BAB III METODE PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III BAHAN DAN METODE. 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di PT. Peta Akuarium, Bandung pada bulan April hingga Mei 2013.

BAB III BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Teknik Pemijahan ikan lele sangkuriang dilakukan yaitu dengan memelihara induk

II. METODOLOGI. a) b) Gambar 1 a) Ikan nilem hijau ; b) ikan nilem were.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Pematangan Gonad di kolam tanah

BAB III BAHAN DAN METODE

III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Induk 3.3 Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tabel 1. Subset penelitian faktorial induksi rematurasi ikan patin

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan

3 METODOLOGI PENELITIAN

KHAIRUL MUKMIN LUBIS IK 13

II. METODOLOGI 2.1 Prosedur Pelaksanaan Penentuan Betina dan Jantan Identifikasi Kematangan Gonad

Penelitian ini dilakukan di laboratorium Balai Benih Ikan Fakultas Perikanan dan Ilmu

BAB III BAHAN DAN METODE

Produksi benih ikan patin jambal (Pangasius djambal) kelas benih sebar

BAHAN DAN METODE. 3.1 Waktu dan tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Agustus 2009 di Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) Jambi.

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Sejarah Perusahaan 5.2. Struktur Organisasi

BAB 3 METODE PENELITIAN

Panduan Singkat Teknik Pembenihan Ikan Patin (Pangasius hypophthalmus) Disusun oleh: ADE SUNARMA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dan Pengembangan Budidaya Ikan Hias, Depok Jawa Barat.


BAB III BAHAN DAN METODE

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. larva. Kolam pemijahan yang digunakan yaitu terbuat dari tembok sehingga

METODE PENELITIAN. Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

PETUNJUK PRAKTIKUM TEKNOLOGI PEMBENIHAN IKAN TEKNOLOGI PEMIJAHAN IKAN DENGAN CARA BUATAN (INDUCE BREEDING)

II. BAHAN DAN METODE 2.1Prosedur Persiapan Wadah Persiapan dan Pemeliharaan Induk Pencampuran dan Pemberian Pakan

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Majalaya kelas induk pokok (Parent Stock)

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ikan lele sangkuriang (Clarias gariepinus var) menurut Kordi, (2010) adalah. Subordo : Siluroidae

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.48/MEN/2012 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR : KEP. 52/MEN/2004 T E N T A N G PELEPASAN VARIETAS IKAN NILA JICA SEBAGAI VARIETAS BARU

II. BAHAN DAN METODE

BAB III METODE PENELITIAN

LINGKUNGAN BISNIS PELUANG BISNIS BUDIDAYA IKAN MAS : IMADUDIN ATHIF N.I.M :

VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

Deskripsi. METODA PRODUKSI MASSAL BENIH IKAN HIAS MANDARIN (Synchiropus splendidus)

bio.unsoed.ac.id III. METODE PENELITIAN A. Materi 1. Materi Penelitian

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR : KEP. 26/MEN/2004 TENTANG PELEPASAN VARIETAS IKAN LELE SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

BAB III BAHAN DAN METODE

PENGARUH PEMBERIAN LAMA WAKTU KEJUTAN SUHU TERHADAP TINGKAT KEBERHASILAN GINOGENESIS IKAN KOI (Cyprinus carpio)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PANDUAN PRAKTIKUM MATA KULIAH TEKNIK PEMBENIHAN IKAN (LUHT 4434)

METODOLOGI PENELITIAN

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP. 45/MEN/2006 TENTANG

BAHAN DAN METODE. Percobaan 1. Pengaruh pemberian bahan aromatase inhibitor pada tiga genotipe ikan nila sampai tahap pendederan.

