Ngadenin, Lilik Subiantoro, Kurnia Setiawan W, Agus Sutriyono, P. Widito PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN GALIAN DAN GEOLOGI NUKLIR - BATAN



dokumen-dokumen yang mirip
Eksplorium ISSN Volume 33 No. 1, Mei 2012: 1-14

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.2 TUJUAN 1.3 LOKASI PENELITIAN

STUDIGEOLOGI DI TAPAK POTENSIAL UNTUK INSTALASI DESALINASI NUKLIR DAERAH BADDURill DAN SEKITARNYA, PAMEKASAN, MADURA

KONTROL STRUKTUR GEOLOGI TERHADAP SEBARAN ENDAPAN KIPAS BAWAH LAUT DI DAERAH GOMBONG, KEBUMEN, JAWA TENGAH

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Geologi Daerah Perbukitan Rumu, Buton Selatan 19 Tugas Akhir A - Yashinto Sindhu P /

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Geologi dan Analisis Struktur Daerah Cikatomas dan Sekitarnya, Kabupaten Lebak, Banten. BAB I PENDAHULUAN

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Umur dan Lingkungan Pengendapan Hubungan dan Kesetaraan Stratigrafi

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Geologi dan Studi Fasies Karbonat Gunung Sekerat, Kecamatan Kaliorang, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur.

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

berukuran antara 0,05-0,2 mm, tekstur granoblastik dan lepidoblastik, dengan struktur slaty oleh kuarsa dan biotit.

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

GEOLOGI DAERAH KLABANG

Bab III Geologi Daerah Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH NGAMPEL DAN SEKITARNYA

BAB II GEOLOGI REGIONAL

III.1 Morfologi Daerah Penelitian

BAB IV ANALISIS STRUKTUR GEOLOGI

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB II GEOLOGI REGIONAL

GEOLOGI DAERAH LAWELE DAN SEKITARNYA, KECAMATAN LASALIMU, KABUPATEN BUTON, SULAWESI TENGGARA

BAB 2 GEOLOGI REGIONAL

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 2 GEOLOGI REGIONAL

GEOLOGI DAERAH CIHEA DAN SEKITARNYA, KECAMATAN BOJONGPICUNG KABUPATEN CIANJUR, JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. geologi secara detail di lapangan dan pengolahan data di studio dan laboratorium.

Geologi dan Studi Fasies Karbonat Gunung Sekerat, Kecamatan Kaliorang, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Maksud dan Tujuan

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Umur GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

3.2.3 Satuan Batulempung. A. Penyebaran dan Ketebalan

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II TINJAUAN GEOLOGI REGIONAL

Foto III.14 Terobosan andesit memotong satuan batuan piroklastik (foto diambil di Sungai Ringinputih menghadap ke baratdaya)

BAB II TINJAUAN UMUM

Foto 3.5 Singkapan BR-8 pada Satuan Batupasir Kuarsa Foto diambil kearah N E. Eko Mujiono

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.3 Batasan Masalah Penelitian ini dibatasi pada aspek geologi serta proses sedimentasi yang terjadi pada daerah penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. Geologi Daerah Beruak dan Sekitarnya, Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

5.1 PETA TOPOGRAFI. 5.2 GARIS KONTUR & KARAKTERISTIKNYA

BAB II GEOLOGI REGIONAL

5.1 Peta Topografi. 5.2 Garis kontur & karakteristiknya

Struktur Geologi dan Sebaran Batubara daerah Bentian Besar, Kabupaten Kutai Barat, Propinsi Kalimantan Timur

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sumatera terletak di sepanjang tepi Barat Daya Paparan Sunda, pada perpanjangan

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB IV GEOMORFOLOGI DAN TATA GUNA LAHAN

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB I PENDAHULUAN I - 1

BAB II TINJAUAN UMUM

Geologi Daerah Tajur dan Sekitarnya, Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor Propinsi Jawa Barat Tantowi Eko Prayogi #1, Bombom R.

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Geologi dan Analisis Struktur Daerah Pasirsuren dan Sekitarnya, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat

BAB 1 PENDAHULUAN. Hasil penelitian ini digambarkan dalam bentuk:

Struktur Geologi Daerah Jonggol Dan Jatiluhur Jawa Barat

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB III STRATIGRAFI 3. 1 Stratigrafi Regional Pegunungan Selatan

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB II GEOLOGI REGIONAL

Geologi dan Potensi Sumberdaya Batubara, Daerah Dambung Raya, Kecamatan Bintang Ara, Kabupaten Tabalong, Propinsi Kalimantan Selatan

Bab II Geologi Regional

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL

Subsatuan Punggungan Homoklin

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Maksud dan Tujuan 1.3 Batasan Masalah

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL

IDENTIFIKASI AIRTANAH DAERAH CIEMAS, KABUPATEN SUKABUMI BERDASARKAN CITRA SATELIT, GEOLOGI DAN HIDROGEOLOGI

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Geologi dan Studi Fasies Karbonat Gunung Sekerat, Kecamatan Kaliorang, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur. BAB I PENDAHULUAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

GEOLOGI REGIONAL. Gambar 2.1 Peta Fisiografi Jawa Barat (van Bemmelen, 1949)

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB IV STUDI SEDIMENTASI PADA FORMASI TAPAK BAGIAN ATAS

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB 3 GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Transkripsi:

