III. KERANGKA PEMIKIRAN

dokumen-dokumen yang mirip
III. KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

LANDASAN TEORI. teknologi, dan perubahan gaya hidup manusia modern, maka jenis dan tingkat

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk atau jasa, termasuk

III. KERANGKA PEMIKIRAN

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Proses Pengambilan Keputusan Konsumen

BAB I PENDAHULUAN. tergantung pada perilaku konsumennya (Tjiptono, 2002). konsumen ada dua hal yaitu faktor internal dan eksternal.

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II URAIAN TEORITIS

II. LANDASAN TEORI. falsafah baru ini disebut konsep pemasaran (marketing concept). Konsep

BAB II LANDASAN TEORI. Sebelum membeli suatu produk atau jasa, umumnya konsumen melakukan evaluasi untuk

III. KERANGKA PEMIKIRAN

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pemasaran

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Pengertian Keputusan Pembelian Konsumen. Menurut Setiadi (2008:415) berpendapat bahwa pengambilan keputusan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh perusahaan dalam usahanya untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya,

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. penjualan dan periklanan. Tjiptono (2007 : 37) memberikan definisi pemasaran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gagasan, atau pengalaman untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN. Proses dalam pembelian produk susu untuk batita (1-3 tahun) dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi saat ini dalam persaingan bisnis tidak hanya menyediakan

III. KERANGKA PEMIKIRAN

Bab 3. Model Perilaku Konsumen

BAB II KERANGKA TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. macam cara. Komunikasi merupakan salah satu cara untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. dan mempunyai pandangan yang baik terhadap perusahaan tersebut. menarik konsumen untuk melakukan keputusan pembelian produk yang

BAB II KERANGKA TEORI. Teori adalah konsep-konsep dan generalisasi-generalisasi hasil penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. persepsi yang baru dari seseorang. Inovasi adalah produk atau jasa yang

BAB I PENDAHULUAN. paling tua dibandingkan dengan jenis media massa lainnya. Sejarah mencatat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Keputusan membeli juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi, yaitu:

BAB III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengertian produk menurut Kotler & Armstrong (2001, p346) adalah segala

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perilaku konsumen adalah suatu tindakan yang langsung dalam mendapatkan,

BAB I PENDAHULUAN. Semakin maju perkembangan teknologi, semakin marak pula

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. kegiatan konsumsi terhadap suatu ataupun beragam barang atau jasa. Konsumen

SIKAP, MOTIVASI DAN KEBUTUHAN KONSUMEN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab I: Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. Konsep pemasaran mengarahkan perusahaan pada seluruh usaha untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan orang tua terhadap produk bayi begitu tinggi dikarenakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pembeli yaitu ketika konsumen benar-benar membeli produk. Dimana. mengarah kepada keputusan pembelian.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA Perilaku Konsumen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. adalah Proses pengambilan keputusan dan aktivitas masing-masing individu yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II URAIAN TEORITIS. Rianawati (2005) judul Analisis Pengaruh Faktor Dari Perilaku Konsumen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ini maka diperlukan adanya teori-teori atau konsep-konsep yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. bidang yang sama sehingga banyak perusahaan yang tidak dapat. mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Istilah konsumen sering diartikan sebagai dua jenis konsumen, yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Teori Perilaku Konsumen. Menurut Kotler dan Keller (2007:214) perilaku konsumen adalah perilaku

BAB II. LANDASAN TEORI

BAB II TELAAH TEORITIS. Dalam telaah teoritis, dibahas landasan teori dan penelitian terdahulu

BAB I PENDAHULUAN. satunya dengan kegiatan iklan. Iklan bertujuan untuk mengenalkan pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam berinteraksi dengan lingkungannya. dan berinteraksi di dunia. Menurut Assael, gaya hidup adalah A mode of

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V Perilaku Konsumen pada Pasar Konsumsi dan Pasar Bisnis

BAB II URAIAN TEORITIS. Lingkungan Dalam Toko terhadap Niat Pembelian Ulang pada Konsumen

BAB 1 PENDAHULUAN. yang semakin cepat dan tepat agar tidak kalah bersaing. Dalam meningkatkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menetapkan harga, mempromosikan, dan mendistribusikan produk, jasa dan

I. PENDAHULUAN. Setiap saat konsumen distimulasi oleh banyak iklan di berbagai media.

BAB 2 LANDASAN TEORI. Menurut Mulyana (2001:167), persepsi adalah proses internal yang

BAB 2 KERANGKA TEORI. sosial yang dengan proses itu individu dan kelompok mendapatkan apa yang

BAB II LANDASAN TEORI

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsumen 2.2. Karakteristik Konsumen 2.3. Perilaku Konsumen

BAB I PENDAHULUAN. konsumtif. Selain itu, Indonesia merupakan negara dengan pasar potensial. dengan kemasan, rasa, dan harga yang bervariasi.