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk Ikan Nila Hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas induk pokok (Parent Stock)

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi benih ikan patin siam (Pangasius hyphthalmus) kelas benih sebar

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI

BAB III BAHAN DAN METODE

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Prosedur Persiapan Wadah Persiapan dan Pemeliharaan Induk Peracikan dan Pemberian Pakan

BAB III MATERI DAN METODE. Persentase Hidup dan Abnormalitas Spermatozoa Entok (Cairina moschata), telah

PEMBENIHAN KAKAP PUTIH (Lates Calcarifer)

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga. Pendahuluan

BAB III METODE PENELITIAN

PEMIJAHAN LELE SEMI INTENSIF

Feromon 3. BAHAN DAN METODE

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE

Induk ikan nila hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas induk pokok

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Tabel 1. Alat dan Bahan yang digunakan dalam penelitian

3 METODE PENELITIAN. Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian

II. BAHAN DAN METODE

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.66/MEN/2011 TENTANG

METODE PENELITIAN. : Nilai pengamatan perlakuan ke-i, ulangan ke-j : Rata-rata umum : Pengaruh perlakuan ke-i. τ i

BAB III BAHAN DAN METODE

bio.unsoed.ac.id III. METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian

PEMIJAHAN IKAN TAWES DENGAN SISTEM IMBAS MENGGUNAKAN IKAN MAS SEBAGAI PEMICU

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksananakan pada bulan Juli September 2013 di

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Benih Kodok Lembu (Rana catesbeiana Shaw) kelas benih sebar

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26/KEPMEN-KP/2016 TENTANG

AQUACULTURE POND BOTTOM SOIL QUALITY MANAGEMENT

VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

Pembenihan Jambal Siam (Pangasius sutchi )

GINOGENESIS IKAN SUMATRA (Puntius tetrazonn, Bleelter) DENGAN KEJUTAN PANAS PADA SUHU BERBEDA

SNI : Standar Nasional Indonesia. Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Sinyonya kelas benih sebar

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Derajat Pemijahan Fekunditas Pemijahan

BAB III BAHAN DAN METODE

3. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus sampai Oktober 2011, di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama dua bulan pada bulan September-Oktober 2013,

III. MATERI DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September sampai Oktober 2011, di

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 7 Maret 19 April 2016, bertempat

BAB III BAHAN DAN METODE

IDENTIFIKASI IKAN. Ani Rahmawati Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian UNTIRTA. Mata Kuliah Iktiologi

3. METODE PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Transkripsi:

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu Dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret hingga bulan September 2013 bertempat di Laboratorium Fisisologi Hewan Air dan hatchery Ciparanje Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran terletak di daerah Jatinangor, Sumedang. 3.2 Alat Dan Bahan Penelitian 3.2.1 Alat Penelitian a. Seleksi Induk : - Skop net berukuran besar untuk menangkap induk ikan nilem dan induk ikan mas pada saat seleksi induk dilakukan - Ember untuk menampung dan memindahkan induk ikan yang sudah diseleksi ke hatchery pemijahan - Bak Fiber untuk menampung induk sebelum dilakukan pemijahan secara buatan b. Pemijahan Buatan dan Hibridisasi - Kain lap untuk menutup kepala ikan nilem, agar pada saat penyuntikan dilakukan tidak stress - Jarum suntik volume 1 ml untuk menyuntikan hormon ovaprim pada proses pemijahan ikan nilem secara buatan - Baskom plastik untuk menampung telur yang dihasilkan indukan betina ikan nilem pada proses pemijahan - Mangkok plastik untuk menampung sperma yang dihasilkan indukan jantan ikan nilem dan induk jantan ikan mas pada proses pemijahan c. Ginogenesis - Cawan petri digunakan untuk menampung sperma ikan mas pada saat proses radiasi sperma dengan sinar UV 18

