BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORI. bahwa Modal kerja adalah investasi sebuah perusahaan pada aktiva-aktiva jangka

BAB II TINJAUAN PUTAKA. Kebutuhan dana tersebut digunakan untuk membiayai kebutuhan investasi maupun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Sawir (2005:129), modal kerja adalah keseluruhan aktiva lancar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membayar upah buruh dan gaji pegawai serta biaya-biaya lainnya.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV MODAL KERJA A. Pengertian Modal Kerja

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. studi kasus pada Koperasi Unit Desa Sumber Makmur Ngantang. Adapun hasil penelitian yang diperoleh menunjukan bahwa

Bab 9 Teori Rasio Keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Modal kerja secara tradisional diartikan sebagai dana yang tersedia untuk

Analisis Laporan Keuangan PT. UNILEVER Indonesia, Tbk Periode Tahun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada laporan keuangan PT.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Untuk membelanjai operasi perusahaan dari hari ke hari, misalnya untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian dan Tujuan Laporan Keuangan. Menurut Kasmir (2011) yang dimaksud Laporan Keuangan yaitu :

BAB II KERANGKA TEORITIS. Djarwanto (2001) menjelaskan bahwa laporan keuangan pada dasarnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Modal Kerja. dan biaya-biaya lainnya, setiap perusahaan perlu menyediakan modal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Munawir (2010:2) yang dimaksud Laporan Keuangan yaitu :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan jumlah yang lain, dan dengan menggunakan alat analisis berupa rasio akan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:849) pengaruh adalah daya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam era persaingan bisnis sekarang ini, modal merupakan salah satu faktor

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN. dan dapat dipercaya untuk menilai kinerja perusahaan dan hasil dari suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat pula dimaksudkan sebagai dana yang tersedia untuk membiayai kegiatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II URAIAN TEORITIS. judul Analisis Pengaruh Efektivitas Modal Kerja dan Operating Assets Turnover

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Analisis Optimalisasi Modal Kerja pada CV. Dharma Utama Batu. Metode

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kaitannya dengan operasional perusahaan sehari-hari. Modal kerja yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Profitabilitas

BAB I PENDAHULUAN. dalam usaha menciptakan laba yang memadai bagi terjaminnya. komunitas perusahaan. Oleh karena itu, permasalahan dalam perusahaan

Bab 3 Analisis Rasio Keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perusahaan manufaktur. Perusahaan memiliki kebutuhan modal yang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI. A. Deskripsi Teori. 1. Return on Assets (ROA) a. Pengertian Return on Assets (ROA)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bertanggung jawab atas jalannya perusahaan atau organisasi. Definisi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Terdapat beberapa pengertian mengenai analisis, yaitu : 1. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002) :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Laporan Keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan judul penelitian Analisis Optimalisasi Penggunaan Modal Kerja pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pelaksanaan keuangan secara baik dan benar. (Irham Fahmi, 2011 : 239)

BAB II URAIAN TEORITIS. aktiva dengan Return on Investment (ROI) pada PT. Sumbetri Megah. Hasil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian, Tujuan dan Metode Analisis Laporan Keuangan

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. serta kondisi keuangan perusahaan. Melalui laporan keuangan perusahaan dapat

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II LANDASAN TEORITIS. dalamnya kas, sekuritas, piutang, persedian, dan dan dalam beberapa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. LANDASAN TEORI. Perusahaan selalu membutuhkan modal kerja untuk membelanjai operasinya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penguji dari pekerjaan bagian pembukuan, tetapi untuk selanjutnya laporan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab 4 Manajemen Modal Kerja

Hasil akhir dari proses pencatatan keuangan adalah laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan cerminan dari prestasi manajemen pada satu periode

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Laporan Keuangan Sebagai Obyek Penelitian

BAB II KERANGKA TEORI. menjaga kelangsungan hidup usaha tersebut dimasa yang akan datang dan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 LANDSAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II URAIAN TEORITIS. Kerja Terhadap Profitabilitas pada perusahaan rokok GO-Public di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. maksimal seperti yang telah ditargetkan, perusahaan dapat berbuat banyak bagi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINAJUAN PUSTAKA. teknik analisisnya yaitu teknik analisis regresi linear berganda. Hasil

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk membiayai aktivitas perusahaan sehari-hari misalnya untuk membeli bahan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Manajemen Modal Kerja

Transkripsi:

13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Keuangan 2.1.1 Pengertian Manajemen Keuangan Salah satu fungsi perusahaan yang penting bagi keberhasilan suatu usaha perusahaan dalam mencapai tujuannya adalah kondisi manajemen keuangan. Oleh karena itu perusahaan harus memberi perhatian khusus terhadap kemajuan keuangannya demi tercapainya tujuan perusahaan. Manajemen keuangan dapat diartikan sebagai manajemen dana baik yang berkaitan dengan pengalokasian dana dalam berbagai bentuk investasi secara efektif maupun usaha pengumpulan dana dengan tujuan untuk pembiayaan investasi atau pembelanjaan secara efisien dan memaksimumkan nilai perusahaan. Berikut ini terdapat pendapat yang dikemukakan oleh beberapa ahli mengenai pengertian dari manajemen keuangan tersebut. Manajemen keuangan (Financial Management) menurut Martono dan Agus (2010:4) adalah sebagai berikut: Segala aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan bagaimana memperoleh dana, mengelola aset sesuai dengan tujuan perusahaan secara menyeluruh. Sedangkan menurut Horne & Wachowicz (2012:2) yang diterjemahkan oleh Mubarakah, manajemen keuangan adalah: Manajemen keuangan berkaitan dengan perolehan aset, pendanaan dan manajemen aset dengan didasari beberapa tujuan umum. Dari kedua pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian manajemen keuangan adalah segala aktivitas perusahaan yang berkaitan dengan perolehan aset, pendanaan dan manajemen aset dengan didasari beberapa tujuan umum yang sesuai dengan tujuan perusahaan secara menyeluruh.

