BENTUK ASAL DENUDASIONAL

dokumen-dokumen yang mirip
TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN. Perubahan Bentangalam

BENTUK LAHAN (LANDFORM) MAYOR DAN MINOR

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

EROSI DAN SEDIMENTASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Teori Pembentukan Permukaan Bumi Oleh Faktor Eksogen. Oleh : Upi Supriatna, S.Pd

BAB I PENDAHULUAN. utama dunia yaitu lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia dan lempeng. Indonesia juga merupakan negara yang kaya akan hasil alam.

KARAKTERISTIK TANAH. Angga Yuhistira Teknologi dan Manajemen Lingkungan - IPB

07. Bentangalam Fluvial

BAB I BENTUK MUKA BUMI

TANAH LONGSOR; merupakan salah satu bentuk gerakan tanah, suatu produk dari proses gangguan keseimbangan lereng yang menyebabkan bergeraknya massa

PAPER KARAKTERISTIK HIDROLOGI PADA BENTUK LAHAN VULKANIK

BAB IV GEOMORFOLOGI DAN TATA GUNA LAHAN

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 4. Dinamika Lithosferlatihan soal 4.5

ANALISA BENTANG ALAM

PERUBAHAN IKLIM GLOBAL DAN PROSES TERJADINYA EROSI E-learning Konservasi Tanah dan Air Kelas Sore tatap muka ke 5 24 Oktober 2013

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kebutuhan manusia akibat dari pertambahan jumlah penduduk maka

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( R P P )

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau menurunnya kekuatan geser suatu massa tanah. Dengan kata lain, kekuatan

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 3 MATARAM

Longsoran translasi adalah ber-geraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk rata atau menggelombang landai.

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB II FAKTOR PENENTU KEPEKAAN TANAH TERHADAP LONGSOR DAN EROSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

HIDROSFER Berdasarkan proses perjalanannya, siklus dapat dibedakan menjadi 3 jenis sebagai berikut :

BAB II LANDASAN TEORI

KERAGAMAN BENTUK MUKA BUMI: Proses Pembentukan, dan Dampaknya Terhadap Kehidupan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan akan lahan untuk berbagai kepentingan manusia semakin lama

PROSES GEOMORFIK. Kelompok V : 1. Nur Asyriyanti Bagenda 2. Ikawati Basri 3. Jamriani 4. Ririen

BENTUK-BENTUK MUKA BUMI

Geologi Daerah Perbukitan Rumu, Buton Selatan 19 Tugas Akhir A - Yashinto Sindhu P /

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

EROSI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OLEH: MUH. ANSAR SARTIKA LABAN

ACARA IV POLA PENGALIRAN

I. PENDAHULUAN. Degradasi lahan atau kerusakan lahan merupakan faktor utama penyebab

HIDROSFER I. Tujuan Pembelajaran

BAB 5: GEOGRAFI DINAMIKA HIDROSFER

Dampak pada Tanah, Lahan dan Ruang Dampak pada Komponen Udara Dampak pada Kualitas Udara Dampak pada Komponen Iklim Dampak pada Fauna dan Flora

TUGAS TEKNOLOGI KONSERVASI SUMBER DAYA LAHAN

PENGEMBANGAN KONSERVASI LAHAN TERHADAP EROSI PARIT/JURANG (GULLY EROSION) PADA SUB DAS LESTI DI KABUPATEN MALANG

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kabupaten Temanggung terletak di tengah-tengah Propinsi Jawa Tengah

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Letak, Batas, dan Luas Daerah Penelitian. Sungai Oyo. Dalam satuan koordinat Universal Transverse Mercator

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Menurut seorang ilmuwan kuno yang bernama Eratosthenes Geografi berasal

mampu menurunkan kemampuan fungsi lingkungan, baik sebagai media pula terhadap makhluk hidup yang memanfaatkannya. Namun dengan

Contents BAB I... 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pokok Permasalahan Lingkup Pembahasan Maksud Dan Tujuan...