PROSIDING SEMINAR GEOLOGI NUKLIR DAN SUMBERDAYA TAMBANG TAHUN 2004 POSAT PENG6MBANSAN BAHAN GALIAN DAN GEOIOGI NUKLIR-BATAN Jakorta. 22 Septembef 2QO«]l PEMETAAN GEOLOGI DAN IDENTIFIKASI SESAR AKTIF DL LOKASI CALON TAPAK INSTALASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR (PLTN) KETAPANG DAN SEKITARNYA; MADURA Ngadenin, Lilik Subiantoro, Kurnia Setiawan W, Agus Sutriyono, P. Widito PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN GALIAN DAN GEOLOGI NUKLIR - BATAN Abstrak PEMETAAN GEOLOGI DAN IDENTIFIKASI SESAR AKTIF Dl LOKASI CALON TAPAK INSTALASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR (PLTN) KETAPANG DAN SEKITARNYA, MADURA. Hasil studi ekonomi terhadap kebutuhan tenaga listrik dan air di P. Madura serta dalam mendukung industri di P Madura yang sulit air menjadi masalah penting untuk segera dipecahkan. Salah satu pemecahan masalah tersebut adalah desalinasi dengan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN). Guna menunjang rencana pembangunan PLTN, diperlukan lokasi calon tapak yang bebas atau jauh dari sesar aktif. Sesar aktif adalah salah satu faktor penolak utama dalam pemilihan calon tapak. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi geologi dan keberadaan sesar aktif di lokasi calon tapak instalasi Desalinasi nuklir daerah Ketapang dan sekitarnya, Madura. Metoda yang digunakan adalah interpretasi foto udara dan citra Landsat, pemetaan geologi dan struktur geologi serta pembuatan paritan. Litologi di calon tapak Ketapang (Md.01) dan Sokobana (Md.02) berupa batugamping terumbu dan batugamping kapuran dengan morfologi perbukitan bergelombang. Daerah penelitian berupa monoklin dengan sumbu berarah barattimur, menunjam 10 ke E, perlapisan batuan berarah barat-timur miring 10-30 ke utara Hasil penehtian menunjukkan tidak ada sesar aktif Kata Runc,: Geo/og/, sesaraktif, foto udara, Citra Landsat, paritan, Ketapang, MadlM Abstract GEOLOGICAL MAPPING AND IDENTIFICATION OF ACTIVE FAULT IN SITE CANDIDATE OF NUCLEAR POWER PLANT INSTALATION AT KETAPANG AREA AND ITS SURROUNDINGS, MADURA. The result of economical study about demand of electric and water supply in Madura Island in 2015 will increase double for domestic or support industry in Madura Island which have to be solved sooner. One way which is considered to solve the problem is Desalination with nuclear electrical plant. In order to support the installation of nuclear Desalination plant, it is needed site free or far from active fault. Active fault is mainly factor to reject the area on site selection process Aim of the research is to get geological information and identify of active fault in the site candidate of nuclear Desalination plant at Ketapang area and its surrounding by interpretation of air photos and landsat imagery, geological and structure geological mapping as well as trenching. The lithology of Ketapang and Sokobana site candidate consists of reef and chalky limestone with form of morphology is undulating hills. Structurally, research area forms a monocline with eastwesterly trending axis, plunging 10 to E, the direction of strike is W-E, dip 10-30 to the north. this research concludes that an active fault was not found in the area. Key words : Geology, active fault, airphotos, Landsat imagery, trenching, Ketapang, Madura.

PROSIDING SEMINAR PUSAT PENGEMBANGAN GEOlOGI NUKlIR BAHAN DAN GAUAN SUMBERDAYATAMBANG.TAHUN DANGEOLOGt NUKUR-BATAN..Jakarta. 22 Septernbeo- 2004 200~ PENDAHULUAN Latar Belakang Berdasarkan hasil studi ekonomi terhadap kebutuhan air bersih dan tenaga listrik di Pulau Madura yang dilakukan berdasarkan kerjasama BATAN-KAERI IAEA yang MOUnya ditandatangani pada 10 Oktober 2001 di Wina, Austria, Pada tahun 2007 kebutuhan listrik Madura mencapai 100 MW, sejalan dengan kemajuan industri diperkirakan pada tahun 2015 kebutuhan air dan listrik di pulau Madura akan meningkat menjadi 200 MW[1]. Salah satu metode untuk memenuhi kebutuhan air dan listrik tersebut adalah dengan melakukan Desalinasi air laut menjadi air tawar menggunakan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN). Hasil studi tersebut juga menyebutkan bahwa di seluruh Madura terdapat 22 lokasi calon tapak yang terletak di sepanjang pantai pulau Madura, calon tapak Ketapang (Md.01) dan Sokobana (Md.02) yang keduanya terletak di Kabupaten Sampang adalah sebagai calon tapak berperingkat pertama dan kedua dari ke 22 caton tapak (Gambar 1)[2]. IAEA merekomendasikan untuk dilakukan penelitian terutama terhadap sesar-sesar yang mengarah ke 2 lokasi calon PLTN tersebut. Guna menunjang rencana pembangunan PLTN, diperlukan lokasi calon tapak yang bebas atau jauh dari sesar aktif, karena di negara busur kepulauan seperti Indonesia, sesar aktif adalah salah satu faktor penolak utama dalam pemilihan calon tapak[3]. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan infarmasi geologi dan identifikasi sesar aktif dan maksudnya adalah menentukan takasi calan tapak desalinasi nuklir khususnya daerah Ketapang dan sekitarnya. Data gempa tahun 1949 menyebutkan di sekitar kota Sampang pernah terjadi gempa tektonik berkekuatan lebih kurang 5 skala Richter dengan pusat gempa di darat[4]. Dengan adanya gempa tersebut, tidak menutup kemungkinan terdapat sesar aktif di sekitar Sampang, Madura. Oleh karena pengaruh langsung sesar aktif terhadap kerusakan fatal bangunan hingga saat ini belum bisa diatasi dengan teknologi, maka guna memilih calon tapak instafasi Desalinasi nuklir yang terbaik di Madura perlu mengidentifikasi sesar aktif di Ketapang dan sekitarnya, Madura. Makalah ini merupakan hasil pendalaman kegiatan penelitian dengan No P2BGGN/Eks/PO/3/2003. Lingkup Kegiatan Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam penelitian ini secara umum dibagi menjadi 3 adalah : 165