19 - Kotak UV ( Lampu UV 15 watt) untuk radiasi sperma ikan mas - Baskom plastik untuk menampung telur ikan nilem pada proses fertilisasi (pembuahan) telur oleh sperma ikan mas yang sudah diradiasi UV - Bulu ayam untuk mengaduk sperma ikan ikan mas dengan telur ikan nilem pada proses pembuahan - Water bath untuk memanaskan air yang akan digunakan untuk proses heat shok - Kotak stereofom digunakan sebagai wadah yang digunakan untuk proses heat shok (kejutan panas) telur yang sudah terfertilisasi atau terbuahi oleh sperma hasil radiasi UV - Termometer digunakan untuk mengukur suhu air pada proses kejutan suhu - Akuarium penetasan berukuran 20 x 20 x 20 cm 3 - Heater digunakan untuk mengatur suhu air dalam akuarium penetasan, sehingga suhu air dapat dikontrol. d. Pemeliharaan Larva Ikan Nilem (Objek Penelitian) - Akuarium ukuran 20 x 20 x 20 cm 3 dan 45 x 60 x 60 cm 3 sebagai tempat pemeliharan - Instalasi aerasi (blower, selang aerasi, kran aerasi, dan batu aerasi) untuk memasok oksigen ke dalam air pada setiap akuarium. - Alat shipon untuk memebersihkan kontoran sisa pakan pada akuarium penelitian - Skop net untuk memindahkan ikan e. Analisis Meristik dan Morfometrik - Timbangan digital untuk menimbang bobot benih ikan yang akan dianalisis karakteristik morfometrik dan meristiknya. - Mistar untuk mengukur farameter panjang pada bagian ikan sesuai karakteristik morfometrik dan meristikn yang diamati.

20 f. Identifikasi Gonad - Alat bedah unruk membedah ikan nilem setelah berumur 2 bulan untuk mengidentifikasi nisbah kelamin ikan nilem - Alat pengamatan (mikroskop binokuler dengan pembesaran 40X, cover glass, dan objec glass) untuk mengidentifikasi gonad ikan nilem dalam menentukan kelamin jenis kelaminnya g. Pengumpulan Data - Kamera untuk mendokumentasikan rangkaian kegiatan pada penelitian - Alat Tulis untuk mencatat semua data yang diperoleh selama penelitian 3.2.2 Bahan Penelitian a. Pemijahan Buatan - Induk jantan dan betina ikan nilem diperoleh dari Laboratorium Lapangan Ciparanje Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran sebanyak 5 pasang, serta induk ikan mas strain sinyonya diperoleh dari petani KJA Cirata di daerah Maleber, Cianjur sebanyak 10 ekor. - Hormon Ovaprim sebagai hormon pemijahan - Aquades untuk mengencerkan hormon ovaprim sebelum disuntikan b. Ginogenesis - Larutan fisiologis digunakan untuk mengencerkan sperma dan memprtahankan kehidupan sel-sel spermatozoa. Larutan ini dibuat dengan mencampurkan NaCl fisiologis dan aquades. c. Pemeliharaan Larva Ikan Nilem (Objek Penelitian) - Makanan berupa naupli Artemia salina., cacing sutera Tubifex sp., dan pakan buatan. d. Identifikasi Gonad - Larutan asetokarmin dibuat dengan melarutkan 0,6 g bubuk karmin ke dalam 100 ml asam asetat 45%. Larutan digunakan