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB 2. LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. Pengambilan keputusan membeli merupakan suatu proses pemecahan masalah

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN TEORI DAN STUDY PUSTAKA. Pasta Gigi Pepsodent di Kota Makasar. Tujuan penelitian ini adalah untuk

BAB II LANDASAN TEORI. maka diperlukan adanya teori-teori atau konsep-konsep yang memerlukan

Pengaruh Atmosfer Toko Terhadap Keputusan Pembelian

BAB II LANDASAN TEORI. Produk merupakan salah satu aspek penting dalam variabel marketing mix.

BAB I PENDAHULUAN. Bentuk dunia bisnis dalam persaingan yaitu bisnis yang bergerak dalam

II. LANDASAN TEORI. Menurut Kotler, Philip dan Gary Armstrong (2008:6) Definisi tersebut memunculkan pengertian bahwa tujuan pemasaran adalah untuk

BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Perilaku Konsumen Perilaku konsumen merupakan tindakan yang langsung terlibat dalam perolehan, pengonsumsian, dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Menurut Jayanti dkk. (2013) Green consumer behavior merupakan perilaku

II. TINJAUAN PUSTAKA. kebutuhan dan keinginan konsumen, mengembangkan produk, menetapkan harga,

I PENDAHULUAN. Gambar 1. Grafik Perkembangan Produksi Susu Provinsi Jawa Barat Tahun (Ton) Sumber: Direktorat Jendral Peternakan, 2010

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KERANGKA TEORI. permasalahan penelitian yang dimuat oleh peneliti untuk mempermudah peneliti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsumen dan Perilaku Konsumen Konsumen adalah orang yang melakukan tindakan menghabiskan nilai barang dan jasa setelah mengeluarkan sejumlah biaya. Tujuan utama dari mengkonsumsi barang dan jasa adalah untuk memenuhi kebutuhan dan diukur sebagai kepuasan yang diperoleh. Besarnya kepuasan konsumen diukur dari sejumlah nilai yang diperoleh dari mengkonsumsi suatu barang dan jasa terhadap biaya yang dikeluarkan (Kotler, 2000). Berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen, konsumen didefinisikan sebagai setiap orang pemakai barang dan jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan. Konsumen dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu konsumen individu dan konsumen organisasi. Konsumen individu membeli barang dan jasa untuk digunakan sendiri, sedangkan konsumen organisasi meliputi organisasi bisnis, yayasan, lembaga sosial, kantor pemerintah, dan lembaga lainnya (sekolah, perguruan tinggi, rumah sakit) (Kotler, 2000). Konsumen memiliki kekuasaan penuh untuk menentukan atau memutuskan mengkonsumsi suatu barang. Kebutuhan ini merupakan kebutuhan dasar dan alami, sehingga kebutuhan tidak bisa diciptakan melainkan oleh konsumen itu sendiri. Namun dalam praktiknya, kebutuhan dapat ditimbulkan melalui stimuli yang diciptakan oleh pemasar. Dalam pemasaran modern, konsumen memegang peranan penting dalam membeli suatu produk. Dahulu, konsumen tidak diperhitungkan dalam penciptaan suatu produk namun dengan perubahan waktu dan semakin meningkatnya jumlah pemasar, konsumen menjadi penentu apakah suatu produk dapat diproduksi atau tidak. Penciptaan stimuli oleh pemasar didasarkan pada keinginan konsumen terhadap suatu produk yang dinilai dapat memenuhi kebutuhannya. Jika konsumen merasa puas dalam mengkonsumsi produk, maka kemungkinan konsumen untuk berganti produk sangatlah kecil. Jika hal ini 24