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

II. PEMBENTUKAN TANAH

TEKNOLOGI PEMANFAATAN LAHAN MARGINAL KAWASAN PESISIR

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II Geomorfologi. 1. Zona Dataran Pantai Jakarta,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah

BAB IV ANALISIS HASIL PENGOLAHAN DATA INFILTRASI

L O N G S O R BUDHI KUSWAN SUSILO

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Wilayah Administratif Kabupaten Tanggamus

BAB I PENDAHULUAN. Lahan merupakan salah satu sumberdaya alam yang dibutuhkan umat

PEMETAAN GEOLOGI METODE LINTASAN SUNGAI. Norma Adriany Mahasiswa Magister teknik Geologi UPN Veteran Yogyakarta

KESUBURAN TANAH DAN NUTRISI TANAMAN

BAB V ANALISIS DAN DISKUSI

6.padang lava Merupakan wilayah endapan lava hasil aktivitas erupsi gunungapi. Biasanya terdapat pada lereng atas gunungapi.

HIDROSFER II. Tujuan Pembelajaran

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Erosi

Sumber : geosetia.blogspot.com Gambar 3.1 Morfologi Sungai

geografi Kelas X PEDOSFER I KTSP & K-13 A. PROSES PEMBENTUKAN TANAH

PETA SATUAN LAHAN. Tabel 1. Besarnya Indeks LS menurut sudut lereng Klas lereng Indeks LS 0-8% 0,4 8-15% 1, % 3, % 6,8 >40% 9,5

Identifikasi Daerah Rawan Longsor

BAB I PENDAHULUAN. Dalam daur hidrologi, energi panas matahari dan faktor faktor iklim

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. air. Melalui periode ulang, dapat ditentukan nilai debit rencana. Debit banjir

IDENTIFIKASI JENIS-JENIS TANAH DI INDONESIA A. BAGAIMANA PROSES TERBENTUKNYA TANAH

BAB 2: GEOGRAFI LITHOSFER

Oleh Listumbinang Halengkara, S.Si.,M.Sc. Prodi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan IPS FKIP Unila

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Hujan memiliki peranan penting terhadap keaadaan tanah di berbagai

KLASIFIKASI BENTUKLAHAN

DINAMIKA PANTAI (Geologi, Geomorfologi dan Oseanografi Kawasan Pesisir)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempengan dunia yaitu Eurasia,

TINJAUAN PUSTAKA. Longsor. Gerakan tanah atau lebih dikenal dengan istilah tanah longsor adalah

GERAKAN TANAH DI KAMPUNG BOJONGSARI, DESA SEDAPAINGAN, KECAMATAN PANAWANGAN, KABUPATEN CIAMIS, JAWA BARAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan hubungan dengan kelingkungan (Versatappen, 1983 dalam Suwarno 2009).

APLIKASI PJ UNTUK PENGGUNAAN TANAH. Ratna Saraswati Kuliah Aplikasi SIG 2

GEOLOGI DAERAH KLABANG

TINJAUAN PUSTAKA. yang merupakan kesatuan ekosistem dengan sungai dan anak-anak sungainya

BAB 3 GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

KLASIFIKASI GEOMORFOLOGI. didasarkan pada kelerengan dan beda tinggi menurut van Zuidam & Cancelado (1979) (Tabel

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Proses erosi karena kegiatan manusia kebanyakan disebabkan oleh

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala

SEARCH : Fisik dan Lingkungan Alam Geomorfologi Indonesia

HIDROSFER III. Tujuan Pembelajaran

TINJAUAN PUSTAKA. erosi, tanah atau bagian-bagian tanah pada suatu tempat terkikis dan terangkut

MITIGASI BENCANA ALAM II. Tujuan Pembelajaran

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

TENAGA EKSOGEN BENTUK MUKA BUMI. Dampak Terhadap Kehidupan TENAGA ENDOGEN ANEKA RAGAM BENTUK MUKA BUMI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III TATANAN GEOLOGI. terbagi dalam tujuh (7) satuan fisiografi, yaitu : Dataran Rendah Timur (Eastern

