Rahmi Amin Ishak Fakultas Teknik Jurusan Arsitektur Unhas

dokumen-dokumen yang mirip
TAKE HOME TEST TF 3204 AKUSTIK EVALUASI KONDISI AKUSTIK RUANG KULIAH 9212 GEDUNG KULIAH UMUM ITB

AKUSTIKA RUANG KULIAH RUANG SEMINAR 5 LANTAI 4 TEKNIK FISIKA. Dani Ridwanulloh

LAPORAN PENELITIAN AKUSTIK RUANG 9311 ditujukan untuk memenuhi nilai UTS mata kuliah TF3204 Akustik. Oleh : Muhammad Andhito Sarianto

STUDI KELAYAKAN AKUSTIK PADA RUANGAN SERBA GUNA YANG TERLETAK DI JALAN ELANG NO 17. Disusun Oleh: Wymmar

UJIAN TENGAH SEMESTER TF3204 AKUSTIK

LAPORAN PENELITIAN AKUSTIK RUANG 9231 GKU TIMUR

Analisis Kualitatif Ruang Kuliah TVST B dan TVST A

UTS TF-3204 AKUSTIK ANALISIS KARAKTERISTIK AKUSTIK GEDUNG AULA BARAT ITB. Oleh. Vebi Gustian

Penilaian Kondisi Akustik Ruangan TVST B pada Gedung TVST ITB Secara Subjektif

MAKALAH UNTUK MEMENUHI NILAI UJIAN TENGAH SEMESTER MATA KULIAH TF-3204 AKUSTIK

PENILAIAN KUALITATIF KONDISI AKUSTIK RUANG KONFERENSI ASIA AFRIKA

Evaluasi Kenyamanan Akustik Masjid Salman

Ujian Tengah Semester - Desain Akustik Ruang AULA BARAT INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

RUANGAN 9231 GKU TIMUR ITB

ANALISIS GANGGUAN BISING JALAN GANESHA TERHADAP AKUSTIK RUANGAN UTAMA MASJID SALMAN ITB

Penilaian Akustika Ruang Kuliah TVST B Institut Teknologi Bandung

KAJIAN PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP AKUSTIK STUDI KASUS: RUANG AUDITORIUM MULTIFUNGSI GEDUNG P1 DAN P2 UNIVERSITAS KRISTEN PETRA

WUJUD FISIK RUANG STUDIO GAMBAR ARSITEKTUR: EKSISTENSI ELEMEN INTERIOR TERHADAP KREATIVITAS DAN KEMANDIRIAN MAHASISWA DALAM PROSES PEMBELAJARAN

UJIAN TENGAH SEMESTER TF 3204 AKUSTIK SAUNG ANGKLUNG UDJO. Oleh : Firda Awal Gemilang

ANALISA AKUSTIK RUANG KULIAH 9222 GKU TIMUR ITB UTS TF 3204-AKUSTIK. Disusun Oleh: Suksmandhira H ( )

TAKE HOME TEST AKUSTIK TF MASJID dan AKUSTIK RUANG

Evaluasi Subjektif Kondisi Akustik Ruangan Utama Gedung Merdeka

Evaluasi Kondisi Akustik di Gedung Konferensi Asia Afrika

Analisis Akustik Ruangan Aula Barat ITB

Laporan Penilaian Subjektif Akustik Ruangan Gedung TVST B ITB

MAKALAH EVALUASI KONDISI AKUSTIK RUANG GEDUNG KESENIAN RUMENTANG SIANG

Kondisi akustik ruangan 9231 GKU Timur ITB

Evaluasi kinerja Akustik dari Ruang Kedap Suara pada Laboratorium Rekayasa Akustik dan Fisika Bangunan Teknik Fisika -ITS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Penilaian Subjektif Kondisi Akustik di Nusa Indah Theatre, Balai Kartini, Jakarta

UJIAN TENGAH SEMESTER TF 3204 AKUSTIK AKUSTIK RUANG PADA GEDUNG INDOOR DAGO TEA HOUSE BANDUNG OLEH: NAMA : SITI WINNY ADYA M NIM:

Kondisi Akustik TVST B

PENGARUH LAY OUT BANGUNAN DAN JENIS MATERIAL SERAP PADA KINERJA AKUSTIK RUANG KELAS SEKOLAH DASAR DI SURABAYA TITI AYU PAWESTRI

Penilaian Karakteristik Akustik Bangunan. Masjid Salman ITB

UJIAN TENGAH SEMESTER TF 3204 AKUSTIK (TAKE HOME TEST ) Kondisi Akustik Ruang Kuliah ITB Oktagon 9026

[ANALISIS JUDGMENT SUBJEKTIF KUALITAS AKUSTIK GEDUNG TEATER TERTUTUP DAGO TEA HOUSE]

PENERAPAN SISTEM AKUSTIK PADA RUANG AUDITORIUM BALAI SIDANG DI SURAKARTA

UTS TF-3204 Akustik / Parulian F

Take Home Test Akustik TF3204 Laporan Kondisi Ruangan Aula Barat ITB

Evaluasi Kinerja Akustik Dari Ruang Kedap Suara Pada Laboratorium Rekayasa Akustik Dan Fisika Bangunan Teknik Fisika ITS

