PENGARUH RADIASI HAMBUR TERHADAP KONTRAS RADIOGRAFI AKIBAT VARIASI KETEBALAN OBYEK DAN LUAS LAPANGAN PENYINARAN MUHAMMAD SYARIF BODDY

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORI

Pengaruh Kecepatan Penguatan Lembar Penguat Terhadap Densitas Radiograf

ANALISIS KUALITAS RADIOGRAFI PADA OBJEK BERGERAK DAN OBJEK TIDAK BERGERAK DENGAN MENGGUNAKAN VARIASI EKSPOSE SKRIPSI

ANALISA PENGARUH GRID RASIO DAN FAKTOR EKSPOSI TERHADAP GAMBARAN RADIOGRAFI PHANTOM THORAX

LAMPIRAN A. Kuat arus (ma)

Pengaruh Faktor Eksposi dengan Ketebalan Objek pada Pemeriksaan Foto Thorax Terhadap Gambaran Radiografi

PENGARUH LINEARITAS DAN RESIPROSITAS mas TERHADAP INTENSITAS RADIASI PADA PESAWAT SINAR-X MERK SAMSUNG

PENGARUH GRID(KISI) LINIER TERHADAP KETAJAMAN DAN DENSITAS GAMBAR FILM RONTGEN PADA PEMOTOAN SCHEDEL LATERAL

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Dhahryan 1, Much Azam 2 1) RSUD 2 )Laboratorium Fisika Atom dan Nuklir Jurusan Fisika UNDIP

BAB II DASAR TEORI. Universitas Sumatera Utara

ANALISIS PENGARUH PERUBAHAN UKURAN FOCAL SPOT DARI SINAR-X TERHADAP DENSITAS FILM RADIOGRAFI

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Mekanisme Penyinaran Sinar-X

PERTEMUAN KE 2 (50 MENIT)

UJI HASIL KINERJA MESIN PENGOLAH FILM OTOMATIS MINI MEDICAL

ANALISA PENGARUH ph TERHADAP PERUBAHAN NILAI DENSITAS OPTIK (OPTICAL DENSITY) PADA FILM DENGAN VARIASI JENIS DEVELOPER

PENENTUAN NILAI TEBAL PARUH (HVL) PADA CITRA DIGITAL COMPUTED RADIOGRAPHY

Modifikasi Pesawat Dental X-ray Panoramic merk Asahi (Pengaturan kv dan proses scanning)

ANALISIS PENGARUH GRID TERHADAP PENYIMPANGAN BENTUK DAN UKURAN OBJEK (DISTORSI)

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME... ii. HALAMAN PENGESAHAN... iii. HALAMAN TUGAS... iv. HALAMAN PERSEMBAHAN...

BAB II LANDASAN TEORI

Antiremed Kelas 12 Fisika

Variasi Nilai Eksposi Aturan 15 Persen pada Radiografi Menggunakan Imaging Plate untuk Mendapatkan Kontras Tertinggi

PENGARUH PENINGKATAN ph CAIRAN DEVELOPER DENGAN PENAMBAHAN ANTARA NaOH DAN Na2CO3 TERHADAP DENSITAS CITRA

JImeD, Vol. 1, No. 1 ISSN X

PENGARUH TEGANGAN TABUNG (KV) TERHADAP KUALITAS CITRA RADIOGRAFI PESAWAT SINAR-X DIGITAL RADIOGRAPHY (DR) PADA PHANTOM ABDOMEN

Jurnal MIPA 38 (2) (2015): Jurnal MIPA.

PEMBUATAN KURVA ISODOSIS PAPARAN RADIASI DI RUANG PEMERIKSAAN INSTALASI RADIOLOGI RSUD KABUPATEN KOLAKA - SULAWESI TENGGARA

ANALISIS PENGARUH KETIDAKTAJAMAN GEOMETRI, PERGERAKAN DAN SCREEN TERHADAP PENGABURAN DAERAH TEPIAN FILM RADIOGRAFI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terdapat 2 elektroda yaitu anoda dan katoda. Katoda/filamen tabung

PENGUJIAN LINIERITAS KELUARAN PEMBANGKIT ARUS SINAR X MENGGUNAKAN STEPWEDGE SKRIPSI. Evi Yusita Nim

PERBANDINGAN KARAKTERISTIK KELUARAN ANTARA PESAWAT SINAR-X TOSHIBA MODEL DRX-1824B DAN TOSHIBA MODEL DRX-1603B. Skripsi

PENENTUAN FAKTOR EKSPOSI MESIN RADIOGRAFI KONVENSIONAL DI LABORATORIUM FISIKA MEDIK UNNES

PENGARUH JARAK TABUNG SINAR-X DENGAN FILM TERHADAP KESESUAIAN BERKAS RADIASI PADA PESAWAT X-RAY SIMULATOR DI INSTALASI RADIOTERAPI RSUD DR

BAB 1 PENDAHULUAN. pada gelombang listrik dari pada peralatan yang dimaksudkan ialah X-Ray (sinar-

BAB II TINJAUAN TEORITIS

Perancangan Keselamatan Ruangan Radiologi Pesawat Sinar-X Di PSTA BATAN Yogyakarta

PENENTUAN FAKTOR EKPOSI PADA PEMBANGKIT SINAR-X KONVENSIONAL DENGAN MENGGUNAKAN LOGIKA FUZZY

Sinar x memiliki daya tembus dan biasa digunakan dalam dunia kedokteran. Untuk mendeteksi penyakit yang ada dalam tubuh.

ANALISIS KESELAMATAN PESAWAT SINAR-X DI INSTALASI RADIOLOGI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SLEMAN YOGYAKARTA

12/03/2015 SEKILAS SEJARAH. PERTEMUAN KE-3 PEMBENTUKAN DAN PENDETEKSIAN SINAR-X Nurun Nayiroh, M.Si TABUNG SINAR-X SKEMA TABUNG SINAR-X

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGUJIAN KUALITAS GAMBAR RADIOGRAFI DENGAN VARIASI SAFE LIGHT

STUDI PENGARUH UKURAN PIXEL IMAGING PLATE TERHADAP KUALITAS CITRA RADIOGRAF

PELURUHAN GAMMA ( ) dengan memancarkan foton (gelombang elektromagnetik) yang dikenal dengan sinar gamma ( ).

Sinar X. (Diajukan Guna Memenuhi Tugas Fisika Modern) Oleh :

PERBANDINGAN DOSIS RADIASI DI UDARA TERHADAP DOSIS RADIASI DI PERMUKAAN PHANTOM PADA PESAWAT CT-SCAN

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas, akan tetapi tetap memperhatikan proteksi radiasi. tersebut akan kita peroleh dengan mengubah jarak sumber sinar dan

Xpedia Fisika. Soal Fismod 2

PENGUKURAN DOSIS PAPARAN RADIASI DI AREA RUANG CT SCAN DAN FLUOROSKOPI RSUD DR. SAIFUL ANWAR MALANG. Novita Rosyida

STUDI PENGARUH UKURAN PIXEL IMAGING PLATE TERHADAP KUALITAS CITRA RADIOGRAF

Maintaining Quality Control by using general Radiological film

LAPORAN KERJA PRAKTIK UJI KUALITAS PESAWAT SINAR-X MERK SAIEMENS TIPE POLYMOBIL PLUS DI KLINIK BATAN KAWASAN NUKLIR SERPONG KOMPLEK PUSPIPTEK

BAB I PENDAHULUAN. Radiodiagnostik merupakan tindakan medis yang memanfaatkan radiasi

DISTRIBUSI ENERGI ATOM BERDASARKAN TEMPERATUR PADA PERCOBAAN FRANK HERTZ

FISIKA ATOM & RADIASI

PERBANDINGAN NILAI DENSITAS CITRA MENGGUNAKAN GRID BERGERAK (MOVING GRID) POSISI HORISONTAL DAN VERTIKAL

DASAR-DASAR RADIOLOGI

Copyright all right reserved

DAMPAK TINGKAT RADIASI PADA TUBUH MANUSIA

Maintaining Quality Control by using general Radiological film

PERTEMUAN KEEMPAT FISIKA MODERN TEORI KUANTUM TENTANG RADIASI ELEKTROMAGNET TEKNIK PERTAMBANGAN UNIVERSITAS MULAWARMAN

KAJIAN PENGARUH WARNA DAN JARAK LAMPU PENGAMAN TERHADAP HASIL RADIOGRAF

ANALISIS PAPARAN RADIASI LINGKUNGAN RUANG RADIOLOGI DI RUMAH SAKIT DENGAN PROGRAM DELPHI

KAJIAN PENGARUH WARNA DAN JARAK LAMPU PENGAMAN TERHADAP HASIL RADIOGRAF

D. 6,25 x 10 5 J E. 4,00 x 10 6 J

Fungsi distribusi spektrum P (λ,t) dapat dihitung dari termodinamika klasik secara langsung, dan hasilnya dapat dibandingkan dengan Gambar 1.