terjadi dalam waktu yang lama dan berulang-ulang maka akan tercipta kesetiaan terhadap produk tertentu. Perilaku konsumen merupakan suatu hal yang harus dipelajari oleh seorang pelaku bisnis, hal ini harus menjadi perhatian besar oleh seorang pelaku bisnis bagaimana memenuhi dan memahami keinginan konsumen, sehingga pelaku bisnis dapat memberikan kepuasan kepada konsumen dengan memenuhi keinginan konsumen, maka perusahaan sebagai penyedia produk dan jasa harus berusaha untuk memenuhi keinginan tersebut dan memberikan kepuasan kepada konsumen dengan menciptakan strategi-strategi yang dapat membantu perusahaan dalam memenuhi keinginan konsumen. Perilaku konsumen didefinisikan sebagai tindakan-tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi dan menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan mengikuti tindakan-tindakan tersebut (Engel:et al 1994). Hal ini sesuai dengan pendapat Schiffman dan Kanuk (1994) yang dikutip dalam Sumarwan (2003), bahwa perilaku konsumen diartikan sebagai perilaku yang diperlihatkan konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi, dan menghabiskan produk dan jasa yang mereka harapkan untuk memuaskan kebutuhan mereka. Tindakan-tindakan yang termasuk dalam kajian perilaku konsumen adalah pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, pembelian dan pasca pembelian. Dalam melakukan tindakan-tindakan tersebut, konsumen dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu : 1. Pengaruh lingkungan, yang meliputi lingkungan budaya, kelas sosial, pengaruh pribadi, keluarga dan situasi. 2. Perbedaan individu, yang meliputi sumberdaya konsumsi, motivasi, keterlibatan, pengetahuan, sikap, kepribadian, gaya hidup dan demografi. 3. Proses psikologis yang meliputi pembelajaran, perubahan sikap dan perilaku. 25

Proses Psikologis Pengolahan Informasi Pembelajaran Perubahan sikap/perilaku Perbedaan individu Sumberdaya konsumen Motivasi dan keterlibatan Pengetahuan Kepribadian dan gaya Proses Keputusan Pengenalan kebutuhan Pencarian informasi Evaluasi alternatif Pembelian Pasca pembelian Pengaruh Lingkungan Budaya Kelas sosial Pengaruh pribadi Keluarga Strategi pemasaran Gambar 1. Model Perilaku Konsumen Sumber : Engel et.al 1994 Proses pembelian merupakan tindakan yang paling penting dibandingkan tindakan-tindakan lain dalam model perilaku konsumen. Proses pembelian dianggap sebagai tindakan yang terpenting karena proses pembelian dapat dipengaruhi oleh berbagai hal, salah satunya melalui rangsangan pemasaran, misalnya melalui kegiatan promosi perusahaan. 3.1.2 Persepsi Menurut UU perlindungan Konsumen No 8 tahun 1999 (dalam Oksowela 2008), konsumen merupakan sebagai pemakai barang dan jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik digunakan untuk kepentingan sendiri, keluarga, orang lain dan tidak untuk diperdagangkan. Konsumen memiliki hak penuh dalam menentukan produk yang akan dikonsumsinya. Namun keputusan konsumen ini 26

tentunya dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti faktor internal maupun eksternal dari konsumen itu sendiri. Persepsi dihasilkan dan atau dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal (individu) dan faktor eksternal (stimulus), (Kotler 2001). Faktor internal merupakan karakteristik seseorang, kemampuan dasar dalam proses penginderaan serta pengalaman yang telah dimiliki sebelumnya terhadap berbagai atribut atau situasi konsumen yang bersangkutan, motivasi awal dan pengaruh keadaan yang dialami konsumen. Faktor internal terdiri dari usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan dan kelas sosial. Faktor internal menggambarkan adanya pertukaran nilai, kebutuhan, kebiasaan, maupun perilaku yang berbeda antara suatu kelompok konsumen dengan lainnya (Mowen dan Minor, 2002). Pemilihan dan selera konsumen terhadap pangan dan barang lainnya dipengaruhi oleh faktor usia (Kotler, 2001). Menurut Sumarwan (2003), siklus hidup seorang konsumen akan ditentukan oleh usianya. Sejak lahir ke dunia, seorang manusia telah menjadi konsumen dan ia akan terus menjadi konsumen dengan kebutuhan yang berbeda sesuai dengan usianya. Persepsi konsumen berhubungan dengan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki sebelumnya. Tingkat pendidikan yang lebih tinggi berkaitan dengan pengetahuan yang lebih tinggi pula (Sediaoetomo, 1999). Pengetahuan yang dimiliki seorang merupakan unsur dari kepribadian dan semakin tinggi tingkat pengetahuan seorang maka ia akan semakin berhati-hati dalam membuat keputusan (Setiadi 2003). Pengetahuan konsumen akan mempengaruhi keputusan pembelian yaitu semakin banyak pengetahuan yang dimiliki konsumen maka konsumen akan semakin baik dalam mengambil keputusan. Selain itu, pengetahuan tersebut dapat mengakibatkan konsumen akan lebih efektif dan lebih tepat dalam mengolah informasi serta mampu me- recall informasi dengan lebih baik. Berdasarkan uraian tersebut, terlihat bahwa persepsi berhubungan dengan pembentukan pengetahuan konsumen yang kemudian akan mempengaruhi keputusan pembelian atau konsumsi (Kotler, 2001). Faktor eksternal merupakan karakteristik fisik dari produk seperti ukuran, tekstur, atribut yang terdapat dalam produk. Pengaruh lingkungan merupakan 27