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lahan merupakan sumberdaya yang sangat penting untuk memenuhi

Transkripsi:

BENTUK ASAL DENUDASIONAL A. Bentuk Lahan Asal Denudasional Denudasi berasal dari kata dasar nude yang berarti telanjang, sehingga denudasi berarti proses penelanjangan permukaan bumi. Bentuk lahan asal denudasional dapat didefinisikan sebagai suatu bentuk lahan yang terjadi akibat proses-proses pelapukan, erosi, gerak masa batuan (mass wating) dan proses pengendapan yang terjadi karena agradasi atau degradasi (Herlambang, Sudarno. 2004:42). Proses degradasi cenderung menyebabkan penurunan permukaan bumi, sedangkan agradasi menyebabkan kenaikan permukaan bumi. B. Ciri-ciri Bentuk Lahan Asal Denudasional Ciri-ciri dari bentuk lahan yang asal terjadi secara denudasioanal, yaitu: 1. Relief sangat jelas: lembah, lereng, pola aliran sungai. 2. Tidak ada gejala struktural, batuan massif, dep/strike tertutup. 3. Dapat dibedakan dengan jelas terhadap bentuk lain 4. Relief lokal, pola aliran dan kerapatan aliran menjadi dasar utama untuk merinci satuan bentuk lahan 5. Litologi menjadi dasar pembeda kedua untuk merinci satuan bentuk lahan. Litologi terasosiasi dengan bukit, kerapatan aliran,dan tipe proses. C. Proses Terbentuknya Bentuk Lahan Asal Denudasional Denudasi meliputi proses pelapukan, erosi, gerak masa batuan (mass wating) dan proses pengendapan/sedimentasi. 1. Pelapukan Pelapukan (weathering) dari perkataan weather dalam bahasa Inggris yang berarti cuaca, sehingga pelapukan batuan adalah proses yang berhubungan dengan perubahan sifat (fisis dan kimia) batuan di permukaan bumi oleh pengaruh cuaca. Secara umum, pelapukan diartikan sebagai proses hancurnya massa batuan oleh tenaga Eksogen, menurut Olliver(1963) pelapukan adalah proses penyesaian kimia, mineral dan sifat fisik batuan terhadap kondisi lingkungan di sekitarnya. Plug : 1 1

Akibat dari proses ini pada batuan terjadi perubahan warna, misalnya kuningcoklat pada bagian luar dari suatu bongkah batuan. Meskipun proses pelapukan ini berlangsung lambat, karena telah berjalan dalam jangka waktu yang sangat lama maka di beberapa tempat telah terjadi pelapukan sangat tebal. Ada juga daerahdaerah yang hasil pelapukannya sangat tipis, bahkan tidak tampak sama sekali, hal ini terjadi sebagai akibat dari pemindahan hasil pelapukan pada tempat yang bersangkutan ke tempat lain. Tanah yang kita kenal ini adalah merupakan hasil pelapukan batuan. Faktor-faktor yang mempengaruhi pelapukan adalah: a. Jenis batuan (kandungan mineral, retakan, bidang pelapisan, patahan dan retakan). Batuan yang resisten lebih lambat terkena proses eksternal sehingga tidak mudah lapuk, sedangkan batuan yang tidak resisten sebaliknya. Contoh : - Limestone, resisten pada iklim kering tetapi tidak resisten pada iklim basah. - Granit, resisten pada iklim basah tetapi tidak resisten pada iklim kering. b. Iklim, terutama tenperatur dan curah hujan sangat mempengaruhi pelapukan.contoh : - Iklim kering, jenis pelapukannya fisis - Iklim basah, jenis pelapukannya kimia - Iklim dingin, jenis pelapukannya mekanik c. Vegetasi, atau tumbuh-tumbuhan mempunyai peran yang cukup besar terhadap proses pelapukan batuan. Hal ini dapat terjadi karena: - Secara mekanis akar tumbuh-tumbuhan itu menembus batuan, bertambah panjang dan membesar menyebabkan batuan pecah. - Secara kimiawi tumbuh-tumbuhan melalui akarnya mengeluarkan zat-zat kimia yang dapat mempercepat proses pelapukan batuan. Akar, batang, daun yang membusuk dapat pula membantu proses pelapukan, karena pada bagian tumbuhan yang membusuk akan mengeluarkan zat kimia yang mungkin dapat membantu menguraikan susunan kimia pada batuan. Oleh karena itu, jenis dan jumlah tumbuhan yang ada di suatu daerah sangat besar pengaruhnya terhadap pelapukan. Sebenarnya antara tumbuhtumbuhan dan proses pelapukan terdapat hubungan yang timbal balik. Plug : 1 2

