BAB I PENDAHULUAN. dengan makanan yang dikonsumsi oleh makhluk lain atau orang-orang yang

dokumen-dokumen yang mirip
SKRIPSI NORSYAIDATINA BINTI SABADERI NIM

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan penciptaan manusia. Syariat Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad

BABI PENDAHULUAN. iman.puasa adalah suatu sendi (rukun) dari sendi-sendi Islam. Puasa di fardhukan

BAB I PENDAHULUAN. tidak boleh dijual, tidak boleh dihibahkan dan tidak boleh diwariskan. Namun,

BAB I PENDAHULUAN. kepada hambanya, mereka dituntut untuk menunaikan kewajiban itu sama seperti

BAB IV ANALISIS PENDAPAT HUKUM TENTANG IDDAH WANITA KEGUGURAN DALAM KITAB MUGHNI AL-MUHTAJ

B A B I P E N D A H U L U A N. Puasa di dalam Islam disebut Al-Shiam, kata ini berasal dari bahasa Arab

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG IMPLIKASI TEKNOLOGI USG TERHADAP IDDAH

Fatwa-Fatwa Ramadhan untuk Wanita. 1. Pertanyaan: Apakah hukumnya menunda qadha puasa hingga setelah Ramadhan tahun depan?

FIQIH MUSLIMAH PRAKTIS

BAB IV ANALISIS KETENTUAN KHI PASAL 153 AYAT (5) TENTANG IDDAH BAGI PEREMPUAN YANG BERHENTI HAID KETIKA MENJALANI MASA IDDAH KARENA MENYUSUI

BAB I PENDAHULUAN. semua makhluk Tuhan, baik pada manusia, hewan, maupun tumbuh-tumbuhan. 1

BAB I PENDAHULUAN. lainnya dalam menyalurkan kebutuhan biologisnya. diliputi rasa kasih sayang antara sesama anggota keluarga.

BAB I PENDAHULUAN. tidak mau seorang manusia haruslah berinteraksi dengan yang lain. Agar kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. melampaui batasan Allah, berdakwah kepada Allah, serta melakukan amar makruf dan

BAB IV ANALISIS DATA

BAB I PENDAHULUAN. benda tapi tidak sampai batas nisab zakat, namun ada pula yang tidak memiliki harta

BAB IV ANALISIS PERNIKAHAN DALAM MASA IDDAH. A. Analisis Pemikiran Pernikahan dalam Masa Iddah di Desa Sepulu Kecamatan

BAB I PENDAHULUAN. jalan pernikahan. Sebagai umat Islam pernikahan adalah syariat Islam yang harus

BAB I PENDAHULUAN. terhadap suatu persoalan berada pada tangan beliau. 2. Rasulullah, penggunaan ijtihad menjadi solusi dalam rangka mencari

KAIDAH FIQHIYAH. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan amat penting dalam kehidupan manusia, baik bagi

TINJAUAN MAQASHID AL-SYARI AH SEBAGAI HIKMAH AL-TASYRI TERHADAP HUKUM WALI DALAM PERNIKAHAN

ISTINBATH HUKUM TERHADAP UPAH MENGAJAR AL-QUR'AN (ANALISIS PENDAPAT FUQAHA KLASIK DAN KONTEMPORER)

Mazhab menurut bahasa: isim makan (kata benda keterangan tempat) dari akar kata dzahab (pergi) (Al-Bakri, I ânah ath- Thalibin, I/12).

SKRIPSI LUQMAN BIN ABDUL HAMID NIM:

BAB IV PERSAMAAN DAN PERBEDAAN ANTARA PENDAPAT MAŻHAB ANAK LUAR NIKAH

DIPLOMA PENGAJIAN ISLAM. WD4013 USUL FIQH (Minggu 1)

URUTAN KAFARAT JIMA PADA SIANG HARI RAMADHAN, STUDI KOMPERATIF MENURUT PANDANGAN IMAM MALIK DAN IMAM SYAFI I SKRIPSI

Berpegang kepada Al-Qur'an dan As-Sunnah, dan tidak bertaqlid kepada seseorang

BAB V PENUTUP. menghadap ke bangunan Ka bah, shalatnya tidak sah. Sedangkan orang. perbedaan pendapat, adapun pendapat itu adalah :

