BAB I PENDAHULUAN. dilakukan antara bangun pagi sampai jam 9 (Hardinsyah, 2012). Menurut

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan sebelum mengisi aktivitas yang lain setiap hari. Sarapan dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas. Remaja merupakan sumber daya manusia bagi

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya. Tujuan. penerus harus disiapkan sebaik-baiknya. Salah satu faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. Usia sekolah dasar disebut juga sebagai masa pengembangan. intelektual, dikarenakan pada masa itu anak memiliki keinginan dan

BAB I PENDAHULUAN. mengandung zat gizi, yaitu karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral dan air. Jika tubuh tidak cukup mendapatkan zat-zat gizi

BAB I PENDAHULUAN. anak menjadi lemah dan cepat lelah serta berakibat meningkatnya angka absensi serta

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Anak sekolah merupakan sasaran strategis dari peningkatan gizi

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas Sumber

BAB I PENDAHULUAN. sebelum berangkat melakukan aktivitas sehari-hari (Utter dkk, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan arah pembangunan nasional. Salah satunya adalah meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. zat-zat gizi. Oleh karena itu, manusia dalam kesehariannya tidak terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah kekurangan gizi muncul karena tidak seimbangnya asupan

BAB I PENDAHULUAN. Anak sekolah merupakan investasi bangsa yang sangat penting, karena

BAB I PENDAHULUAN. generasi penerus bangsa. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pertumbuhan anak usia sekolah yang optimal tergantung pemberian nutrisi

BAB 1 PENDAHULUAN. Berbagai permasalahan gizi yang dialami Indonesia saat ini, baik gizi kurang

I. PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas. Remaja merupakan sumber daya manusia bagi

BAB I PENDAHULUAN. Konsentrasi belajar merupakan proses pemusatan perhatian dan. untuk memilih dan fokus pada suatu objek yang dipandang penting dan

BAB I PENDAHULUAN. intelektualnya dan keterampilan serta mulai mempunyai kegiatan fisik yang

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, masalah gizi perlu mendapatkan perhatian dari

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang memerlukan zat gizi untuk hidup, tumbuh, berkembang, Energi dibutuhkan oleh setiap orang untuk mempertahankan hidup,

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan suatu tahap antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa.

TINJAUAN PUSTAKA. A. Sarapan Pagi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan suatu bangsa bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan seluruh

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak. perilaku, kesehatan serta kepribadian remaja dalam masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. suatu kegiatan yang penting dilakukan sebelum mengisi aktivitas yang lain setiap

BAB I PENDAHULUAN. Anemia merupakan suatu kondisi konsentrasi hemoglobin kurang dari

BAB I PENDAHULUAN. Pada kelompok anak usia sekolah, termasuk remaja usia 16-18

JURNAL MEYKE R. DOMILI NIM :

BAB I PENDAHULUAN. trimester III sebesar 24,6% (Manuba, 2004). Maka dari hal itu diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan. perkembangan kecerdasan, menurunkan produktivitas kerja, dan

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama

BAB 1 PENDAHULUAN. negara berkembang, termasuk. Riskesdas, prevalensi anemia di Indonesia pada tahun 2007 adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan aset bangsa. Dari data terbaru yang dikeluarkan United. negara (1). Menurut UNESCO pada tahun 2012, dari 120 negara yang

POLA KONSUMSI SARAPAN PAGI MURID SEKOLAH DASAR DI SDN KECAMATAN MEDAN SUNGGAL TAHUN 2015 ABSTRACT

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable

BAB 1 : PENDAHULUAN. nasional, karena masalah kesehatan menyentuh hampir seluruh aspek kehidupan manusia. (1)

BAB I PENDAHULUAN. sekolah 6-12 tahun. Anak sekolah mempunyai karakter mudah terpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2010 yang perlu diukur

BAB I PENDAHULUAN. terutama di negara berkembang. Data Riset Kesehatan Dasar (R iskesdas)


BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum SMP Muhammadiyah 10 Surakarta. SMP Muhammadiyah 10 Surakarta terletak di Jl. Srikoyo No.

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Gizi Prof.DR.Dr.Poorwo Soedarmo melalui Lembaga Makanan Rakyat

BAB I PENDAHULUAN. gangguan absorpsi. Zat gizi tersebut adalah besi, protein, vitamin B 6 yang

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN

BAB I PENDAHULUAN (6; 1) (11)

BAB I PENDAHULUAN. merupakan fokus perhatian dan titik intervensi yang strategis bagi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, masa remaja, dewasa sampai usia lanjut usia (Depkes, 2003).