PROS IDI NG SEMINAR PUSAT PENGEMBANGAN GEOLOGI NUKLIR BAHAN DAN GAUAN SUMBERDAYA DAN GEC>Lc:>Gf TAMBANG. NUKUR-BATA~I TAHUN 200Aj Jakarta. 22 Septernb.2004 Pra lapangan Studi meja Kegiatan-kegiatan studi meja yang dilakukan meliputi pembuatan peta dasar dengan skala 1 : 25.000 berdasarkan peta topografi yang dikeluarkan Bakosurtanal, analisis geologi regional berdasarkan peta geologi yang dibuat oleh Aziz, dkk, 1993 yang dikeluarkan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi (P3G)[5] serta analisis kelurusan morfostruktural citra Landsat dan foto udara, Lapangan Kegiatan-kegiatan di lapangan meliputi pemetaan geologi (Iitologi, morfologi dan struktur). Analisis struktur geologi menjadi perhatian utama di lapangan terkait dengan tujuan penelitian ini. Pasca/apangan Kegiatan pasca lapangan meliputi analisis sam pel (petrografi) dan pembuatan laporan. TAT A KERJA Peralatan Kerja Peralatan kerja yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari komputer, stereoskop, Global Positioning System (GPS), kompas geologi, palu geologi, kamera dan komparator butir serta HCL. Metode Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Interpretasi Foto Udara dan Citra Landsat Interpretasi foto udara yang dilakukan pad a studi ini bertujuan untuk mengidentifikasi kelurusan-kelurusan akibat kontrol struktur geologi yang terdapat pada daerah pengamatan udara. Interpretasi dari citra Landsat berupa analisis kelurusan yang ditunjukkan oleh bentuk geomorfologi (karena perbedaan kontras) dan diduga pula akan menunjukkan fenomena kondisi permukaan tanah bawahnya. Secara normal terdapat suatu korelasi yang kuat dari jurus azimuth kelurusan yang terpetakan dengan yang ditunjukkan oleh citra landsat dan foto udara. Interpretasi foto udara dan citra landsat dilakukan dengan cara menarik kelurusan morfo-struktural pad a foto udara maupun citra landsat. Interpretasi foto udara dilakukan menggunakan stereoskop hanya pad a daerah Ketapang, menggunakan foto udara bersekala 1 : 50.000 sedangkan interpretasi citra Landsat dilakukan untuk seluruh pulau Madura menggunakan Landsat TM yang direkam pada tahun 2001. Landsat yang digunakan untuk analisis kelurusan ini adalah band 4 yang telah difilter dengan arah N-S dan E-W. Penarikan kelurusan pada landsat dilakukan menggunakan software ERmapper dan 166 ISBN 979-8769-12-0

PUSAT PENGEMBANGAN eahan GAt..IAN DAN GEOL<:>Gt NUKUR-BATAN PROSI DI NG SEMINAR GEOlOGI NUKlIR DAN SUMBEROAYA Jeskesr"tes.22 TAMBANG Septe<T'lber TAHUN 2004 200~ Autocad sedangkan perhitungan statistiknya menggunakan Excel. Penentuan kronologi relatif kelurusan dilakukan menggunakan formula Sastratenaya (1991) sebagai berikut[6]: 1. Untuk suatu kelas arah dari sistem kelurusan : Jika Q = PK = PanjangKumulatif(%) < 1 FK FrekuensiKumulatif(%) Mencerminkan suatu sistem kelurusan 'relatif tua' dimana sebaiknya harga Q =< 0,9 Jika Q= PK = PanjangKumulatif (%) > 1 FK FrekuensiKumulatif (%) Mencerminkan suatu sistem kelurusan 'relatif muda' dimana sebaiknya Q=> 1, 1. harga Sedangkan suatu sistem kelurusan teraktifkan bila Q mendekati 1. 2. Arah-arah kelurusan dominan ditentukan berdasarkan pad a jumlah persentase PK dan FR, semakin besar semakin dominan; dim ana harga PK dan FR sebaiknya di atas harga tengah (X). Hasil analisis kelurusan ini, selanjutnya disajikan dalam bentuk tabel dan diagram. Pemetaan mengecek Geologi dan Struktur Geologi Pemetaan geologi dilakukan untuk hasil analisis studi meja dengan keadaan faktual di lapangan. T ahapan ini meliputi pemetaan litologi, morfologi dan struktur geologi yang disertai dengan pengambilan data lapangan dan sam pel terkait untuk selanjutnya dilakukan analisis baik di meja maupun laboratorium Pemetaan geologi bersekala 1 : 25.000 dilakukan dengan cara pengamatan singkapan sepanjang lintasan baik lintasan sungai maupun jalan. Sedangkan pemetaan struktur geologi dilakukan pada lokasi-iokasi terpilih terutama pada lokasi yang berindikasi terdapat kelurusan berkronologi relatif muda yang diperoleh dari hasil interpretasi foto udara. Pembuatan Paritan Tahapan ini adalah tahapan terakhir dalam penelitian ini yang bertujuan untuk membuktikan keberadaan sesar terakhir/termuda dari hasil interpretasi foto udara dan Landsat. Endapan kwarter yang terpotong oleh sesar merupakan indikasi sebagai sesar aktif. Paritan berukuran panjang 5-6 meter, lebar 2 meter dan dalam hingga menembus singkapan batuan yang tidak lapuk, dibuat di sungai Mandire dan sungai Sodung (Gambar 2). Penentuan lokasi pembuatan paritan didasarkan pad a hasil interpretasi foto udara yang dikompilasi dengan peta geologi P3G, hasilnya menunjukkan bahwa ISBN 979-8769-12-0 167