BAB I PENDAHULUAN. dengan manusia diciptakan berpasangan antara laki-laki dengan perempuan

BAB II GAMBARAN UMUM GADAI EMAS (AR-RAHN) DALAM FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL-MAJLIS UALAMA INDONESI (DSN-MUI) TENTANG RAHN DAN RAHN EMAS

ANALISIS PENDAPAT SITI MUSDAH MULIA TENTANG PERNIKAHAN BEDA AGAMA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Islam merupakan agama samawi yang diturunkan oleh Allah SWT yang

Amir Syarifudin, Garis-Garis Besar FIQIH, (Jakarta:KENCANA. 2003), Hal-141. Totok Jumantoro, Kamus Ilmu Ushul Fiqih, (Jakarta: AMZAH.

BAB IV ANALISIS PENDAPAT IMAM AL-SYAFI I TENTANG KEWARISAN KAKEK BERSAMA SAUDARA. A. Analisis Pendapat Imam al-syafi i Tentang Kewarisan Kakek Bersama

Bayar Fidyah FIDYAH DIBAYAR SEKALIGUS DAN FIDYAH DENGAN UANG

BAB I PENDAHULUAN. itu merupakan cara yang paling tepat untuk menyalurkan kebutuhan

Objektif. Topik yang akan dipelajari SIMPOSIUM 2015 METODOLOGI PENGELUARAN HUKUM DALAM ISLAM. Ciri-Ciri Syariat Islam Ustaz Sayid Sufyan b Jasin

BAB IV ANALISIS PENDAPAT MAZHAB H{ANAFI DAN MAZHAB SYAFI I TENTANG STATUS HUKUM ISTRI PASCA MULA> ANAH

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan dalam agama Islam mempunyai kedudukan yang sangat

IMA>MIYAH TENTANG HUKUM MENERIMA HARTA WARISAN DARI

Ceramah Ramadhan 1433 H/2012 M Orang-orang yang Berhalangan Puasa

I TIKAF. Pengertian I'tikaf. Hukum I tikaf. Keutamaan Dan Tujuan I tikaf. Macam macam I tikaf

Hadits Tentang Wanita Lemah Akal dan Lemah Iman

HUBUNGAN SEKSUAL SUAMI-ISTRI Dr. Yusuf Al-Qardhawi. Pertanyaan:

BAB I PENDAHULUAN. Rasulullah SAW juga telah memerintahkan agar orang-orang segera

SUMBER HUKUM ISLAM 1

BAB I PENDAHULUAN. rumah tangga yang islami, yakni rumah tangga yang berjalan di atas

BAB 1 PENDAHULUAN. yang berlainan jenis antara laki-laki dan perempuan serta menjadikan hidup

BAB V PENUTUP. 1. Pendapat ulama Muhammadiyah dan Nahd atul Ulama (NU) di kota. Banjarmasin tentang harta bersama.

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD PENAMBANGAN BATU DI DESA SENDANG KECAMATAN WONOGIRI KABUPATEN WONOGIRI

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP HIBAH SEBAGAI PENGGANTI KEWARISAN BAGI ANAK LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN DI DESA PETAONAN

BAB II TEORI TENTANG ASH SHIHHAH WA AL BUTHLAN. sehat, tidak sakit, sembuh, benar dan selamat. 1

RISALAH AQIQAH. Hukum Melaksanakan Aqiqah

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia

Pendidikan Agama Islam

BAB I PENDAHULUAN. dan keadaan, mengangkat dan menghilangkan segala beban umat. Hukum

BAB IV ANALISIS PENDAPAT MADZHAB SYIAH IMAMIYYAH TENTANG DUA ORANG SAKSI SEBAGAI SYARAT SAH JATUHNYA TALAK

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PERSEPSI NASABAH TENTANG APLIKASI MURA<BAH}AH DI BMS FAKULTAS SYARIAH

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan memerlukan kematangan dan persiapan fisik dan mental karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Memperbaiki Kesalahan dalam Bulan Ramadhan

992. Abdullah bin Umar r.a. berkata, "Rasulullah biasa melakukan i'tikaf pada sepuluh hari yang terakhir dari bulan Ramadhan."