faktor diluar individu yang akan mempengaruhinya dalam melakukan pengambilan keputusan pembelian. Sumber informasi juga merupakan unsur dari faktor eksternal, keahlian dan validitas sumber informasi sangat mempengaruhi keputusan pembelian konsumen, dimana semakin terpercaya sumber informasi maka konsumen akan semakin percaya. Menurut Kotler (2001), sumber Informasi konsumen dapat dikelompokkan menjadi empat yaitu sumber pribadi yang berasal dari keluarga, teman, maupun kenalan, sumber komersial yaitu sumber yang berasal dari iklan, distributor, kemasan, wiraniaga maupun model produk yang dipajang, sumber publik yaitu sumber yang berasal dari media masa, media cetak dan media elektonik, sumber pengalaman yaitu sumber yang berasal dari evaluasi dan pemakaian produk. Informasi terbanyak tentang suatu produk yang diterima konsumen secara umum berasal dari sumber-sumber yang didominasi oleh pemasar, sedangkan informasi yang efektif cenderung berasal dari sumber-sumber pribadi. Media masa adalah alat komunikasi yang dapat menjangkau orang dalam jumlah yang besar. Terdapat dua bentuk media yaitu media cetak seperti majalah, koran, dan buku serta media elektronik seperti radio, televisi. Menurut Gift et. Al (1975), pada prinsipnya isi dari media kebanyakan membawa iklan atau promosi. Alasan utama dalam penggunaan media masa adalah sebagai sumber informasi, hiburan dan asset sosial sebagai cara untuk tetap mengetahui apa yang sedang terjadi dan antusiasme sosial. Media cetak paling utama digunakan tetapi tidak semata-mata untuk tujuan yang serius guna mendapatkan ilmu pengetahuan atau melatih kecerdasan. Media elektronik digunakan secara luas tetapi tidak semuanya digunakan untuk hiburan tetapi juga dapat digunakan untuk memperoleh berbagai informasi tentang produk. Diantara jenis media periklanan yang ada televisi merupakan media yang efektif untuk memperoleh pengaruh terhadap konsumen. Menurut Cohen (1981), persepsi merupakan suatu proses yang timbul akibat adanya rangsangan yang mengenai organ sensori dari seorang individu. Di dalam proses persepsi, seorang individu akan menyusun dan menterjemahkan rangsangan sensori sehingga dikembangkan suatu pengertian sendiri akan dunia sekitarnya. Rangsangan (stimulus) adalah energi dalam tubuh yang dapat 28