STUDI RADIOGRAFI MAKRO DENGAN VARIASI JARAK SUMBER SINAR-BAYANGAN (SID) DAN UKURAN FOKUS TERHADAP PEMBESARAN BAYANGAN. Oleh : NANANG SURIANSYAH

Eksperimen FRANCK - HERTZ

PENGOLAHAN FILM RADIOGRAFI SECARA OTOMATIS MENGGUNAKAN AUTOMATIC X-RAY FILM PROCESSOR MODEL JP-33

Konversi Paparan pada Perubahan kv Pesawat Sinar- X Rigaku-RF-250EGM

1. RADIASI BENDA HITAM Beberapa Pengamatan

ANALISIS LINEARITAS KELUARAN RADIASI PADA X-RAY MOBILE DENGAN MENGGUNAKAN PIRANHA

PERHITUNGAN NILAI DOSIS DAN KONTRAS CITRA COMPUTED RADIOGRAPHY (CR) DENGAN VARIASI KETEBALAN DAN KOMBINASI JENIS FILTER

PENGARUH PENGGUNAAN ATURAN SISTEM POIN PADA VARIASI TEGANGAN TABUNG TERHADAP NILAI DENSITAS RADIOGRAF FOTO THORAX

Kontras. Darmini J. Dahjono Asri Indah Aryani

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pertama kali menemukan sinar Roentgen pada tahun 1895 sewaktu melakukan

SOAL SELEKSI PENERIMAAN MAHASISWA BARU (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1984

INTERAKSI RADIASI DENGAN MATERI NANIK DWI NURHAYATI,S.SI,M.SI

SIMULASI MONTE CARLO UNTUK EVALUASI ANODE HEEL EFFECT PADA PESAWAT SINAR-X MENGGUNAKAN PAKET PROGRAM EGSnrc

Uji Akurasi Tegangan Tinggi Alat Rontgen Radiography Mobile. Wadianto¹, Azis Muslim²

ANALISA PENGARUH FAKTOR EKSPOSI TERHADAP ENTRANCE SURFACE AIR KERMA (ESAK)

VII. PELURUHAN GAMMA. Sub-pokok Bahasan Meliputi: Peluruhan Gamma Absorbsi Sinar Gamma Interaksi Sinar Gamma dengan Materi

EVALUASI TEBAL DINDING RUANGAN PESAWAT LINEAR ACCELERATOR (LINAC) SINAR-X DI INSTALASI RADIOTERAPI RUMAH SAKIT UNIVERSITAS HASANUDDIN

Youngster Physics Journal ISSN : Vol. 2, No. 1, April 2013, Hal 27-34

PENGARUH PERUBAHAN JARAK OBYEK KE FILM TERHADAP PEMBESARAN OBYEK PADA PEMANFAATAN PESAWAT SINAR-X, Type CGR

MAKALAH FABRIKASI DAN KARAKTERISASI XRD (X-RAY DIFRACTOMETER)

Dualisme Partikel Gelombang

BAB 1 PENDAHULUAN. radionuklida, pembedahan (surgery) maupun kemoterapi. Penggunaan radiasi

PERTEMUAN KE 3 (50 MENIT)

PELURUHAN SINAR GAMMA

IR. STEVANUS ARIANTO 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGUKURAN DOSIS RADIASI PADA PASIEN PEMERIKSAAN PANORAMIK. Abdul Rahayuddin H INTISARI

