B. Maksud dan Tujuan Maksud



dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dari sumber daya yang dimiliki serta keterlihatan para stakeholder dan subsektor ekonomi

BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH

Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2014 KATA PENGANTAR

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Kebijakan Bidang Pendayagunaan Aparatur Negara a. Umum

February 15, 2016 BAPPEDA BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2013 KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BKD KABUPATEN GRESIK 1

Bab I Pendahuluan Latar Belakang

PEMERINTAH KOTA BANDUNG KECAMATAN BANDUNG KULON

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

BAB 1 PENDAHULUAN. upaya-upaya secara maksimal untuk menciptakan rerangka kebijakan yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam bidang pengelolaan keuangan negara maupun daerah. Akuntabilitas

VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN

STANDAR EVALUASI DAN PELAPORAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan pemerintahan di Indonesia semakin pesat dengan adanya era

Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2012 KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN. demokrasi, desentralisasi dan globalisasi. Jawaban yang tepat untuk menjawab

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL

I. PENDAHULUAN. Ibukota Negara dan Ibukota Propinsi. Sebagai Ibukota Propinsi Jakarta

1 Pendahuluan. Badan Pemberdayaan Masyarakat (Bapemas) Kab. Pasuruan 1

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan salah satu rangkaian dasar

LAPORAN REVIEW SOP SEMESTER II 2016

Laporan Akuntabilitas Kinerja Kantor Camat Tualang Kabupaten Siak Tahun 2016

BAB I PENDAHULUAN. karena entitas ini bekerja berdasarkan sebuah anggaran dan realisasi anggaran

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. Pemerintahan Daerah, yang disebut dengan Desentralisasi adalah penyerahan

TUGAS AKHIR. Oleh : AHMAD NURDIN L2D

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 95 TAHUN 2000 TENTANG BADAN PERTANAHAN NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR PROFIL BAGIAN PEMERINTAHAN SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN BLITAR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB 14 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI

PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

I. PENDAHULUAN. daerahnya sendiri dipertegas dengan lahirnya undang-undang otonomi daerah yang terdiri

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 08 TAHUN 2007 TENTANG

Rencana Tata Ruang Wilayah dan Kajian Lingkungan Hidup Strategis

RENSTRA DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. memburuk, yang berdampak pada krisis ekonomi dan krisis kepercayaan serta

1.1. Kondisi Umum Potensi dan Permasalahan 5 DAFTAR ISI. Hal BAB II VISI, MISI DAN TUJUAN Visi Misi

BAB I PENDAHULUAN. A. Pandangan Umum

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT

DINAS PERHUBUNGAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KABUPATEN MUSI RAWAS

RENCANA STRATEGIS BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI TAHUN BAB I PENDAHULUAN

Rencana Kerja Tahunan Kecamatan Rancasari Tahun

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG

RENCANA STRATEGIS BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI TAHUN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. termasuk diantaranya pemerintah daerah. Penganggaran sector publik terkait

I. PENDAHULUAN. ketatanegaraan adalah terjadinya pergeseran paradigma dan sistem. dalam wujud Otonomi Daerah yang luas dan bertanggung jawab untuk

BUPATI SUMEDANG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG

RENCANA STRATEGIS SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH (RENSTRA-SKPD) BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN MUSI RAWAS

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Kantor Camat Kandis Kabupaten Siak Tahun 2016

PENETAPAN KINERJA TAHUN 2014

DOKUMEN RENCANA STRATEGIS TAHUN PENGADILAN AGAMA KOTABUMI

RENCANA KERJA BAGIAN ADM. PEMERINTAHAN SETDAKAB. JOMBANG. Tahun 2015 B A G I A N A D M I N I S T R A S I P E M E R I N T A H A N

DAFTAR ISI.. KATA PENGANTAR... i

KABUPATEN BADUNG LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TAHUN 2014

BAB I KEBIJAKAN KEPEGAWAIAN NEGARA SETELAH PEMERINTAHAN REFORMASI

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT BADAN PPSDM KESEHATAN TAHUN 2014

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN DINSOS JABAR BAB I PENDAHULUAN

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) TAHUN 2016

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP)

sehingga benar-benar dapat diwujudkan tata kepemerintahan yang baik (Good governance)

BAB I PENDAHULUAN. Semakin meningkatnya tuntutan masyarakat atas penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki posisi yang strategis dalam pembuatan kebijakan dan pelayanan publik.

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Karawang Tahun merupakan tahap ketiga dari

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 24 TAHUN 2005

I. PENDAHULUAN. mengembangkan sistem pemerintahan yang baik (Good Governance), yaitu

LAPORAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG TAHUN 2014

efektivitas dan efisiensi. Dengan modal tersebut diharapkan pemerintahan

PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

Halaman : PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Landasan Hukum Maksud dan Tujuan Sistematika Penulisan...

