 8.4.4 d. Taxiway Edge Marking SNI.6.2.3/MOS.8.4.5 e. Holding Bay Marking MOS.8.4.6 f. Taxiway Pavement Strength Limit Marking g. Taxiway Centreline Marking MOS.8.4.7 SNI.6.2.1 h. Taxi Shoulder Marking SNI.6.2.4 i. Exit Guidance Line Marking j. Road Holding Position Marking SNI.6.2.6 SNI.6.2.7 2. Taxiway Lighting (warna dan kondisi): MOS.9.12 a. Taxiway Center Line Lights MOS.9.12.1 b. Taxiway Edge Lights. MOS.9.12.7 c. Runway Guard Lights. MOS.9.12.16 3. Lebar taxiway 7.5m s/d 25m MOS.6.3.1 4. Taxiway Strip MOS.6.3.11 5. Kondisi taxiway strip 6. Rambu : SNI 03-7095-2005 a. Mandatory Instruction Sign 1). Runway Holding Position Sign SNI7.1.1/MOS.8.6.7 MOS.8.6.10 2). Aircraft NO ENTRY MOS.8.6.11 3). Vehicular STOP MOS.8.6.12

1 NO OBJEK REF. PERATURAN N/A S U CATATAN 4). Runway Intersection Sign MOS.8.6.13 b. Information Sign. SNI.7.1.1/MOS.8.6.14 1) Taxiway Location Sign MOS.8.6.15 2). Direction Sign MOS.8.6.16 3). Designation Sign MOS.8.6.17 4). Runway exit sign MOS.8.6.19

C. CHECKLIST LAIN-LAIN NO OBJEK REF. PERATURAN N/A S U CATATAN 1. Pemberian tanda obstacle berupa marka dan perlampuan pada malam hari 2. Kendaraan beroperasi di areamanouver bandar udara harus dilengkapi dengan rambu dan lampu. 3. Pada daerah yang sedang dalam pekerjaan pembangunan dilengkapi dengan marka dan atau lampu berwarna merah, bendera warna merah/orange/kuning dan putih MOS.139.9.1.4 MOS.139.8.10.4 MOS.139.8.9.4. Keterangan: N/A = Not Available S = Satisfactory U = Unsatisfactory

1. CHECKLIST GANGGUAN BINATANG LIAR NO. OBJEK REF. PERATURAN S u CATATAN 1. Apakah mempunyai SOP Bird Strike? 2. Ketika terjadi hazard apakah sudah dilakukan tindakan mitigasi? 3. Apakah sudah dilakukan upaya nyata untuk mengurangi gangguan binatang liar di lapangan? MOS.139.10.14 MOS. 139.10.14 MOS. 139.10.14 Keterangan: S = Satisfactory U = Unsatisfactory

2. CHECKLIST PERTOLONGAN KECELAKAAN PESAWAT KEBAKARAN (PKP-PK) DAN PEMADAM NO. OBJEK REF. PERATURAN S U CATATAN 1. Apakah sudah tersedia layanan PKP-PK? 2. Periksa movement 3 (tiga) bulan terakhir apakah < 700 movement, jika ya kategori dapat ditoleransi turun satu level kategori. 3. Hasil uji petik terakhir Respon time kendaraan PKP-PK, mobil pertama maksimal 3 menit, Mobil berikutnya 4 menit). KM 24/2005 SNI 03-7095-2005 ANNEX 14.9 KM 24/2005 SNI 03-7095-2005 ANNEX14.9.2.3/5/6 KM 24/2005 SNI 03-7095-2005 ANNEX14.9.2.3/5/6 4. Periksa dokumen lisensi & rating personil PKP-PK. KM 24/2005 SNI 03-7095-2005 ANNEX14.9.2.3/5/6 5. Periksa kelengkapan peralatan personil PKP-PK antara lain : Helm, sarung tangan, sepatu boat, masker, baju tahan api. 6. Periksa apakah area sekitar bandara terdapat gunung, danau, rawa rawa, perairan, sehingga memerlukan kendaraan khusus. 7. Periksa kelengkapan grid map termasuk yang ada dimobil. 8. Periksa kelengkapan rescue pada tiap kendaraan PKP-PK. 9. Mimimum jumlah kendaraan yang tersedia sesuai dengan kategori PKP-PK. KM 24/2005 SNI 03-7095-2005 ANNEX14.9.2.3/5/6 KM 24/2005 SNI 03-7095-2005 ANNEX14.9.2.3/5/6 KM 24/2005 SNI 03-7095-2005 ANNEX14.9.2.3/5/6 KM 24/2005 SNI 03-7095-2005 ANNEX14.9.2.3/5/6 KM 24/2005 SNI 03-7095-2005 ANNEX14.9.2.3/5/6 Keterangan: S = Satisfactory U = Unsatisfactory

3. CHECKLIST PERSONEL BANDAR UDARA NO. OBJEK REF. PERATURAN S U CATATAN l. Apakah personel Teknik bandara memiliki STKP/Lisensi 2. Apakah personel Listrik bandara memiliki STKP/ Lisensi 3. Apakah personel Mekanikal bandara memiliki STKP/ Lisensi 4. Apakah personel Elektronika bandara memiliki STKP/ Lisensi 5. Apakah personel PKP-PK memiliki STKP/ Lisensi 6. Apakah personel pergerakan pesawat / Apron Movement Control memiliki STKP/ Lisensi 7. Apakah personel Marshalling memiliki STKP/ Lisensi 8. Apakah personel Aviobridge memiliki STKP/ Lisensi 9. Apakah personel Peralatan Pelayanan Darat Pesawat Udara (GSE) memiliki STKP/ Lisensi 10. Apakah personel pengelola & pemantau lingkungan memiliki STKP/ Lisensi 11. Apakah personel salvage memiliki STKP/ Lisensi CASR 139.045 CASR 139.045 CASR 139.045 CASR 139.045 CASR 139.045 CASR 139.045 CASR 139.045 CASR 139.045 CASR 139.045 CASR 139.045 CASR 139.045 Keterangan: S = Satisfactory U = Unsatisfactory DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA ttd HERRY BAKTI SALINAN KEPA i dengan aslinya M DAN HUMAS UBUD

LAMPIRAN II PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA SPx^SS, KP 238 TAHUN 2014 TANGGAL: 17 April 2014 TENTANG PETUNJUK DAN TATA CARA PERATURAN KESELAMATAN PENERBANGAN SIPIL BAGIAN 139-22 (CIVIL AVIATION SAFETY REGULATION PART 139-22), PROSEDUR PENETAPAN JAM OPERASI BANDAR UDARA KAJIAN KEMAMPUAN PELAYANAN LALU LINTAS PENERBANGAN I. DATA KERJA PELAYANAN 1. Nama Unit Kerja / Penyelenggara 2. Alamat 3. Jam Operasi Pelayanan 4. No. Telp/ Fax

II. DATA FASILITAS / PERALATAN NAVIGASI PENERBANGAN KELENGKAPAN PERALATAN NO OBJEK REF. PERATURAN PEMENUHAN PERATURAN A TA M TM 1. Fasilitas Konunikasi Penerbangan KM. 6 Tahun 2008 a. VHFA/G KM. 6 Tahun 2008 b. ATIS KM. 6 Tahun 2008 c. VSCS KM. 6 Tahun 2008 d. RECORDER KM. 6 Tahun 2008 e. AMSC KM. 6 Tahun 2008 f. RADIO LINK KM. 6 Tahun 2008 g. DS/IDD KM. 6 Tahun 2008 h. HF-SBB KM. 6 Tahun 2008 i. AMHS KM. 6 Tahun 2008 j. ATN KM. 6 Tahun 2008 k. VHF DATA LINK KM. 6 Tahun 2008 1. AIDC KM. 6 Tahun 2008 m. TELEPRINTER SKEP 157 Tahun 2003 n. DIRECT SPEECH (DS) SKEP 157 Tahun 2003 o. IRCMS SKEP 157 Tahun 2003 p. HF-A/G SKEP 157 Tahun 2003 CATATAN

NO OBJEK REF. PERATURAN 2. Fasilitas Navigasi Penerbangan KM. 6 Tahun 2008 a. NDB KM. 6 Tahun 2008 b. VOR KM. 6 Tahun 2008 c. DME KM. 6 Tahun 2008 d. SBAS KM. 6 Tahun 2008 e. ILS KM. 6 Tahun 2008 f. RVR KM. 6 Tahun 2008 g. GBAS KM. 6 Tahun 2008 h. SMGS KM. 6 Tahun 2008 i. PSR KM. 6 Tahun 2008 j. SSR/MSSR KM. 6 Tahun 2008 k. ATC AUTOMATION KM. 6 Tahun 2008 Keterangan: A = Ada TA = TidakAda M = Memenuhi TM = Tidak Memenuhi PEMENUHAN KELENGKAPAN PERALATAN CATATAN PERATURAN A TA M TM OBJEK

III. DATA PERSONEL NO. OBYEK REF. PERATURAN 1 Jumlah Personel ATC PM 1 Tahun 2014 SKEP 16/11/2009 a. J. ATC PM 1 Tahun 2014 SKEP 16/11/2009 b. S. ATC c. R. ATC PM 1 Tahun 2014 SKEP 16/11/2009 PM 1 Tahun 2014 SKEP 16/11/2009 2 Jumlah Personel Breafing Office PM 1 Tahun 2014 SKEP 16/11/2009 3 Jumlah Personel AIS PM 1 Tahun 2014 SKEP 16/11/2009 4 a. J. AIS PM 1 Tahun 2014 SKEP 16/11/2009 b. S. AIS PM 1 Tahun 2014 Teknik Navigasi Udara SKEP 16/11/2009 PM 1 Tahun 2014 SKEP 16/11/2009 Keterangan: A - Ada TA = TidakAda M = Memenuhi T = Tidak Memenuhi KELENGKAPAN PEMENUHAN PERALATAN PERATURAN A TA M TM. «2**T CATATAN

IV. DATA FLIGHT PROCEDURE NO. OBJEK REF. PERATURAN 1 IAP KM.21 Tahun 2009 2 SID KM.21 Tahun 2009 3 STAR KM.21 Tahun 2009 4 RADAR PROCEDUR Doc. AC 170-02 SKEP 25/11/2009 5 MNA (Minimum Vector Altitude) Doc. AC 170-02 SKEP 25/11/2009 6 Dll... Keterangan: A = Ada TA = TidakAda M = Memenuhi TM = Tidak Memenuhi KELENGKAPAN PEMENUHAN PERALATAN PERATURAN A TA M TM CATATAN

V. CHECKLIST LAIN-LAIN KELENGKAPAN PEMENUHAN NO OBJEK REF. PERATURAN PERALATAN PERATURAN A TA M TM 1. Fasilitas Meteorology pada ATS Unit PKPS 170 170.053 2. 3. Keterangan: A = Ada TA = TidakAda M = Memenuhi TM = Tidak Memenuhi DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA ttd HERRY BAKTI SALINAN di KEPALA dengan aslinya M DAN HUMAS UBUD CATATAN