14 2.1.2 Fungsi Manajemen Keuangan Manajemen keuangan merupakan manajemen (pengelolaan) mengenai bagaimana memperoleh aset, mendanai aset dan mengelola aset untuk mencapai tujuan perusahaan. Dari definisi tersebut menurut Martono & Agus (2010:4) ada 3 (tiga) fungsi utama dalam manajemen keuangan, yaitu: 1. Keputusan Investasi (Investment Decision) Keputusan investasi merupakan keputusan terhadap aktiva apa yang akan dikelola oleh perusahaan. Keputusan investasi adalah paling penting di antara ketiga keputusan lainnya. Hal ini dikarenakan keputusan investasi berpengaruh secara langsung terhadap besarnya rentabilitas investasi dan aliran kas perusahaan untuk waktu yang akan datang. 2. Keputusan Pendanaan (Financing Decision) Keputusan pendanaan ini menyangkut beberapa hal. Pertama, keputusan mengenai penetapan sumber dana yang diperlukan untuk membiayai investasi. Sumber dana yang akan digunakan untuk membiayai investasi tersebut dapat berupa hutang jangka pendek, hutang jangka panjang, dan modal sendiri. Kedua, penetapan perimbangan pembelanjaan yang terbaik atau sering disebut struktur modal yang optimum. Struktur modal optimum merupakan perimbangan hutang jangka panjang dan modal sendiri dengan biaya modal rata-rata minimal. 3. Keputusan Pengelolaan Aset (Assets Management Decision) Apabila aset telah diperoleh dengan pendanaan yang tepat, maka aset-aset tersebut memerlukan pengelolaan secara efisien. Pengalokasian dana yang digunakan untuk pengadaan dan pemanfaatan aset menjadi tanggung jawab manajer keuangan. Tanggung jawab tersebut menuntut manajer keuangan untuk lebih memperhatikan pengelolaan aktiva lancar daripada aktiva tetap. 2.1.3 Tujuan Manajemen Keuangan Manajemen keuangan sebagai aktivitas memperoleh dana, menggunakan dana, dan mengelola aset secara efisien membutuhkan tujuan dan sasaran. Di mana menurut Martono & Agus (2010:13) tujuan manajemen keuangan adalah:

15 Memaksimumkan nilai perusahaan (memaksimumkan kemakmuran pemegang saham) yang diukur dari harga saham perusahaan. Sedangkan menurut Brigham & Houston (2010:132) yang diterjemahkan oleh Yulianto, tujuan manajemen keuangan adalah: Memaksimalkan kekayaan pemegang saham dalam jangka panjang, tetapi bukan untuk memaksimalkan ukuran-ukuran akuntansi seperti laba bersih atau EPS. Berdasarkan tujuan manajemen keuangan di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan manajemen keuangan adalah memaksimumkan nilai perusahaan atau memaksimumkan kekayaan pemegang saham dalam jangka panjang, yang diukur dari harga saham perusahaan. 2.2 Laporan Keuangan 2.2.1 Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan kewajiban setiap perusahaan untuk membuat dan melaporkannya pada suatu periode tertentu. Apa yang dilaporkan kemudian dianalisis, sehingga dapat diketahui kondisi dan posisi perusahaan terkini. Dengan melakukan analisis akan diketahui letak kelemahan dan kekuatan perusahaan. Laporan keuangan juga akan menentukan langkah apa yang dilakukan perusahaan sekarang dan ke depan, dengan melihat berbagai persoalan yang ada, baik kelemahan maupun kekuatan yang dimilikinya. Di samping itu, juga untuk memanfaatkan peluang yang ada dan menghadapi atau menghindari ancaman yang mungkin timbul sekarang dan di masa yang akan datang. Secara umum dikatakan bahwa laporan keuangan menurut Kasmir (2010:66) adalah: Laporan yang menunjukkan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam periode tertentu. Sedangkan Fahmi (2011:2) mengemukakan bahwa: Laporan keuangan merupakan suatu informasi yang menggambarkan kondisi keuangan suatu perusahaan, dan lebih jauh