RUANG 9231 GKU TIMUR ITB

Alexander Christian Nugroho

BAB II PARAMETER PARAMETER AKUSTIK RUANGAN

PERANCANGAN AKUSTIK RUANG MULTIFUNGSI PADA TEATER A ITS DENGAN DESAIN MODULAR

BAB 3 TINJAUAN KHUSUS

BAB V METODOLOGI DAN ALAT PENGUKURAN

DESAIN AKUSTIK RUANG KELAS MENGACU PADA KONSEP BANGUNAN HIJAU

LATAR BELAKANG UTS TF AKUSTIK [NARENDRA PRATAKSITA ]

UTS TF-3204 AKUSTIK. Analisis Karakteristik Akustik Pada Ruang secretariat unit Marching Band Waditra Ganesha (MBWG) ITB. Oleh: Ade husni

Ujian Tengah Semester. Akustik TF Studi Analisis Kualitas Akustik Pada Masjid Salman ITB

Pengamatan Subjektif Parameter Akustik Ruang Latihan Orkestra Bumi Siliwangi

AKUSTIKA RUANG KULIAH

ATENUASI BISING LINGKUNGAN DAN BUKAAN PADA RUANG KELAS SEKOLAH DASAR BERVENTILASI ALAMI DI TEPI JALAN RAYA. Oleh :

UTS TF-3204 AKUSTIK PENILAIAN DAN OBSERVASI RUANG TVST C ITB

PERANCANGAN PENGENDALIAN BISING PADA RUANG BACA dan LABORATORIUM REKAYASA INSTRUMENTASI TEKNIK FISIKA ITS

Desain Akustik Ruang Kelas Mengacu Pada Konsep Bangunan Hijau

UTS TF AKUSTIK Laporan Pengamatan Gedung Aula Barat

UJIAN TENGAH SEMESTER TF-3204 AKUSTIK

BAB I PENDAHULUAN. 1 Leslie L.Doelle dan L. Prasetio, Akustik Lingkungan, 1993, hlm. 91

UTS Akustik (TF-3204) Dosen : Joko sarwono. Kriteria Akustik Gedung Serba Guna Salman ITB

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

UTS TF3204 Akustik. Gedung Gajah, Dago Tea House. Studi Akustik Sederhana Sebuah Ruangan. Program Studi Teknik Fisika Institut Teknologi Bandung

Akustik. By: Dian P.E. Laksmiyanti, ST. MT

PENGARUH BENTUK PLAFON TERHADAP WAKTU DENGUNG (REVERBERATION TIME)

EVALUASI KONDISI AKUSTIK BANGUNAN KOST STUDI KASUS KOST DI JALAN CISITU LAMA NO. 95/152C

Analisis Karakteristik Akustik Pada Ruang Peribadatan Masjid : Studi Kasus Masjid Istiqamah

STUDI SUBJEKTIF KELAYAKAN GEDUNG KESENIAN DAN KEBUDAYAAN RUMENTANG SIANG BANDUNG DARI SEGI AKUSTIK

PENILAIAN KARAKTERISTIK AKUSTIK PADA TEATER TERTUTUP TAMAN BUDAYA (DAGO TEA HOUSE)

Pengukuran Transmission Loss (TL) dan Sound Transmission Class (STC) pada Suatu Sampel Uji

SEMINAR TUGAS AKHIR. Oleh: Candra Budi S : Andi Rahmadiansah, ST. MT Pembimbing II : Dyah Sawitri. ST. MT

Kekerasan (loudness) yang cukup Kekerasan menjadi masalah karena ukuran ruang yang besar Energi yang hilang saat perambatan bunyi karena penyerapan da

PRISMA FISIKA, Vol. II, No. 2 (2014), Hal ISSN : TINGKAT KEBISINGAN AKIBAT AKTIVITAS MANUSIA DI RUANG INAP RUMAH SAKIT

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG. I.1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek

Nama : Beni Kusuma Atmaja NIM : Kelas : 02 Topik : Ruang Konser

BAB V HASIL RANCANGAN

DENDY D. PUTRA 1, Drs. SUWANDI, M.Si 2, M. SALADIN P, M.T 3. Abstrak

DINDING PEREDAM SUARA BERBAHAN DAMEN DAN SERABUT KELAPA

qwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwerty uiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasd fghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzx cvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmq

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

PENGUKURAN KOEFISIEN ABSORPSI BUNYI DARI LIMBAH BATANG KELAPA SAWIT. Krisman, Defrianto, Debora M Sinaga ABSTRACT

PENGAMATAN AKUSTIK CIWLAK XXI LOUNGE Oleh : Imanda Aryaganda / Mata kuliah : Akustik TF-3204 Dosen : Joko Sarwono Kelas : Ganjil

Keadaan Akustik Ruang TVST 82

TF4041- TOPIK KHUSUS A

Makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi UTS TF 3204 Akustik) Khanestyo