merangsang bagian-bagian tubuh untuk memproduksi suatu efek dalam makhluk hidup itu sendiri. Sedangkan sensasi (sensation) adalah akibat, pengertian atau terjemahan dari rangsangan yang terjadi secara langsung dan cepat menciptakan suatu sikap dan perilaku. Persepsi adalah interpretasi dari sensasi, sehingga persepsi dapat diartikan juga sebagai proses kompleks yang dipilih, disusun dan diterjemahkan oleh individu serta merangsang panca indera untuk menghasilkan gambaran yang mempunyai arti dan saling berhubungan. Stimulus Organ Sensori Persepsi Sensasi Pengertian Sikap dan Perilaku Gambar 2. Proses terjadinya Persepsi Perbedaaan dalam persepsi akan mempengaruhi perilaku konsumen dalam memilih atau membeli produk karena konsumen akan membeli barang sesuai dengan persepsinya. Pemahaman terhadap persepsi konsumen sangat bermanfaat bagi pemasar karena persepsi konsumen dapat dijadikan dasar dalam melakukan market segmentation. Selain persepsi konsumen, perusahaan juga harus mempelajari sikap dan perilaku konsumen. Menurut Robbins (2002), faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi dibagi kedalam tiga bagian, yaitu : 1. Faktor situasi meliputi waktu, keadaan pekerjaan dan keadaan sosial 2. Faktor pengamatan sendiri seperti sikap/pendirian, alasan yang mendasari/motivasi, perhatian minat, pengalaman dan harapan 3. Faktor target meliputi sesuatu (kesenangan) yang baru, gerakan dan suara. Persepsi konsumen didefinisikan sebagai suatu proses, dimana seseorang menyeleksi, mengorganisasikan dan menginterpretasikan stimuli ke dalam gambaran yang lebih berarti dan menyeluruh. Stimuli adalah setiap input yang ditangkap oleh panca indera. Stimuli dapat berasal dari lingkungan sekitar atau 29

dari dalam individu itu sendiri. Kombinasi keduanya akan memberikan gambaran persepsi yang bersifat pribadi (Simamora, 2002). Pengetahuan konsumen akan mempengaruhi keputusan pembelian yaitu semakin banyak pengetahuan yang dimiliki konsumen maka konsumen akan semakin baik dalam mengambil keputusan. Selain itu, pengetahuan tersebut dapat mengakibatkan konsumen akan lebih efisien dan lebih tepat dalam mengolah informasi serta mampu me-recall informasi dengan lebih baik. Berdasarkan uraian tersebut, terlihat bahwa persepsi berhubungan dengan pembentukkan pengetahuan konsumen yang kemudian akan mempengaruhi keputusan pembelian, dimana keputusan pembelian tersebut dipengaruhi oleh sikap konsumen (Kotler, 2000). Secara keseluruhan dapat diambil kesimpulan bahwa persepsi merupakan cara pandang konsumen terhadap suatu produk setelah melakukan proses pembelian dan mengkonsumsi produk tersebut dimana persepsi dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal (faktor pribadi) dan eksternal (stimulus). Persepsi bersama-sama dengan pengetahuan membentuk kepercayaan dan berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa konsep kepercayaan sangat tekait dengan konsep sikap dimana persepsi yang baik terhadap sesuatu dapat memunculkan sikap yang positif terhadap hal tersebut. 3.1.3 Sikap Konsumen Menurut Umar (2000), sikap adalah evaluasi, perasaan dan kecenderungan seseorang yang relatif konsisten terhadap suatu objek atau gagasan. Sikap akan menempatkan seseorang dalam satu pikiran untuk menyukai atau tidak menyukai sesuatu, bergerak mendekati atau menjauhinya. Sikap merupakan inti dari rasa suka dan tidak suka bagi orang, kelompok, situasi, objek dan ide-ide tidak berwujud tertentu. Menurut Gerungen (1991), attitude merupakan sikap terhadap suatu objek tertentu, yang dapat merupakan sikap pandangan atau sikap perasaan dengan kecenderungan untuk bertindak dengan sikap objek tadi. Sikap dapat diciptakan secara langsung melalui proses pembelajaran perilaku dari pengkondisian klasik, pengkondisian operant dan pembelajaran observasional. Dari perspektif pengkondisian klasik, sikap merupakan tanggapan emosional bersyarat yang dapat ditimbulkan oleh ranfsangan bersyarat. Pada pengkondisian operant, 30