LEMBAR PENGESAHAN. No. Dok : Tanggal : Revisi : Halaman 1 dari 24

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

PNGARUH RADIASI HAMBUR TRHADAP KONTRAS RADIOGRAFI AKIBAT VARIASI KTBALAN OBYK DAN LUAS LAPANGAN PNYINARAN MUHAMMAD SYARIF BODDY KONSNTRASI FISIKA MDIK, JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATMATIKA DAN ILMU PNGTAHUAN ALAM UNIVRSITAS HASANUDDIN 2013 INTISARI Telah dilakukan penelitian tentang pengaruh radiasi hambur terhadap kontras radiografi akibat variasi ketebalan obyek dan luas lapangan penyinaran dengan tujuan untuk menganalisis hubungan antara efek radiasi hambur terhadap perubahan densitas dan kontras radiografi yang diakibatkan oleh ketebalan obyek dan perubahan luas lapangan penyinaran serta mengukur densitas film. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata nilai densitas yang paling tinggi adalah pada luas lapangan yang kecil yaitu 15 cm x 15 cm sebab semakin kecil luas lapangan penyinaran, semakin sedikit radiasi hambur yang ditimbulkan sehingga dapat meningkatkan densitas radiografi dan penurunan terhadap kontras radiografi. Kata Kunci : Radiasi Hambur, Densitas, Kontras, Ketebalan obyek, Luas Lapangan Penyinaran. PNDAHULUAN Penggunaan radiasi pengion, termasuk sinar X pada bidang kedokteran baik untuk terapi maupun diagnostik sudah umum dilakukan, Penggunaan sinar X ini selalu bermanfaat bagi perkembangan dunia kedokteran, perlu juga diwaspadai bahaya yang ditimbulkan khususnya yang ditimbulkan oleh paparan radiasi hambur. Selain radiasi hambur tidak memberikan informasi yang berguna, juga mengurangi kualitas citra radiograf serta dapat merusak sel pada sistem tubuh manusia. Pemeriksaan radiografi terhadap organ organ tubuh yang memiliki ketebalan dan nomor atom yang tinggi akan memerlukan energi sinar-x yang tinggi pula, sehingga radiasi yang dihamburkan juga tinggi. Kenaikan tegangan dan arus tabung serta penambahan luas lapangan penyinaran dapat menimbulkan bertambahnya jumlah radiasi hambur yang sampai ke film, sehingga mengakibatkan penurunan kontras radiografi. Hal ini mempengaruhi kontras citra radiograf, karena kontras radiografi berbanding terbalik dengan radiasi hambur. fek radiasi hambur yang tidak berpola ini

adalah mengurangi kontras radiograf. Untuk mencegah radiasi hambur mencapai film dan menaikkan kontras citra radiograf digunakan grid, dan melakukan teknik penyinaran air gap. Penelitian ini menunjukkan bahwa dengan adanya efek radiasi hambur yang diakibatkan oleh ketebalan obyek dan luas lapangan penyinaran dapat mempengaruhi densitas film Rontgen, dan mengakibatkan penurunan kontras radiografi. Penelitian ini bersifat pengamatan terhadap kontras radiografi, menggunakan phantom air dengan memvariasikan ketebalan obyek yaitu 5 cm, 10 cm, 15 cm dan 20 cm, serta dengan merubah luas lapangan penyinaran yaitu 15 cm x 15 cm, 20 cm x 20 cm dan 30 cm x 30 cm. Faktor eksposi yang digunakan yaitu 50 kv, 100 ma dan 0,1 s. serta FFD 90 cm. Kemudian dilakukan penyinaran dengan menggunakan sinar-x. Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Mengukur Densitas film. 2. Menganalisis hubungan antara efek radiasi hambur terhadap perubahan densitas dan kontras radiografi yang diakibatkan oleh ketebalan obyek dan perubahan luas lapangan penyinaran. Proses Terjadinya Sinar-X Sinar X dibentuk ketika elektron elektron bebas melepaskan sebagian energinya ketika berinteraksi dengan elektron yang mengorbit atau inti atom. nergi yang dilepaskan oleh elektron ini adalah foton sinar X. Kawat filamen yang dipanaskan oleh trafo filamen akan membangkitkan awan awan elektron, awan elektron itulah yang akan berlari menumbuk target ketika diberikan beda potensial yang tinggi. Ketika awan elektron menumbuk target bangkitlah energi panas sebesar 99% dan sinar- X 1%. Syarat terjadinya Sinar X adalah sebagai berikut : - Ruang yang Vacum (hampa udara) - Beda potensial yang tinggi - Sumber elektron - Target tumbukan, dan - Focusing cup Gambar II.1 Tabung Roentgen(Van Der Plaats,1971). Ada dua tipe kejadian yang terjadi di dalam proses menghasilkan foton sinar-x yaitu, sinar-x Bremstrahlung dan sinar-x Karakteristik. Dimana interaksi itu terjadi saat elektron proyektil menumbuk target (Carlton, 1992 :165). Sinar X Bremsstrahlung Sinar-X Bremstrahlung terjadi ketika elektron dengan energi kinetik yang terjadi berinteraksi dengan medan energi pada inti atom. Karena inti atom ini mempunyai energi positif dan elektron