21 sebagai zat pewarna, agar gonad ikan nilem yang diidentifikasi di bawah mikroskop terlihat lebih jelas. 3.3 Prosedur Penelitian Prosedur penelitian terdiri dari, Persiapan alat dan bahan, Seleksi Induk, Pemijahan Buatan, Ginogenesis, Hibridisasi dan Pemeliharaan. 3.3.1 Persiapan Alat dan Bahan Persiapan alat dan bahan penelitian merupakan tahapan pertama yang akan dilakukan dalam penelitian ini. Kegiatan yang dilakukan meliputi penyediaan alat dan bahan yang dibutuhkan selama penelitian. 3.3.2 Seleksi Induk Seleksi induk adalah kegiatan yang bertujuan untuk memilih induk yang siap untuk dipijahkan. Ikan yang sehat menjadi syarat utama agar dapat dipijahkan, artinya ikan harus bebas dari penyakit dan tidak cacat. Cara menentukan induk ikan dapat dipijahkan adalah dengan melihat ciri pada tubuh, tanda induk betina ikan nelem yang matang gonad adalah perut gendut, gerakan lamban dan lubang kelamin agak mengembang berwarna kemerahan. Sedangkan tanda induk jantan ikan nilem dan ikan mas yang sudah matang gonad adalah gerakan lincah, dan bercahaya, lubang kelamin membengkak berwarna kemerahan, dan alat kelamin mengeluarkan cairan putih pekat (sperma) ketika dilakukan pemijatan dari sirip ventral (sitip perut) menuju genital ikan. Penentuan calon indukan dilakukan seleksi berulang-ulang sehingga didapatkan induk yang benar-benar prima. 3.3.3 Pemijahan Buatan Ikan Nilem Indukan ikan nilem siap pijah akan dipijahhkan secara buatan. Pemijahan buatan dilakukan dengan cara menyuntikan hormon reproduksi (ovaprim) kepada indukan betina sebanyak 0,5 ml/kg bobot induk, dan 0,3 ml/kg bobot untuk indukan jantan. Peranan penyuntikan hormon reproduksi adalah untuk merangsang

22 terjadinya ovulasi telur oleh indukan yang dipijahkan, dan untuk indukan jantan penyuntikan hormon berperan meningkatkan produksi sperma yang akan dikeluarkan. Penyuntikan hormon dilakukan dengan teknik satu kali secara intramuscular, yaitu penyuntikan pada bagian otot punggung ikan nilem. Selang waktu antara penyuntikan dengan ovulasi adalah 14-20 jam, untuk itu pada selang waktu tersebut perlu dilakukan pemeriksaan untuk memastikan apakah terjadi ovulasi atau tidak pada indukan yang dipijahkan. Induk ikan nilem yang ovulasi akan mengeluarkan telur, namun dalam hal ini proses ovulasi dioptimalkan dengan stripping, yaitu pemijatan dari sirip ventral (sirip perut) menuju genital ikan. 3.3.4 Ginogenesis Ovulasi telur oleh induk ikan nilem betina harus segera dilakukan penangan, dalam hal ini penanganan yang dimaksud adalah pembuahan oleh sperma ikan mas, Proses ginogenesis diawali dengan stripping sperma. Sperma ikan yang digunakan dalam penelitian ini dihasilkan dari ikan nilem jantan dan ikan mas jantan. Penggunaan sperma dari dua spesies ikan yang berbeda dimaksudkan untuk membandingkan keefektivitasan penggunaan sperma dalam pembuhan telur ikan nelem dalam proses ginogenesis. Sperma yang dikeluarkan indukan jantan ditampung dalam wadah, selanjutnya sperma yang tertampung diencerkan dengan larutan fisiologis (NaCl Fisiologis 0,9) dengan perbandingan sperma dengan larutan fisiologis adalah 1:99 (pengenceran 100 X). Selanjutnya dilakukan proses radiasi pada sperma yang sudah diencerkan dengan sinar UV (Lampu UV 15 watt) selama 1,5 menit untuk menonaktifkan fungsi DNA sperma, sehingga sperma hanya memiliki peran membuahi telur tanpa menurunkan materi genetisnya. Fertilisasi telur adalah tahapan setelah sroses radisi sperma dilakukan, yaitu sperma dituang ke telur sebari diaduk sampai homogen. Telur terfertilisasi diinkubasi di dalam air yang memiliki suhu sekitar 25 o C untuk membersihkan telur dari sperma yang tidak membuahi telur. Setelah proses inkubasi telur selesai, tahap selanjutnya adalah kejutan panas telur untuk mencegah terjadinya polar body, yaitu dengan cara merendam telur terfertilisasi pada air bersuhu sekitar

