ANALISIS PERILAKU PEMECAHAN MASALAH PADA SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATEMATIKA MATERI SEGIEMPAT KELAS VII SMPN 7 SURABAYA

dokumen-dokumen yang mirip
Kata Kunci: pemecahan masalah, masalah nonrutin, kesalahan siswa.

1. PENDAHULUAN. berkemampuan rendah.

P - 58 PEMAHAMAN SOAL CERITA MELALUI PARAFRASE

DIAGNOSIS KESULITAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATERI SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL SERTA UPAYA MENGATASINYA MENGGUNAKAN SCAFFOLDING

ANALISIS KESALAHAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL (SPLDV) DAN SCAFFOLDING- NYA BERDASARKAN ANALISIS KESALAHAN NEWMAN

IDENTIFIKASI TINGKAT KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF (TKBK) SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL OPEN ENDED PADA MATERI SEGIEMPAT DI KELAS VIII SMP

Bunga Suci Bintari Rindyana 1 Tjang Daniel Chandra 2 Universitas Negeri Malang

Prasetyo Universitas Negeri Malang Pembimbing : (I) Dr. H. Makbul Muksar, S.Pd, M.Si, (II) Drs. Sukoriyanto, M.Si.

Anggraini Gandung Sugita Program Studi Pendidikan MatematikanUniversitas Tadulako Nia Kurniadin SMP Al-Azhar Palu. Abstrak

Kesalahan Siswa Tipe Kepribadian Thinking dan Feeling dalam Menyelesaikan Masalah Program Linear

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan manusia sehari-hari. Beberapa diantaranya sebagai berikut:

IDENTIFIKASI KESALAHAN SISWA MENGGUNAKAN NEWMAN S ERROR ANALYSIS (NEA) PADA PEMECAHAN MASALAH OPERASI HITUNG BENTUK ALJABAR

BAB I PENDAHULUAN. digunakan secara luas dalam berbagai bidang kehidupan.

PENINGKATAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK DENGAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING BERBANTUAN ALAT PERAGA

Alamat Korespondensi: Jl. Ir. Sutami No. 36A Kentingan Surakarta, , 2)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KEMAMPUAN SISWA MEMECAHKAN MASALAH BERBENTUK SOAL CERITA ALJABAR MENGGUNAKAN TAHAPAN ANALISIS NEWMAN

Kata Kunci: Pohon Matematika, Berpikir kreatif

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Matematika salah satu cabang ilmu pengetahuan yang sudah

Volume 2 Nomer 1 Juli 2016

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JUCAMA PADA MATERI TEOREMA PYTHAGORAS

MATHEdunesa Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Volume 3 No 3 Tahun 2014

KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS MENYELESAIKAN SOAL OPEN-ENDED MENURUT TINGKAT KEMAMPUAN DASAR MATERI SEGIEMPAT DI SMP

Pendahuluan. Sekar Tyas Asih et al., Analisis Kesalahan Siswa Dalam Memecahkan...

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

DESKRIPSI KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL

I. PENDAHULUAN. depan yang lebih baik. Melalui pendidikan seseorang dapat dipandang terhormat,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau

ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA SPLDV BERDASARKAN LANGKAH PENYELESAIAN POLYA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB V PEMBAHASAN. tentang kemampuan berpikir kreatif siswa berdasarkan gender kelas VII C MTs Darul

Nita Giovani, Budiyono Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Purworejo

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB V PEMBAHASAN. Berdasarkan temuan penelitian pada bab IV, peneliti mengetahui hasil atau

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan tidak terlepas dari tujuan pendidikan yang telah hendak dicapai,

PROFIL PENGAJUAN SOAL MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMP PADA MATERI PERBANDINGAN DITINJAU DARI PERBEDAAN KEMAMPUAN MATEMATIKA DAN PERBEDAAN JENIS KELAMIN

Syarifatul Maf ulah, Dwi Juniati, Tatag Yuli Eko Siswono, Analisis Kemampuan Siswa...