16 informasi tersebut dapat dijadikan sebagai gambaran kinerja keuangan perusahaan tersebut. Dari kedua pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan merupakan suatu informasi yang menggambarkan kondisi keuangan suatu perusahaan pada saat ini atau dalam periode tertentu, yang dapat dijadikan sebagai gambaran kinerja perusahaan tersebut. 2.2.2 Tujuan Laporan Keuangan Berikut ini terdapat beberapa tujuan penyajian laporan keuangan menurut Rudianto (2012:20-21) yaitu: 1. Untuk memberikan informasi keuangan yang dapat dipercaya mengenai sumber-sumber ekonomi dan kewajiban serta modal perusahaan. 2. Untuk memberikan informasi yang dapat dipercaya mengenai perubahan sumber-sumber ekonomi perusahaan yang timbul dalam aktivitas usaha demi memperoleh laba. 3. Untuk memberikan informasi keuangan yang membantu para pemakai laporan untuk mengestimasi potensi perusahaan dalam menghasilkan laba di masa depan. 4. Untuk memberikan informasi keuangan yang membantu para pemakai laporan ketika mengestimasi potensi perusahaan dalam menghasilkan laba. 5. Untuk memberikan informasi penting lainnya mengenai perubahan sumbersumber ekonomi dan kewajiban, seperti informasi tentang aktivitas pembiayaan dan investasi. 6. Untuk mengungkapkan sejauh mungkin informasi lain yang berhubungan dengan laporan keuangan yang relevan untuk kebutuhan pemakai laporan, seperti informasi mengenai kebijakan akuntansi yang dianut perusahaan. 2.2.3 Manfaat Laporan Keuangan Berikut ini terdapat beberapa manfaat laporan keuangan dari para pemakai laporan keuangan menurut Rudianto (2012:5-6), yaitu: 1. Kreditor, yaitu orang atau perusahaan yang memberikan pinjaman dana kepada perusahaan untuk berbagai keperluan usaha. Sebagai pihak yang

17 memberikan pinjaman dana kepada perusahaan, kreditor membutuhkan informasi untuk menjamin bahwa uang yang dipinjamkannya akan dibayar beserta bunganya. Karena itu, informasi yang diperlukan mencakup: a. Besarnya kekayaan perusahaan. b. Kemampuan menghasilkan laba usaha. c. Perbandingan utang dan total kekayaan perusahaan. 2. Pemerintah, yaitu lembaga yang memiliki kewenangan untuk membuat peraturan usaha dan hal-hal yang terkait dengannya. Sebagai pihak yang yang akan memungut pajak penghasilan kepada perusahaan, informasi utama yang diperlukan pemerintah mencakup: a. Laba usaha yang diperoleh. b. Beban yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan. 3. Calon Investor, yaitu orang-orang atau lembaga yang akan menanamkan uangnya dalam suatu perusahaan di masa mendatang. Sebagai pihak yang akan menanamkan uangnya dalam perusahaan, calon investor harus memiliki keyakinan bahwa perusahaan tersebut dapat memberikan pengembalian yang memadai dalam jangka panjang. Karena itu, informasi yang diperlukan investor mencakup: a. Laba usaha yang diperoleh dalam beberapa tahun terakhir. b. Pertumbuhan kekayaan perusahaan. 4. Pemasok (supplier), yaitu orang atau perusahaan yang menjual berbagai barang kepada perusahaan, mulai dari peralatan kantor, mesin, kendaraan, hingga bahan baku usaha. Sebagai pihak penjual barang secara kredit kepada perusahaan, pemasok harus memiliki keyakinan bahwa kredit yang diberikannya kepada perusahaan akan dapat dibayar sesuai kesepakatan. Karena itu, informasi yang diperlukan mencakup: a. Besarnya kekayaan perusahaan. b. Kemampuan menghasilkan laba usaha. c. Perbandingan utang dan total kekayaan perusahaan. 5. Pemilik/pemegang saham, yaitu orang atau lembaga yang telah menanamkan uang atau kekayaannya pada perusahaan. Sebagai pihak yang telah

18 menanamkan uangnya dalam perusahaan, pemilik perusahaan harus memperoleh imbalan atas kekayaan yang telah ditanamkannya tersebut. Imbalannya dapat berupa pembagian atas sebagian atau seluruh laba usaha yang telah diperoleh perusahaan. Karena itu, informasi utama yang diperlukan adalah: a. Laba usaha yang diperoleh. b. Perubahan kekayaan perusahaan dalam beberapa tahun. 6. Manajer Produksi, yaitu orang yang bertanggung jawab terhadap keseluruhan proses menghasilkan produk dalam suatu perusahaan. Sebagai pihak internal perusahaan yang bertanggung jawab terhadap proses produksi, manajer produksi memerlukan informasi tentang keseluruhan biaya maupun rincian biaya yang diperlukan untuk menghasilkan produk perusahaan. 7. Manajer Pemasaran, yaitu orang yang bertanggung jawab terhadap keseluruhan proses pemasaran produk perusahaan, mulai dari promosi, distribusi, hingga pelayanan purna jual. Sebagai pihak internal perusahaan yang bertanggung jawab atas pemasaran produk perusahaan, manajer pemasaran memerlukan data biaya produksi dari setiap produknya guna menentukan harga jual produk tersebut dan rincian biaya pemasaran untuk mencari alternatif biaya pemasaran yang paling efisien bagi perusahaan tanpa mengabaikan efektivitas pemasarannya. 8. Berbagai pihak internal perusahaan lainnya yang memerlukan data dan informasi keuangan lain yang harus disediakan oleh akuntansi. 2.2.4 Unsur-unsur Laporan Keuangan 2.2.4.1 Neraca Pengertian Neraca menurut Brigham & Houston (2010:87) adalah: Suatu laporan mengenai posisi keuangan perusahaan pada suatu titik waktu tertentu. Pernyataan Neraca menurut Basioudis (2010:3) yaitu: A Balance Sheet is a detailed listing of the assets, liabilities and owner's equity of a business at a given moment.