I. PENDAHULUAN. Belanja Daerah (APBD). Dampak dari sistem Orde Baru menyebabkan. pemerintah daerah tidak responsif dan kurang peka terhadap aspirasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Pengantar

BAB I PENDAHULUAN. Luas wilayah Provinsi Banten adalah 9.662,92 Km2, dengan pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. dalam pelaksanaan pelayanan publik. Di Indonesia, dokumen anggaran

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional pada hakekatnya merupakan upaya dalam meningkatkan kapasitas

PELAKSANAAN TATA KEARSIPAN PEMERINTAH KABUPATEN / KOTA. Burhanudin DR

KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. mengeluarkan satu paket kebijakan tentang otonomi daerah yaitu: Undang-

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah ( LKIP ) Tahun 2016 BAB I PENDAHULUAN

KATA PENGANTAR INSPEKTUR, Drs. Zat Zat Munazat, M.Si NIP Inspektorat Kabupaten Garut

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) TAHUN 2013 KECAMATAN RAMBATAN

LKIP Badan Keuangan Daerah 2016 Page 1

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

BAB VI SASARAN, INISITIF STRATEJIK DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi yang terjadi di Indonesia telah bergulir selama lebih dari satu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 44 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN PENGAWASAN ATAS PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH TAHUN 2009

Transkripsi:

RINGKASAN EKSEKUTIF STUDI IDENTIFIKASI PERMASALAHAN OTONOMI DAERAH DAN PENANGANANNYA DI KOTA BANDUNG (Kantor Litbang dengan Pusat Kajian dan Diklat Aparatur I LAN-RI ) Tahun 2002 A. Latar belakang Hakekat ekonomi pada dasarnya harus diiringi dengan keseimbangan antara kewajiban dan hak. Keseimbangan kekuasaan antara pemerintah daerah, lembaga legislatif daerah dan masyarakat; keseimbangan antara tugas dan tanggungjawab, beban pekerjaan, anggaran yang tersedia dan prestasi kerja birokrasi. Untuk tercapainya keseimbangan ideal tersebut, maka otonomi daerah harus dikembalikan kepada hakekat yang tersirat dan tersurat dalam Undang-undang Nomor 5 tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah, yang lebih menekankan kewajiban daripada hak. Kewajiban mendasari suatu kesatuan masyarakat hukum, antara lain mengandung arti : 1. Kewajiban memilih pemimpinnya sendiri secara mandiri dan bertanggungjawab; 2. Kewajiban memilih / menentukan secara benar dan baik; 3. Kewajiban memiliki dan memanfaatkan kekayaan sendiri secara daya guna; 4. Kewajiban mengelola dan mengembangkan kekayaan alamnya sendiri secara berkelanjutan, lestari, serta fungsional; 5. Kewajiban memiliki pegawai sendiri secara profesional dalam arti kualitatif dan kuantitatif. Penyelenggaraan ekonomi daerah dan desentralisasi ternyata tidak semudah yang dibayangkan. Banyak permasalahan muncul karena kemampuan daerahdaerah yang variatif, untuk ini perlu pengenalan dan kajian lebih jauh untuk mengatasi segala persoalan yang mampu menghambat penyelenggaraan otonomi dan desentralisasi. Pengenalan permasalahan di lapangan apakah itu dari aspek sosial, budaya, politik maupun ekonomi ditujukan untuk mengantisipasikemampuan daerah dalam menyelenggarakan fungsi desentralisasi dan otonomi daerah. Dengan teridentifikasinya permasalahan yang berkaitan dengan fungsi otonomi daerah dan desentralisasi, pemerintah kota mampu mengelola semua persoalan dan harapan publik sesuai dengan fungsinya sebagai lembaga otonom. Sementara itu permasalahan internal adalah semua persoalan yang muncul karena kondisi eksisting daerah, antara lain (1) lemahnya inisiatif dan produktifitas SDM Aparatur dan Masyarakat, sebagai akibat pengalaman pembangunan sentralistik yang inisiatif dan kebijakan ditentukan oleh pusat; (2) dana pembangunan selama ini tergantung pada alokasi dana dari pusat, sehingga tidak terdapat insentif kuat untuk mengoptimasi potensi PAD; (3) pemberdayaan potensi dari bawah ke atas (bottom up) belum menjadi fenomena ; (4) pengabaian pihakpihak yang berkepentingan (stakeholders) dalam pembangunan; (5) kemiskinan dan keterbelakangan akibat kualitas sumberdaya manusia masyarakat; (6) eksploitasi dan eksploirasi kekyaan alam yang berlebuhan; (70 orientasi ekonomi penduduk lebih condong ke sektor konsumtif dibandingkan dengan produktif. 1