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI, DAN VITAMIN C DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH DI KELURAHAN SEMANGGI DAN SANGKRAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anemia merupakan keadaan berkurangnya kemampuan darah

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan oleh manusia. Manusia dalam menjalankan kehidupannya. akan tetapi manusia dapat hidup berminggu-minggu tanpa makan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia saat ini tengah menghadapi beban ganda masalah gizi. Di

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Salah satu cara orang untuk bertahan hidup adalah dengan makan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kebutuhan nutrisi merupakan kebutuhan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang sebagian besar penduduknya

BAB I PENDAHULUAN. hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energy dan zat-zat gizi. Kekurangan

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan fisiknya dan perkembangan kecerdasannya juga terhambat.

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pengukuran Indeks Pembangunan Manusia ( IPM ), kesehatan adalah salah

BAB I PENDAHULUAN. Permainan sepak bola merupakan salah satu olahraga endurance beregu

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia bagi keberhasilan pembangunan bangsa. Anak sekolah

BAB I PENDAHULUAN. Usia sekolah anak antara 6-14 tahun, merupakan siklus hidup manusia

BAB I PENDAHULUAN. orang yang mual setelah sarapan pagi karena tidak terbiasa. Alasan tidak

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Ramadani (dalam Yolanda, 2014) Gizi merupakan bagian dari sektor. baik merupakan pondasi bagi kesehatan masyarakat.

BAB 1 PENDAHULUAN. psikologik, dan perubahan sosial (Mansur, 2009). Pada remaja putri, pubertas

BAB 1 PENDAHULUAN. yang banyak terjadi dan tersebar di seluruh dunia terutama di negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Anemia merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang diandalkan dalam pembangunan nasional. Sebagai modal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penambahan bahan-bahan lain. Bahkan fast food (makanan cepat saji) semakin

BAB 2 DATA DAN ANALISA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia adalah Negara beriklim tropis dengan sumber daya alam yang

BAB I PENDAHULUAN. Gizi berasal dari bahasa Arab "ghidzdzi" dan sekarang telah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang berkualitas. Peningkatan sumber daya manusia harus

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Anemia merupakan masalah gizi yang banyak terdapat di seluruh dunia

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu aset sumber daya manusia dimasa depan yang perlu

BAB I PENDAHULUAN. akhirnya diserap oleh sel dan dioksidasi untuk menghasilkan energi. Bahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masa dewasa. Masa ini sering disebut dengan masa pubertas, istilah. pubertas digunakan untuk menyatakan perubahan biologis.

BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas Sumber Daya Manusia. (SDM), karena keberhasilan pembangunan suatu bangsa ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. dengan prevalensi tertinggi dialami negara berkembang termasuk Indonesia.

BAB 1 PENDAHULUAN. setelah dikonsumsi mengalami proses pencernaan di dalam alat pencernaan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

2016 GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG KEBUTUHAN NUTRISI PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH (3-6 TAHUN) DI PAUD WILAYAH SUKAJADI KOTA BANDUNG.

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kualitas SDM yang dapat mempengaruhi peningkatan angka kematian. sekolah dan produktivitas adalah anemia defisiensi besi

BAB I PENDAHULUAN. finansial dan pemerataan pelayanan kesehatan dalam pembangunan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Anak sekolah merupakan Sumber Daya Manusia (SDM) generasi. penerus bangsa yang potensinya perlu terus dibina dan dikembangkan.

BAB I PENDAHULUAN. positif, istirahat dan rekreasi yang cukup (Rusilanti, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. tinggi, menurut World Health Organization (WHO) (2013), prevalensi anemia

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak usia sekolah merupakan periode rentan gizi karena berbagai sebab dan pada usia ini sudah termasuk remaja. Keadaan kesehatan gizi anak sekolah tergantung dari tingkat konsumsi, yaitu kualitas hidangan yang mengandung semua kebutuhan tubuh. Apabila tingkatan kesehatan gizi tidak baik, maka akan timbul defisiensi gizi dengan yang paling menonjol adalah kurang energi atau kalori, kurang protein, kurang vitamin A, vitamin C, zat besi, kalsium dan lainnya (Adriani & Wirjatmadi, 2012). Sarapan penting bagi setiap anak untuk mengawali aktivitas sepanjang hari. Sarapan adalah kegiatan makan dan minum yang dilakukan antara bangun pagi sampai jam 9 (Hardinsyah, 2012). Menurut Hardinsyah dalam Imam Firmansyah (Sindonews.com, 2015) mengatakan bahwa sarapan yang sehat harus mencakup 4 hal. Pertama adalah jenisnya, terutama untuk makanan dan minuman. Kedua, tercukupinya kebutuhan gizi 15-30% dari kebutuhan harian. Ketiga makanan harus aman dan terbebas dari berbagai pencemaran dan yang terakhir adalah waktu. Sarapan dibutuhkan untuk mengisi lambung yang telah kosong selama 8-10 jam dan bermanfaat dalam meningkatkan kemampuan konsentrasi belajar dan kemampuan fisik (Martianti, 2006 dalam Ratna Juwita, 2015). Sarapan bertujuan untuk memenuhi 1