HUKUM VAKSIN أنواع اللقاحات الطبية وح م تلطعيم بها. Syaikh Muhammad Shalih Al-Munajid. Penterjemah: Pengaturan:

: :

BAB IV DASAR PERTIMBANGAN MAHKAMAH AGUNG TERHADAP PUTUSAN WARIS BEDA AGAMA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan pada dasarnya merupakan perilaku makhluk ciptaan. TuhanYang Maha Esa yang tidak hanya terbatas pada diri seorang manusia

BAB IV ANALISIS. A. Persamaan dan Perbedaan Pendapat Mazhab Syafi i dan Mazhab Hanbali Tentang Hukum Menjual Reruntuhan Bangunan Masjid

BAB I PENDAHULUAN. yang wajar dan dalam ajaran nabi, pernikahan ditradisikan menjadi sunnah beliau. dan Anas melihatnya, dan beliau bersabda:

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PEMBIAYAAN MURA<BAH{AH DI BMT MADANI TAMAN SEPANJANG SIDOARJO

Pendidikan Agama Islam

BAB IV KUALITAS MUFASIR DAN PENAFSIRAN TABARRUJ. DALAM SURAT al-ahzab AYAT 33

Kepada Siapa Puasa Diwajibkan?

dan kepada kaum perempuan (sesama) mereka (QS an-nur [24]: 31).

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum derajat laki-laki dan wanita itu sama dihadapan Allah swt. yang

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hal ihwal Nabi Muhammad merupakan sumber ajaran Islam kedua setelah al-qur an.

RISALAH KEDUDUKAN AL- ADAH WA AL- URF DALAM BANGUNAN HUKUM ISLAM

Biografi Singkat Empat Iman Besar dalam Dunia Islam

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB IV. A. Mekanisme Penundaan Waktu Penyerahan Barang Dengan Akad Jual Beli. beli pesanan di beberapa toko di DTC Wonokromo Surabaya dikarenakan

HUKUM BARANG TEMUAN DALAM ISLAM ( STUDI KOMPARATIF MAZHAB SYAFI I DAN MAZHAB MALIKI ) ADAM

IJTIHAD SEBAGAI JALAN PEMECAHAN KASUS HUKUM

KELOMPOK 1 : AHMAD AHMAD FUAD HASAN DEDDY SHOLIHIN

ija>rah merupakan salah satu kegiatan muamalah dalam memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. hidup atau sudah meninggal, sedang hakim menetapkan kematiannya. Kajian

BAB IV NASAB DAN PERWALIAN ANAK HASIL HUBUNGAN SEKSUAL SEDARAH (INCEST) DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. kalangan manusia, tetapi juga terjadi pada tumbuhan maupun hewan. Perkawinan

BAB I PENDAHULUAN. antara pria dan wanita. Perkawinan adalah suatu sunatullah bagi hambahambanya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sunnah, dan ijma', demi menggantikan perpecahan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Arab istilah ini sering diterjemahkan dengan tarbiyah yang berarti. yang lebih tinggi dalam arti mental. 1

BAB III TINJAUAN TENTANG KEDUDUKAN DAN TUGAS LEMBAGA JURU DAMAI DALAM PENYELESAIAN PERKARA SYIQAQ

BAB I PENDAHULUAN. Paramita, 1992), h ), h. 2011

Adab Membaca Al-Quran, Membaca Sayyidina dalam Shalat, Menjelaskan Hadis dengan Al-Quran

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PEMIMPIN. 1) Mengetahui atau mengepalai, 2) Memenangkan paling banyak, 3)

BAB I PENDAHULUAN. Ibadah haji merupakan syari at yang ditetapkan oleh Allah kepada. Nabi Ibrahim. Dan hal ini juga diwajibkan kepada umat Islam untuk

BAB I PENDAHULUAN. ajaran yang sangat sempurna dan memuat berbagai aspek-aspek kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. dengan ibadah shalat dan haji. Tanpa bersuci orang yang berhadas tidak dapat

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Setiap kaum hawa atau wanita yang normal dalam kehidupannya akan melalui satu proses iaitu bila wanita sudah meningkat baligh faraj wanita akan mengeluarkan darah kotoran daripada badan iaitu mengalami pengeluaran darah haid 1. Ini adalah fitrah yang akan dilalui oleh setiap wanita yang normal. Makanan yang dikonsumsi oleh janin dalam perut ibu jelas berbeda dengan makanan yang dikonsumsi oleh makhluk lain atau orang-orang yang berada di luar perut. Ibu janin, bahkan siapapun tidak dapat menyuapkan makanan untuknya. Oleh karena itu, Allah menciptakan di dalam tubuh seorang wanita suatu cairan darah yang dapat menjadi konsumsi khusus bagi janin di dalam perut ibunya tanpa perlu repot-repot untuk mengunyah dan mencernanya. Makanan ini terkirim ke seluruh tubuhnya melalui mekanisme serapan yang memungkinkan darah tersebut menembus urat dalam tubuh janin. Dari proses 1 Ibnu Qudamah berkata dalam kitab Al-Mughni (1/23), haid adalah darah yang keluar dari rahim saat seorang wanita mencapai baligh, darah ini kemudian keluar secara rutin pada waktu-waktu tertentu. Ketika yang bersangkutan hamil, secara otomatis Allah menjadikan darah tersebut tidak keluar, melainkan menjadi makanan bagi janin di dalam perut. Karena itu, wanita yang sedang hamil tidak lagi mengeluarkan darah haid. Ketika janin atau bayi telah lahir, darah tersebut- dengan kekuasaan Allah- diubah menjadi susu yang dikonsumsi oleh bayi, karena alasan inilah wanita yang sedang menyusui sangat jarang mengeluarkan darah haid. Namun saat tidak sedang hamil dan atau menyusui, darah tersebut kembali ke mekanisme semula. Yakni,menjadi darah haid.

2 darah haid inilah yang menjadi konsumsi janin dalam perut sang ibu. Maha besar Allah, dialah sebaik-baik Pencipta. 2 Darah yang keluar dari kemaluan wanita ada tiga macam yaitu darah haid, darah istihadhah 3, dan darah nifas 4. Adapun Sementara itu, darah haid adalah darah yang keluar ketika seorang wanita dalam keadaan sehat. Setiap bulan perempuan mengalami masa-masa haid dalam waktu tertentu. Jangka waktu haid minimal sehari semalam dan maksimal selama lima belas hari, namun umumnya adalah enam atau tujuh hari. 5 Terdapat sebuah hadits dalam kitab Shahih al-bukhari dan Muslim yang diriwayatkan oleh Aisyah r.a, bahwa Rasulullah saw. bersabda tentang haid, ھذا شيء كتبھ الله على بنات آدم Artinya: Ini adalah perkara yang telah ditetapkan oleh Allah SWT kepada anak-anak Adam yang perempuan. 6 Bagi wanita yang sedang haid, ada beberapa hal yang harus dihindari baik itu terkait dengan dirinya sendiri maupun dengan orang lain. Larangan yang terkait dengan dirinya sendiri antara lain adalah sholat, puasa, masuk 2 Isham bin Muhammad Asy-syarif, Syarah Kumpulan Hadits Shahih tentang Wanita, (jakarta: Pustaka Azzam, 2006), h.164. 3 Darah istihadhah ialah darah yang keluar ketika seorang wanita itu dalam keadaan sakit, dan ia bukanlah darah haid, karena Rasulullah saw bersabda, itu adalah iraq (turun darah) bukan haid. (Riwayat al-bukhari dan Muslim). 4 Darah nifas, ialah darah yang keluar bersama keluarnya bayi. 5 Sayyid Sabiq:Khairul Amru Harahap,Fikih Sunnah, Cet.3, (Jakarta:Cakrawala Publishing, 2011),h.146. 6 Wahbah Az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adilatuhu 1,Budi Permadi Cet.1, (Jakarta: Gema Insani, 2010).

3 masjid, membaca dan menyentuh al-quran, serta tawaf. Sedangkan larangan yang terkait dengan orang lain yakni suaminya adalah bersetubuh. 7 Kemudian, pengertian bagi I tizal ialah kata dasarnya ا عت ز ال yang berarti: Menjauhkan diri dari sesuatu dan menyingkirkannya. Yang di maksud dengan اعت ز لوا النساء فى الم ح یض disini ialah menjauhkan diri dari mengadakan persetubuhan dengan istri yang sedang haid, bukan meninggalkan pergaulan atau penyentuhan dengan istri. Hal yang demikian itu tidak terlarang. 8 Keharaman menyetubuhi wanita (istri) dalam keadaan haid tersebut secara otomatis menjadi taklif yang dibebankan kepada suaminya, dalam al- Quran sendiri telah disebutkan perintah bagi suami untuk beri tizal (menjauhi diri) dari istrinya yang sedang haid. Sebagaimana dalam firman Allah SWT: 7 Op.cit, h.150. 8 M.Ali Ash-Shabuni (penterjemah: Saleh Mahfoed), Tafsir Ayat-ayat Hukum dalam Al- Quran, Jilid 1, (Kuala Lumpur: pustaka Al-azhar), h.518.

4 Dalam ayat itu telah disebutkan. hendaklah kamu (suami) menjauhkan diri dari wanita (istri) di waktu haidh; dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci. 9 Namun bagian lain dari tubuh istri yang harus dijauhi itupun masih belum jelas, sedangkan bila dicermati, ayat 222 surat al-baqarah ini mengandung beberapa kemungkinan yang dalam hal ini mendatangkan keragu-raguan antara apakah teks ayat tersebut mengandung makna amm yang memerlukan Tahksis ataukah masih kategori amm yang menghendaki khass? 10 Jika kemungkinan pertama yang diambil, berarti manakala ditemukan hadis-hadis yang berkenaan dengan batas-batas I tizal (menjauhi) istri yang haid, maka hadis-hadis tersebut berfungsi untuk mentakhsis keumuman ayat tersebut. sedang bila kemungkinan kedua yang diambil, berarti hadis-hadis tersebut berfungsi untuk menguatkan makna yang dimaksud oleh teks ayat 222 surat al-baqarah tersebut. 11 Masing-masing pendapat memiliki argumen ( kehujjahan) yang kuat untuk mempertahankan pendapatnya, karena masing-masing mempunyai metode istidlal dan istinbat hukum yang didasarkan pada konsep pemikiran yang menurut aspek keilmuan biasa dipertanggungjawabkan baik secara akal maupun moral dengan tetap berpegang pada dalil-dalil normative yang ada. 9 Op.cit.. 10 Abdullah bin Muhammad bin Abdurrahman Alu Syaikh;M.Abdul Ghoffar,Tafsir Ibnu Katsir Jilid I, (Jakarta: Pustaka Imam Asy-Syafi I,2008). 11 Ibid.

5 Dalam menghadapi lafaz amm sendiri mereka juga tidak menemukan satu kesepakatan mengenai pengertian yang ditunjukan oleh lafaz amm tersebut apakah bersifat qat i atau zanni. Menurut golongan Maliki, Syafi i dan golongan Hanbali berpendapat bahwa lafaz amm itu tidak dapat menunjukkan semua cakupannya secara qat i tetapi sebaliknya ia hanya menunjukkan secara zanni dengan alasan dari segi lahiriah lafaz amm terdapat kemungkinan untuk ditakhsis juga berdasarkan kaidah tidak ada sesuatu yang umum kecuali ada yang mentakhsisnya, sebagaimana kebiasaan bahasa bahwa pentahksis itu banyak terjadi pada lafaz-lafaz yang umum dan kemungkinan terjadinya itu besar sekali. Bila kemungkinan terjadinya takhsis itu berlaku maka tidak logis kalau pengertian lafaz amm itu bersifat qat i. Selain itu, mereka juga berbeda pendapat mengenai kebolehan pentakhsis hadis ahad terhadap keumunan lafaz yang ter dapat dalam al-quran. 12 Bertitik tolak pada keumuman surat al-baqarah ayat 222 di atas para ulama berijtihad untuk mengetahui sejauh mana batas-batas I tizal (menjauhi) istri yang haid yang dimaksudkan oleh ayat tersebut, namun karena metode istidlal yang digunakan mereka berbeda-beda maka produk hukum yang dihasilkan pun berbeda diantaranya menurut Imam Malik yang wajib dijauhi dari perempuan haid adalah daerah antara lutut dan pusar sedangkan enurut Imam As-Syafi i yang wajib dijauhi adalah pada faraj 12 Muhammad Abu Zahrah, Usul al-fiqih, (ttp, Dar al-fikr al- Arabi, tt), h.158.