mempunyai energi negatif, maka terjadi hubungan tarik-menarik antara inti atom dengan elektron. Gambar II.3. Sinar-X Karakteristik Gambar II.2. Sinar-X Bremstrahlung Ketika elektron ini cukup dekat dengan inti atom dan inti atom mempunyai medan energi yang cukup besar untuk ditembus oleh elektron proyektil, maka medan energi pada inti atom ini akan melambatkan gerak dari elektron proyektil. Melambatnya gerak dari elektron proyektil ini akan mengakibatkan elektron proyektil kehilangan energi dan berubah arah. nergi yang hilang dari elektron proyektil ini dikenal dengan foton sinar X bremstrahlung. Sinar-X Karakteristik Sinar-X karakteristik terjadi ketika elektron proyektil dengan energi kinetik yang tinggi berinterkasi dengan elektron dari tiap-tiap kulit atom. lektron proyektil ini harus mempunyai energi kinetik yang cukup tinggi untuk melepaskan elektron pada kulit atom tertentu dari orbitnya. Saat elektron dari kulit atom ini terlepas dari orbitnya maka akan terjadi transisi dari orbit luar ke orbit yang lebih dalam. nergi yang dilepaskan saat terjadi transisi ini dikenal dengan foton sinar-x karakteristik. nergi foton sinar-x karakteristik ini bergantung pada besarnya energi elektron proyektil yang digunakan untuk melepaskan elektron dari kulit atom tertentu dan bergantung pada selisih energi ikat dari elektron transisi dengan energi ikat elektron yang terlepas tersebut. Hamburan (Scatter) Suatu partikel bila dikenai oleh radiasi, akan menjadi titik awal dari radiasi baru yang dipancarkan ke segenap penjuru. Hal ini juga berlaku terhadap radiasi sinar- X, apabila sinar-x mengenai suatu bahan/obyek sebagian radiasi primer akan ditahan oleh penyerapan (absorpsi) dan sebagian lagi akan dihamburkan. Radiasi hambur (scatter radiation) adalah sebagian radiasi yang mebias/menyimpang dari radiasi sumber dan sebagian radiasi yang berubah karena energy radiasi yang di transfer yang pada akhirnya radiasi tersebut akan kehilangan energy dan panjang gelombangnya menjadi lebih panjang dari radiasi primer (Van der Plaats, 1971).

Proses hamburan ditemukan oleh Compton tahun 1922 sebagai efek Compton (Compton ffect) yang dikenal dengan hamburan Compton (Compton Scatter). Dalam radiografi tidak semua foton diserap atau diteruskan oleh obyek/pasien, tetapi sebagian dihamburkan. Hal ini menyebabkan beberapa foton mula-mula digantikan oleh foton yang lain dengan jalan dan arah berbeda serta daya tembusnya berkurang. Foton hambur mempunyai energy yang lebih kecil dari foton primer. Meskipun radiasi hambur bergerak ke segala arah akan tetapi paling sedikit setengahnya bergerak menuju film dengan arah yang sama dengan berkas sinar primer. Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Radiasi Hambur Hamburan sinar-x hasil interaksi dengan bahan mempunyai energi rata-rata yang lebih kecil dari energy foton primer, sehingga daya tembusnya akan lebih kecil namun demikian radiasi hambur banyak bergerak ke segala arah dan sebagian ada yang sampai ke film radiograf dengan arah yang sama atau berlainan arah dengan radiasi primer. Faktor yang mempengaruhi jumlah radiasi hambur adalah tegangan tabung (kv), arus tabung (ma), ketebalan/volume obyek dan luas lapangan berkas sinar-x. Kualitas Radiografi Gambar II.4. Ilustrasi sinar-x yang melewati obyek terdiri dari radiasi primer dan radiasi hambur (Van Der Plaats,1971) Kualitas atau mutu gambaran radiografi ditentukan oleh nilai kontras radiografi. Adapun nilai kontras radiografi dapat di ukur dengan perolehan nilai densitasnya, melalui pengukuran film radiografi tersebut dengan menggunakan densitometer. Menurut RR Carlton (1992). Kualitas radiografi adalah kemampuan suatu pencitraan radiografi untuk memberikan informasi yang baik guna menegakkan diagnosa. Kualitas radiografi antara lain ditentukan oleh densitas dan kontras radiografi. Prosedur Penelitian Adapun langkah langkah yang dilakukan antara lain : 1. Menempatkan kaset (film) diatas meja pemeriksaan, tegak lurus tabung pesawat sinar X.