PROSIDI NG SEMINAR GEOLOGI PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN GAUAN DAN GEOLc:>G' NUKUR-BATAN NUKlIR DAN SUMBERDAYATAMBANG JClkcrr~CI. 22 Sept...-nbeo- TAHUN2004 2aa~ kelurusan berarah baratdaya-timurlaut dianggap termuda sehingga dalam rangka mengidentifikasi sesar aktif, pada kelurusan tersebut perlu dibuat paritan. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil 1. Interpretasi Fata Udara Kelurusan morfo-struktural foto udara yang tercermin pada pengamatan dengan bantuan stereoskop digambar langsung sebagai peta kelurusan morfostruktural hasil interpretasi foto udara (Gambar 2). Pad a Gambar 2 terlihat bahwa di daerah penelitian terdapat tiga kelurusan yang berkembang cukup baik yaitu kelurusan barat daya-timurlaut, baratlauttenggara dan timur-barat. Untuk mengetahui frekuensi relatif, panjang kumulatif dan arah dominan dari kelurusan tersebut, dibuat dengan bantuan diagram kipas (Gambar 3). Pad a Gambar 3 terlihat bahwa baik frekuensi relatif dan panjang kumulatif menunjukkan terdapat tiga arah utama yaitu timurlaut (NNW)-tenggara (SSE) dan baratdaya (WSW)-timurlaut (ENE), sedangkan dua arah dominannya yaitu baratlaut (NNW)-tenggara (SSE) dan baratdaya (WSW)-timurlaut (ENE). HasH interpretasi kelurusan-kelurusan morfo-struktural dari foto udara daerah Ketapang, terdapat 2 arah kelurusan utama yaitu relatif timurlaut-baratdaya dan tenggara-baratlaut. Kelurusankelurusan dengan arah timurlaut-barat daya mempunyai jarak bervariasi dari 1 km hingga 5 km yang umumnya sejajar dengan pola kelurusan sungal, sedangkan arah tenggara-barat laut umumnya berjarak 0,5-3 km dengan pola mengikuti kelurusan morfologi. Kelurusan relatif barat-timur dominan berada di bagian selatan sejajar bidang perlapisan dan memotong aliran sungai dengan panjang kelurusan sekitar 2 km. Analisis data terhadap kelurusankelurusan tersebut dapat dilihat pada Tabel 1 dan Gambar 3. Berdasarkan analisis dengan menggunakan formula Sastratenaya [6] terhadap data-data kelurusan tersebut, dihasilkan kronologi struktur di daerah Ketapang. Kelurusan berarah N 11-30 E dan N 141-1700E merupakan kelurusan tua yang cukup dominan di daerah Ketapang, disamping itu kelurusan dominan lainnya mempunyai arah N 31-40 E dan N 51-60 E yang terbentuk lebih muda. Kelurusan-kelurusan N 71 E-1200 E juga termasuk muda namun kurang dominan tetapi cukup panjang, sedangkan berdasarkan 168 ISBN 979-8769-12-0

PROSIDING SEMINAR GEOlOGI NUKlIR DAN SUMBERDAYATAMBANG TAHUN 2004 PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN GAUAN Jakarta. DAN GEC>LOGt 22 Sept..... NUKLIR-BATANI t>.".. 2004 kronostrukturnya arah kelurusan N 51 E-60 E dan N 81 E-900 E terbentuk paling akhir (neotektonik). Sehingga bila ditinjau dari dominasinya terdapat dua kelompokarah kelurusanyaitu : Kelompok 1 : kelurusan N 31-40 E N dan 51-60 E (muda) Kelompok 2 : kelurusan N 141-160 E landsat yang digunakan pada analisis ini cukup baik yang dicirikan oleh data dengan gangguan penutupan awan yang tidak cukup signifikan. Hasil penarikan kelurusan morfostruktural pada landsat dapat dilihat pada Gambar 4 dan 5. Oari data kelurusan yang ditarik pada landsat (tua) selanjutnya dibuat diagram roset Kelurusan-kelurusan muda serta frekuensi relatif, panjang kumulatif dan dominan tersebutlah yang menjadi sasaran dalam identifikasi sesar terakhir di daerah Ketapang dan sekitarnya. Sementara itu, untuk mengetahui kelurusan dominan (Gambar 6) sedangkan untuk mengetahui kelurusan dominan dan kronologi relatifnya dihitung menggunakan formula kelurusan dominan dan kronologinya, Sastratenaya 1991, hasil perhitungan dihitung menggunakan formula Sastratenaya 1991 dan hasilnya dapat dilihat pada Tabel1. Pada Tabel 1 terlihat bahwa secara umum terdapat tiga kelurusan dominan yaitu kelurusan berarah N141-1500 berkronologi relatif tua, N31-400 berkronologi relatif muda dan N51-600 berkronologi paling muda. Secara umum data hasil pengamatan struktur geologi di lapangan mempunyai kesamaan arah dengan kelurusan morfo struktural hasil analisis foto udara. 2. Interpretasi Citra Landsat Citra satelit yang digunakan dalam penelitian ini adalah citra Landsat TM, hasil rekaman tahun 2001. Kualitas dapat dilihat pada Tabel 2. Oari Gambar 6 dan Tabel 2 terlihat bahwa hanya terdapat dua kelurusan dominan yaitu kelurusan N31-40 E dan N131-140 E yang keduanya berkronologi relatif tua. 3. Pemetaan Geologi a. Geomorfologi Berdasarkan keadaan bentang alam yang dapat diamati di lapangan dan peta topografi, geomorfologi daerah penelitian dapat dibagi menjadi tiga satuan morfologi, yaitu satuan dataran rendah, perbukitan bergelombang dan karst (Gambar 7). Oataran rendah, ketinggian 0-5 meter di atas muka laut, menempati sebagian ISBN 979-8769-12-0 169