PERBAIKAN KUALITAS AKUSTIK RUANG MENGGUNAKAN PLAFON VENTILASI BERDASARKAN WAKTU DENGUNG STUDI KASUS RUANG KELUARGA PADA RUMAH TIPE 70

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi telah memberikan manfaat yang besar terhadap

ANALISIS PENGARUH PEMASANGAN ABSORBER DAN DIFFUSOR TERHADAP KINERJA AKUSTIK PADA DINDING AUDITORIUM (KU )

Pengendalian Bising. Oleh Gede H. Cahyana

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

UJIAN TENGAH SEMESTER TF 3204 AKUSTIK ANALISIS SUBJEKTIF RUANGAN XXI LOUNGE CIWALK

1.1. Latar Belakang Setiap ruangan harus memiliki 3 aspek yang harus diperhatikan, akustik, thermal dan pencahayaan. Aspek-aspek ini memiliki

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

OPTIMASI MATERIAL AKUSTIK UNTUK PENINGKATAN KUALITAS BUNYI PADA RUANG AUDITORIUM MULTI-FUNGSI

PENERUSAN PANAS PADA DINDING GLAS BLOK LOKAL

PENGENDALIAN BISING PADA BANGUNAN APARTEMEN

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: ( Print) D-156

DAFTAR ISI. Lembar pengesahan Abstrak Kata Pengantar... i Daftar Isi... iii Daftar Tabel... vi Daftar Gambar... vii Daftar Lampiran...

Kata kunci: Transmission Loss

2. TINJAUAN PUSTAKA Gelombang Bunyi Perambatan Gelombang dalam Pipa

11. Batasan dan Definisi Judul I 1.2. Latar Belakang Permasalahan I

Transkripsi:

EVALUASI AKUSTIK RUANG KULIAH SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN EFEKTIVITAS & PRODUKTIVITAS PROSES BELAJAR MENGAJAR (Studi Kasus: Gedung Jurusan Arsitektur Unhas Tamalanrea) Rahmi Amin Ishak rahmi1403@gmail.com Fakultas Teknik Jurusan Arsitektur Unhas Abstrak Ruang kuliah sebagai wadah pendidikan menuntut adanya ketenangan dalam proses belajar mengajar. Guna meningkatkan efektivitas dan produktivitas kegiatan perkuliahan, maka tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui kondisi akustik ruang dan lingkungan pada Gedung Jurusan arsitektur Unhas Tamalanrea berdasarkan potensi tingkat kebisingan yang terjadi. Evaluasi akustik terhadap ruang kuliah mencakup parameter: noise criteria (NP), insulasi bising, direct arrivals, Reverberation Time (RT), warmth, intimacy, dan diffusion. Hasil penelitian menunjukkan secara umum kondisi lingkungan dan ruang kuliah belum memenuhi kriteria akustik yang baik, sehingga diperlukan perbaikan desain akustik ruang. Kata kunci: ruang kuliah, akustik, proses belajar mengajar Abstract Lecture room as a place of education requires a tranquility in the learning process. To improve the effectivity and productivity of lecture activities, then the purpose of this study was to determine the acoustic conditions of the environment and room on the building of the Architecture Department of Hasanuddin University, Tamalanrea, based on the potential noise levels. Evaluation of the lecture room acoustics based on the parameters: noise criteria (NP), noise insulation, direct arrivals, Reverberation Time (RT), warmth, intimacy, and diffusion. The results of the study in general shown that environmental conditions and lecture room has not fulfilled the criteria for appropriate acoustics, so it requires improvements to the room acoustic design. Keywords: lecture room, the acoustics, the learning process A. PENDAHULUAN Proses belajar mengajar sangat membutuhkan kondisi ruang yang tenang dan tidak bising, serta memberikan penguatan terhadap bunyi yang diinginkan, sehingga produksi, perambatan dan penerimaan bunyi dapat berlangsung dengan baik. Doelle (1990), mengemukakan tiga elemen yang harus diperhatikan dalam setiap situasi akustik, yaitu: sumber bunyi, jejak perambatan bunyi dan penerima yang mendengarkan bunyi. Dalam perencanaan ruang kelas, peranan akustik ruang sangat besar terutama dampak yang diberikan terhadap aspek psikis pemakai ruang dalam melakukan aktivitasnya. Bunyi yang tidak diinginkan atau bising dapat mempengaruhi produktivitas belajar mahasiswa dan efektivitas proses belajar mengajar. Akustik ruang kuliah dapat dikatakan baik, bila peserta kuliah dapat mendengar dan mengerti setiap kata yang diucapkan oleh pembicara pada jarak tertentu, sesuai ukuran, dan fungsi ruang kuliah. Hal ini sangat

dipengaruhi oleh perancangan ruang kuliah tersebut, sehingga ruang yang memperhatikan pengendalian bising akan mendukung proses belajar mengajar lebih baik. Seiring tuntutan kebutuhan akan ruang dan bangunan untuk mewadahi kegiatan perkuliahan dan pengelolaan jurusan, maka penataan bangunan dan lingkungan kampus juga mengalami perubahan, antara lain meningkatnya kepadatan bangunan, penambahan selasar/ruang koridor, jarak antara bangunan dan jalan yang semakin dekat, keberadaan kantong-kantong parkir, serta lalu-lintas dan perhentian kendaraan umum (pete-pete) dalam lingkungan kampus. Kondisi ini menyebabkan bertambahnya sumber-sumber bising dan intensitas bising di sekitar bangunan kampus. Bising yang terjadi pada lingkungan kampus Unhas, selain disebabkan oleh bising kendaraan, juga berasal dari aktivitas kampus pada ruang Hall, selasar dan ruang-ruang kuliah, yang dapat mempengaruhi efektivitas dan produktivitas kegiatan perkuliahan. B. TINJAUAN PUSTAKA 1. Kriteria Kebisingan Kebisingan dapat diartikan sebagai bunyi yang tidak diinginkan, yaitu bunyi yang hiruk-pikuk, ramai dan sangat mengganggu. Tiap orang memiliki tanggapan yang berbeda terhadap kebisingan, tergantung dari kebiasaan, keadaan, latar belakang budaya, dll. Dengan demikian semakin keras tingkat bunyi, disarankan semakin pendek paparan yang disarankan bagi telinga. Kebisingan yang terjadi dapat dibedakan menjadi: a. Kebisingan latar belakang, yaitu tingkat bising yang terpapar terus-menerus, pada suatu area tanpa adanya sumber-sumber bunyi yang muncul secara signifikan. b. Kebisingan ambien, yaitu total kebisingan yang terjadi pada suatu area, meliputi kebisingan latar belakang, dan kebisingan lain yang muncul pada suatu waktu dengan tingkat keras melebihi bunyi latar belakang. c. Kebisingan tetap, yaitu tingkat kebisingan yang berubah-ubah dengan fluktuasi maksimum 6 db. Tabel 1. Pembagian zona-zona peruntukan (Per.Menkes No. 781/MenKes/Per/XI/87) Tingkat Kebisingan (dba) max Zona Peruntukan dalam bangunan Dianjurkan Diperbolehkan A Lab, RS, panti perawatan 35 45 B Rumah, sekolah, tempat rekreasi 45 55 C Kantor, pertokoan 50 60 D Industri, terminal, stasiun KA 60 70 Tabel 2. Rekomendasi nilai Noise Criteria (NC) pada fungsi bangunan tertentu Fungsi Bangunan/Ruang Rekomendasi Nilai Identik dengan

NC tingkat kebisingan (dba) Ruang konser. Opera, studio rekkam & ruang lain dengan tingkat akustik sangat detil 15-20 25-30 RS, ruang tidur/istirahat, apartemen, motel, hotel 20-30 30-40 Auditorium multifungsi, studio radio/televisi, ruang konfrensi & ruang dengan tingkat 20-30 30-40 akustik sangat baik Kantor, kelas, ruang baca, perpustakaan & ruang lain dengan tingkat akustik baik 30-35 40-45 Kantor dengan penggunaan ruang bersama, kafetaria, tempat olah raga & ruang lain 35-40 45-50 dengan tingkat akustik yang cukup Lobi, koridor, ruang bengkel kerja & ruang lain yang tida membutuhkan akustik cermat 40-45 50-55 Dapur, ruang cuci, garasi, pabrik, pertokoan 45-55 55-65 2. Perilaku Bunyi di Dalam Ruang a. Perambatan Gelombang Bunyi Udara adalah medium perambatan gelombang bunyi yang paling banyak dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Perambatan gelombang bunyi melalui udara disebut perambatan secara airborne, yaitu ketika getaran yang dialami sumber bunyi menyentuh molekulmolekul udara yang ada di sekitarnya. Bila molekul bidang pembatas juga ikut bergetar, maka akan terjadi perambatan yang disebut perambatan secara structureborne, atau peristiwa perambatan bunyi melalui zat padat. Kadangkala kita juga mendapatkan saat sumber bunyi berada pada benda padat tersebut. Sumber bunyi semacam ini disebut impact sound. b. Pemantulan Pemantulan terjadi ketika perjalanan suatu obyek terhalang oleh bidang pembatas, maka benda akan terpental atau terpantul. Kecepatan perambatan dan karakteristik bidang pembatas (kepadatan, bentuk, tingkat kehalusan permukaan) akan menentukan besar dan arah pantulan. Peristiwa pemantulan dalam ruan tertutup dapat dimanfaatkan untuk menyebarkan gelombang bunyi secara merata dan menambah kekerasan bunyi. c. Penyerapan Selain memantulkan bidang batas juga dapat menyerap sebagian energi bunyi yang datang. Penyerapan sangat tergantung pada keadaan permukaan bidang pembatas (kerapatan/kepadatan) dan jenis frekuensi bunyi yang datang. Kemampuan serap material