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan yang sedang dihadapinya. Oleh karena itu, kemampuan pemecahan

PENGARUH PENDEKATAN OPEN-ENDED TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN BERPIKIR KREATIF SISWA KELAS VII MTs SE KECAMATAN SUTERA

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Seperti halnya ilmu lain, matematika

BAB I PENDAHULUAN. salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas hidup seseorang. Tujuan pembelajaran matematika dinyatakan dalam National Council

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu cabang ilmu yang membuat peserta didik dapat mengembangkan kemampuan

KESULITAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH FUNGSI

Profil Pemecahan Masalah Matematika Siswa Ditinjau dari Gaya Kognitif Reflektif dan Impulsif

PROFIL KEMAMPUAN SISWA SMP DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA OPEN-ENDED MATERI PECAHAN BERDASARKAN TINGKAT KEMAMPUAN MATEMATIKA

Proses Metakognitif Siswa SMA dalam Pengajuan Masalah Geometri YULI SUHANDONO

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

I. PENDAHULUAN. serta bertanggung jawab. Salah satu cara memperoleh sumber daya manusia yang

I. PENDAHULUAN. untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya seoptimal mungkin. Pendidikan

KECERDASAN LOGIS-MATEMATIS SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA PADA MATERI KOMPOSISI FUNGSI

BAB VI PENUTUP. Berdasarkan hasil analisis data mengenai letak dan penyebab kesalahan yang. persamaan linier dua variabel adalah sebagai berikut:

JENIS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA BERDASARKAN PROSEDUR NEWMAN

ANALISIS PENALARAN ANALOGI SISWA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH PYTHAGORAS PADA SISWA SMP

Analisis Perbandingan Penalaran Kreatif Soal Ujian Nasional Matematika Tahun 2016 Tingkat Sekolah Lanjutan Atas

BAB I PENDAHULUAN. bermutu perlu mendapatkan penanganan yang lebih baik. wujud dari pangakuan bahwa matematika sangat dibutuhkan dalam pengembangan

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN PROBLEM POSING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN KONEKSI MATEMATIS SISWA

MATHEdunesa Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Volume 3 No 2 Tahun 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dari yang mudah sampai yang rumit. Hal itu berguna untuk mengembangkan

ANALISIS KESALAHAN PENGOLAHAN MATEMATIKA DALAM MENYELESAIAKAN MASALAH LINGKARAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam proses belajar sehingga mereka dapat mencapai tujuan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara Etimologi atau asal-usul, kata pendidikan dalam bahasa inggris disebut dengan education, dalam

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN LANGSUNG DENGAN PENDEKATAN PROBLEM POSING DITINJAU DARI KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF

BAB III METODE PENELITIAN

KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN LEMBAR KEGIATAN SISWA BERBASIS PROBLEM SOLVING

GAYA BERPIKIR MATEMATIKA SISWA DALAM PENYELESAIAN SOAL CERITA 1. PENDAHULUAN

BAB III METODE PENELITIAN

Bella Agustin Hariyanto Bambang Soerjono. Program Sarjana, STKIP PGRI Sidoarjo Jalan Kemiri Sidoarjo. Abstak

Abstrak. Kata Kunci: Analisis Kesalahan, Prosedur Newman

KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA PADA PEMBELAJARAN PROBLEM POSING BERKELOMPOK

BAB III METODE PENELITIAN. yang dilakukan adalah deskriptif. Dikatakan demikian karena penelitian ini

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

ANALISIS KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA MELALUI PENDEKATAN PROBLEM POSING DI KELAS X IPA 1 SMA NEGERI 9 MALANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nurningsih, 2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

MATHEdunesa Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika Volume 1 No.5 Tahun 2016 ISSN :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tujuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk mata

BAB V PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil analisis tes dan wawancara terhadap 6 siswa dengan

ANALISIS TIPE KESALAHAN BERDASARKAN TEORI NEWMAN DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA PADA MATA KULIAH MATEMATIKA DISKRIT

PROSES BERPIKIR SISWA DENGAN KECERDASAN LINGUISTIK DAN LOGIS MATEMATIS DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA

Elok Mufidah dan Amaria Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya Tlp: , Abstrak

ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATEMATIKA BERDASARKAN ANALISIS KESALAHAN NEWMAN

Universitas Muhammadiyah Surakarta 1) 2) Kata Kunci: memantau dan mengevaluasi; merencana; metakognitif