d. Topografi Topografi yang kemiringannya besar dan menghadap arah datangnya sinar matahari atau arah hujan, maka akan mempercepat proses pelapukan. 2. Gerakan massa batuan (mass wasting) Yaitu perpindahan atau gerakan massa batuan atau tanah yang ada di lereng oleh pengaruh gaya berat atau gravitasi atau kejenuhan massa air. Ada yang menganggap masswasting itu sebagai bagian dari pada erosi dan ada pula yang memisahkannya. Hal ini mudah difahami karena memang sukar untuk dipisahkan secara tegas, karena dalam erosi juga gaya berat batuan itu turut bekerja. Pada batuan yang mengandung air, gerakan massa batuan itu lebih lancar dari pada batuan yang kering. Perbedaannya ialah bahwa pada masswasting, air hanya berjumlah sedikit dan fungsinya bukan sebagai pengangkut, melalinkan hanya sekedar membantu memperlancar gerakan saja. Sedang dalam erosi diperlukan adanya tenaga pengangkut. Gerakan massa batuan pada dasarnya disebabkan oleh adanya gayaberat/gravitasi atau gaya tarik bumi. Plug : 1 3

Gambar. MassWasting 3. Erosi Erosi adalah suatu proses geomorfologi, yaitu proses pelepasan dan terangkutnya material bumi oleh tenaga geomorfologis baik kekuatan air, angin, gletser atau gravitasi. Faktor yang mempengaruhi erosi tanah antara lain sifat hujan, kemiringan lereng dari jaringan aliran air, tanaman penutup tanah, dan kemampuan tanah untuk menahan dispersi dan untuk menghisap kemudian merembeskan air kelapisan yang lebih dalam. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi erosi tanah adalah: a. Iklim: Faktor iklim yang berpengaruh adalah curah hujan, angin,temperatur, kelembapan, penyinaran matahari. Banyaknya curah hujan,intensitas dan distribusi hujan menentukan dispersi hujan terhadap tanah, jumlah dan kecepatan aliran permukaan, serta besarnya kerusakan erosi. Angin selain sebagai agen Plug : 1 4

transport dalam erosi beberapa kawasan juga bersama-sama dengan temperatur, kelembaban dan penyinaran matahari terhadap evapotranspirasi, sehingga mengurangi kandungan air dalam tanah yang berarti memperbesar investasi tanah yang secara tidak langsung berpengaruh terhadap kepekaan erosi tanah. b. Topografi: kemiringan lereng, panjang lereng, konfigurasi, keseragaman, dan arah lereng mempengaruhi erosi. Kemiringan lereng dinyatakan dalam derajad atau persen. Kecuraman lereng memperbesar jumlah aliran permukaan, dan memperbesar kecepatan aliran permukaan,sehingga dengan demikian memperbesar daya angkut air. Semakin besar erosi terjadi dengan makin curamnya lereng. c. Vegetasi, berperan untuk mengurangi kecepatan erosi. Kaitannya jenis tumbuhan, aliran permukaan dan jumlah erosi adalah seperti dalam Tabel berikut: Sumber: Arsyad (1989) Plug : 1 5