ditentukan oleh koefisien serap (absorpsi), yaitu banyaknya energi, bunyi yang diserap dibandingkan keseluruhan energi bunyi yang mengenai pembatas. d. Difraksi Ketika rambatan gelombang bunyi mengenai ujung bidang pembatas, maka gelombang bunyi akan membelok melewati ujung pembatas tersebut menuju ruangan yang ada di balik pembatas. Persitiwa ini disebut difraksi. Kemampuan gelombang bunyi untu terdefraksi menyebabkan dimensi bidang pembatas dan sisa celah yang terbentuk dari bidang pembatas tersebut menjadi bahan pertimbangan penting ketika merancang pembatas untuk menahan perambatan gelombang bunyi. e. Direct Arrival Pada dasarnya direct arrival adalah seberapa lama sebuah suara sampai pada pendengar. Ada beberapa faktor yang menyebabkan suara tidak langsung tersampaikan kepada pendengar. Di antaranya banyak atau tidaknya barang-barang yang ada di ruangan tersebut. Semakin sedikit barang yang ada, maka semakin sedikit juga suara yang terpantul sehingga semakin cepat suara pembicara sampai kepada pendengar. f. Reverberation Time (RT) Reverberation Time atau waktu dengung adalah seberapa lama sebuah suara dapat bertahan di ruangan. Pada umumnya RT dipengaruhi oleh seberapa banyak pantulan yang ada pada ruangan tersebut. Semakin banyak pantulan maka energi suara akan semakin lama di udara sehingga RTnya pun semakin panjang. Jumlah energi pantulan ini dipengaruhi oleh karakteristik material permukaan ruangan. g. Intimacy Intimacy adalah rasa kedekatan antara pendengar dan sumber suara. Faktor ini menunjukkan seberapa kita merasa intim dengan pembicara karena suara yang disampaikan terdengar dengan jelas. Intimacy ini dipengaruhi oleh berapa besar waktu tunda antara suara asli dengan suara pantulan. Semakin kecil waktu tunda ini maka ruangan itu akan makin bersifat intim, karena suara pembicara akan semakin terdengar dengan jelas akibat dari tidak adanya suara pantulan dengan waktu yang berbeda. h. Warmth Sebuah ruangan dapat dikatakan memiliki warmth yang besar apabila ruangan tersebut memiliki RT pada frekuensi rendah lebih tinggi dibandingkan dengan RT pada frekuensi mid-high. Ruangan yang ditujukan untuk kegiatan bermusik sebaiknya memiliki RT frekuensi rendah lebih tinggi dari RT frekuensi mid-high atau memiliki warmth yang besar. Sebaliknya untuk ruangan berbicara, RT pada frekuensi rendah dan frekuensi mid-high disarankan sama.

i. Diffusion Diffusion merupakan seberapa rata suara dari sumber tersebar. Yang dimaksud tersebar adalah ketika pendengar berada di posisi yang berbeda, maka suara yang didengar tetap sama. Misalnya ketika pendengar ada di depan dan di belakang, maka suara yang didengar oleh kedua pendengar ini tetap sama meskipun berbeda posisi. Untuk yang memiliki lebih dari satu sumber suara, maka faktor ini menjadi lebih penting lagi agar suara dari beberapa sumber itu dapat tercampur dengan baik di telinga pendengar sehingga tidak saling merusak suara. C. METODE PENELITIAN Populasi penelitian adalah Gedung Jurusan Arsitektur Unhas Tamalanrea & pengguna bangunan. Sebagai sampel penelitian ditentukan titik-titik ukur pada Ruang Kuliah & lingkungan dengan memperhatikan jarak, waktu dan jenis sumber bising yang berasal dari dalam dan luar bangunan. Titik pengukuran berada pada ruang-ruang: HL 107A & B, serta lingkungan bangunan. Variabel data dalam penelitian ini adalah: i) Sumber bising (dalam & luar bangunan), meliputi: jenis sumber bising, jarak dari sumber bising, letak titik ukur, tingkat bising; ii) Kondisi ruang, meliputi: aspek fisik (letak ruang, pola ruang, zoning ruang, sirkulasi, layout perabot, karakteristik dinding pembatas), dan aspek nonfisik (jenis kegiatan & pengguna). Pelaksanaan penelitian dibagi atas tahap: i) Identifikasi ruang (fisik & nonfisik). Pada tahap ini dilakukan penentuan sampel titik ukur, dimulai dengan penggambaran denah ruang dan foto kondisi ruang serta dinding pembatas. Pada tahap ini juga dilakukan pendataan terhadap sumber bising, Ruang Kuliah & aktivitas pengguna ruang. Data-data disusun dengan sistem tabulasi. Hasil analisis potensi kebisingan, berupa identifikasi ruang dan letak titik ukur, selanjutnya ditabulasi silang dengan data waktu (peak hour dan normal), sumber kebisingan dan tingkat kebisingan yang terjadi. ii) Pengukuran tingkat bising. Pada tahap ini dilakukan pengukuran tingkat bising ruang pada titik ukur yang ditentukan. Data kebisingan lingkungan dibagi atas; tingkat bising rata-rata, median, minimum dan maksimum. iii) Analisis kondisi lingkungan dan ruang kuliah. Hasil pengukuran dianalisis menggunakan metode Level Equivalent (L eq ) untuk mengetahui tingkat eksposure bising lingkungan, Tingkat Insulasi Bunyi (Transmission Loss/TL) untuk mendapatkan kemampuan insulasi ruang dan metode Kriteria Bising (Noise Criterion) untuk mengetahui tingkat intensitas dan karakteristik bising, pengaruhnya pada manusia dan gangguan sosial yang dihasilkannya. Kondisi akustik ruang akan di jabarkan dalam parameter akustik yang terdiri dari direct arrivals, Reverberation Time (RT), warmth, intimacy, dan diffusion.