KESALAHAN SISWA SMP DALAM MENYELESAIKAN SOAL MATEMATIKA BERBASIS PISA PADA KONTEN CHANGE AND RELATIONSHIP

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, karena pendidikan

KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL PROGRAM LINIER BENTUK CERITA BERBASIS NEWMAN DI MAN SALATIGA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING

PENINGKATAN KEMAMPUAN PROBLEM SOLVING MELALUI PENERAPAN PENDEKATAN PROBLEM POSING PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA POKOK BAHASAN PERSEGI PANJANG

TIPE BERPIKIR SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH PADA MATERI SISTEM PERSAMAANLINEAR DUA VARIABEL DI KELAS VIII SMPN 1 PACET

HASIL ANALISIS KESALAHAN DALAM MENYELESAIKAN SOAL SISTEM PERSAMAAN LINEAR PESERTA DIDIK SMK ANTARTIKA 1 SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1 The National Council of Teachers of Mathematics (NCTM), Principles and Standards

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V PEMBAHASAN. A. Penerapan Metode Problem Solving. Berbicara tentang pemecahan masalah tidak bisa dilepaskan dari tokoh

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA DENGAN PENERAPAN PENDEKATAN VISUAL AUDITORI KINESTETIK (VAK) Hafiz Faturahman MAN 19 Jakarta

MULTIPLE REPRESENTASI CALON GURU DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI BERFIKIR KREATIF

KOMPETENSI STRATEGIS SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA PADA MATERI PROGRAM LINIER DI SMK-SMTI PONTIANAK

ANALISIS KEMAMPUAN LITERASI MATEMATIK MAHASISWA CALON GURU MATEMATIKA

Transkripsi:

ANALISIS PERILAKU PEMECAHAN MASALAH PADA SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATEMATIKA MATERI SEGIEMPAT KELAS VII SMPN 7 SURABAYA Neza Fiscarina Avinie 1, Asma Johan 2, Ika Kurniasari 3 Jurusan Matematika, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Surabaya Email: nezavinie@gmail.com, frima_d@yahoo.com, ika.kurniasari@gmail.com ABSTRAK Salah satu tujuan utama pembelajaran matematika pada jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) berdasarkan Standar Isi 2006 yakni siswa mampu memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan solusi yang diperoleh. Penelitianpenelitian yang ada kebanyakan meneliti pemecahan masalah dari cara menemukan solusi dari perspektif pemahaman masalah, tetapi hanya sedikit yang meneliti tentang perilaku pemecahan masalah dari perspektif pemahaman masalah. Tujuan dari penelitian ini untuk mendeskripsikan perilaku pemecahan masalah pada siswa dalam menyelesaikan soal cerita matematika materi segiempat kelas VII. Jenis penelitian ini yaitu deskriptif kualitatif. Subjek penelitian terdiri dari 6 subjek, yaitu 2 subjek berkemampuan matematika tinggi, 2 subjek berkemampuan matematika sedang, dan 2 subjek berkemampuan matematika rendah. Metode pengumpulan data yang dipakai adalah metode tes dan wawancara. Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan dalam menyelesaikan soal cerita matematika materi segiempat kelas VII, perilaku subjek berkemampuan matematika tinggi mempunyai kecenderungan membaca ulang soal, menuliskan informasi yang diketahui daripada menuliskan informasi yang ditanyakan, menggunakan konteks masalah, menuliskan jawaban akhir, memberikan penjelasan, serta tidak memberikan alasan pada setiap langkah matematisnya. Perilaku subjek berkemampuan matematika sedang mempunyai kecenderungan tidak menuliskan informasi yang ditanyakan dan yang diketahui, terkadang membaca ulang soal, menggunakan konteks masalah, terkadang menuliskan jawaban akhir, memberikan penjelasan tanpa disertai alasan untuk setiap langkah matematisnya. Perilaku subjek berkemampuan matematika rendah mempunyai kecenderungan membaca ulang soal, tidak menuliskan informasi yang ditanyakan dan yang diketahui, tidak menggunakan konteks masalah, menuliskan jawaban akhir tetapi perhitungan yang dilakukan tidak bermakna karena tidak ada kaitannya dengan masalah (tidak dapat menyelesaikan soal), tidak memberikan penjelasan maupun alasan untuk setiap langkah matematisnya. Kata Kunci: pemecahan masalah, masalah nonrutin, kesalahan siswa. 1. PENDAHULUAN Menurut Holmes (dalam Wardhani, 2010:7), latar belakang atau alasan seseorang perlu belajar memecahkan masalah matematika yaitu adanya fakta bahwa orang yang mampu memecahkan masalah akan hidup dengan produktif dalam abad dua puluh ini. Selain itu orang yang terampil memecahkan masalah akan mampu berpacu dengan kebutuhan hidupnya, menjadi pekerja yang lebih produktif, dan memahami isuisu kompleks yang berkaitan dengan masyarakat global. Penelitian tentang pemecahan masalah pada siswa sekolah sudah banyak dilakukan. Penelitian-penelitian yang ada kebanyakan meneliti pemecahan masalah dari cara menemukan solusi dari perspektif pemahaman masalah, tetapi hanya sedikit yang meneliti tentang perilaku pemecahan masalah dari perspektif pemahaman masalah. Salah satu penelitian yang mengamati tentang perilaku pemecahan masalah yaitu penelitian yang dilakukan oleh Pape (2004). Pape (2004) mengkategorikan perilaku pemecahan masalah pada siswa saat menyelesaikan soal cerita menjadi dua, yakni pendekatan langsung (Direct Translation Approach/DTA) dan pendekatan bermakna (Meaningful Based Approach/MBA). Pendekatan langsung (Direct Translation Approach/DTA) mencerminkan pola dari sikap siswa yang gagal dalam memecahkan masalah karena siswa hanya akan fokus pada bilanganbilangannya dan fungsi dari istilah-istilah terkait. Sedangkan Pendekatan bermakna (Meaningful Based Approach/MBA) mencerminkan pola dari sikap siswa yang ahli dalam memecahkan masalah, siswa fokus pada variabel dan istilah-istilah terkait daripada bilangannya karena siswa memformulasikan model pikiran. Penelitian tentang menyelesaikan soal cerita yang dilakukan oleh Alriavindrafunny (2009) hasilnya menunjukkan 59,8% tergolong dalam kategori perilaku pendekatan langsung (Direct Translation Approach/DTA). Perilaku tersebut antara lain siswa cenderung tidak menuliskan informasi dalam soal seperti diketahui, ditanya, tidak menggunakan konteks dalam menuliskan penyelesaian, dan lupa menuliskan kesimpulan. Hal tersebut mencerminkan bahwa siswa tidak terbiasa untuk menyelesaikan soal cerita dan ketika mereka 1) Mahasiswa jurusan matematika program studi pendidikan matematika FMIPA Unesa 2) Dosen jurusan matematika FMIPA Unesa 3) Dosen jurusan matematika FMIPA Unesa