berhubungan dengan fungsi utilitarian, yakni ekspresi sikap yang merupakan tanggapan yang dipelajari yang berasal dari penguatan dan penghukuman. Dari perspektif ini, afeksi yang membentuk perasaan yang mendasari sikap merupakan hasil dari pengkondisian operant. Sedangkan pada pembelajaran observasional yang disebut juga pembelajaran vicarions atau sosial, mengacu pada fenomena dimana orang mengembangkan pola perilaku dengan mengobservasi tindakan orang lain (Mowen dan Minor, 2002) Schiffman dan Kanuk (1994) mengemukakan empat fungsi dari sikap, yaitu: 1. Fungsi Utilarian. Konsumen menyatakan sikapnya terhadap suatu produk karena manfaat dari produk dapat menghindari risiko. 2. Fungsi mempertahankan ego. Sikap konsumen untuk menimbulkan kepercayan yang lebih baik untuk meningkatkan citra diri dan mengatasi dari luar. 3. Fungsi ekspresi nilai. Sikap berfungsi menyatakan nilai-nilai, gaya hidup dan identitas sosial dari seseorang. 4. Fungsi pengetahuan. Pengetahuan yang baik dari suatu produk seringkali mendorong seseorang untuk menyukai produk tersebut, karena itu sikap positif suatu produk mencerminkan pengetahuan konumen terhadap suatu produk. Engel et al. (1994) menyatakan sikap yang penting dari sikap adalah kepercayaan. Kepercayaan dapat mempengaruhi kekuatan hubungan antara sikap dan perilaku. Sikap yang dipegang dengan penuh kepercayaan biasanya akan dapat diandalkan untuk membimbing perilaku. Kepercayaan dapat mempengaruhi kerentanan sikap terhadap perubahan. Sikap akan lebih resisten terhadap perubahan bila dipegang dengan kepercayaan yang lebih besar. Sifat juga bersifat dinamis, dimana sikap akan berubah bersama waktu. Oleh karenanya perusahaan dapat meperoleh manfaat dari penelitian sikap sebagai salah satu cara untuk mengantisipasi perubahan yang potensial dalam permintaan produk dan perilaku konsumsi. Menurut Sumarwan 2011 Faktor-faktor yang berperan penting dalam pembentukan sikap, yaitu proses pengolahan informasi, pembentukan pengetahuan, dan proses belajar, ketiga hal diatas akan sangat menentukan apakah 31

konsumen menyukai suatu produk sebelum ia memutuskan untuk membeli atau mengkonsumsinya. Setiadi (2003) menjelaskan bahwa ada tiga komponen sikap, kepercayaan merek adalah komponen dari sikap, evaluasi merek adalah komponen afektif atau perasaan, dan maksud untuk membeli adalah komponen konatif atau tindakan. Hubungan antara ketiga komponen ini dijelaskan pada gambar dibawah ini. Komponen Kognitif Kepercayaan terhadap merek Komponen Afektif Evaluasi Merek Komponen Konatif Maksud untuk Membeli Gambar 3. Hubungan antara tiga komponen sikap Hubungan antara tiga komponen itu mengilustrasikan hierarki pengaruh keterlibatan tinggi (high involvement) yaitu kepercayaan merek mempengaruhi maksud untuk membeli. Dari tiga komponen sikap, evaluasi merek adalah pusat dari telaah sikap karena evaluasi merek merupakan ringkasan dari kecenderung konsumen untuk menyenangi atau tidak menyenangi merek tertentu. Evaluasi merek sesuai dengan definisi dari sikap terhadap merek yaitu kecenderungan untuk mengevaluasi merek baik disenangi atau tidak disenangi. Dari gambar di atas dapat disimpulkan bahwa kepercayaan merek datang sebelum dan mempengaruhi evaluasi merek, dan evaluasi mereka terutama menentukan prilaku berkehendak. Setiadi (2003) teori Fishbein lebih dapat diaplikasikan dibandingkan dengan teori Rosenberg, karena Fishbein menjelaskan pembentukan sikap sebagai tanggapan atas atribut atribut. Sedangkan Rosenberg menjelaskan pembentukkan sifat sebagai tangkapan atas nilai nilai. Atribut bersifat lebih operasional, sedangkan nilai lebih bersifat abstrak dan susah diderivasi ke dalam bentuk yang lebih konkret. Model Fishbein memungkinkan para pemasar mendiagnosa kekuatan dan kelemahan merek produk mereka secara relative dibandingkan dengan merek produk pesaing dengan menentukan bagaimana konsumen mengevaluasi alternatif merek produk pada atribut atribut 32