Tingkat bising lingkungan dibandingkan dengan standar bising dalam Kep.48/MENLH/11/1996 dan Menkes No.718/Menkes/Per/XI/1987. Berdasarkan data tingkat bising yang telah dianalisis didapatkan grafik fluktuasi tingkat bising pada 3 periode selang waktu (pagi, siang dan sore). Waktu pengukuran dilakukan tiap pergantian kegiatan, antara lain mewakili: i) Pagi (pukul 09.00 10.00), Siang (pukul 12.00 13.00), Sore (pukul 15.00 16.00). Pengukuran dilakukan tiap 10 menit (tiap titik ukur) dengan periode sampel tiap 5 detik, dalam waktu ½ jam selama periode 6 (enam) jam untuk siang hari dan 4 (empat) jam untuk sore hari. Pengukuran ini dianggap dapat mewakili pola bising lingkungan pada saat aktivitas terpadat dan keadaan normal. Pengukuran dilakukan pada ruang yang memiliki potensi bising (ruang sumber) dan ruang penerima bising. Pengukuran dilakukan pada modul titik-titik ukur sumber dan penerima bunyi, dengan ketinggian mikropon (sound level meter) 1,2 m dari lantai. Letak titik pengukuran ditempatkan pada jarak 5 m dari dinding pembatas, yang berbatasan langsung dengan sumber bising. D. HASIL & PEMBAHASAN 1. Tingkat Bising Lingkungan Dari hasil pengukuran, diketahui bahwa tingkat bising tertinggi terjadi pada titik T3 dan T5 dengan sumber bising berasal dari aktivitas lalu-lintas kendaraan, dan aktivitas kampus. Tingkat bising Ring 1 di titik T3: 70-80 dba, T4: 62-80 dba, T5: 69-84 dba. Ring 2 di titik T2: 68-80 dba, T3: 73-82 dba, T4: 63-80 dba. Gambar 1 menunjukkan kecenderungan daerah bising Ring 1 titik T5 terjadi pada area parkir dan plaza, sedangkan Ring 2 titik T3 terjadi pada arah jalan Pintu I Kampus Unhas di area Tugu Tridharma Unhas. Gambar 1. Tingkat Bising Maksimum Ring 1-2 di titik T1-T5 pada lingkungan Gedung Jurusan Arsitektur Unhas Tamalanrea 2. Kondisi Ruang Kuliah HL. 107A-B

Ruang ini umumnya digunakan untuk matakuliah yang berbasis perancangan, dengan waktu studio dari pukul 07.30-12.00. Kegiatan studio pada matakuliah Teori & Studio Perancangan Arsitektur 2 (TSPA 2), meliputi: pemberian materi, eksplorasi ide dengan beragam media, membuat alternatif disain, menuangkan ide, konsultasi, dan presentasi disain. Pada ruang HL 107A-B kegiatan studio dibagi menjadi dua kelas, yaitu kelas A (pada bagian utara ruangan) dan kelas B (pada bagian selatan ruangan) tanpa pembatas ruang, hanya dibedakan dari orientasi perabot dan sirkulasi (Gambar 1). Tidak adanya artikulasi ruang secara fisik serta penataan ruang secara open-plan pada ruang studio ini memungkinkan adanya interaksi antara kelas A dan B. Gambar 2. Aktivitas studio perancangan pada ruang HL 107A-B a. Pembatas Ruang Bidang dinding. Di sepanjang dinding sisi Barat terdapat kaca mati, tanpa bukaan jendela yang berhadapan langsung dengan koridor utama, kondisi ini memungkinkan adanya view ke luar ruangan. Orientasi view dalam ruangan mengarah ke papan tulis di sisi Utara ruang studio (kelas A) dan sisi Barat ruang studio (kelas B). Pada sisi Selatan ruangan juga terdapat kaca mati berbatasan dengan ruang studio HL 108A. Sisi dinding Timur dibatasi bidang dinding teakwood, di lantai atas berbatasan dengan ruang kuliah teori dengan bukaan jendela di sepanjang sisinya. Kurangnya bukaan jendela & ventilasi menyebabkan ruangan terasa gerah & panas. Berdasarkan persyaratan luas bukaan yang diperlukan adalah 25-33% dari luas lantai studio gambar, dengan tipe jendela yang dapat dibuka atau kaca mati & ventilasi, dengan memaksimalkan pencahayaan alami dan meminimalkan kebisingan, serta arah bukaan dihindari ke arah zona publik. View dalam ruang studio diutamakan mengarah ke papan tulis, layar proyektor atau media lain untuk penyampaian materi. Bidang lantai. Material lantai pada ruang studio ini berupa keramik krem berukuran 40x40 cm, permukaan licin tanpa tekstur. Pola lantai tidak membedakan sifat ruang (semi-publik) antara dalam dan luar ruang studio. Tidak terdapat perbedaan pola lantai antara ruang kelas A dan B, maupun dengan ruangan di luar ruang studio, namun ruang ditegaskan dengan