dihadapkan dengan soal tipe cerita maka mereka akan menyelesaikannya seperti menyelesaikan soal bukan cerita yaitu langsung melakukan perhitungan matematisnya. Tingkat kemampuan siswa yang satu dengan siswa yang lain dalam menyelesaikan soal cerita berbeda-beda. Hal ini disebabkan setiap siswa memiliki latar belakang dan pengalaman yang berbeda-beda. Menurut Sa dullah (2012), kemampuan matematika yang dimiliki seseorang akan mempengaruhi kemampuan siswa dalam memecahkan masalah karena kemampuan matematika berkaitan dengan potensi seseorang yang meliputi pengetahuan dan keterampilan dalam melakukan berbagai aktivitas, salah satunya yaitu memecahkan masalah. Dalam penelitian ini materi yang digunakan yaitu materi segiempat. Materi segiempat sebenarnya sudah diberikan kepada siswa sejak di bangku SD. Namun demikian, berdasarkan informasi dari guru mata pelajaran matematika di SMPN 7 Surabaya, siswa masih sering melakukan kesalahan dalam menyelesaikan soal yang berkaitan dengan materi segiempat. Bahkan siswa cenderung melakukan banyak kesalahan ketika dihadapkan dengan permasalahan berbentuk soal cerita. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul Analisis Perilaku Pemecahan Masalah Pada Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Cerita Matematika Materi Segiempat di Kelas VII SMPN 7 Surabaya. Tujuan penelitian ini mendeskripsikan perilaku pemecahan masalah (1) Siswa berkemampuan tinggi dalam menyelesaikan soal cerita matematika materi segiempat di kelas VII, (2) Siswa berkemampuan sedang dalam menyelesaikan soal cerita matematika materi segiempat di kelas VII, (3) Siswa berkemampuan rendah dalam menyelesaikan soal cerita matematika materi segiempat di kelas VII. Penelitian ini diharapkan bisa memberi kontribusi pengetahuan dan wawasan kepada pembaca khususnya bagi guru atau calon guru tentang perilaku pemecahan masalah pada siswa dalam menyelesaikan soal cerita matematika di kelas VII berdasarkan kategori Pape (2004) dan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan penelitian lebih lanjut mengenai perilaku pemecahan masalah pada siswa dalam menyelesaikan soal cerita matematika atau penelitian yang relevan dengan penelitian ini. Sehubungan permasalahan dan tujuan di atas, maka untuk mengetahui perilaku pemecahan masalah pada siswa dalam menyelesaikan soal cerita matematika materi segiempat kelas VII dapat dilihat dari uraian di bawah ini: Dalam pembelajaran pemecahan masalah, hal yang paling penting adalah proses bukan hasil. Dalam proses ini siswa harus mempunyai cara berpikir, kebiasaan dan keingintahuan dalam menyelesaikan masalah. Perilaku siswa dalam menyelesaikan masalah penting untuk diperhatikan disamping hasil penyelesaian dari masalah tersebut. Menurut Yuliandari (2011), perilaku siswa ini berkaitan dengan cara siswa dalam menyelesaikan masalah, bagaimana kebiasaan dan keingintahuan siswa dalam menyelesaiakan masalah. Penelitian yang dilakukan oleh Pape (2004) mengamati dan menggambarkan perilakuperilaku siswa ketika menyelesaikan masalah matematika yang berbentuk soal cerita dari perspektif yang ditinjau dari proses membaca aktif, termasuk berbagai macam perilaku strategi, seperti membaca ulang, menyimpulkan, menanyakan dan menstranformasikan struktur-struktur kalimat untuk meningkatkan pemahaman membaca. Hasil penelitian Pape (2004) ini mengkategorikan perilaku pemecahan masalah matematika pada siswa saat menyelesaikan soal cerita menjadi dua, yakni pendekatan langsung (Direct Translation Approach/DTA) dan pendekatan bermakna (Meaningful Based Approach/MBA). Pendekatan langsung (Direct Translation Approach/DTA) dibagi menjadi tiga subkategori yaitu Direct Translation Approach- Proficient (DTA-Proficient), Direct Translation Approach-Not Proficient (DTA-Not Proficient), dan Direct Translation Approach-Limited Context (DTA- Limited Context). Sedangkan untuk pendekatan bermakna (Meaningful Based Approach/MBA) dibagi menjadi dua subkategori yaitu Meaning-Based Approach- Full Context (MBA- Full Context), dan Meaning-Based Approach- Justification (MBA- Justification). Menurut Pape (2004, 199), kategori Direct Translation Approach (DTA) dikarakteristikkan dengan siswa yang memiliki kekurangan dalam menstranformasikan informasi dari masalah (berdasarkan informasi yang diberikan) atau menggunakan konteks masalah meliputi semua sumber untuk setiap elemen dan hubungan antara elemen masalah. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa karakteristik Direct Translation Approach (DTA) meliputi: siswa belum dapat mentransformasi permasalahan ke dalam kalimat matematika, siswa belum dapat menggunakan konteks dalam menyelesaikan masalah yang diberikan dan siswa belum dapat menghubungkan elemen-elemen masalah yang ada pada permasalahan dalam proses penyelesaian. Selanjutnya menurut Pape (2004, 200), kategori Meaning-Based Approach (MBA) dikarakteristikkan dengan perubahan perilaku siswa meliputi pengulangan dalam memberikan informasi, menggunakan konteks masalah, dan penjelasan dengan atau pembenaran untuk operasi hitung. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa karakteristik dari Meaning-Based Approach (MBA) meliputi: merekam informasi yang