PROSIDING SEMINAR PUSAT PENGEMBANGAN GEOlOGI NUKlIR BAHAN DANGAUAN SUMBERDAYA.Jakarta. DAN GEOLOGI TAMBANG 22 Septef"noef' NUKUR-BATA'.::I TAHUN 20041 pesisir pantai utara di bagian barat dan timur. Oataran ini dibentuk oleh endapan sungai, pantai, rawa dan batugamping koral. Lahan terutama dimanfaatkan sebagai pemukiman. Perbukitan bergelombang, ketinggian 5 100 meter di atas muka taut, menempati sebagian besar daerah penelitian yang membentang dari barat ke timur. Oi bagian utara membentang dari Oesa Rabiyan ke timur hingga Oesa Pangereman sedangkan di selatan membentang dari Oesa Bunten Barat ke timur hingga Oesa Karanganyar. Lahan dimanfaatkan sebagai pemukiman, ladang, perkebunan, persawahan dan penambangan batubata putih seeara tradisional. Karst, ketinggian 100-150 meter di atas muka laut, didrikan oleh perbukitan kasar, terjal, sungai bawah tanah, guagua, gawlr dan kuesta. Satuan ini menempati di bagian tengah daerah penetitian membentang dari barat ke timur. Morfologi ini dibentuk oleh batugamping pasiran dan batugamping dolomitan. b. PolaAliran Sungai Pola aliran sungai seeara umum berpola dendritik, hanya sebagaian kedl yang hampir sejajar. Sungai utamanya terdiri dari sungai Mandire, Sodung dan Tetean yang mengalir dari selatan ke utara. e. Stratigrafi Stratigrafi daerail penelitian dibagi menjadi empat satuan batuan berturutturut dari tua kemuda sebagai berikut (Gambar 8 dan 9) : 1. Satuan batupasir gampingan, terdiri dari batupasir gampingan dengan sisipan batulempung, napal dan batugamping. Batupasir gampingan warna eoklat muda, komponennya terutama kuarsa, berbutir sedang-kasar, menyudut tanggung, terpilah sedang, agak padat. Batulempung berwarna kelabu, agak kompak, struktur laminasi sejajar, berlapis baik dengan tebal lapisan sekitar 20 em. Napal berwarna kelabu muda, umumnya mengandung fosil foraminifera dan moluska. Batugamping berwarna putih, padat, pasiran mengandung fosil foraminifera besar, peeahan moluska dan koral, berlapis baik dengan tebal lapisan sekitar 70 em. Seeara regional satuan batuan ini termasuk Formasi Ngrayong yang berumur Miosen Tengah[5J. 170 ISBN 979-8769-12-0

PROSIDING SEMINAR GEOlOGI NUKlIR DAN SUMBERDAYATAMBANG TAHUN 2004 PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN GAUAN DAN GE<>LC>Gt NUKUR-BATANI Jakarta. 22 SeptefT'lb 2004 2. Satuan batugamping pasiran, terdiri dari perselingan aiiitara batugamping pasiran dan napa!. Batugamping pasiran berwarna kelabu dan eoklat muda, berbutir halus-kasar, berlapis 5-20 em. Napal berwarna putih dan kelabu, berlapis baik, mengandung sedikit foraminifera. Seeara regional satuan batuan ini termasuk Formasi Bulu yang berumur Miosen Tengah. 3. Satuan batugamping, terdiri dari batugamping terumbu, batugamping pasiran, batugamping kapuran dan napa!. Batugamping terumbu, berwarna putih, eoklat, masif, permukaannya berongga dan tajamtajam, pelapukannya berwarna merah. Organisme pembentuknya adalah koral, ganggang, foraminifera dan moluska. Batugamping pasiran, berwarna kelabu, porous, ringan bisa diremas, tebal umumnya 25 em. Batugamping kapuran, berwarna putih agak lunak, bisa diremas, ukuran butir halus-sedang. Napal berwarna kelabu muda, berlapis, tebal tiap lapisan sekitar 5 em, mengandung foraminifera plankton. Seeara regional satuan batuan ini termasuk Formasi Madura yang berumur Pliosen. 4. Satuan endapan aluvium terdiri dari pasir, lempung, lumpur, kerikil dan kerakal, berupa endapan sungai,.pantai dan rawa. d. Struktur Geologi Pemetan struktur geologi dilakukan dengan metode pemetaan struktur mikro tektonik pada singkapan-singkapan terpilih dan lokasi paritan. Paritan dibuat di lokasi yang terdapat indikasi kelurusan termuda yaitu kelurusan berarah baratdaya - timurlaut. Hasil pemetaan struktur geologi dan pembuatan paritan di daerah penelitian menunjukkan bahwa struktur yang berkembang adalah lipatan dan kekar yang terbentuk pada saat pelipatan. Seeara umum, struktur monoklin mempunyai jurus berarah timur-barat dan kemiringan 10-30 ke utara (Gambar 9). Hasil pengamatan struktur geologi di lapangan menunjukkan bahwa terdapat empat famili fraktur utama yaitu : Famili fraktur berarah umum N 145 E/800SW, famili fraktur berarah umum N 40 E /90, famili fraktur berarah umum N 0 E/900 (Gambar 10) dan famili fraktur berarah umum N 90 E/900. ISBN 979-8769-12-0 171