perbedaan tinggi lantai (80 cm di bawah peil lantai koridor utama). Pola lantai terbentuk dari perbedaan warna keramik berupa border dan pola segitiga, dengan pola susunan yang tidak disesuaikan dengan modul fungsi kegiatan yang diwadahi. Bidang Plafond. Bidang langit-langit tinggi ±15 m dengan sumber pencahayaan alami yang kurang dapat diandalkan (intensitas cahaya berkurang hingga di permukaan meja gambar), sehingga pada siang hari masih dibutuhkan pencahayaan buatan (terdapat 6 titik lampu, berjarak 4 m). Aspek Spasial. Bentuk geometri denah berbentuk persegipanjang dan simetris, dimensi 9,2 x 14,4 m (132 m 2 ). Sirkulasi dalam ruang cukup efektif, sirkulasi utama (100-150 cm) langsung dari pintu ke area depan kelas dan membagi kedua kelas, tidak terdapat sirkulasi antar meja (jarak antar meja 30 cm). Berdasarkan letaknya ruang studio gambar ini berada pada zone semi publik yang diantarai oleh koridor. Kapasitas ruangan yang ideal untuk studio gambar adalah 15-25 orang, masing-masing mahasiswa menempati 1 meja gambar. Sedangkan bentuk geometri ruang persegi & simetri, pola kolom grid dan menghindari adanya kolom dalam ruang (bebas kolom). Arah sirkulasi dan penempatan meja kursi sejajar dan simetris mengikuti bentuk denah. Pemisahan ruang studio dengan dengan ruang publik. Ruang studio gambar berada pada zona semi publik (vertikal atau horisontal). Gambar 3. Layout ruang, potongan ruang & kondisi ruang HL.107A-B 3. Analisis Kondisi Lingkungan

Dari perhitungan Kebisingan Sinambung Setara atau Level Equivalent (L eq ) diperoleh, bahwa tingkat polusi bising yang tertinggi terjadi pada R2 (82,24 db(np)). Sebagai harga batas yang masih dapat diterima berdasarkan kriteria Baku Mutu Tingkat Kebisingan Kep.48/MENLH/11/1996 untuk kawasan pendidikan adalah L NP = 74 db(np), dengan demikian tingkat polusi bising yang terjadi pada kawasan ini telah melebihi standar yang ditentukan. 4. Analisis Kondisi Ruang Sumber bising utama pada ruang ini berasal dari koridor dan aktivitas perkuliahan dari kelas yang berbeda. Tingkat bising maksimal yang terjadi pada Ruang HL 107A (78 dba) cenderung lebih tinggi dibanding Ruang HL 107 B (67 dba), disebabkan letak ruang yang berhadapan langsung dengan koridor dan pintu masuk. Penurunan transmisi bunyi relatif kecil pada dinding barat sebesar 12 db, dinding selatan 17 db, dengan material pembatas yang tidak masif. Berdasarkan standar Noise Criteria (NC) untuk fungsi ruang studio gambar bising latar yang direkomendasi adalah 40 db, dengan minimal selisih tingkat bising 15 db, maka disyaratkan tingkat bising yang terjadi adalah 55 db. Dengan demikian tingkat bising ruang HL 107A & B telah melebihi standar NC. Dalam perhitungan waktu dengung, komponen material ruang dan kepadatan ruang sangat berpengaruh dalam proses penyerapan energi dari medan bunyi. koefisien serapan bahan yang digunakan pada frekuensi 1000 Hz, 2000 Hz, dan 4000 Hz dengan metode W.C. Sabine. Dari perhitungan waktu dengung yang terjadi pada ruang HL 107A & B: 0,8 1,2 dt dapat mengganggu kejelasan bunyi. Waktu dengung yang terjadi disebabkan volume ruang yang besar dan koefisien penyerapan material yang rendah, sehingga cenderung terjadi pemantulan bunyi. Hal ini berpengaruh terhadap tingkat direct arrival suara, dimana pendengar tidak dapat mendengar dengan jelas suara langsung dari sumber suara. Berdasarkan nilai RT tingkat warmth menunjukkan perbedaan waktu dengung pada frekuensi rendah dengan frekuensi tengah-tinggi. Ruang HL 107A & B cenderung tidak hangat dengan waktu dengung frekuensi rendah lebih kecil dari waktu dengung frekuensi tengahtinggi. Intimacy suatu ruangan dapat diamati dengan mengamati perbedaan waktu tunda antara suara langsung dengan suara pantulan. Apabila beda waktu tunda antara suara langsung dengan suara pantul cukup besar akan menimbulkan kesan yang tidak intim atau terkadang terdengar seperti gema. Ruang HL 107A & B cenderung memiliki tingkat intimacy yang rendah, hal ini ditunjukkan dengan dapat dibedakannya suara langsung dan suara pantulan