diberikan, selalu menggunakan konteks masalah, ada penjelasan dan penilaian pada operasi-operasi matematikanya. METODE PENELITIAN 2.1 Desain Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif kualitatif karena penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan perilaku pemecahan masalah yang ditunjukkan siswa ketika menyelesaikan soal cerita matematika materi segiempat kelas VII berdasarkan kategori Pape (2004). Subjek penelitian ini adalah enam siswa SMP Negeri 7 Surabaya kelas VII-4 dengan rincian dua siswa berkemampuan matematika tinggi, dua siswa berkemampuan matematika sedang dan dua siswa berkemampuan matematika rendah. Penentuan batas-batas kelompok dapat dilihat dari tabel berikut. Tabel Kriteria Kategori Kemampuan Matematika Kemampuan Matematika Siswa Kemampuan Tinggi Kemampuan Sedang Kemampuan Rendah Skor tes >80 60 Skor tes 80 Skor tes <60 2.2 Prosedur Penelitian Terdapat tiga tahap dalam penelitian ini, yaitu: 1. Tahap Persiapan Pada tahap ini, terlebih dahulu disusun proposal penelitian dengan arahan dari dosen pembimbing. Kemudian, ditentukan sekolah yang dijadikan lokasi penelitian. Selanjutnya, dipersiapkan segala sesuatu yang digunakan dalam penelitian, yaitu sebagai berikut, a. Menentukan waktu dan tempat penelitian. b. Menyusun instrumen penelitian seperti, tes kemampuan matematika, tes pemecahan masalah dan pedoman wawancara. 2. Tahap Pelaksanaan Tahap kedua dari penelitian ini adalah pengelompokan subjek berdasarkan skor tes kemampuan matematika. Subjek yang dipilih dan diberi tes pemecahan masalah serta wawancara hanya enam subjek penelitian yaitu dua subjek dari siswa berkemampuan matematika tinggi, dua subjek dari siswa berkemampuan matematika sedang dan dua subjek dari siswa berkemampuan matematika rendah. 3. Tahap Sesudah Penelitian Langkah yang dilakukan peneliti setelah mengambil data adalah menganalisis data yang diperoleh dari hasil tes pemecahan masalah serta wawancara sesuai dengan teknik analisis data yang digunakan oleh peneliti. Kemudian peneliti membuat laporan sesuai dengan data yang telah diperoleh dan pedoman penulisan skripsi. 2.3 Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Analisis data hasil tes pemecahan masalah. Pengamatan terhadap kebenaran jawaban subjek penelitian pada saat mengerjakan tes pemecahan masalah didasarkan pada kunci alternatif jawaban yang telah ditetapkan dan dilakukan setelah subjek mengerjakan tes pemecahan masalah yang diberikan. Analisis data tes pemecahan masalah dilakukan untuk mendeskripsikan perilaku pemecahan masalah ketika siswa menyelesaikan soal cerita mengacu pada kategori perilaku menurut Pape (2004). Data hasil wawancara dianalisis dengan langkah sebagai berikut. a. Mereduksi data Mereduksi data dalam penelitian ini maksudnya, yaitu suatu bentuk analisis yang mengacu pada proses menajamkan, menggolongkan informasi, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasikan data mentah yang diperoleh dari lapangan. Data hasil wawancara dituangkan secara tertulis dengan cara sebagai berikut. 1) Mendengarkan hasil wawancara pada alat perekam beberapa kali agar dapat menuliskan dengan tepat apa yang diucapkan subjek. 2) Mentranskrip hasil wawancara. 3) Memeriksa kembali hasil transkrip tersebut dengan mendengarkan kembali ucapan-ucapan saat wawancara berlangsung untuk mengurangi kesalahan penulisan pada hasil transkrip. b. Penyajian data Dalam penelitian ini, peneliti akan menyajikan data penelitian dalam bentuk deskripsi perilaku pemecahan masalah ketika

siswa menyelesaikan soal cerita matematika berdasarkan jawaban yang dikemukakan siswa. c. Menarik Kesimpulan Pada tahap ini peneliti menggunakan hasil analisis pada tahap penyajian data untuk menyimpulkan perilaku pemecahan masalah pada subjek berkemampuan matematika tinggi, sedang dan rendah ketika menyelesaikan soal cerita matematika. 2. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan analisis data perilaku pemecahan masalah pada siswa dalam menyelesaiakan soal cerita matematika dan wawancara maka dapat dibahas hasil penelitian sebagai berikut: 1. Perilaku pemecahan masalah yang ditunjukkan subjek kemampuan matematika tinggi dalam menyelesaikan soal cerita matematika materi segiempat yaitu: 1) membaca ulang soal; 2) menuliskan informasi yang diketahui, ditanyakan; 3) menggunakan konteks masalah dalam proses maupun perhitungannya; 4) menuliskan jawaban akhir dari penyelesainnya; 5) ada penjelasan dalam langkah matematis yang sesuai konteks tetapi tidak memberikan alasan. Hal tersebut menunjukkan perilaku pada kategori Meaning-Based Approach (MBA), yaitu untuk sub kategori MBA- Full Context. Namun, terdapat juga perilaku lain yang ditunjukkan subjek berkemampuan matematika tinggi, yaitu: 1) membaca ulang; 2) tidak menuliskan informasi yang diketahui dan ditanyakan, 3) menggunakan konteks masalah dalam proses menemukan metode penyelesaiannya; 4) menuliskan jawaban akhir dari penyelesainnya; 5) ada penjelasan dalam langkah matematis yang sesuai konteks tetapi tidak memberikan alasan. Perilaku tersebut termasuk dalam kategori Direct-Translation Approach (DTA), untuk sub kategori DTA-Limited Context. 2. Perilaku pemecahan masalah yang ditunjukkan subjek kemampuan matematika sedang yakni: 1) terkadang membaca ulang soal; 2) tidak menuliskan informasi yang diketahui dan ditanyakan; 3) menggunakan konteks masalah dalam proses menemukan metode penyelesaiannya; 4) ada penjelasan pada perhitungan matematisnya; 5) terkadang menuliskan jawaban akhir dari penyelesainnya. Hal tersebut menunjukkan perilaku pada kategori Direct-Translation Approach (DTA), yaitu untuk sub kategori DTA-Limited Context. Selain itu, terdapat perilaku lain yang ditunjukkan subjek berkemampuan matematika sedang, yaitu: 1) membaca dan ditanyakan; 3) kurang kompeten dan kesulitan dalam memahami masalah, menentukan solusi, dan melakukan perhitungan matematisnya; 4) perhitungan yang dilakukan tidak bermakna karena tidak ada kaitannya dengan masalah (tidak dapat menyelesaikan soal). Perilaku tersebut termasuk dalam kategori Direct- Translation Approach (DTA), untuk sub kategori DTA-Not Proficient. 3. Perilaku pemecahan masalah yang ditunjukkan subjek berkemampuan matematika rendah yaitu: 1) membaca dan ditanyakan; 3) kurang kompeten dan kesulitan dalam memahami masalah, menentukan solusi, dan melakukan perhitungan matematisnya; 4) perhitungan yang dilakukan tidak bermakna karena tidak ada kaitannya dengan masalah (tidak dapat menyelesaikan soal). Hal tersebut