19 Dari kedua pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa Neraca adalah suatu laporan yang berisi daftar rinci tentang aset, kewajiban, dan ekuitas pemilik bisnis yang menggambarkan posisi keuangan perusahaan pada saat tertentu. Artinya, dari suatu Neraca akan tergambar berapa jumlah aset, kewajiban, dan ekuitas pemilik bisnis suatu perusahaan. Pembuatan Neraca biasanya dibuat secara periode tertentu (tahunan). 2.2.4.2 Laporan Laba Rugi Menurut Brigham & Houston (2010:93) Laporan Laba Rugi adalah: Laporan yang merangkum pendapatan dan beban perusahaan selama suatu periode akuntansi, biasanya satu kuartal atau satu tahun. Sedangkan menurut Raharjaputra (2009:7) Laporan Laba Rugi merupakan: Laporan yang menggambarkan kinerja perusahaan pada suatu periode tertentu, dan disebut juga bottom line. Dari kedua pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa Laporan Laba Rugi merupakan laporan yang merangkum pendapatan dan beban perusahaan yang menggambarkan kinerja perusahaan pada suatu periode tertentu. Artinya, Laporan Laba Rugi harus dibuat dalam siklus operasi atau periode tertentu guna mengetahui jumlah perolehan pendapatan (penjualan) dan biaya yang telah dikeluarkan, sehingga dapat diketahui perusahaan dalam keadaan laba atau rugi. 2.2.4.3 Laporan Perubahan Ekuitas Harahap (2013:106) menyatakan bahwa: Laporan Perubahan Modal, menjelaskan perubahan posisi modal baik saham dalam PT atau Modal dalam perusahaan perseroan. Lalu Kasmir (2010:68) menyatakan bahwa:

20 Laporan perubahan ekuitas atau laporan perubahan modal merupakan laporan yang menggambarkan jumlah modal yang dimiliki perusahaan saat ini. Dari kedua pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa Laporan Perubahan Ekuitas merupakan laporan yang menggambarkan jumlah modal atau perubahan posisi modal yang dimiliki oleh suatu perusahaan saat ini. Kemudian laporan ini juga menunjukkan perubahan modal serta sebab-sebab berubahnya modal. 2.2.4.4 Laporan Arus Kas Subramanyam & Wild (2010:29) menyatakan bahwa: Laporan Arus Kas melaporkan arus kas masuk dan keluar bagi aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan perusahaan secara terpisah selama suatu periode tertentu. Sedangkan menurut Besley & Brigham (2008:44) bahwa: The statement of cash flows is designed to show how the firm's operations have affected its cash position by examining the firm's investment decisions (uses of cash) and financing decisions (sources of cash). Dari kedua pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa Laporan Arus Kas merupakan laporan yang menunjukkan arus kas masuk dan arus kas keluar bagi aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan perusahaan secara terpisah yang telah mempengaruhi posisi kas dengan memeriksa keputusan investasi perusahaan (penggunaan kas) dan keputusan pembiayaan (sumber kas) selama suatu periode tertentu. Arus kas masuk berupa pendapatan atau pinjaman dari pihak lain. Adapun arus kas keluar merupakan biaya-biaya yang telah dikeluarkan perusahaan. Baik arus kas masuk maupun arus kas keluar dibuat untuk periode tertentu. 2.2.4.5 Catatan Atas Laporan Keuangan Rudianto (2012:20) menyatakan bahwa: Catatan atas Laporan Keuangan adalah informasi tambahan yang harus diberikan menyangkut berbagai hal yang terkait secara langsung dengan laporan keuangan yang disajikan entitas tertentu,

21 seperti kebijakan akuntansi yang digunakan perusahaan, dan berbagai informasi yang relevan dengan laporan keuangan tersebut. Sedangkan menurut Kasmir (2010:68) menyatakan bahwa: Catatan atas laporan keuangan merupakan laporan yang dibuat berkaitan dengan laporan keuangan yang disajikan. Dari kedua pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa Catatan atas Laporan Keuangan merupakan informasi tambahan yang harus diberikan menyangkut berbagai hal yang berkaitan laporan keuangan yang disajikan entitas tertentu. Laporan ini memberikan informasi tentang penjelasan yang dianggap perlu atas laporan keuangan yang ada sehingga menjadi jelas sebab penyebabnya. Tujuannya agar pengguna laporan keuangan menjadi jelas akan data yang disajikan. 2.3 Aktiva 2.3.1 Pengertian Aktiva Secara umum pengertian aktiva menurut Kasmir (2010:76) adalah: Aktiva, merupakan harta atau kekayaan (aset) yang dimiliki oleh perusahaan, baik pada saat tertentu. Sedangkan menurut Rudianto (2012:28), pengertian aktiva yaitu: Aset adalah sumber daya yang dimiliki perusahaan. Aset merupakan kumpulan dari berbagai kekayaan yang dimiliki perusahaan yang akan digunakan untuk memperoleh penghasilan selama tahun berjalan maupun tahun-tahun berikutnya. Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa aktiva adalah kumpulan dari berbagai kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan dan digunakan untuk memperoleh penghasilan selama tahun berjalan maupun tahun-tahun berikutnya pada saat-saat tertentu. Tanpa aset, perusahaan tidak akan mampu beroperasi sehingga aset harta dimiliki oleh setiap entitas untuk menjalankan usahanya. Aktiva dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu aktiva lancar dan aktiva tetap.

22 2.3.2 Aktiva Lancar Fahmi (2011:31) berpendapat bahwa: Current Assets (aset lancar) merupakan aset yang memiliki tingkat perputaran yang tinggi dan paling cepat bisa dijadikan uang tunai, dengan penetapan periode waktu biasanya 1 (satu) tahun. Sedangkan menurut Kasmir (2010:76) yaitu: Aktiva lancar merupakan harta atau kekayaan yang segera dapat diuangkan (ditunaikan) pada saat dibutuhkan dan paling lama satu tahun. Dari kedua pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa Aktiva Lancar adalah harta atau kekayaan yang memiliki tingkat perputaran yang tinggi dan paling cepat yang segera dapat diuangkan (ditunaikan) dengan penetapan periode waktu biasanya satu tahun. Aktiva Lancar merupakan aktiva yang paling likuid dibandingkan dengan aktiva lainnya. Jika perusahaan membutuhkan uang membayar sesuatu yang segera harus dibayar misalnya utang yang sudah jatuh tempo, atau pembayaran atas pembelian suatu barang atau jasa, maka dapat diperoleh dari aktiva lancar. Penyusunan aktiva lancar ini biasanya dimulai dari aktiva yang paling lancar artinya yang paling mudah untuk dicairkan. Berikut terdapat beberapa komponen yang terdapat di aktiva lancar yang terdiri dari: a. Kas; b. Rekening pada bank (rekening giro dan rekening tabungan); c. Deposito berjangka (time deposit); d. Surat-surat berharga (efek-efek); e. Piutang; f. Pinjaman yang diberikan; g. Sediaan; h. Biaya yang dibayar di muka; i. Pendapatan yang masih harus diterima; dan j. Aktiva lancar lainnya.

23 2.3.3 Aktiva Tetap Raharjaputra (2009:8) berpendapat bahwa: Fixed Assets (Aktiva Tetap) merupakan aset/kekayaan/harta tetap: suatu kekayaan perusahaan yang memiliki nilai guna lebih dari 1 tahun, contoh: kendaraan, gedung kantor, gedung pabrik, tanah, mesin-mesin, dan sejenisnya, aset ini sering disebut juga sebagai tangible assets. Sedangkan Kasmir (2010:77) berpendapat bahwa: Aktiva tetap, merupakan harta atau kekayaan perusahaan yang digunakan dalam jangka panjang lebih dari satu tahun. Dari kedua pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa harta atau kekayaan perusahaan yang memiliki nilai guna atau jangka panjang lebih dari satu tahun. Secara garis besar, aktiva tetap dibagi dua macam, yaitu aktiva tetap yang berwujud (tampak fisik) dan aktiva tetap yang tidak berwujud (tidak tampak fisik). Berikut ini terdapat beberapa komponen yang terdapat di aktiva tetap yang terdiri dari: a. Aktiva tetap berwujud, yaitu: Tanah; Mesin; Bangunan; Peralatan; Kendaraan; Akumulasi Penyusutan; dan Aktiva tetap lainnya. b. Aktiva tetap tidak berwujud, yaitu: Goodwill; Hak cipta; Lisensi; dan Merek dagang.

24 2.4 Tingkat Perputaran Total Aktiva yaitu: Pengertian Perputaran Total Aktiva menurut Kasmir (2010:114-115) Perputaran Total Aktiva (Total Asset Turnover), merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur semua aktiva yang dimiliki perusahaan. Kemudian juga mengukur berapa jumlah penjualan yang diperoleh dari tiap rupiah aktiva. Perputaran Total Aktiva menurut Brigham & Houston (2010:139) yaitu: Rasio Perputaran Total Aktiva digunakan untuk mengukur perputaran seluruh aset perusahaan, yang dihitung dengan membagi penjualan dengan total aset. Dan Perputaran Total Aktiva menurut Gitman & Zutter (2012:75) yaitu: The Total Asset Turnover indicates the efficiency with which the firm uses its assets to generate sales. Dari ketiga pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa Perputaran Total Aktiva merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur semua aktiva yang dimiliki perusahaan dengan perputaran seluruh aset perusahaannya, dan juga menunjukkan efisiensi perusahaan yang menggunakan aset untuk menghasilkan penjualanyang dihitung dengan membagi penjualan dengan total aset. Rumus: Total Asset Turnover = 1 time Tinggi rendahnya Perputaran Total Aktiva selama periode tertentu ditentukan oleh 2 faktor yaitu: penjualan bersih dan total aktiva. Dengan jumlah Total Aktiva tertentu, makin besarnya jumlah penjualan dalam periode tertentu mengakibatkan makin tinggi perputarannya. Demikian pula dengan jumlah penjualan tertentu, dengan makin kecilnya Total Aktiva akan mengakibatkan makin tinggi perputarannya.

25 Dengan demikian maka Perputaran Total Aktiva dapat dipertinggi dengan dua cara, yaitu: 1. Dengan menambah modal usaha (total aktiva) sampai tingkat tertentu diusahakan akan tercapai tambahan penjualan yang sebesar-besarnya. 2. Dengan mengurangi penjualan sampai tingkat tertentu diusahakan penurunan atau pengurangan total aktiva yang digunakan dalam operasi perusahaan yang sebesar-besarnya. 2.4.1 Tingkat Perputaran Kas Pengelolaan kas mendapat posisi yang cukup besar dalam manajemen perusahaan. Kas diperlukan untuk membiayai operasi perusahaan sehari-hari maupun untuk mengadakan investasi baru dalam aktiva tetap, pembayaran perjalanan dinas dan lain-lain. Menurut Rudianto (2012:194), kas berfungsi untuk membayar semua aktivitas yang dilakukan perusahaan, baik dalam operasi sehari-hari maupun untuk investasi. Jumlah kas yang dibutuhkan oleh perusahaan harus dihitung secara cermat, dengan demikian perusahaan dapat mengoptimalkan dana kas dengan mengurangi jumlah dana kas yang menganggur dan menghindari ilikuid. Untuk mengetahui efisiensi penggunaan dana perusahaan dalam bentuk kas dalam satu periode, dapat dilihat dari besarnya tingkat perputaran kas. Tingkat Perputaran Kas dapat dihitung dengan membandingkan penjualan bersih terhadap total kas. Rumus: Cash Turnover = 1 time 2.4.2 Tingkat Perputaran Piutang Tingkat Perputaran Piutang ini menunjukkan kemampuan dana yang tertanam dalam piutang berputar dalam satu periode. Tingkat perputaran piutang digunakan untuk mengetahui berapa kali perputaran piutang selama satu tahun. Menurut Hanafi (2012:38), rata-rata umur piutang melihat berapa lama waktu

26 yang diperlukan untuk melunasi piutang yang dipunyai oleh perusahaan (mengubah piutang menjadi kas). Semakin lama rata-rata piutang, berarti semakin besar dana yang tertanam dalam piutang. Tingkat perputaran piutang dapat dihitung dengan membagi penjualan kredit dengan rata-rata piutang perusahaan. Rumus: Receivable Turnover = 1 time Average Receivable = 2.4.3 Tingkat Perputaran Aktiva Tetap Menurut Brigham & Houston (2010:138), rasio Perputaran Aktiva Tetap (Fixed Assets Turnover Ratio) mengukur seberapa efektif perusahaan menggunakan pabrik dan peralatannya. Menurut Kasmir (2010:114), Perputaran Aktiva Tetap (Fixed Assets Turnover) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa kali dana yang ditanamkan dalam aktiva tetap berputar dalam satu periode. Atau dengan kata lain untuk mengukur apakah perusahaan sudah menggunakan kapasitas aktiva tetap sepenuhnya atau belum. Untuk mencari rasio ini caranya adalah membandingkan antara penjualan bersih dengan aktiva tetap dalam suatu periode. Rumus: Fixed Assets Turnover = 1 time 2.5 Profit Margin 2.5.1 Pengertian Profit Margin Pengertian Profit Margin menurut Hanafi (2012:42) yaitu: Profit Margin menghitung sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan tertentu. Profit Margin dapat dihitung dengan membagi laba bersih dengan penjualan.

27 Brigham & Houston (2010:146), menjelaskan Profit Margin bahwa: Margin Laba atas Penjualan (Profit Margin on Sales): Rasio ini mengukur laba bersih per dolar penjualan; dihitung dengan membagi laba bersih dengan penjualan. Sedangkan Kasmir (2010:115), menjelaskan Profit Margin bahwa: Profit Margin on Sales atau Rasio Profit Margin atau margin laba atas penjualan, merupakan salah satu rasio yang digunakan untuk mengukur margin laba atas penjualan. Untuk mengukur rasio ini adalah dengan cara membanding antara laba bersih setelah pajak dengan penjualan bersih. Rasio ini juga dikenal dengan nama Profit Margin. Dari ketiga pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa Profit Margin merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih atas penjualan, yang dihitung dengan membandingkan antara laba bersih setelah pajak dengan penjualan bersih. Rumus: Net Profit Margin = 100 % Menurut Hanafi (2012:42), Profit Margin yang tinggi menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang tinggi pada tingkat penjualan tertentu. Secara umum, rasio yang rendah menunjukkan ketidakefisienan manajemen. Rasio ini cukup bervariasi dari satu industri ke industri lainnya. Sebagai contoh, industri ritel cenderung mempunyai Profit Margin yang lebih rendah dibandingkan dengan industri manufaktur. 2.5.2 Tujuan Profit Margin Profit margin dimaksudkan untuk mengetahui efisiensi perusahaan dengan melihat kepada besar kecilnya laba usaha dalam hubungannya dengan penjualan (sales). Profit Margin digunakan untuk mengukur profitabilitas dari penjualan dan tingkat efisiensi operasi perusahaan. Yakni sejauh mana kemampuan perusahaan menekan biaya-biaya yang ada di perusahaan pada periode tertentu.

28 2.5.3 Usaha Mempertinggi Profit Margin Besar kecilnya Profit Margin pada setiap transaksi penjualan (sales) ditentukan oleh dua faktor, yaitu penjualan bersih (net sales) dan laba usaha atau laba operasi bersih (net operating income). Besar kecilnya laba usaha atau laba operasi bersih (net operating income) tergantung pada pendapatan dari penjualan (sales) dan besarnya biaya usaha (operating expenses). Dengan jumlah biaya usaha (operating expenses) tertentu Profit Margin dapat diperbesar dengan memperbesar penjualan (sales) atau dengan jumlah penjualan (sales) tertentu Profit Margin dapat diperbesar dengan memperkecil biaya usaha (operating expense). Rasio yang menjadi tolak ukur kinerja keuangan yaitu rasio profitabilitas yang penulis gunakan yaitu Profit Margin yang merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersig dari hasil penjualan bersih perusahaan. Dengan bertambah tingginya kinerja keuangan perusahaan yang diukur dengan rasio Profit Margin, maka diharapkan semakin tinggi pula kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba, yang diharapkan. 2.5.4 Net Profit Margin Net Profit Margin merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari hasil penjualan bersih perusahaan. Net Profit Margin dapat dihitung dengan membagi laba bersih perusahaan dengan penjualan bersih perusahaan. Rumus: Net Profit Margin = 100 % 2.6 Modal Kerja 2.6.1 Pengertian Modal Kerja Menurut Kasmir (2010:210), modal kerja didefinisikan sebagai modal yang digunakan untuk membiayai operasional perusahaan sehari-hari, terutama yang memiliki jangka waktu pendek. Modal kerja juga diartikan seluruh aktiva

29 lancar yang dimiliki suatu perusahaan atau setelah aktiva lancar dikurangi dengan utang lancar. Atau dengan kata lain modal kerja merupakan investasi yang ditanamkan dalam aktiva lancar atau aktiva jangka pendek, seperti kas, bank, surat berharga, piutang, sediaan, dan aktiva lancar lainnya. Biasanya modal kerja digunakan untuk beberapa kali kegiatan dalam satu periode. Mengenai pengertian modal kerja ini dapatlah dikemukakan dengan tiga konsep, yaitu: 1. Konsep kuantitatif, menyebutkan bahwa modal kerja adalah seluruh aktiva lancar. Dalam konsep ini yang perlu mendapat perhatian adalah bagaimana mencukupi kebutuhan dana untuk membiayai operasi perusahaan dalam jangka pendek. Konsep ini sering disebut dengan modal kerja kotor (gross working capital). Konsep kuantitatif memiliki beberapa kelemahan, seperti: a. Konsep ini tidak mencerminkan tingkat likuiditas perusahaan. b. Konsep ini tidak mementingkan kualitas apakah modal kerja dibiayai oleh utang jangka panjang atau jangka pendek atau pemilik modal. Jumlah aktiva lancar yang besar belum menjamin margin of safety bagi perusahaan, sehingga kelangsungan operasi perusahaan belum terjamin. 2. Konsep kualitatif, merupakan konsep yang menitikberatkan kepada kualitas modal kerja. Dalam konsep ini adalah melihat selisih antara jumlah aktiva lancar dengan kewajiban lancar. Konsep ini disebut modal kerja bersih atau (net working capital). Keuntungan konsep ini adalah terlihatnya tingkat likuiditas perusahaan. Aktiva lancar yang lebih besar dari kewajiban lancar menunjukkan kepercayaan para kreditor kepada pihak perusahaan, sehingga kelangsungan operasi perusahaan akan lebih terjamin dengan dana pinjaman dari kreditor. 3. Konsep fungsional, menekankan kepada fungsi dana yang dimiliki perusahaan dalam memperoleh laba. Artinya, sejumlah dana yang dimiliki dan digunakan perusahaan untuk meningkatkan laba perusahaan. Makin banyak dana yang digunakan sebagai modal kerja seharusnya dapat meningkatkan perolehan laba, demikian pula sebaliknya, jika dana yang digunakan sedikit,

30 maka laba pun akan menurun. Akan tetapi dalam kenyataannya terkadang kejadiannya tidak selalu demikian. 2.6.2 Jenis-jenis Modal Kerja Berikut ini terdapat beberapa jenis modal kerja menurut Riyanto (2010:61) yaitu: 1. Modal Kerja Permanen (Permanent Working Capital) yaitu modal kerja yang harus tetap ada pada perusahaan untuk dapat menjalankan fungsinya, atau dengan kata lain modal kerja yang secara terus-menerus diperlukan untuk kelancaran usaha. Permanent Working Capital ini dapat dibedakan dalam: a. Modal Kerja Primer (Primary Working Capital) yaitu jumlah modal kerja minimum yang harus ada pada perusahaan untuk menjamin kontinuitas usahanya. b. Modal Kerja Normal (Normal Working Capital) yaitu jumlah modal kerja yang diperlukan untuk menyelenggarakan luas produksi yang normal. 2. Modal Kerja Variabel (Variable Working Capital) yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan perubahan keadaan, dan modal kerja ini dibedakan antara: a. Modal Kerja Musiman (Seasonal Working Capital) yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan karena fluktuasi musim. b. Modal Kerja Siklus (Cyclical Working Capital) yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan karena fluktuasi konjungtur. c. Modal Kerja Darurat (Emergency Working Capital) yaitu modal kerja yang besarnya berubah-ubah karena adanya keadaan darurat yang tidak diketahui sebelumnya (misalnya ada pemogokan buruh, banjir, perubahan keadaan ekonomi yang mendadak).

31 2.6.3 Fungsi Modal Kerja Berikut ini terdapat beberapa fungsi dari modal kerja, yaitu: 1. Menampung kemungkinan akibat buruk yang ditimbulkan karena penurunan nilai aktiva lancar seperti penurunan nilai piutang yang diragukan dan yang tidak dapat ditagih atau penurunan nilai perusahaan. 2. Cukup memungkinkan perusahaan untuk membayar semua utang lancarnya tepat pada waktunya dan untuk memanfaatkan potongan tunai, dengan ini maka jumlah yang akan dibayarkan untuk pembelian barang menjadi berkurang. 3. Cukup memungkinkan perusahaan untuk memelihara credit standing perusahaan yaitu penilaian pihak ketiga, misalnya bank dan para kreditor akan kelayakan perusahaan untuk memelihara kredit. Selain itu, memungkinkan perusahaan untuk menghadapi situasi darurat seperti pemogokan dan banjir. 2.6.4 Working Capital To Total Asset Ratio Working Capital To Total Asset Ratio merupakan rasio yang mengukur likuiditas dari total aktiva dan posisi modal kerja neto dari jumlah aktiva. Rasio ini dapat dihitung dengan mengurangi aktiva lancar dengan kewajiban lancar, kemudian dibagi dengan total aset. Rumus: Working Capital To Total AssetsRatio = 100% 2.7 Tingkat Pengembalian Investasi (ROI) Pengertian rasio Return on Investment (ROI) atau pengembalian investasi menurut Fahmi (2011:35) yaitu: Rasio ini melihat sejauh mana investasi yang telah ditanamkan mampu memberikan pengembalian keuntungan sesuai dengan yang diharapkan. Dan investasi tersebut sebenarnya sama dengan aset perusahaan yang ditanamkan atau ditempatkan. Sedangkan Kasmir (2010:115) berpendapat bahwa: Hasil Pengembalian Investasi atau lebih dikenal dengan nama Return on Investment (ROI) atau Return on Total Assets, merupakan