yang diamati oleh pendengar. Terjadinya gema di ruangan ini disebabkan langit-langit ruang yang tinggi, dinding atas yang masif dan kurangnya material absorber. Ditinjau dari aspek diffuse bunyi, ruang ini dapat dikatakan cukup baik. Diffusi suara pada ruang ini dibantu dengan pantulan pantulan suara dari lantai, langit langit dan tembok bagian atas ruangan yang memiliki koefisien refleksi cukup besar. Sehingga suara dari sumber dapat terdifus dengan baik ke seluruh ruangan. Ditinjau dari tingkat kemerataan bunyi, ruangan ini termasuk rendah. Dengan tingkat tekanan suara dari sumber yang cukup untuk perbincangan (sekitar 40 db), pendengar yang berada pada bangku paling belakang kesulitan untuk dapat mendengar, terutama jika adanya noise dari luar ruangan (biasanya berupa derap langkah dan percakapan bergerombol), suara yang terdengar oleh pendengar yang berada di bangku paling belakang akan terganggu. Hal ini dikarenakan dinding barat ruang terdapat bukaan pintu yang berdekatan dengan koridor dan tangga tempat lalu-lalang. 5. Analisis Tingkat Efektivitas & Produktivitas Pengguna Ruang Grafik berikut menunjukkan aspek kenyamanan ruang terhadap perilaku mahasiswa dalam proses pembelajaran di Ruang HL 107A & B. Berdasarkan survey terhadap mahasiswa peserta matakuliah studio perancangan, kecenderungan mahasiswa pada HL 107A tidak terlalu mementingkan kondisi fisik ruang studio gambar dibandingkan mahasiswa pada HL 107B. Sebanyak 71,4% mahasiswa di ruang HL.107B menganggap kenyamanan ruang mempengaruhi aktivitas perkuliahan, sedangkan di ruang HL.107A terdapat 43,71%. Umumnya aspek kenyamanan ruang yang mempengaruhi mahasiswa adalah kebisingan, penghawaan, dan pencahayaan. Berikut grafik yang menggambarkan aspek perilaku belajar mahasiswa terkait efektivitas dan produktivitas belajar, berdasarkan kreativitas & kemandirian dalam belajar. Gambar 4. Aspek kenyamanan ruang terhadap perilaku mahasiswa dalam proses pembelajaran di Ruang HL 107A & B

Gambar 5. Aspek perilaku belajar mahasiswa Grafik di atas menunjukkan kecenderungan bahwa mahasiswa di ruang HL.107A & B memiliki tingkat kreativitas & kemandirian yang kurang. Dari analisis variabel perilaku belajar mahasiswa di ruang HL.107B rata-rata 53% kreatif & mandiri, sedangkan di ruang HL.107A rata-rata 53% kreatif & 47% mandiri. E. KESIMPULAN Kondisi lingkungan kampus Gedung Jurusan Arsitektur Unhas cenderung memiliki tingkat bising lingkungan yang cukup tinggi dengan nilai NP 82,24 db(np). Hal ini mempengaruhi pula kondisi akustik ruang kuliah HL 107A & B sebagai ruang yang difungsikan untuk aktivitas kuliah tatap muka dan studio gambar. Hasil analisis menunjukkan secara umum ruang kuliah HL 107A & B belum memenuhi kriteria akustik yang baik. Berdasarkan parameter akustik nilai RT pada ruangan ini cukup tinggi yang menyebabkan adanya cacat akustik seperti gema (echoe), pemusatan suara, dan bayangan suara. serta tingkat insulasi bising dari luar ruangan yang rendah sehingga menurunkan tingkat kejelasan bunyi. Hal ini juga berpengaruh terhadap tingkat efektivitas dan produktivitas mahasiswa dalam proses pembelajaran, khususnya aspek kreativitas dan kemandirin mahasiswa pada matakuliah studio perancangan. Dengan demikian guna peningkatan efektivitas dan produktivitas proses belajar mengajar diperlukan perbaikan desain akustik pada ruang tersebut. F. DAFTAR PUSTAKA Amin I, Rahmi & Beddu, Syarif. 2012. Wujud Fisik Ruang Studio Gambar Arsitektur: Eksistensi Elemen Interior terhadap Kreativitas & Kemandirian Mahasiswa dalam Proses Pembelajaran, Penelitian Mandiri, Fak.Teknik Unhas, Makassar. Doelle, Lesie L. 1990. Akustik Lingkungan. Jakarta: Erlangga.

Humphrey. Victor, 2000. Fundamentals of Acoustics, University of Southampton, Institute of Sound and Vibration Research. Lawrence, B. Anita. 1970. Architectural Acoustics. University of New South Wales. London: Applied Science Publishers Ltd. Lord, Peter & Templeton, Duncan. 2001. Detail Akustik. Jakarta: Erlangga. Proceedings Seminar Nasional Akustik. 1995. Peran Akustik dalam Peningkatan Kualitas Lingkungan Hidup dan Produktivitas Kerja. Bandung: Jurusan Teknik Fisika, ITB. Toban Z, Amin I, Rahmi, dkk. 2010. Pemetaan Kawasan Kebisingan Kota Makassar, Laporan Penelitian Hibah Bersaing, LPPM Unhas, Makassar.