PROSIDING SEMINAR GEOlOGI NUKlIR DAN SUMBERDAYATAMBANG TAHUN 2004: PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN GALIAN DAN GEOLOGI NUKLIR-BATAN! Jokor1o. 22 Septen->ber 2004 L AUT J A VV A KETERANGAN IrMO\221 Cabo Tapak Gambar 1. Lokasi calon-calon tapak instalasi desalinasi nuklir di P. Madura Lokasi penelitian di Ketapang dan sekitarnya (Md 01). N i LAUT JA\WA / Interpr etasi Sesar (FU) " Pantl!ln Gambar 2. Peta kelurusan morfostruktural hasillnterpretasi foto udara dan lokasi paritan 172 ISBN 979-8769-12-0

PROSI DI NG SEMINAR PUSAT PENG MBANGAN GEOLOGI NUKLIR BAHAN DAN GALlAN SUMBERDAYA.Jakar~a.22 DAN GEC>LOGt TAMBANG s."pternber NUKUR-BATANI TAHUN 2004 DIAGRAM FREKUENSI RELATIF DIAGRAM PANJANG KUMULATIF DIAGRAM ARAH DOMINAN U a 1370% u 20 <',{, U a 5% 10 "A. 20... ~,\:fj\ O'i!1 QLI. Gambar 3. Diagram kipas kelurusan morfo-struktural daerah Ketapang dan sekitarnya, Madura Tabel1. Kelurusan Morfo-Struktural Daerah Ketapang dan Sekitarnya, Madura Hasillnterpretasi Foto Udara. 8,1622,2 4,0817,6 JML% 4,36 4,65 5,86 0,72 1,14 DOMINAN.... 5,109,9 1,024,2 2,0413,22 % 8 %RELA FREKUENSI KUMULATIF PANJANG INTERPRET PK/FR ASI 4,0819,6 8,1651,98 6,1219,9 5,1019,8 10,2010 3,0617,8 2,049,7 4,0816,3 10,93 11,03 2,61 3,86 3,88 4,19 4,63 2,56 5,17 8,43 7,01 2,76 13,70 5,69 1,11 11,86 3,49 5,18 5,25 5,23 4,70 4,30 1,09 0,86 6,65 0,65 0,51 1,71 1,27 1,26 1,54 1,05 1,68 1,16 ****** 13,27 8,1627 12,23 7,13 2,30 11,20 0,87 0,84 14,72 12,24 19,26 19,09 44,9 25,2 100,00 3,068,9 2,048,2 2,17 2,35 2,71 7,65 2,10 0,77 1,06 >1 13,35 <1 21,35 100,00 42,4 378,7 KELURUSAN MUDA TUA(3) 4 1 TUA(2) 513 63 42 8 (PK) (7) (17) (13) (5) 100,00 okronorela wcl) MUDA TUA (11 (10) (8) (9)(4) )(1) (6) (16) (18) (15) (12) (14) O::z ~3< TIF ISBN 979-8769-12-0 173

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN GAUAN DAN GEOLOGf NUKUR-BATAN PROSIDING SEMINAR GEOlOGI NUKlIR DAN SUMBERDAYATAMBANG Jakarta. 22 Septernb TAHUN.2004 200~ Gambar 4. Kelurusan Regional P. Madura dengan filtering EW Gambar 5. Kelurusan Regional P. Madura dengan filtering NS 174 ISBN 979-8769-12-0

PROSIDING SEMINAR PUSAT PENGEMBANGAN GEOlOGI NUKlIR BAHAN DANGA1.IAN SUMBERDAYATAMBANG DAN GEOLOGt NUKUR-BATAN Jakarta. 22 Septef"nbec- TAHUN 2004 200~ FREKUENSI RELATIF PANJANG KUMULA llf DIAGRAM KIPASKELURUSAN KRONOLOGIKELURUSAN Gambar 6. Diagram Kipas Kelurusan Morfo-struktural Landsat TM Madura. ISBN 979-8769-12-0 175

PROSIDING SEMINAR PUSAT PENGEMBANGAN GEOlOGI NUKLIR BAHAN DAN GALIAN SUMBERDAYA JClkor~CI.22 DAN GEOL<:>Gt TAMBANG Septe~be-r NUKUR-BATAN! TAHUN 2004: deviasi roo> ::.::: Tabel 2. Kelurusan Morfo-Struktural c:: :J (Q) (f) ro c:: ro (f) c:: (f).- C eo PKlFR Q)Q)2 (f) (f) Q)- Panjang -0 ~ 0 a.c:: ;$?, 2 Kumulative ~ 0 (PK) (f) OJ ~ :J Q) ~ :J._ ::.::: 47 82 17 10 14 13 11 18 15 16,91387 2,30129 2,62147 6,03338 8,92500 5,21 910116 14,24 8,73 1,46 11,96 1,07 0,86 0.11 850052,13 468864,92 678 53,22 726987,41 695097,35 230087,08 433304,88 3284897,00 115073,51 613452,36 614041,91 153665,58 5310427 8612,76 Standar 53 69 12 213,08 0869 0,837 0,852 0,952 0,965 1,472 E= OJ 0,12 Dominan 0,11% Q... 0,61 0,09 11,65 5,09 12,15 46,78 719577,82 773435,16 7133351,88 42913,45 Rata-rata 342586,52 MUDA 7597,76 >1 TUA <1 100,00 11,50 0,892 0,866 1,507 0,944 0,992 1,128 1,735 1,426 1,117 1,230 1,166 1,194 653 285 681 560 798 670 292 074 2,15 4,80 1,61 8,61 0,11 6,57 3,99 8,60 10,1911,07 9,74 3,23 6,07 100,00 0,60 10,5310,53 11,92 10,0910,87 10,84080 3,15 6,74 1,34 7,32 8,77 9,24 2,92 5,64 4,94 0,10 0,60 1,81 4,13 c:: c:: Regional Pulau Madura. 176 ISBN 979-8769-12-0

PROSIDING SEMINAR PUSAT PENGEMBANGAN GEOlOGI NUKLIR BAHAN DAN GAUAN SUMBERDAYA Jakarta. DAN GEOLC>G' TAMBANG 22 Se-pte.-nber NUKUR-BATANI TAHUN 2004! U i 2km 1130 15' -;: 1130 16' :.:. 1130 17' - 1130 18' - 1130 19' - 1130 20' - 1130 21' - 1130 22' LAUT JAWA.. S:,-'!" '/\ } Penampang A Geomorfologi ICalan tapak Md.01 I KETERANGAN Dataran Rendah Perbukitan Bergelambang D Karst ~ ----===-- ~ '",..r 200 100m 0 m I Md.G1 I Calan Tapak Gambar 7. Peta Geomorfologi Daerah Ketapang dan sekitarnya, Madura. ISBN 979-8769-12-0 177

w ~ 0 <t FORMAS TESAL I.... co (Aziz, ALUVIUM dkk, 1993) (m) SATUAN Endapan 3-5.../ 0:I: FORMASI MADURA 200 "'-./ Batuga,AJuvium ::i Q.. mping N z: <t LlTOLOGI PEMERIAN Endapan aluvlulu, terdiri d ari pa sir, Ie mpung, lu mpur, kerikil dan kerakal, berupa endapan sungai, pantai dan rawa." ::a o eṉc - Z (i) o 0 o Batugamplng, terdiri dari batugamping terumbu batugamping pasiran. batugamplng kapuran dan napal. FORtv1ASI BULU Batuga mping p asiran 350 Batugamplng paslran, terdlri dari persellngan antara batugamping paslran.dan napal en OJ Z <0.... (0 I FORMASI NGRAYOr\jG Batupasir ga mping an 250 -? Batupaslr gamplngan. terdirl dari batupasir gampingan dengan sisipan batulempung. napal dan batugamplng. CO.... en (0I "'"" N o I Gambar 8. Kolom Stratigrafi Daerah Ketapang, Madura

PROSI DI NG SEMINAR GEOlOGI NUKLIR DAN SUMBERDAYA Jakarta. TAMBANG 22 Sept.... TAHUN ber 2004\ PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN GALIAN DAN GEOLOGt NUKUR-BATAr.:'1..- Penampang Geologi o 200 400m S.Tetean I Calon Tapak Md.02 ~,,_, -':~:,., I B i s. Soo..ng Calon Tapak M d.o 1. "", '".,.,.','."'..;;."... 100 200 ~ 200 hoo Keter.1ng:m Endapanalu'lium Batugam ping Batugamping p",,;ran D Betupasir gampingan ~ Batas titologi '<.20' Jurus dan kemiringan lapisan batuan.6 Su ngai ~ Kontur indeks J Jelan Gambar 9. Pet a geologi daerah Ketapang dan sekitarnya, Madura. ISBN 979-8769-12-0 179

PROSIDING SEMINAR GEOlOGI NUKLIR DAN SUMBERDAYATAMBANG TAHUN 200~ I PUSAT PENGENIBANGAN BAHAN GAUAN Jakarta. DAN GEOLOGI 22 Septe<T'lber NUKLlR-BATANi 2004...~.--..,~ ;' - 4p.. '. "'~ ~... -.~.~~.j:..'-/.. j';. o(,. t--.'" -~:, Gambar 10. Kenampakan lembah sungai yang dikontrol kekar berarah U-S di S. Sodung. Gambar 11. Kenampakan paritan di sekitar S. Mandire. Gambar 12. Kenampakan S.Sodung paritan di sekitar 180 ISBN 979-8769-12-0

PROSIDING SEMINAR PUSAT PENGEMBANGAN GEOLOGI NUKUR BAHAN DAN GAUAN SUMBERDAYA Jakarta. DAN GEOLOGf TAMBANG 22 Septernbe.- NUKUR-BATANI TAHUN 20041 a N N w E w E s gb a. Model Organisasi Joint Set Dalam Lipatan Extrada (Vialon p. 1976) s Gb c. Stereogram Kedudukan Umum Siklografik Bidang Kekar dan Perlapisan Batuan Sistem Organis3si Lipatan w o Keter3ngan o L Pole bid3ng periapis3n Keduduk3n pole keker longitudin31 s Gb b. Stereogr3m Kedudukan Pole Bid3ng Kek3r dalam Org3nis3si Lip3t3n d3n Kedudukan Lapis3n B3tu3n Keduduk3n pole kek3r transvers31 0-- Orient3si sum bu Iip3t3n Siklogr3fik Keduduk3n um um bid3ng Gambar 13. Stereogram kedudukan pol a bidang kekar dalam sistem perlipatan ISBN 979-8769-12-0 181

PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN GAUAN DAN GEC>LOGC NUKUR-BATAN PROSI DI NG SEMINAR GEOlOGI NUKlIR DAN SUMBE.RDAYATAMBANG Jakarta. 22 Septernbef" TAHUN2004 200~ Pembahasan Hasil interpretasi foto udara secara umum menunjukkan bahwa terdapat dua arah kelurusan dominan yaitu kelurusan berarah N 31-40 E N dan 51-60 E (relatif baratdaya-timurlaut) yang berkronologi relatif muda dan kelurusan berarah N 141-160 E (relatif baratlauttenggara) yang berkronologi relatif tua sedangkan hasil interpretasi citra Landsat memperlihatkan bahwa terdapat dua arah kelurusan dominan yaitu kelurusan berarah N 31-40 E (relatif timurlaut) dan N 131 140 E (relatif baratlaut-tenggara) E yang keduanya berkronologi relatif tua. Hasil pemetaan struktur geologi di lapangan dari hasil pengamatan di singkapansingkapan terpilih memperlihatkan bahwa tidak dijumpai adanya indikasi sesar. Kelurusan-kelurusan berarah baratdayatimurlaut dari foto udara dan citra Landsat yang di lapangan tercermin sebagai gawirgawir morfologi, bila dilihat dari hasil pengolahan mikro tektonik sebagai kekar berupa kekar diagonal dari sistem kekar Goint set) yang terbentuk bersamaan dengan perlipatan utama dengan arah umum sumbu N 95 E, menunjam 10 ke E (Gambar 13). Kelurusan-kelurusan lainnya bila dilihat dari hasil pengolahan data mikro tektonik cenderung sebagai suatu sistem joint set yang terbentuk bersamaan dengan sistem perlipatan seperti yang disebutkan di atas. Kelurusan baratlaut-tenggara sebagai kekar diagonal, kelurusan utara-selatan sebagai kekar transversal dan kelurusan barat-timur sebagai kekar longitudinal. Berdasarkan posisi keterdapatan sesar yang diterdapat pada Peta Geologi P3G dan pengamatan lapangan serta analisis data mikro tektonik, ditentukan dua lokasi pembuatan paritan yaitu di Sungai Mandire (Gambar 11) Oesa Ketapang Laok dan di sungai Sodung (Gambar 12). Analisis data mikro tektonik tidak memperlihatkan adanya indikasi sesar diperkuat oleh hasil analisis paritan tersebut. Hasil pengamatan paritan tidak menunjukkan adanya endapan kwarter yang tersesarkan sebagai keberadaan sesar aktif. Oi sungai Mandire hanya dijumpai kekar diagonal dan transversal sedangkan di sungai Sodung hanya dijumpai kekar transversal.kekar-kekartersebutdiduga merupakan joint set dari sistem perlipatan sepertiyangdisebutkandi atas. Berhubungan dengan gempa yang terjadi tahun 1949 di Madura, gempa tersebut disebabkan oleh penunjaman lempeng samudera yang berada di selatan Pulau Jawa yang tidak mempengaruhi perkembangan struktur lokal di P. Madura. 182 ISBN 979-8769-12-0

KESIMPULAN 1. Litologi penyusun pada calon tapak Ketapang (Md.01) berupa batugamping terumbu dan batugamping kapuran yang termasuk satuan batugamping yang membentuk morfologi perbukitan bergelombang. 2. Dengan pendekatan metode penelitian yang dilaksanakan ini tidak teridentifikasi adanya sesar aktif di daerah Ketapang dan sekitarnya. V. DAFTAR PUSTAKA 1. MURSID DJOKOLELONO, " Penilaian Ekonomi Pabrik Listrik dan Air Sersih Sagi Madura" Menteri Negara Riset dan Teknologi & LlPI, Jakarta, 2002. 2. BATAN, IAEA, KAERI, "Preliminary Economic Feasibility Study of Nuclear Desalination in Madura Island Indonesia", Vienna, Austria, 2004 (tidak dipublikasikan). 3. IAEA,"Site Survey for Nuclear Power Plant, A Safety Guide", Vienna, Austria, 1984. 4. SURONO, " Summary of Geology Earthquakes and Tsunami of The East Java Province and Madura", Workshop on Site Selection & Seismotectonic, Jakarta, 2002. 5. AZIS S., SUTRISNO, NOY A Y., BRAT A K., " Geologi Lembar Tanjungbumi & Pamekasan", P3G, Departemen Pertambangan dan Energi, Sandung,1993. 6. SASTRA TENA Y A, A. S., "Studi Tektonik Kemungkinan Kebocoran Danau Toba, Sumatera Utara", P2SGGN - SATAN dan FTM ITM, 2001. ISBN979-8769-12-0 183