3. SIMPULAN menunjukkan perilaku pada kategori Direct-Translation Approach (DTA), yaitu untuk sub kategori DTA-Not Proficient. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang diperoleh dalam penelitian ini, maka dapat diambil simpulan sebagai berikut. 1. Perilaku pemecahan masalah subjek berkemampuan tinggi dalam menyelesaikan soal cerita matematika materi segiempat kelas VII menggambarkan perilaku pada kategori Meaning-Based Approach (MBA), untuk sub kategori MBA-Full Context, yaitu: 1) membaca ulang soal; 2) menuliskan informasi yang diketahui, ditanyakan; 3) menggunakan konteks masalah dalam proses maupun perhitungannya; 4) menuliskan jawaban akhir dari penyelesainnya; 5) ada penjelasan dalam langkah matematis yang sesuai konteks tetapi tidak memberikan alasan. Serta perilaku pada kategori Direct-Translation Approach (DTA), untuk sub kategori DTA- Limited Context, yaitu: 1) membaca ulang; 2) tidak menuliskan informasi yang diketahui dan ditanyakan, 3) menggunakan konteks masalah dalam proses menemukan metode penyelesaiannya; 4) menuliskan jawaban akhir dari penyelesainnya; 5) ada penjelasan dalam langkah matematis yang sesuai konteks tetapi tidak memberikan alasan. Sehingga perilaku yang ditunjukkan subjek berkemampuan matematika tinggi dalam menyelesaikan soal cerita matematika materi segiempat kelas VII mempunyai kecenderungan membaca ulang soal, menuliskan informasi yang diketahui daripada menuliskan informasi yang ditanyakan, menggunakan konteks masalah, menuliskan jawaban akhir, memberikan penjelasan, serta tidak memberikan alasan pada setiap langkah matematisnya. 2. Perilaku pemecahan masalah siswa berkemampuan sedang dalam menyelesaikan soal cerita matematika materi segiempat kelas VII menggambarkan perilaku pada kategori Direct-Translation Approach (DTA), yaitu untuk sub kategori DTA-Limited Context, yaitu: 1) terkadang membaca ulang soal; 2) tidak menuliskan informasi yang diketahui dan ditanyakan; 3) menggunakan konteks masalah dalam proses menemukan metode penyelesaiannya; 4) ada penjelasan pada perhitungan matematisnya tetapi tidak memberikan alasan; 5) terkadang menuliskan jawaban akhir dari penyelesainnya. Serta untuk sub kategori DTA-Not Proficient, yaitu: 1) membaca dan ditanyakan; 3) menggunakan konteks masalah; 4) menuliskan jawaban akhir tetapi perhitungan yang dilakukan tidak bermakna karena tidak ada kaitannya dengan masalah (tidak dapat menyelesaikan soal); 5) tidak ada penjelasan pada perhitungan matematisnya serta tidak memberikan alasan. Sehingga perilaku subjek berkemampuan matematika sedang dalam menyelesaikan soal cerita matematika materi segiempat kelas VII mempunyai kecenderungan tidak menuliskan informasi yang ditanyakan dan yang diketahui, terkadang membaca ulang soal, menggunakan konteks masalah, terkadang menuliskan jawaban akhir, memberikan penjelasan tanpa disertai alasan untuk setiap langkah matematisnya. 3. Perilaku pemecahan masalah siswa berkemampuan rendah dalam menyelesaikan soal cerita matematika materi segiempat kelas VII menggambarkan perilaku pada kategori Direct-Translation Approach (DTA), yaitu untuk sub kategori DTA-Not Proficient, yaitu: 1) membaca dan ditanyakan; 3) tidak menggunakan konteks masalah; 4) menuliskan jawaban akhir tetapi perhitungan yang dilakukan tidak bermakna karena tidak ada kaitannya dengan masalah (tidak dapat menyelesaikan soal); 5) tidak ada penjelasan pada perhitungan matematisnya serta tidak memberikan alasan. Sehingga perilaku subjek berkemampuan matematika rendah dalam menyelesaikan soal cerita matematika materi segiempat kelas VII mempunyai kecenderungan membaca ulang soal, tidak menuliskan informasi yang ditanyakan dan yang diketahui, tidak menggunakan konteks