d. Tanah. Kepekaan tanah terhadap erosi tergantung pada sifat-sifat tanah yang mempengaruhi laju infiltrasi, permeabilitas, kapasitas menahan air dan struktur tanah. e. Manusia. Manusia dapat mencegah dan mempercepat terjadinya erosi tergantung bagaimana manusia mengelolanya.setiap proses erosi merupakan gabungan dari beberapa subproses,yaitu dimulai dengan pengambilan hasil pelapukan yang terangkut juga sebagai alat pengikis. Butir-butiran batuan secara bersama-sama dalam pengangkutan, saling bersinggungan dan saling bergesekan satu sama lain. Cara pengangkutan terhadap bahan terjadi berbeda-beda: ada yang terapung di permukaan, digulingkan, digeser dan sebagainya. 4. Sedimentasi atau Pengendapan Sedimentasi adalah proses penimbunan tempat-tempat yang lekuk dengan bahanbahan hasil erosi yang terbawa oleh aliran air, angin, maupun gletser (Suhadi Purwantara, 2005:74). Sedimentasi tidak hanya terjadi dari pengendapan material hasil erosi saja, tetapi juga dari proses mass wasting. Namun kebanyakan terjadi dari proses erosi. Sedimentasi terjadi karena kecepatan tenaga media pengangkutnya berkurang(melambat). Berdasarkan tenaga alam yang mengangkutnya sedimentasi dibagi atas : Sedimentasi air sungai (floodplain dan delta), air laut, angin,dan geltsyer. D. Satuan Bentuk Lahan Asal Denudasioal 1. Pegunungan Denudasional Karakteristik umum unit mempunyai topografi bergunung dengan lereng sangat curam (55>140%), perbedaan tinggi antara tempat terendah dan tertinggi (relief) > 500 m. Mempunyai lembah yang dalam, berdinding terjal berbentuk V karena proses yng dominan adalah proses pendalaman lembah (valley deepening). Plug : 1 6

Gambar. Pegunungan Denudasional di Daerah Wonogiri 2. Perbukitan Denudasional Mempunyai topografi berbukit dan bergelombang dengan lereng berkisar antara 15 > 55%, perbedaan tinggi (relief lokal) antara 50 -> 500 m.terkikis sedang hingga kecil tergantung pada kondisi litologi, iklim,vegetasi penutup daik alami maupun tata guna lahan. Salah satu contoh adalah pulau Berhala, hamper 72,54 persen pulau tersebut merupakan perbukitan dengan luas 38,19 ha. Perbukitan yang berada di pulau tersebut adalah perbukitan denudasional terkikis sedang yang disebabkan oleh gelombang air laut serta erosi sehingga terbentuk lerenglereng yang sangat curam. Gambar. Bukit yang terbentuk dari proses denudasional di P. Berhala 3.Dataran Nyaris (Peneplain) Akibat proses denudasional yang bekerja pada pegunungan secara terus menerus, maka permukaan lahan pada daerah tersebut menurun ketinggiannya dan Plug : 1 7

membentuk permukaan yang hamper datar yang disebut dataran nyaris (peneplain). Dataran nyaris dikontrol oleh batuan penyusunan yang mempunyai struktur berlapis (layer). Apabila batuan penyusun tersebut masih dan mempunyai permukaan yang datar akibat erosi, maka disebut permukaan planasi. Gambar. Dataran Nyaris Terjadi karena letusan gunung Merbabu pada tahun 1968 yang menyebabkan erosi sehingga membentuk dataran tinggi yang lebar dan terpisah pada puncakpuncaknya yang kemudian membentuk kaldera-kaldera yang telah mati seperti Kawah Condrodimuko,Kawah Kombang, Kawah Kendang dan Kawah Sambernyowo. Gambar. Dataran nyaris yang terjadi akibat proses denudasional yang bekerja pada pegunungan atau perbukitan 4. Perbukitan Sisa Terpisah (inselberg) Apabila bagian depan (dinding) pegunungan/perbukitan mundur akibat proses denudasi dan lereng kaki bertambah lebar secara terus menerus akan Plug : 1 8