2. Menempatkan obyek diatas pertengahan kaset (film). 3. Menempatkan stepwedge disamping obyek. 4. Mengatur luas lapangan penyinaran. 5. Mengatur faktor eksposi dan melakukan penyinaran. 6. Melakukan pengolahan film dengan automatic processing. 7. Pengukuran densitas film Radiograf dengan alat densitometer di BPFK Makassar. 8. Mengolah hasil. HASIL DAN PMBAHASAN Nilai Densitas Radiografi Dalam penelitian ini diperoleh hasil pengukuran rata rata densitas dengan menggunakan alat Densitometer pada ketebalan yang berbeda beda yaitu 5 cm, 10 cm, 15 cm dan 20 cm serta luas lapangan penyinaran yang bervariasi yaitu 15 cm X 15 cm, 20 cm X 20 cm dan 30 cm X 30 cm. Data selengkapnya dapat dilihat pada tabel IV.1, IV.2, IV.3 dan IV.4 berikut ini : Tabel IV.1. Densitas rata - rata dari stepwedge dan obyek dengan tebal 5 cm dan Luas Lapangan Penyinaran bervariasi BAHAN S T P W D G O B Y K (15 X 15) DNSITAS (20 X 20) (30 X 30) 1 1,13 1,03 1,14 2 1,14 1,05 1,14 3 1,15 1,06 1,15 4 1,17 1,05 1,19 5 1,22 1,10 1,23 6 1,31 1,20 1,34 7 1,50 1,40 1,55 8 1,90 1,78 1,90 9 2,49 2,38 2,48 10 3,01 2,97 3,00 11 3,30 3,28 3,27 5 cm 3,10 3,08 3,08 Pada tabel IV.1, diperoleh hasil pengukuran densitas antara stepwedge dengan obyek berada di antara step 10 dan step 11, densitas pada luas lapangan penyinaran 15 cm X 15 cm, step 11 sebesar 3,30. dan hasil densitas pada ketebalan obyek 5 cm sebesar 3,10. Densitas pada luas lapangan penyinaran 20 cm X 20 cm, step 11 sebesar 3,28 dan densitas pada ketebalan obyek 5 cm sebesar 3,08. Densitas pada luas lapangan penyinaran 30 cm X 30 cm, step

11 sebesar 3,27 dan densitas pada ketebalan obyek 5 cm sebesar 3,08. Tabel IV.2. Densitas rata - rata dari stepwedge dan obyek dengan tebal 10 cm dan Luas Lapangan Penyinaran bervariasi DNSITAS cm X 30 cm, step 11 sebesar 3,31 dan densitas pada ketebalan obyek 10 cm sebesar 2,82. Tabel IV.3. Densitas rata - rata dari stepwedge dan obyek dengan tebal 15 cm dan Luas Lapangan Penyinaran bervariasi BAHAN (15 X 15) (20 X 20) (30 X 30) 1 1,07 1,07 1,10 BAHAN (15 X 15) DNSITAS (20 X 20) (30 X 30) 2 1,08 1,08 1,11 1 1,08 1,31 1,10 S T P W D G 3 1,09 1,09 1,17 4 1,13 1,14 1,28 5 1,20 1,18 1,46 6 1,33 1,33 1,81 7 1,61 1,63 2,27 8 2,09 2,14 2,77 9 2,68 2,70 3,12 S T P W D G 2 1,12 1,32 1,12 3 1,16 1,36 1,18 4 1,25 1,46 1,33 5 1,47 1,68 1,57 6 1,81 1,98 1,95 7 2,28 2,42 2,41 8 2,76 2,82 2,86 10 3,11 3,13 3,31 9 3,10 3,12 3,17 11 3,32 3,30 3,31 10 3,28 3,28 3,31 O B Y K 10 cm 2,37 2,26 2,82 O B Y K 11 3,35 3,33 3,34 15 cm 1,86 1,91 1,87 Pada tabel IV.2, diperoleh hasil pengukuran densitas antara stepwedge dengan obyek berada di antara step 8 dan step 9, densitas pada luas lapangan penyinaran 15 cm X 15 cm, step 11 sebesar 3,32. dan hasil densitas pada ketebalan obyek 10 cm sebesar 2,37. Densitas pada luas lapangan penyinaran 20 cm X 20 cm, step 11 sebesar 3,30 dan densitas pada ketebalan obyek 10 cm sebesar 2,26. Densitas pada luas lapangan penyinaran 30 Pada tabel IV.3, diperoleh hasil pengukuran densitas antara stepwedge dengan obyek berada di antara step 5, step 6 dan step 7, densitas pada luas lapangan penyinaran 15 cm X 15 cm, step 11 sebesar 3,35. dan hasil densitas pada ketebalan obyek 15 cm sebesar 1,86. Densitas pada luas lapangan penyinaran 20 cm X 20 cm, step 11 sebesar 3,33 dan densitas pada ketebalan obyek 15 cm sebesar 1,91.