6 (vagina) nya saja. 13 Dari ikhtilaf (perbedaan) yang muncul di atas penyusun bermaksud untuk meneliti lebih jauh tentang validitas dalil batas pengharaman suami terhadap istrinya yang sedang haid yang digunakan oleh mujtahid di atas sebagai takhsis dalam mengistinbatkan hukum dari sumber primer al-quran al-karim surat al-baqarah ayat 222 yang selanjutnya dapat dianalisis mana pendapat yang Rajih dan Marjuh. 14 Dalam pembahasan ini penulis hanya membatasi pada dua pendapat mujtahid saja, yakni pendapat dari Imam Malik dan Imam As-Syafi i karena keduanya dianggap cukup representatif untuk mewakili dua aliran pemikiran dalam usul fiqh, dimana Imam Malik dari golongan Ahli al-ro yi (aliran fuqaha) yang dalam menetapkan hukumnya selalu dipengaruhi oleh masalahmasalah furu yang ada sehingga bila menurut analisis nalar terdapat pertentangan antara kaidah yang ada dengan hukum furu maka kaidah tersebut harus diubah dan disesuaikan dengan hukum furu yang ada dan Imam As-Syafi i dari golongan ahl al-hadis ( Mutakallimin) yang dalam menetapkan hukumnya selalu dengan alasan yang kuat baik dari naqli (al- Quran dan Sunnah) maupun dari Aqli (akal pikiran) tanpa dipengaruhi oleh masalah-masalah furu dan berbagai mazhab yang ada. Berdasarkan hal tersebut, penulis tertarik untuk meneliti dan mencari pendapat yang paling baik dan sesuai dari keduanya yang diharapkan 13 Muhammad Ali As-Sabuni, Rawa I al-bayan,tafsiru ayat al-ahkam (ttp:,tnp, tt), I: 298. 14 Dalam istilah ilmu-ilmu Hadis (Ulum al -Hadis) istilah Rajih dan Marjuh dalam pembahasan tentang Tariqah at-tarjih di mana Rajih artinya: berat, yang unggul atau yang kuat sedang Marjuh artinya: yang tidak kuat (lawan dari Rajih) dari A. Qadir Hassan, Ilmu Mustalah Hadis, cet. 3 h.259.

7 nantinya biasa diaplikasikan oleh masyarakat muslim demi kemaslahatan bersama, dengan judul Batas-batas I tizal (menjauhi) Istri yang Haid (Studi Komparatif Antara Pendapat Imam As-Syafi i dan Imam Malik) B. Batasan Masalah Supaya penelitian ini lebih terarah dan tidak menyimpang pembahasan, maka penulis membatasi permasalahan penelitian ini sekitar batas-batas I tizal istri yang haid study komparatif menurut pendapat Imam Asy-Syafi I dan Imam Malik. C. Rumusan Masalah 1. Bagaimana pendapat Imam Asy-Syafi i dan Imam Malik tentang batasbatas I tizal (menjauhi) istri yang sedang haid? 2. Bagaimana wajhu dilalah Imam Asy-Syafi i dan Imam Malik tentang batas-batas I tizal (menjauhi) istri yang sedang haid? 3. Pandangan manakah yang lebih kuat diantara Imam as-syafi i dan Imam Malik tentang batas-batas I tizal (menjauhi) istri yang haid? D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalahan yang disebutkan diatas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

8 a. Untuk mengetahui pendapat Imam Malik dan Imam as-syafi i mengenai batas-batas I tizal(menjauhi) istri yang haid. b. Untuk mengetahui wajhu dilalah yang digunakan oleh Imam Malik dan Imam Asy-Syafi i tentang batas-batas I tizal (menjauhi) istri yang haid. c. Untuk mengetahui pandangan yang terkuat antara pendapat Imam Asy-Syafi i dan Imam Malik tentang batas-batas I tizal(menjauhi) istri yang haid. 2. Kegunaan Penelitian a. Kegunaan yang utama dari hasil penelitian ini yaitu mencapai redha Allah SWT, serta menambah ilmu, memperluas wawasan dan cakrawala berfikir terutama bagi penulis dibidang kajian fiqh dan ilmu hukum. b. Kajian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam menyelesaikan permasalahan hukum Islam dalam bidang ibadah dan sekaligus sebagai landasan teoritis untuk bertaqlid (mengikuti pendapat) Imam yang dianggap paling kuat bagi pengikut mazhab yang belum mampu untuk berijtihad sendiri. E. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian

9 Penelitian ini adalah kajian kepustakaan (library research), yakni dengan meneliti atau menelaah buku atau literatur dan tulisan yang berkaitan dengan masalah yang sedang diteliti, yaitu Batas-batas I tizal (menjauhi) istri yang haid menurut pendapat Imam As-Syafi i dan Imam Malik. 2. Sumber Data Sumber data yang digunakan adalah sumber data sekunder. Sumber data sekunder tersebut terdiri dari: a. Bahan hukum Primer, yaitu kitab Al-Muwatha karangan Imam Malik. Selain itu digunakan pula kitab al-umm yang merupakan karya besar imam asy-syafi i. b. Bahan hukum sekunder, yaitu berupa kitab-kitab yang membahas tentang Fiqh karya Syafi iyyah, kitab tafsir, kitab ushul, kitab karangan Ibnu Rusdy Bidayat al Mujtahid, dan buku lain-lain yang berkaitan. c. Bahan hukum tersier, yaitu Kamus Bahasa Indonesia, Ensiklopedi Hukum Islam, Ensiklopedi Islam, dan beberapa buku lain yang menunjang. 3. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan mengumpulkan buku-buku yang berkaitan dengan masalah

10 yang diteliti, baik bahan hukum primer maupun bahan hukum sekunder. Kemudian mengadakan telaah buku dan mencatat materi-materi dari dalam buku-buku tersebut yang berkaitan dengan judul penelitian. Setelah itu, catatan tersebut diklasifikasikan sesuai dengan pokok-pokok permasalahan yang dibahas dan melakukan pengutipan baik secara langsung maupun tidak langsung pada bagian-bagian yang dapat dijadikan sumber rujukan untuk nantinya disajikan secara sistematis. 4. Metode Analisa Data Data-data yang ditemui dikumpulkan, dianalisa dengan menggunakan metode komperatif, yaitu membandingkan pendapat antara kedua Imam mengenai masalah yang dibahas, dasar dalil yang digunakan. kemudian mengambil pendapat yang terkuat untuk dijadikan kesimpulan dalam penelitian ini. 5. Metode Penulisan Dalam penulisan laporan penelitian ini penulis menggunakan beberapa metode, yaitu: a. Metode deskriptif, yaitu menyajikan data-data atau pendapat yang terkumpul dipegang oleh Imam As-Syafi i dan Imam Malik mengenai batas-batas I tizal (menjauhi) istri yang sedang haid dengan membentangkan dalil keduanya.

11 b. Metode deduktif, yaitu mengemukakan data-data yang bersifat umum, kemudian dianalisa untuk diambil kesimpulan secara khusus. c. Metode induktif,yaitu mengemukakan data-data yang bersifat khusus, kemudian dianalisa dan ditarik kesimpulan secara umum. F. Sistematika Penulisan Agar penulisan laporan penelitian ini tersusun secara sistematis, maka penulis menyusun laporan ini dengan sistematika sebagai berikut: Bab pertama adalah bab pendahuluan. Bab ini berisi latar belakang masalah, batasan masalah, pokok permasalahan, tujuan dan kegunaan penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan. Bab kedua, didalam bab ini dijelaskan biografi Imam As-Syafi i dan Imam Malik, riwayat hidup, pendidikan, karya serta murid-muridnya dan mengenai metode istinbath hukum masing-masing imam mazhab, serta penyebab terjadinya perbedaan pendapat. Bab ketiga, bab ini menjelaskan gambaran umum tentang haid yang meliputi pengertian haid, larangan-larangan ketika haid dan Hikmah Tasyri larangan bersetubuh saat haid. Bab keempat, pada bab ini iaitu berisi pendapat Imam Asy-Syafi i dan Imam Malik, mengenai batas-batas I tizal(menjauhi) Istri yang Haid

12 kemudian meneliti validitas dalilnya, Serta metode hukum yang digunakan dan seterusnya analisis perbandingan antara dua pendapat tersebut Bab kelima, bab ini merupakan bab terakhir dari pembahasan karya tulis ilmiah yang memuat tentang kesimpulan dan saran-saran dari penulis.