meninggalkan bentuk sisa dengan lereng dinding yang curam. Bukit sisah terpisah atau inselberg tersebut berbatu tanpa penutup lahan (barerock) dan banyak singkapan batuan (outcrop). Kenampakan ini dapat terjadi pada pegunungan/perbukitan terpisah maupun pada sekelompok pegunungan/perbukitan, dan mempunyai bentuk membulat. Apabila bentuknya relative memanjang dengan dinding curam tersebut monadnock. Gambar. Inselberg di skotlandia 5 Kerucut Talus (Talus cones) atau kipas koluvial (coluvial van) Mempunyai topografi berbentuk kerucut/kipas dengan lereng curam (350). Secara individu fragmen batuan bervariasi dari ukuran pasir hingga blok, tergantung pada besarnya cliff dan batuan yang hancur. Fragmen berukuran kecil terendapkan pada bagian atas kerucut (apex) sedangkan fragmen yang kasar meluncur ke bawah dan terendapkan di bagian bawah kerucut talus. Plug : 1 9

Gambar. Kerucut talus sebagai akibat pelapukan pada lereng pegunungan yang sangat curam. Gambar. Talus Cones in Banff National Park, Alberta. 6. Lereng Kaki (Foot slope) Mempunyai daerah memanjang dan relatif sermpit terletak di suatu pegunungan/perbukitan dengan topografi landai hingga sedikit terkikis. Lereng kaki terjadi pada kaki pegunungan dan lembah atau dasar cekungan (basin). Permukaan lereng kaki langsung berada pada batuan induk (bed rok). Dipermukaan lereng kaki terdapat fragmen batuan hasil pelapukan daerah di atasnya yang diangkut oleh tenaga air ke daerah yang lebih rendah. Plug : 1 10

Gambar. Lereng Kaki 7. Lahan Rusak (Bad land) Merupakan daerah yang mempunyai topografi dengan lereng curam hingga sangat curam dan terkikis sangat kuat sehingga mempunyai bentuk lembah-lembah yang dalam dan berdinding curam serta berigir tajam (knife-like) dan membulat. Proses erosi parit (gully erosion) sangat aktif sehingga banyak singkapan batuan muncul ke permukaan (rock outcrops). Gambar. Badland di Bahia Brazil 8. Pedimen Komponen kaki lereng dari lereng erosi secara geomorfis adalah permukaan erosi yang terletak di permukaan kaki lereng yang mundur dengan batuan atau sedimen Plug : 1 11

yang terletak dibawah nya yang juga terletak di bawah daerah tinggi yang tertutup mantel oleh sedimen dan secara normal mempunyai profil cekung ke atas Gambar pedimen 9. Gawir Morfologi Escarpment (Gawir Sesar) adalah bentangalam yang berbentuk bukit dimana salah satu lerengnya merupakan bidang sesar. Morfologi gawir sesar biasanya dicirikan oleh bukit yang memanjang dengan perbedaan tinggi yang cukup ekstrim antara bagian yang datar dan bagian bukit. Pada umumnya bagian lereng yang merupakan bidang sesar diendapkan material hasil erosi (talus) membentuk morfologi kaki lereng dengan berelief landai. Pada sesar mendatar, pergeseran memungkinkan salah satu bagian bergerak kearah atas terhadap bagian lainnya yang kemudian membentuk gawir. Plug : 1 12