Densitas pada luas lapangan penyinaran 30 cm X 30 cm, step 11 sebesar 3,34 dan densitas pada ketebalan obyek 15 cm sebesar 1,87. Tabel IV.4. Densitas rata - rata dari stepwedge dan obyek dengan tebal 20 cm dan Luas Lapangan Penyinaran bervariasi BAHAN S T P W D G O B Y K (15 X 15) DNSITAS (20 X 20) (30 X 30) 1 1,24 1,04 1,08 2 1,29 1,05 1,11 3 1,34 1,12 1,17 4 1,47 1,23 1,29 5 1,69 1,44 1,52 6 2,04 1,80 1,87 7 2,48 2,29 2,33 8 2,91 2,78 2,79 9 3,18 3,11 3,11 10 3,34 3,27 3,28 11 3,38 3,33 3,32 20 cm 1,32 1,21 1,13 Pada tabel IV.4, diperoleh hasil pengukuran densitas antara stepwedge dengan obyek berada di antara step 2, step 3 dan step 4, densitas pada luas lapangan penyinaran 15 cm X 15 cm, step 11 sebesar 3,38. dan hasil densitas pada ketebalan obyek 20 cm sebesar 1,32. Densitas pada luas lapangan penyinaran 20 cm X 20 cm, step 11 sebesar 3,33 dan densitas pada ketebalan obyek 20 cm sebesar 1,21. Densitas pada luas lapangan penyinaran 30 cm X 30 cm, step 11 sebesar 3,32 dan densitas pada ketebalan obyek 20 cm sebesar 1,13. Nilai Kontras Radiografi Nilai kontras film yang dihasilkan terhadap perubahan luas lapangan penyinaran dan ketebalan obyek, dapat diambil dari nilai Gradient rata-rata film pada kurva karakteristik film. Sedangkan nilai kontras maksimal didapatkan dengan mencari selisih densitas maksimal dikurangi densitas minimal (Dmaks Dmin). Nilai kontras rata-rata yang diperoleh dari kurva karakteristik film yang menghasilkan nilai densitas dalam rentang guna (useful density) yaitu pada nilai densitas 0,25 + basic fog level sebagai densitas (D1) sampai 2,00 + basic fog level sebagai densitas (D2) di bagi dengan nilai logaritma eksposi yang menghasilkan nilai densitas 1 dan 2. Berikut Rumus untuk nilai Gradient rata-rata: D2 D1 Average Gradient = Log 2 Log 1 Keterangan: D1 = 0,25 + basic fog level D2 = 2,00 + basic fog level 1 = Logaritma minimal 2 = Logaritma maksimal

Densitas Densitas Densitas Tabel IV.5. Kontras rata-rata Ketebalan 10 cm Ketebalan Obyek (cm) Kontras Rata-Rata (15x15) cm³ (20x20) cm³ (30x30) cm³ 5 6,66 6,85 5,72 10 7,37 7,83 4,82 4 3 2 1 0 1 3 5 7 9 11 30cmx30cm 20cmx20cm 15cmx15cm 15 3,75 4,75 3,92 Stepwedge 20 4,04 4,42 4,14 Grafik Densitas Film Radiografi Grafik densitas untuk ketebalan obyek yang sama dengan luas lapangan penyinaran yang berbeda. Dapat dilihat pada gambar IV.2, IV.3, IV,4 dan IV.5 berikut ini : 4 3 2 1 0 Ketebalan 5 cm 1 3 5 7 9 11 Stepwedge 30cmx30cm 20cmx20cm 15cmx15cm Gambar IV.2. Grafik densitas radiografi ketebalan obyek yang sama 5 cm dengan luas yang berbeda. Gambar IV.3. Grafik densitas radiografi ketebalan obyek yang sama 10 cm dengan luas yang berbeda. 4 3 2 1 0 Ketebalan 15 cm 1 3 5 7 9 11 Stepwedge 30cmx30cm 20cmx20cm 15cmx15cm Gambar IV.4. Grafik densitas radiografi ketebalan obyek yang sama 15 cm dengan luas yang berbeda.