penting. Ilustrasi model Fishbein digambarkan pada gambar ini : Evaluasi Atribut Evaluasi evaluas adalah evaluasi baik atau buruknya suatu atribut produk Kepercayaan (bi) Kepercayaan adalah kekuatan kepercayaan bahwa produk memiliki atribut tertentu Sikap Terhadap Atribut (Ao) Karakteristik dari objek Gambar 4. Model Multiatribut Fishbein 3.2 Kerangka Pemikiran Operasional Pada Februari 2011 masyarakat Indonesia dikagetkan oleh pemberitaan media massa baik media elektronik maupun media cetak mengenai adanya isu lemak babi dalam produk es krim magnum yang beredar dipasaran. Hal ini telah banyak membuat perhatian berbagai pihak. Reaksi masyarakat atas peristiwa ini dapat dimaknai ssebagai kepedulian masyarakat terhadap kehalalan dan keamanan produk pangan untuk dikonsumsi. Es krim magnum merupakan salah satu produk makanan yang banyak digemari masyarakat mulai dari anak-anak sampai orang tua. Selain memiliki rasa yang enak, jenis produknya pun beragam seperti Magnum Almond, Magnum Chocolate truff dan Magnum Classic. Es krim magnum merupakan es krim yang populer dimasyarakat. Sejak awal kemunculannya sampai sekarang magnum telah mampu menarik perhatian masyarakat. Hal ini terbukti bahwa produk magnum mampu menguasai pangsa pasar untuk kategori es krim. PT Walls, Unilever Indonesia merupakan salah satu perusahaan yang memproduksi es krim. Produk es krim yang diproduksi PT Walls Indonesia salah satunya adalah es krim magnum. PT Walls Indonesia merupakan salah satu anak perusahaan dari Unilever yang berada di London dan Belanda. Perusahaan ini merupakan pemimpin pasar dalam usaha es krim di Indonesia. Kesalahan pemaknaan dalam penerimaan informasi oleh masyarakat serta adanya pemberitaan yang kurang spesifik dan informatif oleh media massa telah 33

membuat masyarakat mencap produk magnum mengandung lemak babi. Padahal Produk magnum yang diproduksi di Indonesia aman dari lemak babi. Sebagai perusahaan yang terkena imbas kasus isu lemak babi ini, PT Walls Indonesia memiliki kepentingan untuk mengetahui persepsi konsumen terhadap merek yang dimilikinya. Persepsi konsumen penting untuk diketahui oleh produsen, karena persepsi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan konsumen. PT Walls Indonesia ingin mengembalikan citra perusahaannya serta mengembalikan kepercayaan masyarakat terhadap produk magnum. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis persepsi konsumen terhadap produk magnum setelah adanya isu lemak babi, menganalisis sikap konsumen terhadap dua merek produk es krim yaitu Magnum dan Campina Bazooka setelah adanya isu lemak babi, serta menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi konsumen terhadap produk magnum setelah adanya isu lemak babi. Alat analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif, analisis regresi logistik, dan analisis Multiatribut Fishbein. Analisis deskriptif menjelaskan mengenai karakteristik konsumen dan persepsi konsumen terhadap produk magnum setelah adanya isu lemak babi. Sedangkan analisis regresi logistik menjelaskan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi konsumen dalam mengkonsumsi produk magnum setelah adanya isu lemak babi dan Multiatribut fishbein menjelaskan tentang sikap konsumen terhadap atribut produk Magnum dan Campina Bazooka. 34

Keresahan masyarakat terhadap isu yang beredar melalui media masa mengenai Lemak babi Produk Es Krim Magnum PT Walls, Unilever, Indonesia Persepsi konsumen tentang produk es krim magnum setelah adanya isu lemak babi Sikap konsumen terhadap produk es krim magnum setelah adanya isu lemak babi Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi konsumen terhadap produk es krim magnum setelah adanya isu : 1. Usia 2. Tingkat pendidikan 3. Pekerjaan 4. Tingkat pengeluaran 5. Tingkat pengetahuan terhadap es krim Magnum 6. Tingkat pengetahuan label dan makanan halal 7. Persepsi konsumen terhadap produk es krim magnum 1. Harga 2. Rasa 3. Merek 4. Kemasan 5. Ukuran 6. Kandungan gizi 7. Izin depkes 8. Kehalalan 9. Ketersediaan Analisis Regresi Logistik Rekomendasi bagi PT Walls, Unilever, Indonesia Analisis Fishbein Gambar 5. Kerangka Pemikiran Operasional 35