23 40 o C selama 2 menit. Tahap terakhir dalam ginogenesis adalah penebaran telur hasil ginogenesis pada media penetasan yaitu dalam hal ini adalah akuarium. Tahapan yang dilakukan pada penelitian ini sesuai seperti yang dilakukan Wijayanti (2002) yang melakukan ginogenesis ikan nilem dengan lama radiasi sinar UV selama 1,5 menit dan lama heat shok selama 2 menit. 3.3.5 Hibridisasi Proses hibridisasi diawali dengan penanganan telur setelah induk ikan betina ovulasi, dalam hal ini yaitu induk ikan nilem. Penanganan telur ikan nilem dilakukan dengan cara membuahi telur ikan nilem dengan sperma ikan dari spesies, genus atau famili yang berbeda, dalam penelitian ini digunakan sperma ikan mas untuk membuahi telur ikan nilem, namun sebagai kontrol telur ikan nilem juga ada yang dibuhi menggunakan sperma ikan nilem. Telur ikan nilem yang sudah terfertilisasi oleh sperma langsung ditebar pada media penetasan seperti akuarium. 3.3.6 Pemeliharaan Larva Ikan Nilem Pemeliharaan dalam akuarium berukuran 20 x 20 x 20 cm 3 dilakukan sampai embrio menetas dan larva berumur 3 minggu. Pakan yang diberikaan berupa naupli Artemia salina selama 3 minggu. Pemindahan larva ikan nilem dilakukan setelah larva berumur tiga minggu ke dalam akuarium yang berukuran lebih besar yaitu akurium dengan ukuran 45 x 60 x 60 cm 3. Selama satu bulan ikan diberi pellet merek dagang hiprovit, dan selanjutnya diberi pellet dengan ukuran yang lebih besar seperti pellet dengan merek dagang F99 kurang lebih sampai ikan berumur tiga bulan. Pemeliharaan tambahan selain pemberian pakan adalah siphon yaitu pembersihan media pemeliharaan dari kotorankotoran. 3.4 Metode Penelitian Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif, yaitu dengan menganalisis tingkat keberhasilan proses ginogenesis dan hibridisasi,

24 kemudian dilanjutkan pengamatan karakteristik morfometrik, meristik, serta rasio jenis kelamin benih ikan. 3.5 Parameter Penelitian Parameter yang diamati terdiri dari parameter utama dan parameter penunjang. Parameter utama dilakukan dengan menghitung tingkat keberhasilan proses ginogensis dan hibridisasi, parameter yang diamati meliputi derajat fertilisasi telur (FR), derajat penetasan telur (HR) dan tingkat kelangsungan hidup larva (SR). Parameter penunjang dilakukan dengan pengamatan karakteristik morfometrik, meristik, dan rasio jenis kelamin ikan, parameter yang diamati meliputi panjang total, panjang cagak, tinggi badan, lebar badan, lebar kepala, panjang kepala, jumlah jari-jari lemah sirip punggung (D), jumlah jari-jari lemah sirip dada (P), jumlah jari-jari sirip perut (V), jumlah jari-jari sirip dubur (A), jumlah sisik linea lateralis, jenis kelamin ikan, heterositas ikan, serta korelasi panjang berat. Pengamatan derajat fertilisasi telur (FR) dilakukan setelah pembuahan telur pada proses ginogenesis selesai dilakukan, derajat penetasan telur (HR) dilakukan ketika embrio berumur 17-20 jam dari proses pembuahan telur, pengamatan tingkat kelangsungan hidup (SR) dilakukan hanya untuk proses ginogenesis yaitu setelah larva ikan nilem hasil ginogenesis berumur 7 hari. Pengamatan parameter pendukung seperti karakteristik morfometrik, meristik, dan rasio jenis kelamin ikan dilakukan ketika ikan sudah memeiliki ciri-ciri primer yaitu setelah ikan berumur 3 bulan. Adapun beberapa rumus dan penjelasan yang dibutuhkan dalam pengamatan parameter penelitian adalah sebagai berikut: 3.5.1 Derajat Fertilisasi Telur (FR) Effendie (1979) menyebutkan bahwa untuk mengetahui derajat fertilisasi telur ikan dapat menggunakan rumus sebagai berikut: Po FR (%) = x 100% P

