I.PENDAHULUAN. Bahwa pertumbuhan dan perkembangan suatu wilayah dilatarbelakangi oleh

dokumen-dokumen yang mirip
PENDAHULUAN. Kota adalah suatu wilayah yang akan terus menerus tumbuh seiring

BAB I PENDAHULUAN. penyedia fasilitas pelayanan bagi masyarakat. Lingkungan perkotaan merupakan

I. PENDAHULUAN. Tatanan lingkungan, sebenarnya merupakan bentuk interaksi antara manusia dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. sebagai bentang budaya yang ditimbulkan oleh unsur-unsur alami dan non alami

SAMBUTAN MENTERI KEHUTANAN PADA ACARA PERINGATAN HARI PENANGGULANGAN DEGRADASI LAHAN DAN KEKERINGAN TAHUN 2010

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, sosial dan budaya dengan sendirinya juga mempunyai warna

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN. banyaknya daerah yang dulunya desa telah menjadi kota dan daerah yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1992

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. PBB tentang lingkungan hidup pada bulan Juni Pemerintah Indonesia

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil KTT bumi di Rio de Janeiro (1992) dan Johannesburg

BAB I PENDAHULUAN. dimensi ekonomi dibandingkan dengan dimensi ekologi. Struktur alami sebagai tulang punggung Ruang Terbuka Hijau harus dilihat

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional pada hakekatnya merupakan usaha-usaha untuk

MATA KULIAH PRASARANA WILAYAH DAN KOTA I (PW ) Jur. Perencanaan Wilayah dan Kota FTSP INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. stabilitator lingkungan perkotaan. Kota Depok, Jawa Barat saat ini juga

PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG:

PERUNDANG-UNDANGAN LINGKUNGAN HIDUP

PENGELOLAAN LINGKUNGAN

Pengertian lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar manusia yang memengaruhi perkembangan kehidupan manusia baik langsung maupun tidak

BAB I PENDAHULUAN. ditunjukkan oleh proporsi bangunan fisik yang mengesampingkan. keberadaan Ruang Terbuka Hijau (RTH). Biasanya kondisi padat

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pesat di seluruh wilayah Indonesia. Pembangunan-pembangunan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk di Indonesia disetiap tahun semakin meningkat. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan, jasa, dan industri. Penggunaan lahan di kota terdiri atas lahan

REVIEW-INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) BADAN LINGKUNGAN HIDUP KOTA PRABUMULIH TAHUN

PROGRAM PEMERINTAH PENINGKATAN KEBUTUHAN DAMPAK LINGKUNGAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB IV ANALISIS PERANCANGAN

- 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PROVINSI JAWA TIMUR

LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

Disajikan oleh: LIA MAULIDA, SH., MSi. (Kabag PUU II, Biro Hukum, Kemen PU)

BAB I PENDAHULUAN. potensial bagi kesejahteraan masyarakat ekonomi, sosial dan lingkungan hidup.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

kabel perusahaan telekomunikasi dan segala macam (Setiawan, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pemanasan global (global warming), pencemaran udara, pencemaran air, mahkluk hidup lain yang mengisi ruang di atas bumi ini.

PENDAHULUAN. Persoalan lingkungan hidup disebabkan berbagai hal, salah satunya pertumbuhan penduduk.

PERATURAN DESA.. KECAMATAN. KABUPATEN... NOMOR :... TAHUN TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMANFAATAN SUMBER AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENCALONAN PEMILIHAN PENGANGKATAN PEMBERHENTIAN KEPALA DESA 2015 PERDA KAB. KOLAKA UTARA NO. 5, LD. 2015/NO. 5, TLD NO.