masalah, menuliskan jawaban akhir tetapi perhitungan yang dilakukan tidak bermakna karena tidak ada kaitannya dengan masalah (tidak dapat menyelesaikan soal), tidak memberikan penjelasan maupun alasan untuk setiap langkah matematisnya. DAFTAR PUSTAKA Alriavindrafunny, Rindu. 2009. Diagnosis Kesalahan Pemahaman Siswa Bilingual dalam Perilaku Pemecahan Masalah Soal Cerita Matematika Berbahasa Inggris Berdasarkan Analisis Kesalahan Newman (Siswa XI-IPA 1 SMA Negeri 1 Sidoarjo). Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Program S1 Universitas Negeri Malang. Pape, Stephen J. 2004. Middle School Children s Problem Solving Behavior: A Cognitive Analysis from a Reading Comprehension Perspective. Journal for Research in Mathematics Education. National Council of Teachers of Mathematics. Siswono, Tatag Y.E. 2008. Model Pembelajaran Matematika Berbasis Pengajuan dan Pemecahan Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif. Surabaya: Unesa University Press. Wardhani, Sri dkk. 2010. Pembelajaran Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika di SMP. Modul Matematika SMP Program BERMUTU. Tersedia online: http://p4tkmatematika.org/file/bermutusm p2010/2_pembelajaran_kemampuan_pem ecahan_masalah_matematika_di_smp. pdf, diakses tanggal 17 Maret 2012. Wintarti, Atik,, dkk. 2008. Contextual Teaching and Learning Matematika Sekolah Menengah Pertama. Jakarta: Pusat Pembukuan Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2008.