10. Kipas rombakan lereng Gambar gawir E. Dampak Proses Bentuk Lahan Asal Denudasional Plug : 1 13

Proses bentuk lahan denudasional adalah erosi, mass wasting, dan juga pelapukan. Ketiga proses tersebut memberikan dampak atau pengaruh bagi lahan di permukaan bumi. Selain, menyebabkan terbentuknya lahan baru seperti yang telah dijelaskan di atas (contoh satuan bentuk lahan asal denudasional), ketiga proses tersebut juga membawa dampak lain. 1.Dampak Erosi Akibat yang ditimbulkan erosi beragam dan dampaknya sangat luas, diantaranya : 1. Penurunan Produktivitas tanah akibat hilangnya bahan organik yang terkandung di dalam tanah. Bahan organik tersebut merupakan bahan utama penentu kesuburan tanah. 2. Terjadinya pemadatan tanah sehingga menyebabkan terjadinya penurunnan kapasitas infiltrasi tanah. 3. Terjadinya pengendapan bahan endapan pada sumber-sumber air, danau, dan bendungan sehingga terjadi pendangkalan. 4. Terjadinya banjir di bagian hilir sungai akibat pendangkalan. 5. Memperluas daratan di bumi. Erosi yang terjadi di daerah pegunungan materialnya akan dibawa ke laut dan mengendap di dasar laut. Peristiwa seperti ini telah berlangsung jutaan tahun lamanya sehingga endapan yang terbentuk semakin lama semakin luas dan tebal yang akhirnya membentuk daratan. 6. Pembalikan lapisan tanah 2. Dampak Pelapukan 1. Pemicu gerak massa batuan 2. Terjadinya Degradasi permukaan lahan 3. Memunculkan habitat Dengan adanya pelapukan terhadap batuan, terbentuklah tanah sehingga memunngkinkan tumbuh-tumbuhan hidup di atas tanah tersebut 4. Rusaknya struktur batuan sehingga terbentuk bentukan baru pada permukaan bumi. Bentuk-bentuk yang dihasilkan oleh pelapukan, yaitu : Plug : 1 14

a. Differential Watering Istilah ini digunakan bagi semua jenis pelapukan yang melubangi bagianbagian yang lunak dari massa batuan. Hasilnya dapat berupa cekungan atau jalur torehan atau menimbulkan relief yang kuat pada berkas-berkas endapan yang terdiri dari materi yang tahan terhadap desintegrasi dan dekomposisi. b. Demoiselles Bentuk yang dihasilkan kadang-kadang terdapat pada glacial till, materimateri yang kecil dihilangkan karena materi tersebut tertutup oleh batuan resisten yang selanjutnya akan berupa pilar-pilar yang bagian atasnya mendapat penutup batuan yang keras tersebut. c. Boulders Kadang-kadang batuan mempunyai pola beririsan sehingga berbentuk blok-blok yang berbentuk romboedris. Retakan-retakan itu demikian sempit sehingga sukar dilihat sepintas lalu, tetapi hal ini bukan suatu halangan untuk terjadi pelapukan. Sudut-sudut atau rusuk-rusuk lebih cepat mengalami penumpukan sehingga terjadi tumpukan-tumpukan batuan yang berbentuk oval, batuan yang berbentuk oval tersebut yang disebut Boulders. 3. Dampak Mass Wasting 1. Gerak massa batuan dapat mendorong dan menyebabkan bencana tanah longsor apabila didukung oleh terganggunya kestabilan pada tanah. 2. Pengendapan atau sedimentasi di daerah bagian bawah. 3. Pembalikan lapisan tanah 4. Dampak Sedimentasi 1. Terjadi pendangkalan di DAS, danau, dan bendungan 2. Banjir akibat pendangkalan di daerah hilir sungai 3. Pengendapan secara terus menerus menyebabkan terbentuknya beberapa bentukan alam antara lain : kipas alluvial, meander, dataran banjir, delta, gosong, nehrung, haff, tombolo, gurun pasir, dan lain-lain. Plug : 1 15

DAFTAR PUSTAKA http://kepalabatu.finddiscussion.com/t4-bentuk-lahan-berdasarkan- prosespembentukannya. http://www.scribd.com/doc/12844677/analisa-bentuk-lahan- Struktural-Fluvial-Denudasional. http://earthy-moony.blogspot.com/2010/11/bentuklahan-asalproses-denudasional.html Plug : 1 16