Densitas Densitas 4 3 2 1 0 Ketebalan 20 cm 30cmx30cm 20cmx20cm 15cmx15cm 1 3 5 7 9 11 Stepwedge Pada gambar IV.6. jelas tergambar pengaruh ketebalan obyek dengan densitas radiografi dimana ketebalan 5 cm mempunyai densitas rata-rata paling tinggi, kemudian secara berurutan dari ketebalan 10 cm, 15 cm dan 20 cm. Ini berarti bahwa semakin tipis/kecil obyek maka semakin besar densitas yang dihasilkan begitu pula sebaliknya semakin tebal obyek maka densitasnya akan semakin berkurang. Gambar IV.5. Grafik densitas radiografi ketebalan obyek yang sama 20 cm dengan luas yang berbeda. Dari data hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa nilai densitas yang paling tinggi diukur berdasarkan stepwedge adalah luas lapangan penyinaran yang kecil yaitu 15 cm x 15 cm sebab semakin kecil luas lapangan penyinaran, semakin sedikit radiasi hambur yang ditimbulkan sehingga dapat meningkatkan densitas akan tetapi dapat menurunkan nilai kontras radiografi. sedangkan densitas untuk obyek bervariasi, mungkin ini disebabkan karena obyek yang digunakan adalah phantom air seharusnya menggunakan obyek yang asli. 4 3 2 1 0 5 10 15 20 Ketebalan Obyek 15 cm X 15 cm 20 cm X 20 cm 30 cm X 30 cm Gambar IV.6. Grafik Densitas radiografi pada obyek Kontras Radiografi Kontras rata-rata yang paling tinggi pada ketebalan 5 cm adalah luas lapangan penyinaran 20 cm x 20 cm yaitu 6,85. Kontras rata-rata yang paling tinggi pada ketebalan 10 cm adalah luas lapangan penyinaran 20 cm x 20 cm yaitu 7,83. Kontras rata-rata yang paling tinggi pada ketebalan 15 cm adalah luas lapangan penyinaran 20 cm x 20 cm yaitu 4,75. Kontras rata-rata yang paling tinggi pada ketebalan 20 cm adalah luas lapangan penyinaran 20 cm x 20 cm yaitu 4,42. Kontras maksimum yang paling tinggi pada ketebalan 5 cm adalah luas lapangan penyinaran 20 cm x 20 cm yaitu 2,25, kontras maksimum yang paling tinggi pada ketebalan 10 cm adalah luas lapangan penyinaran 15 cm x 15 cm yaitu 2,25, kontras maksimum yang paling tinggi pada ketebalan 15 cm adalah luas lapangan penyinaran 15 cm x 15 cm yaitu 2,27, dan kontras maksimum yang paling tinggi pada ketebalan 20 cm adalah luas lapangan penyinaran 20 cm x 20 cm yaitu 2,29. Hal ini dapat disimpulkan bahwa perubahan luas lapangan penyinaran dan ketebalan obyek dapat mengakibatkan

perubahan densitas dan penurunan terhadap kontras radiografi pada faktor eksposi yang sama. Untuk mendapatkan kontras yang optimal maka di perlukan penurunan radiasi hambur yang mencapai film. Hal ini dapat diperoleh dengan beberapa cara diantaranya adalah pembatasan penyinaran (kolimasi secukupnya), pemakaian teknik KV rendah, teknik kompresi dan penggunaan grid. KSIMPULAN Dari hasil penelitian pengaruh radiasi hambur terhadap kenaikan ketebalan obyek dan luas lapangan penyinaran dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1.Perubahan luas lapangan penyinaran dan ketebalan obyek mengakibatkan perubahan densitas dan penurunan nilai kontras radiografi. 2.Semakin kecil ukuran luas lapangan penyinaran, semakin sedikit radiasi hambur yang ditimbulkan sehingga memperbaiki nilai kontras radiografi. SARAN 1.Pengukuran paparan radiasi hambur sebaiknya menggunakan alat ukur electrometer. 2.Membatasi luas lapangan penyinaran dapat mengurangi jumlah paparan radiasi yang mencapai film. 3.Jumlah radiasi hambur yang sampai ke film dapat dikurangi dengan penggunaan grid. DAFTAR PUSTAKA Akhadi, Mukhlis, Dasar Dasar Proteksi Radiasi, PT. Rineka Cipta, Jakarta, 2003. Anonim, Materi Rekualifikasi Petugas Proteksi Radiasi Bidang Kesehatan Diagnostik, Bapeten, 2006. Bushong, Sc.D. Radiologic Science for Technologist Ph sics Biolog and Protection, 4 dition with 2 Illustration, 1988. Chesne, H, Radioogrphic Photograph, 3 dition, London,. Gabriel, J.F. Fisika Kedokteran, Penerbit GC Jakarta, 1988. Jenkind, David, Radiographic Photography and Imaging Processor, Mar lan Canada Aspen Publication, 1988. Sjahriar Rasad, Sukonto Kartoleksono, Iwan ka uda, Radiologi Diagnostik, Balai Penerbit FKUI, Jakarta, 1990. Surtiningsih Sombu. Fisika Radiasi Diagnostik.