Mengungkap masalah-masalah otonomi daerah dari fenomena diatas, tidak luput mengungkap kewajiban, wewenang, dan hak daerah untuk mengatur dan mengurus fungsi-fungsi pemerintahan di bidang tertentu. Sesuai dengan semangat Undang-undang Pemerintah Daerah yang berlaku, maka prinsip yang dianut adalah otonomi yang nyata, bertanggungjawab, dan dinamis. Oleh karena itu, agar dapat menyelenggarakan fungsinya dengan benar sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku, maka pemerintah daerah terlebih dahulu harus mampu secara riil mengenali dan mengklasifikasi persoalan-persoalan yang mungkin dan eksisting ada, sehingga pemerintah daerah mampu mengelola dengan efektif dan efisien dalam menghadapi tantangan global yang semakin kompleks. B. Maksud dan Tujuan Maksud Penelitian ini dimaksudkan untuk menemukenali persoalan-persoalan yang mungkin timbul dengan pemberlakuan desentralisasi dan otonomi daerah, sesuai dengan UU No. 22/1999 dan UU No. 25/1999, secara efektif dan efisien sesuai dengan prinsip Good Governance dan tekad menyelenggarakan negara yang besih dan bebas korupsi, kolusi dan nepotisme, sebagaimana diamanatkan dalam UU No. 28/1999 jo. Tap MPR No. XI/MPR/1998. Tujuan 1. Mengidentifikasi permasalahn dan isuisu internal eksisting yang telah ada d daerah pra-penerapan otonomi daerah yang muncul sejak diberlakukannya otonomi. Isu-isu eksternal yang dominan mempengaruhi implementasi penerapan otonomi daerah dan desentarlisasi. Permasahan dan isu-isu disusun berdasarkan tuingkat urgensi dan kepentingan bagi daerah; 2. Mengkaji alternatif penyelesaian permasalahan dan isu dengan rencana tindakan / aksi yang disusun menurut skala prioritas; 3. Mengidentifikasi prasyarat-prasyarat pendukung yang kondusif dalam tindakan penyelesaian permasalahan yang ada. Sasaran 1. Teridentifikasinya berbagai permasalahan dan kendala dalam penerapan dan desentralisasi daerah yang disusun berbagai tingkat kepentingan dan urgensinya serta sesuai dengan situasi obyektif daerah; 2. Tersusunnya alternatif solusi tindakan terhadap permasalahan yang disusun menurut skala prioritas aksi; 3. Terumuskannya sarana dan prasarana pendukung dalam tindakan penyelesaian persoalan, melalui ketersediaan sumberdaya kelembagaan dan kebijakan daerah. C. Ruang Lingkup Penelitian Guna mencapai tujuan dan sasaran sebagaimana tersebut di atas, maka penelitian ini akan meliputi : a. Identifikasi masalah atas isu-isu yang ada : 1. Identifikasi masalah dan isu-isu situasi keuangan daerah dan proses anggaran; 2

2. Identifikasi dan masalah isu-isu lembaga dan hubungan antar lembaga, pemindahan personil pemerintah pusat dan pembangunan sumberdaya manusia; 3. Identifikasi dan masalah isu-isu lembaga yang berhubungan dengan peraturan pemerintah daerah; 4. Identifikasi masalah dan isu-isu kegiatan kapasitas kelembagaan pembangunan dan aparatur daerah ; b. Identifikasi Alternatif Penyelesaian : 1. Identifikasi Alternatif penyelesaian situasi keuangan daerah dan proses penyusunan anggaran belanja daerah; 2. Identifikasi Alternatif pemecahan masalah dan isu-isu lembaga dan hubungan antar lembaga, pemindahan personil pemerintah pusat dan pembangunan sumberdaya manusia; 3. Identifikasi Alternatif pemecahan masalah dan isu-isu kelembagaan yang berhubungan dengan perturan pemerintah daerah; 4. Identifikasi alternatif penyelesaian masalah-masalah dan isu-isu kegiatan kapasitas pembangunan. c. Perumusan Prasyarat Pendukung Tindakan Aksi 1. Identifikasi prasyarat pendukung terlaksananya tindkan terhadap penyelesaian situasi keuangan daerah dan proses penyusunan anggaran belanja daerah; 2. Identifikasi prasyrat pendukung terlaksananya tindakan terhadap permasalahan yang berkaitan dengan pemecahan masalah dan isu-isu lembaga dan hubungan antar lembaga, pemindahan personil pemerintah pusat dan pembangunan sumberdaya manusia; 3. Identifikasi prasyarat pendukung terlaksananya tindakan pemerintahan daerah; 4. Identifikasi prasyarat pendukung terlaksananya tindakan terhadap permasalahan yang berkaitan dengan masalah-masalah dan isu-isu kegiatan kapasitas pembangunan. D. Rekomendasi Dari hasil analisis kesisteman diatas maka tim peneliti mengajukan sepuluh rekomendasi untuk mengatasi penyelenggaraan otonomi daerah Kota Bandung sebagai berikut : Kotak 1 : Rekomendasi Analisis Kesisteman Rekomendasi 1 Rekomendasi 2 Rekomendasi 3 Rekomendasi 4 Menetapkan sebuah kondisi awal dan periode transisi untuk memulai pembangunan dalam era otonomi. Merancang bentuk organisasi sebagai sesuatau yang hidup ( living thing ) Menciptakan program inventarisasi lembaga pemerintahan yang menyelenggarakan kewenangan pusat yang perlu diganti dengan institusi kota. Pengembangan organisasi dan perencanaan wilayah sebagai baguian dari proses manajemen pembangunan yang integral 3