32 rasio yang menunjukkan hasil (return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan. ROI juga merupakan suatu ukuran tentang efektivitas manajemen dalam mengelola investasinya. Dari kedua pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa Tingkat Pengembalian Investasi atau Return on Investment (ROI) merupakan rasio yang melihat sejauh mana investasi yang telah ditanamkan mampu memberikan pengembalian keuntungan yang diharapkan serta menunjukkan hasil atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan. ROI juga merupakan suatu ukuran tentang efektivitas manajemen dalam mengelola investasinya dan investasi tersebut sebenarnya sama dengan aset perusahaan yang ditanamkan atau ditempatkan. ROI dapat dihitung dengan membandingkan laba bersih setelah pajak dengan total aset. Rumus: Return on Investment = 100% Ada beberapa kegunaan analisis ROI yang berkaitan dengan analisis kinerja keuangan perusahaan, di antaranya sebagai berikut: 1. ROI bersifat menyeluruh, artinya manajer dapat melakukan penilaian efisiensi penggunaan aset dalam produksi dan penjualan perusahaan secara keseluruhan. 2. ROI dapat digunakan untuk menganalisa dan mengukur tingkat efisiensi kegiatan per divisi dalam mengelola biaya modalnya. 3. ROI dapat memperlihatkan tingkat efisiensi penggunaan modal perusahaan dibandingkan dengan rata-rata perusahaan sejenis. 4. ROI dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan perluasan usaha (fungsi perencanaan). Namun di samping manfaat yang diperoleh dari analisis hasil perhitungan ROI, ada beberapa kelemahan yang melekat pada perhitungan ROI, antara lain: 1. Siklus nilai uang yang terus-menerus sering berfluktuasi, sehingga mempengaruhi nilai aset dan profit margin.

33 2. Penekanan terhadap ROI yang terlalu berlebihan dapat menyebabkan manajemen terlalu menitikberatkan pencapaian keuntungan yang bersifat jangka pendek dan mengabaikan pentingnya investasi dalam penelitian dan pengambangan. 3. Perbedaan kebijakan keuangan perusahaan yang diterapkan dalam perusahaan sejenis, sehingga ROI tidak dapat digunakan sebagai dasar penilaian antar perusahaan. 2.8 Pengaruh Perputaran Aktiva, Net Profit Margin, dan Working Capital To Total Asset Ratio Terhadap Tingkat Pengembalian Investasi (ROI) Dalam usaha untuk mempertahankan Tingkat Pengembalian Investasi (ROI) yang memuaskan, manajer keuangan harus memperhatikan juga Tingkat Perputaran Aktiva, Net Profit Margin, dan Working Capital To Total Asset Ratio, karena tinggi rendahnya ROI ditentukan oleh ketiga rasio tersebut. Analisis Return On Investment dalam analisis keuangan merupakan analisis yang bersifat menyeluruh (komprehensif) dan lazim digunakan untuk menilai efektivitas keseluruhan investasi perusahaan. Analisis rasio ini menghubungkan antara keuntungan yang diperoleh perusahaan melalui kegiatan usahanya dengan investasi yang ditanamkan dalam total aktiva. Hubungan tersebut dapat digambarkan secara lebih jelas lagi dalam penjelasan berdasarkan kerangka pemikiran. Working Capital To Total Asset Ratio dan Perputaran Aktiva memiliki hubungan dalam rasio total aktiva. Sedangkan Perputaran Aktiva dan Net Profit Margin memiliki hubungan dalam rasio penjualan (netto). Dan Net Profit Margin memiliki rasio laba bersih setelah pajak (Earning After Tax). Penggabungan rasio ini akan membentuk rasio tingkat pengembalian investasi (Return On Investment) yang mencerminkan jumlah laba bersih setelah pajak yang dihasilkan dari setiap jumlah aset yang diinvestasikan. Dapat dikatakan bahwa Net Profit Margin dimaksudkan untuk mengetahui efisiensi perusahaan dengan melihat kepada besar kecilnya laba usaha dalam hubungannya dengan penjualan, Working Capital To Total Asset Ratio

34 dimaksudkan untuk mengukur likuiditas dari total aktiva dan posisi modal kerja (netto), sedangkan Perputaran Aktiva dimaksudkan untuk mengetahui efisiensi perusahaan dengan melihat kepada kecepatan perputaran total aktiva yang digunakan dalam operasi perusahaan dalam suatu periode tertentu. Hasil akhir pencampuran ketiga efisiensi Net Profit Margin, Working Capital To Total Asset Ratio dan Tingkat Perputaran Aktiva akan menentukan tinggi rendahnya ROI. Oleh karena itu makin tingginya Tingkat Perputaran Aktiva, Net Profit Margin atau Working Capital To Total Asset Ratio masing-masing atau ketigatiganya akan mengakibatkan naiknya Tingkat Pengembalian Investasi (ROI).