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan hidup merupakan semua benda, dan kondisi yang terdapat

I. PENDAHULUAN. Nations pada tahun 2011 penduduk di dunia telah menembus angka 6,7 Miliar.

SAMBUTAN MENTERI KEHUTANAN PADA ACARA PERINGATAN HARI PENANGGULANGAN DEGRADASI LAHAN DAN KEKERINGAN TAHUN 2009

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. (DIY) memiliki peran yang sangat strategis baik di bidang pemerintahan maupun

I. PENDAHULUAN. Masalah sampah memang tidak ada habisnya. Permasalahan sampah sudah

BAB I PENDAHULUAN dituangkan dalam Undang-Undang Pokok-pokok Agraria (UUPA). Pasal 2

II PENATAAN TAMAN KOTA DALAM KONTEKS RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA KUPANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TIMUR NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lingkungan hidup merupakan semua benda dan kondisi yang ada

Tabel 1.1 Target RPJMN, RPJMD Provinsi dan kondisi Kota Depok. Jawa Barat. Cakupan pelayanan air limbah domestic pada tahun 2013 sebesar 67-72%

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 7 TAHUN 2000 TENTANG RUANG TERBUKA HIJAU KOTA KUPANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KUPANG, Menimbang

PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 7 TAHUN 2000 TENTANG RUANG TERBUKA HIJAU KOTA KUPANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KUPANG,

I. PENDAHULUAN. Kota Jakarta Barat dikenal sebagai kota jasa dan pusat bisnis yang

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH SPESIFIK

BUPATI POLEWALI MANDAR

BAB I PENDAHULUAN. berbagai program yang relevan. Peningkatan kualitas lingkungan terdiri dari berbagai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu aspek penunjang kemajuan suatu wilayah adalah pembangunan.

STUDI IDENTIFIKASI KEBUTUHAN RUANG TERBUKA HIJAU MENGGUNAKAN TEKNIK INTERPRETASI CITRA IKONOS (STUDI KASUS KECAMATAN LUBUK BAJA DI KOTA BATAM)

INVENTARISASI SERAPAN KARBON OLEH RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA MALANG, JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. kondisi Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Kota Yogyakarta masih belum sesuai

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

KEBIJAKAN BERWAWASAN LINGKUNGAN

BAB I PENDAHULUAN. produktif secara sosial dan ekonomis. Masyarakat berperan serta, baik secara perseorangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan lingkungan hidup. Afandi (2013) mengatakan bahwa pendidikan

Departemen Administrasi & Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

Kebutuhan Masyarakat akan Ruang Terbuka Hijau pada Kawasan Pusat Kota Ponorogo

3. Pelestarian makhluk hidup dapat memberikan keuntungan ekonomi kepada masyarakat berupa

I. PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. mengembangkan otonomi daerah kepada pemerintah daerah.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengikuti struktur nasional atau daerah dengan standar-standar yang ada

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan dengan baik agar dapat menjadi sumber penghidupan bagi manusia

BAB I PENDAHULUAN. Kepadatan penduduk di Kabupaten Garut telah mencapai 2,4 juta jiwa

FASILITAS SOSIAL, TANGGUNG JAWAB SIAPA?

I. PENDAHULUAN. Salah satu permasalahan yang dihadapi negara yang sedang berkembang

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN URUSAN WAJIB LINGKUNGAN HIDUP

PENATAAN WILAYAH PERTANIAN INDUSTRIAL Alih Fungsi Lahan. Julian Adam Ridjal PS Agribisnis Universitas Jember

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk kota Yogyakarta berdasarkan BPS Propinsi UKDW

Penentuan Lokasi Alternatif Kawasan Hijau Binaan Di Jakarta Barat

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KAJIAN PENATAAN POHON SEBAGAI BAGIAN PENGHIJAUAN KOTA PADA KAWASAN SIMPANG EMPAT PASAR MARTAPURA TUGAS AKHIR. Oleh: SRI ARMELLA SURYANI L2D

ANALISA MASALAH DAMPAK LINGKUNGAN AMDAL DWI ASTUTY. G

BAB I PENDAHULUAN. Tuhan Yang Maha Esa yang patut dijaga, dikelola dan dikembangkan dengan baik

2015 PERANAN PROGRAM ADIWIYATA DALAM MEMBINA KARAKTER PEDULI LINGKUNGAN SISWA DI SMP NEGERI 6 BANDUNG

dan nyaman untuk kegiatan belajar mengajar di sekolah. Karim (2012:5) menyebutkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan perumahan, yang merupakan kebutuhan dasar bagi setiap warga

BUPATI SIMEULUE QANUN KABUPATEN SIMEULUE NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN

BAB I PENDAHULUAN. dicetuskan oleh adanya kekhawatiran terjadinya bencana yang mengancam

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

Transkripsi:

I.PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahwa pertumbuhan dan perkembangan suatu wilayah dilatarbelakangi oleh berbagai aspek kehidupan seperti perkembangan penduduk yang tidak terkendali, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, dinamika kegiatan ekonomi, transporttasi dan sebagainya. Pembangunan yang begitu pesat di kawasan Asia Tenggara, termasuk Indonesia pada dekade yang lalu memang telah dapat menaikkan taraf hidup masyarakat di segala bidang. Akan tetapi pembangunan yang berlangsung cepat tersebut terkadang membawa dampak, berbagai pembangunan yang dilakukan seperti komplek perumahan yg padat, perkantoran, mall dan sebagainya telah menimbulkan kerusakan dan hampir tidak tersedianya udara yang baik bagi kehidupan manusia itu sendiri. Kualitas lingkungan hidup yang semakin menurun telah mengancam kelangsungan perikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya, serta pemanasan global yang semakin meningkat yang mengakibatkan perubahan iklim dan hal ini akan memperparah penurunan kualitas lingkungan hidup. Untuk itu perlu dilakukan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang sungguh-sungguh dan konsisten oleh semua pemangku kepentingan. Tentang lingkungan hidup, hak alam ciptaan dan hak lingkungan hidup telah

2 dijadikan tema dalam setiap pertimbangan dan kebijakan sosial, ekonomi dan politik dunia. 1 Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah memampukan manusia di seluruh dunia melakukan modernisasi di segala bidang, tetapi haerus diganti dengan harga yang sangat mahal, yaitu pencemaran terjadi secara besar-besaran terhadap alam. Buangan industri berupa limbah melumpuhkan daya daur alamiah. Sampah teknologi (industri, produk sintetis dan limbah nulir) telah menjadi ancaman paling mengerikan terhadap kehidupan di planet bumi. 2 Faktor-faktor tersebut akan membawa perubahan terhadap bentuk keruangan di wilayah yang bersangkutan, baik secara fisik maupun non fisik, sebagai wadah kegiatan manusia di dalamnya. Berdasarkan analisis situasi, perubahan tersebut apabila tidak ditata dengan baik akan mengakibatkan perkembangan yang tidak terarah dan penurunan kualitas pemanfaatan ruang. Di dalam kerangka pembangunan nasional, pembangunan daerah merupakan bagian yang terintegrasi. Pembangunan daerah sangat menentukan keberhasilan pembangunan nasional secara keseluruhan. Dapat diamati bahwa perkembangan pembangunan daerah telah berlangsung dengan pesat dan diperkirakan akan terus berlanjut. Perkembangan ini akan membawa dampak keruangan dalam bentuk terjadinya perubahan pola pemanfaatan ruang, baik direncanakan ataupun tidak direncanakan. Menurut UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, bahwa pada hakikatnya ruang terbagi kedalam kawasan lindung (alami,konservasi) dan kawasan budi daya atau 1 Amatus Woi, Menyapa Bumi menyembah Hyang Ilahi, dalam tulisan Manusia dan Lingkungan dalam persekutuan ciptaan ( Yogyakarta: Kanisius, 2008), hal 21 2 R. Borong, Etika Bumi Baru ( Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009), hal 37.

3 terbangun. Walau telah ada peraturannya, pada kenyataanya telah terjadi degradasi kualitas lingkungan air, udara, dan tanah di hampir seluruh wilayah kota karena lemahnya penegakan hukum. 3 Sehingga mengharuskan di buatnya aturan di tiap-tiap daerah yang menyediakan ruang terbuka hijau untuk kelangsungan hidup manusia. Ruang terbuka hijau merupakan salah satu komponen penting lingkungan. Ruang terbuka hijau di wilayah perkotaan merupakan bagian dari penataanruang kota yang berfungsi sebagai kawasan hijau pertamanan kota, kawasan hijau hutan kota, kawasan hijau rekreasi kota, kawasan hijau kegiatan olahraga kawasan hijau dan kawasan hijau pekarangan. Ruang terbuka hijau sebagai unsur utama tata ruang kota mempunyai fungsi yang sangat berpengaruh besar yang berguna bagi kemaslahatan hidup warga. Pengurangan lahan untuk ruang terbuka hijau ternyata terjadi secara sistematis yang melibatkan semua aktor pembangunan, yaitu pemerintah, swasta, dan masyarakat yang tidak lagi mengindahkan kebijakan pelestarian lingkungan perkotaan. Banyak masyarakat yang tidak peduli dengan kelestarian ruang terbuka hijau, mereka beranggapan bahwa kawasan lindung/ ruang terbuka hijau tidak memiliki nilai ekonomi sehingga mereka lebih sepakat dengan perubahan fungsi ruang terbuka hijau menjadi pusat jajanan, kios, pemukiman yang mana kawasan hijau yang ada pada tempat tersebut digantikan dengan beton dan baja. Apabila masyarakat menyadari pentingnya fungsi ruang terbuka hijau, dapat dipastikan keberadaan ruang terbuka hijau dapat terjaga dan dapat menjalankan fungsinya 3 Hasan, Hukum Penataan Ruang dan Penatagunaan Tanah (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2008), hlm. 233.

4 dengan baik. Karena banyak hal yang dapat dilakukan oleh masyarakat guna melestarikan lingkungan antara lain dengan memanfaatkan pekarangan rumahnya dengan menanam tanaman, melestarikan hutan kota, kawasan rekreasi kota, kawasan hijau kegiatan olahraga dan kawasan hijau pekarangan. Ruang terbuka hijau dapat menciptakan suasana teduh, udara yang bersih dan rasa tenang, tanpa adanya ruang-ruang yang terbuka untuk berinteraksi, bertukar pikiran, sosial budaya, maka masyarakatakan tidak akan merasa nyaman. Atau dengan kata lain anggota masyarakat tidak mampu berinteraksi dan tidak mau bekerjasama antar sesamanya. Agar lebih efektif lagi, ruang terbuka hijau dijadikan sebagai mimbar di lingkungan masyarakat serta bebas dari segala pernak-pernik masalah. Pentingnya keberadaan Ruang Terbuka Hijau perkotaan ditunjukkan oleh adanya kesepakatan dalam Konfrensi Tingkat Tinggi yang disingkat (KTT) Bumi di Rio De Jeneirio, Brasil (1992) dan dipertegas lagi pada KTT Johannesburg, Afrika Selatan (2002) yang menyatakan bahwa sebuah kota idealnya memiliki luas Ruang Terbuka Hijau minimal 30% dari total luas kota, di samping itu, sejumlah peraturan perundangan yang bersifat nasional maupun local mengatur hal-hal yang terkait dengan pengelolaan Ruang Terbuka Hijau sehingga biasa menjadi dasar pijakan pemerintah kota dalam mengembangkan Ruang Terbuka Hijau. Peraturan perundangan tersebut mulai dari Undang-Undang yang bersifat payung hukum seperti Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang penataan Ruang Terbuka Hijau hingga peraturan pelaksanaannya berupa PP No 15 Tahun 2010 Tentang Penyelenggaraan Tata Ruang, Keputusan Menteri atau Peraturan

5 Menteri, antara lain instruksi Mendagri No. 14 Tahun 1988 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau di perkotaan, Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 1 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau, Kepres No. 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Hutan Lindung, Kepmen LH No. 197 Tahun 2004 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang LH di Daerah Kabupaten dan Kota serta beberapa Peraturan Perundangan lainnya yang keseluruhannya memuat fungsi, kriteria, jenis, pengelolaan, standar luas Ruang Terbuka Hijau dan berbagai hal yang terkait dengan Ruang Terbuka Hijau perkotaan. Dalam PP No 15 Tahun 2010 Tentang Penyelenggaraan Tata Ruang di jelaskan bahwa harus mencantumkan rencana penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau publik dan pendistribusiannya, ruang terbuka hijau privat, dan ruang terbuka non hijau. Di Kota Metro ruang terbuka hijau masuk dalam Peraturan Daerah Kota Metro Nomor 01 Tahun 2012 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Metro 2011 2031 yang di jelaskan secara menyeluruh tentang ruang terbuka hijau pada Pasal 30. Perda rencana tata ruang wilayah yang selanjutnya disingkat RTRW tersebut dilaksanakan mulai tahun 2012 dan akan terus dilaksanakan sampai 2031. Masalah di Kota Metro yaitu belum tercapainya kota yang hijau atau belum memiliki ruang terbuka hijau untuk memenuhi 30% yakni baru yakni publik 14% dan privat 8% dari seluruh luas wilayah kota yang sudah di tentukan oleh Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Banyak penyediaan Ruang Terbuka Hijau yang menjadi tempat berdagang para pedagang kaki lima selain itu banyak juga masyarakat yang kurang perduli dengan

6 keberadaan Ruang Terbuka Hijau. Bahkan masyarakat di Kota Metro kurang memiliki kesadaran untuk menanam menjadi hambatan dalam menghijaukan Kota Metro. Sudah diberi bibit pohon pun masih saja ada yang tidak mau menanamnya. Padahal Ruang Terbuka Hijau sangatlah penting untuk kelangsungan hidup manusia. Berdasarkan uraian tersebut diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dalam bentuk skripsi dengan judul: Pelaksanaan Pengaturan Ruang Terbuka Hijau dalam Rencana Tata Ruang Wilayah di Kota Metro

7 1.2 Rumusan Masalah Dan Ruang Lingkup Penelitian 1.2.1 Rumusan Masalah a. Bagaimanakah Pelaksanaan Pengaturan Ruang Terbuka Hijau dalam Rencana Tata Ruang Wilayah di Kota Metro? b. Faktor-faktor apakah yang menghambat Pelaksanaan Pengaturan Ruang Terbuka Hijau dalam Rencana Tata Ruang Wilayah di Kota Metro? 1.2.2 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini masuk dalam kajian hukum khususnya bagian Hukum Administrasi Negara (HAN), yang lebih spesifiknya di bidang hukum penatataan ruang mengenai pengaturan Ruang Terbuka Hijau khususnya di Kota Metro 1.3 Tujuan Penelitian dan Kegunaan penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian a. Untuk mengetahui bagaimanakah pelaksanaan pengaturan Ruang Terbuka Hijau dalam Rencana Tata Ruang Wilayah di Kota Metro. b. Untuk mengetahui faktor-faktor apakah yang menghambat pelaksanaan pengaturan Ruang Terbuka Hijau dalam rencana tata ruang wilayah di Kota Metro.

8 1.3.2 Kegunaan Penelitian a. Secara Teoritis Semoga penelitian ini menambah dan mengembangkan konsep teori maupun analisis hukum administrasi negara (HAN), khususnya dalam mengambil kebijakan yang baik guna mengoptimalkan pembangunan Ruang Terbuka Hijau. b. Secara Praktis 1. Penelitian ini berguna bagi para pembaca dalam menambah pengetahuan dan wawasan khususnya dalam hal mengoptimalkan pembangunan Ruang Terbuka Hijau 2. Penelitian ini berguna bagi pemerintah khususnya pemda Kota Metro dalam menganalisis kendala-kendala dan pengambilan kebijakan yang baik guna pengaturan atau mengoptimalkan Ruang Terbuka Hijau di Kota Metro. 3. Penelitian ini berguna bagi para mahasiswa fakultas hukum baik dalam menambah pengetahuan maupun bagi yang ingin melakukan penelitian lanjutan di bidang yang sama.