Rekomendasi 5 Perlunya penyusunan program sebagai bagian dari struktur organisasi. Pemerintah kota memerlukan konsistensi dalam mengembangkan nilai-nilai yang kaya dalam pengembangan organisasi. Perlu peningkatan peran kecamatan dan kelurahan dalam menyelenggarakan pemberdayaan masyarakat kota. Perlu pemikiran kembali tentang konsep jabatan : struktural dan fungsional, dengan tujuan untuk membebaskan ikatan jenjang eselon. Program pengembangan sistem kompetensi Mulai menetapkan organisasi dalam enam jenis struktur : struktur minimal yang bersifat tetap, struktur kompetensi, struktur program, struktur anggaran, struktur pertanggungjawaban, dan struktur yang dibentuk oleh para manajer dalam pelimpahan tugas Dari hasil analisis kelembagaan maka tim peneliti mengajukan rekomendasi untuk mengatasi penyelenggaraan otonomi daerah Kota Bandung sebagai berikut : Kotak 2 : Rekomendasi Analisis Kelembagaan Rekomendasi 1 Rekomendasi 2 Rekomendasi 3 Rekomendasi 4 Rekomendasi 5 Rekomendasi 11 Rekomendasi 12 Program pengawasan ketat untuk penyusunan peraturan Klarifikasi pernyataan pejabat Pusat (Menteri) Menunda pengaturan proses perencanaan Pedoman perlu disampaikan dalam bahasa pedoman bukan bahasa peraturan Perubahan PP 25/2000 hendaknya menyertakan jadwal kegiatan yang dilaksanakan pemerintah pusat diwaktu lampaui tetapi akan dihentikan Menyusun Keputusan Presiden tentang kondisi awal Program peningkatan sistem administrasi negara Rancangan Peraturan tentang Kepegawaian Rancangan Peraturan tentang Perkotaan Peraturan atau pedoman tentang instansi lintas daerah Menyempurnakan kembali UU otonomi daerah Pedoman pertanggungjawaban (akuntabilitas) Pertimbangkan kembali fungsi pembinaan pemerintah pusat dan propinsi Dari hasil analisis individual (kepegawaian) maka tim peneliti mengajukan rekomendasi untuk mengatasi penyelenggaaraan otonomi daerah Kota bandung sebagai berikut : Kotak 3 : Rekomendasi Analisis Individual (Kepegawaian) Rekomendasi 1 Pedoman organisasi hendaknya mendorong pelimpahan wewenang organisasi ke tingkat pengelolaan di bawahnya Rekomendasi 2 Program untuk praktek terbaik dalam pemerintah kota Rekomendasi 3 Membentuk satuan gugus tugas untuk mengembangkan indikator kinerja dan menyusun ketatapan pengelolaan pelayanan dan kualitas 4

Rekomendasi 4 Rekomendasi 5 Rekomendasi 11 Rekomendasi 12 Rekomendasi 13 Program pengembangan pengelolaan kualitas Peran serta masyarakat dalam pengambilan keputusan perlu diperkuat dengan prinsip partisipasi yang kuat dalam pengelolaan, untuk diterapkan pada sistem secara keseluruhan Satuan tugas wajib menyampaikan rekomendasi menyangkut pengelolaan dan kontrak proyek Pengelolaan proyek sebagai kualifikasi spesialis Persiapan proyek program pembenahan ketidakmerataan distribusi aset Pelatihan staf tentang organisasi Program pedoman pengelolaan yang baik Program sosialisasi lewat media cetak Memperhatikan tindakan pencegahan pembentukan instansi lintas daerah Standar minimum transparansi pengelolaan kepegawaian 5