25 Keterangan: FR : Derajat pembuahan telur (%) P : Jumlah telur sampel Po : Jumlah telur yang dibuahi 3.5.2 Derajat Penetasan Telur (HR) Effendie (1979) menyebutkan bahwa untuk mengetahui derajat penetasan telur ikan dapat menggunakan rumus sebagai berikut: Pt HR (%) = x 100% Po Keterangan: HR : Derajat penetasan telur (%) Pt : Jumlah telus yang menetas Po : Jumlah telur yang dibuahi 3.5.3 Kelangsungan Hidup Ikan (SR) Effendie (1979) menyebutkan bahwa untuk mengetahui tingkat kelangsungan hidup ikan dapat menggunakan rumus sebagai berikut: Nt SR (%) = x 100% No Keterangan: SR Nt No : Kelangsungan hidup/ survival rate ikan selama percobaan : Jumlah ikan pada akhir percobaan (ekor) : Jumlah ikan pada awal percobaan (ekor) 3.5.4 Karakter Morfometrik dan Meristik Syamsiah (2001) melakukan pengamatan karakteristik morfometrik dan meristik pada ikan dengan parameter yang diamati sebagai berikut: 1. Panjang total adalah jarak antara ujung bibir terdepan hingga ujung sirip ekor paling belakang. 2. Panjang cagak adalah jarak antara kepala terdepan sampai lekuk cabang sirip ekor.

26 3. Tinggi badan adalah jarak terbesar antara tubuh bagian atas (punggung) hingga sisi tubuh bagian bawah (perut). 4. Lebar badan adalah jarak terbesar sisi tubuh sebelah kiri dengan sisi tubuh sebelah kanan. 5. Panjang kepala adalah jarak antara ujung bibir terdepan hingga belakang tutup insang. 6. Lebar kepala adalah jarak terbesar antara kedua operculum kiri dan kanan kepala. 7. Jari-jari lemah adalah jari-jari sirip ikan yang bersifat transparan seperti tulang rawan beruas-ruas serta mudah dibengkokkan. 8. Linea lateralis adalah garis yang dibentuk oleh pori-pori. 3.5.5 Heterositas Ikan Robisalmi et al. (2009) pengestimasian nilai heterositas ikan hasil persilangan dapat dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Keterangan: H : Heterositas F1 : Ikan hasil persilangan/hibrid F2 : Ikan normal 3.5.6 Korelasi Panjang Berat Effendie (1979) Menentukan korelasi antara panjang dan berat ikan dengan menggunakan rumus: log a 2 log L log L log L logw logw 2 N log L log L 2

27 log b Keterangan: logw N log a log L N : Jumlah sampel ikan W : Berat (gram) L : SL (panjang cagak ikan (mm)) b 3 : Maka pertumbuhan allometrik, yaitu b>3 (pertambahan berat lebih cepat dibandingkan pertambahan panjang), dan b<3 (pertambahan panjang lebih cepat dibandingkan pertambahan berat). b = 3 : Maka pertumbuhannya isometrik, yaitu pertambahan panjang sama dengan pertambahan berat. 3.5.6 Persentase Jenis Kelamin Zairin (2002) menyebutkan bahwa untuk mengetahui presentase jenis kelamin ikan dapat menggunakan rumus sebagai berikut: 1. Jantan Jumlah ikan jantan (sampel) Persen (%) ikan jantan = x 100% total ikan sampel 2. Betina Jumlah ikan betina (sampel) Persen (%) ikan berina = x 100% total ikan sampel 3. Interseks (Tidak berkembang) 3.6 Analisis Data Jumlah ikan TB Persen (%) ikan interseks = x l00% total ikan sampel Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel dan gambar dan dianalisis secara deskriptif melalui pengkajian hasil pengamatan dengan data penujang dari literatur yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan.