BBM dalam negeri. Proyek ini diharapkan akan beroperasi pada tahun 2009.

dokumen-dokumen yang mirip
KATA PENGANTAR. Penyusunan ANDAL, RKL dan RPL kegiatan ini mengacu Peraturan Menteri Negara Lingkungan

Bab-1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

Bab-1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

NIZLAWATI MS. KONO / D

NIZLAWATI MS. KONO / D

3. Kedalaman rencana pemantauan lingkungan hidup

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (RKL)

BAB III LANDASAN TEORI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 1999 TENTANG ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1999 Tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG IZIN LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PT. PERTAMINA EP - PPGM KATA PENGANTAR

PT. PERTAMINA EP - PPGM KATA PENGANTAR

BUPATI BALANGAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG IZIN LINGKUNGAN

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Bab-2 RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 1999 TENTANG ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Geografi PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN II. K e l a s. xxxxxxxxxx Kurikulum 2006/2013

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BLITAR TAHUN 2015 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG IZIN LINGKUNGAN

KATA PENGANTAR. Akhirnya diucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kelancaran proses penyusunan laporan ini.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.231, 2010 KEMENTERIAN NEGARA LINGKUNGAN HIDUP. Pengelolaan. Pemantauan. Lingkungan Hidup.

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT

BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG IZIN LINGKUNGAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 1999 TENTANG ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP TENTANG

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)

Kerangka Acuan Analisis Dampak Lingkungan BAB 1 Pendahuluan BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

6. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Re

LAMPIRAN PT. PERTAMINA (PERSERO) A. Sejarah Singkat PT. Pertamina (Persero) 35

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 1999 TENTANG ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 11 TAHUN 2009

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1999 Tentang : Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup

PEDOMAN PENYUSUNAN DOKUMEN RKL-RPL

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 11 TAHUN 2009

NOMOR 11 TAHUN TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

KEBIJAKAN ALOKASI GAS BUMI UNTUK DALAM NEGERI

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

RKL- RPL Tambahan. PT. Pertamina EP PPGM

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 1999 TENTANG ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 1999 TENTANG ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 1999 TENTANG ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 1999 TENTANG ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2005 TENTANG

PERUBAHAN IZIN LINGKUNGAN. Dikutip dari materi Pedoman penyusunan Amdal oleh Erik Teguh Primiatoro Kabid pengembangan sistem KDL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 15 TAHUN 2008 TENTANG ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (AMDAL) KABUPATEN BULUNGAN

PB 4. AMDAL, UKL dan UPL. AMDAL, UKL dan UPL

Magister Ilmu Lingkungan Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro. Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN (AMDAL)

LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI VII DPR RI KE PROVINSI KALIMANTAN TIMUR MASA PERSIDANGAN III TAHUN SIDANG

Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1999 Tentang : Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup

PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH

KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL Nomor: 0007 tahun 2005.

RANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. berganti nama menjadi PN PERMINA dan setelah merger dengan PN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ervianto (2005), suatu proyek konstruksi merupakan suatu

PERUNDANG-UNDANGAN LINGKUNGAN HIDUP

2016, No Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahu

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA SUKABUMI TAHUN 2011 NOMOR 9 PERATURAN WALIKOTA SUKABUMI

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

ANDAL (Analisis Dampak Lingkungan) merupakan

Untuk : PERTAMA : Melakukan upaya-upaya untuk menanggulangi dan menghentikan segala bentuk penyalahgunaan pada penyediaan dan pelayanan bahan bakar

ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1986 Tanggal 5 Juni Presiden Republik Indonesia,

LAPORAN SEKRETARIAT KOMISI PENILAI AMDAL TAHUN 2017

FAKULTAS HUKUM, UNIVERSITAS SRIWIJAYA

WALIKOTA TIDORE KEPULAUAN

Jangka waktu penyelesaian : ± 19 hari (pengumuman 5 hari, pemeriksaan 14 hari sejak formulir UKL UPL dinyatakan lengkap secara administrasi)

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG IZIN LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEDOMAN PENYUSUNAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (ANDAL)

Jangka Waktu/ Lokasi. Institusi Pemantauan Lingkungan. Rencana Pemantauan Lingkungan. Kompleks kilang LNG dan pelabuhan khusus

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Sejarah PT. PERTAMINA (PERSERO) dari tahun per tahun

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR : 89 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2012 TENTANG IZIN LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 1993 TENTANG ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BB. URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DI BIDANG ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG IRIGASI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI MAGELANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI MAGELANG NOMOR 27 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Logo PT. PERTAMINA Persero

WALIKOTA BANDUNG PERATURAN WALIKOTA BANDUNG NOMOR : 257 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR PROSEDUR PELAYANAN DOKUMEN LINGKUNGAN

AMDAL dan Dampak Lingkungan Proyek

MENTERI PERTAMBANGAN DAN ENERGI,

BUPATI BANGKA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN DOKUMEN LINGKUNGAN HIDUP

I. PENDAHULUAN. alam. Meskipun minyak bumi dan gas alam merupakan sumber daya alam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pada hakekatnya pembangunan adalah kegiatan memanfaatkan sumberdaya

2018, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 136,

PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI BARAT NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG I R I G A S I

Transkripsi:

Bab-1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Dengan ditemukannya lapangan gas baru, PT. PERTAMINA EP merencanakan akan mengembangkan lapangan gas yang terletak di Kabupaten Banggai, Provinsi Sulawesi Tengah. Untuk merealisasikan kegiatan tersebut, dibentuk Pengelola yaitu Proyek Pengembangan Gas Matindok (PPGM). Pada saat penyusunan dokumen ini, peran PT PERTAMINA mengalami perubahan, sesuai dengan Undang-Undang No. 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi tersebut PT PERTAMINA (Persero) membentuk anak perusahaan yaitu PT Pertamina-EP yang khusus menangani dalam Bidang Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi. PT Pertamina - EP dibentuk berdasarkan Akta Notaris nomor 4 pada tanggal 13 September 2005. Proyek Pengembangan Gas Matindok Kabupaten Banggai, Propinsi Sulawesi Tengah, ini merupakan proyek yang penting bagi industri minyak dan gas bumi di Indonesia dan nantinya akan berperan penting dalam mempertahankan dan memperkuat posisi Indonesia sebagai negara pengekspor LNG terbesar di dunia. Pembangunan PPGM sangat tepat waktu karena akan meningkatkan kontribusi sektor minyak dan gas bumi dalam menyumbangkan devisa bagi negara dan kemungkinan sebagian untuk substitusi BBM dalam negeri. Proyek ini diharapkan akan beroperasi pada tahun 2009. Proyek Pengembangan Gas Matindok merupakan kegiatan pembangunan fasilitas yang lengkap mulai dari memproduksi gas bumi dari sumur yang telah dieksplorasi maupun dari rencana sumur pengembangan yang berasal dari 5 lapangan gas bumi, yaitu: lapangan-lapangan gas Donggi, Matindok, Maleo Raja, Sukamaju, dan Minahaki. Gas akan disalurkan melalui pipa menuju kilang LNG, yang selanjutnya dipasarkan melalui pelabuhan menggunakan kapal tanker LNG. I-1

Kemampuan produksi gas dari Blok Matindok diperkirakan ± 100 MMSCFD (gross), dengan kandungan kondensat ± 850 bopd, dan air yang terikut diproduksikan diperkirakan ± 2500 bwpd, dengan prakiraan umur produksi 20 tahun yang didasarkan atas besarnya cadangan gas yang ada dan hasil kajian kelaykan ekonomi untuk pengembangan lapangan. Gas yang diproduksi mengandung CO 2 ± 2,5%, Total Sulfur ± 3.000 ppm dan kemungkinan juga mengandung unsur yang lainnya. Sesuai dengan Lampiran Peraturan Menteri Negara LH. No. 11 tahun 2006, tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi Dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup, maka kegiatan ini termasuk dalam kategori wajib AMDAL karena melebihi batas minimal yaitu sebesar 30 MMSCFD. Oleh karena itu pemrakarsa (PT. PERTAMINA EP - PPG ) dari rencana Proyek Pengembangan Gas Matindok wajib melakukan Studi AMDAL, karena kegiatan tersebut diprakirakan akan berdampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup. Kegiatan studi AMDAL ini dilakukan sebagai upaya sedini mungkin mencegah dan menanggulangi dampak negatif dan mengembangkan dampak positif yang diprakirakan akan timbul. Dampak lingkungan positif dari kegiatan pengembangan gas tersebut adalah meningkatnya bagian daerah sebagai penghasil gas bumi, memenuhi kebutuhan energi bagi masyarakat, dan merangsang peluang bisnis lainnya. Di samping dampak positif, kegiatan ini diprakirakan juga berpotensi menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan. Sesuai komitmen dan kebijakan HSE PT. PERTAMINA EP PPGM serta sebagai wujud kepedulian terhadap lingkungan di sekitar lokasi dan sesuai dengan komitmen PT. PERTAMINA EP PPGM untuk melaksanakan kegiatan yang berwawasan lingkungan, maka sesuai peraturan dan perundang-undangan yang ada PT. PERTAMINA EP PPGM menyusun Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL). RKL merupakan salah satu upaya untuk menangani dan mengelola lingkungan dalam melaksanakan Proyek Pengembangan Gas Matindok di Kabupatet Banggai, Sulawesi Tengah. RKL tersebut juga merupakan dokumen yang penting, tidak hanya bagi Pemrakarsa tetapi juga bagi sektor lain, yaitu Pemerintah Daerah (Pemda) dan masyarakat. Untuk dapat membuktikan bahwa dampak-dampak lingkungan yang dikelola telah berhasil sesuai dengan tolok ukur yang ditetapkan dan/atau Baku Mutu Lingkungan yng telah diacu sebagai referensi, maka disusunlah Rencana Pemantauan Lingkungan. Dampak lingkungan positif dari kegiatan pengembangan gas tersebut adalah meningkatnya bagian daerah Provinsi Sulawesi Tengah sebagai penghasil gas, guna memenuhi kebutuhan energi bagi masyarakat, dan merangsang peluang bisnis lainnya. I-2

Di samping dampak positif, kegiatan ini diprakirakan juga berpotensi menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan. Sesuai komitmen dan kebijakan HSE PT. PERTAMINA EP PPGM serta sebagai wujud kepedulian terhadap lingkungan di sekitar lokasi dan sesuai dengan komitmen PT. PERTAMINA EP PPGM untuk melaksanakan kegiatan yang berwawasan lingkungan, maka sesuai peraturan dan perundang-undangan yang ada PT. PERTAMINA EP PPGM akan menyusun Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL). RPL ini merupakan salah satu upaya untuk memantau pelaksanaan dan hasil pengelolaan lingkungan dalam melaksanakan Proyek Pengembangan Gas Matindok, di Kabupaten Banggai, Propinsi Sulawesi Tengah. Proyek Pengembangan Gas Matindok akan mempengaruhi kualitas lingkungan yang ada dengan cakupan wilayah yang cukup luas, sehingga dalam pelaksanaannya perlu diikutsertakan rencana pengelolaan lingkungan, mulai dari kegiatan pada tahap prakonstruksi sampai pasca operasi. Berhasil tidaknya pelaksanaan pengelolaan lingkungan dapat diketahui melalui pemantauan lingkungan yang termuat dalam dokumen Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL). Di satu sisi, adanya rencana pemantauan lingkungan akan dapat menunjang keberhasilan pembangunan, khususnya di sektor pertambangan migas dan pembangunan daerah. Dalam skala yang lebih luas kegiatan pemantauan lingkungan ini akan mendorong sektor-sektor lainnya untuk ikut berpartisipasi dalam mewujudkan pembangunan yang berwawasan lingkungan. Bagi kepentingan PT. PERTAMINA EP - PPGM, RPL mempunyai fungsi untuk : a. menjaga pelaksanaan kegiatan di lapangan tetap sesuai rencana/jadwal; b. mengoptimalkan biaya pembangunan dan pemantauan operasi PT. Pertamina EP - Proyek Pengembangan Gas Matindok, Kabupaten Banggai, Propinsi Sulawesi Tengah (PPGM); c. mengoptimalkan pendayagunaan sumberdaya lainnya; d. menjamin terpeliharanya daya dukung lingkungan terhadap bangunan/sarana kegiatan PT. Pertamina EP - PPGM; e. mengkoordinasikan kegiatan pemantauan lingkungan. Bila ditinjau dari kepentingan pihak lain, maka RPL berfungsi untuk: a. menghindari tumpang tindih pemanfaatan sumberdaya alam; b. mencegah timbulnya keresahan masyarakat di wilayah sekitar Proyek Pengembangan Gas Matindok, Kabupaten Banggai, Propinsi Sulawesi Tengah; c. menjamin ketertiban dan keamanan; d. memelihara kehidupan sosial-ekonomi-budaya di dalam masyarakat. I-3

Dalam kaitannya dengan pembangunan umum, RPL dapat berfungsi untuk: a. memberikan masukan pada pemantauan lingkungan kawasan; b. merupakan bahan koordinasi bagi instansi berwenang untuk menyusun suatu rencana pengelolaan dan pemantauan lingkungan kawasan, baik secara regional maupun nasional; c. mengetahui secara pasti batasan wewenang dan tanggungjawab masing-masing; d. mengefisiensikan penggunaan dana pemantauan lingkungan kawasan; e. mengoptimalkan pendayagunaan hasil Proyek Pengembangan Gas Matindok, Kabupaten Banggai, Propinsi Sulawesi Tengah beserta sarananya. Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL) Proyek Pengembangan Gas Matindok, Kabupaten Banggai, Propinsi Sulawesi Tengah berpedoman pada Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 08 Tahun 2006 tentang Pedoman Penyusunan AMDAL, Surat Keputusan Menteri Energi dan Sumberdaya Mineral No. 1457/K/38/MEM/2000 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Lingkungan di Bidang Pertambangan dan Energi, serta Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 45 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan Laporan Pelaksanaan RKL dan RPL. Dengan adanya konsep bisnis Hulu dan Hilir, maka tanggungjawab pelaksanaan kegiatan pemantauan lingkungan hasil kajian ANDAL juga dipisahkan mengacu kepada konsep yang dijelaskan didalam dokumen ANDAL. Pemantauan lingkungan di bagian hulu menjadi tanggung jawab sepenuhnya PT Pertamina EP dan pemantauan lingkungan di bagian hilir menjadi tanggung jawab PT Donggi-Senoro LNG (PT DSLNG). 1.2. MAKSUD DAN TUJUAN Maksud dan tujuan dibuatnya Rencana Pemantauan Lingkungan adalah : a. Mengetahui kegiatan pemantauan lingkungan terhadap komponen lingkungan yang terkena dampak penting dengan metode dan cara yang dipandang baik dan tepat untuk dilaksanakan oleh berbagai pihak yang berkepentingan pada ruang dan waktu tertentu; b. Melaksanakan kegiatan pemantauan secara sistematis, terarah, terencana, dan terkait dengan kegiatan-kegiatan yang diprakirakan sebagai sumber dampak penting, sehingga dapat diperoleh suatu kajian yang dapat dipergunakan sebagai bahan evaluasi terhadap kondisi lingkungan. I-4

1.3. KEGUNAAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN Pemantauan lingkungan sangat berguna bukan hanya bagi Pemrakarsa, tetapi juga bagi pemerintah dan masyarakat. a. Bagi Pemrakarsa : sebagai alat kontrol apakah pengelolaan lingkungan yang telah dilaksanakan mencapai hasil yang sesuai dengan yang diharapkan. Di samping itu, RPL digunakan untuk menguji efektivitas dari teknologi yang telah digunakan dalam pengelolaan lingkungan; sebagai peringatan sedini mungkin mengenai perubahan lingkungan yang tidak dikehendaki akibat dari kegiatan Proyek Pengembangan Gas Matindok, Kabupaten Banggai, Propinsi Sulawesi Tengah, sehingga pencegahan dan penanggulangan dapat diperbaiki atau disempurnakan secara cepat, tepat, dan berkelanjutan. b. Bagi pemerintah atau instansi terkait : Sebagai materi untuk mengadakan koordinasi dalam pelaksanaan pemantauan kualitas lingkungan. c. Bagi masyarakat : Membantu dalam pemantauan kualitas lingkungan secara umum. I-5

I-6