2 kebutuhan zat gizi di pagi hari, sebagai bagian dari pemenuhan gizi seimbang dan bermanfaat dalam mencegah hipoglikemia, menstabilkan kadar glukosa darah, dan mencegah dehidrasi setelah berpuasa sepanjang malam (Gibson & Gunn, 2011 dalam Hardinsyah, 2013). Kebiasaan sarapan menjadi masalah pada masa anak dan remaja. Beradasarkan hasil survei konsumsi pangan pada Riskesdas (2010), bahwa masih banyak anak yang tidak terbiasa sarapan sehat. Berdasarkan analisis dari survei dapat diketahui bahwa dari 35.000 orang anak usia sekolah sekitar 26,1% sarapan hanya dengan air minum dan 44,6% memperoleh asupan energi kurang dari 15% kebutuhan gizi per hari. Pada hasil riset Nestle Indonesia (2012), 4 dari 10 anak Indonesia mengonsumsi sarapan tidak bergizi dan menurut Hardinsyah (2015), 7 dari 10 anak Indonesia kekurangan gizi sarapan. Hal ini terjadi karena pemilihan makanan dan minuman untuk sarapan tidak memenuhi standart gizi yang baik (Sari, Ratna Juwita:2015). Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Soepardi(2009) yaitu 77,6% anak melakukan kebiasaan sarapan pagi dan 22,4% anak tidak memiliki kebiasaan sarapan pagi. Hardinsyah (2013), menyatakan bahwa 10,6% dari sarapan anak yang mencukupi asupan energi kurang. Berdasarkan survey pendahuluan yang dilakukan peneliti di SD Muhammadiyah Ponorogo pada 10 siswa didapatkan hasil 5 siswa selalu sarapan pagi, 2 siswa jarang sarapan pagi dan 3 siswa tidak sarapan pagi.

3 Menurut Soepardi (2009) alasan orang tua yang melatar belakangi kebiasaan anak untuk sarapan pagi adalah keinginan untuk membantu kecerdasan anak (77,2%) sedangkan yang tidak sarapan pagi sebesar (52,4%) adalah faktor selera makan anak. Dalam survei yang di lakukan oleh Ratna Juwita (2015), alasan murid tidak sarapan adalah karena tidak sempat (57,1%), tidak ada yang menyiapkan (28,6%) dan tidak lapar atau tidak selera makan (14,3%). Kebiasaan tidak sarapan beresiko meningkatkan lingkar pinggang, kadar kolesterol darah, dan kadar kolesterol jahat atau LDL (Smith et al. 2010 dalam Hardinsyah,2013). Anak yang tidak sarapan akan mengalami kekurangan energy dan motivasi untuk beraktivitas selain itu kekurangan gizi dan kekurangan zat mikro dapat memberikan dampak terhadap keadaan fisik, mental, kesehatan dan menurunkan fungsi kognitif (Mhurchu et al. 2010 dalam Hardinsyah,2013). Kebiasaan tidak sarapan pagi yang tidak teratur juga akan mengakibatkaan pemasukan gizi menjadi berkurang dan tidak seimbang sehingga pertumbuhan anak menjadi terganggu. Dengan demikian anak yang biasa tidak sarapan pagi dalam jangka waktu lama akan berakibat buruk pada penampilan intelektualnya, prestasi disekolah menurun dan penampilan sosial menjadi terganggu (Khomsan,2010 dalam Silalahi 2011). Melewatkan waktu sarapan berarti terjadi keterlambatan asupan zat gizi (asupan gula ke dalam sel darah) sehingga dapat menurunkan daya konsentrasi anak sewaktu belajar yang timbul karena rasa malas, lemas, lesu, pusing, serta mengantuk yang nantinya dapat menimbulkan

4 anemia pada anak-anak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebiasaan sarapan dan status anemia berpengaruh terhadap daya konsentrasi anak sehingga akan memengaruhi prestasi belajarnya (Jalal & Sumali 2000 dalam Sofianita 2012). Maka dari itu untuk mengurangi dampak buruk apabila tidak sarapan pagi, sebaiknya siswa menyempatkan waktu untuk melakukan sarapan pagi sebelum berangkat ke sekolah dan orang tua diharpakan dapat menyiapkan sarapan pagi sesuai dengan komposisi yang memenuhi nutrisi dan gizi seimbang. Karena sarapan pagi yang baik yaitu sesuai dengan waktu dan komposisinya. Berdasarkan masalah-masalah tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Identifikasi Perilaku Sarapan Pagi Pada Anak Sekolah Di SD Muhammadiyah Ponorogo untuk mengetahui perilaku sarapan pagi pada anak sekolah dasar. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut dapat dirumuskan masalah yaitu Bagaimana Perilaku Sarapan Pagi pada Anak Sekolah Di SD Muhammadiyah Ponorogo? 1.3 Tujuan Penulis Untuk mengetahui perilaku sarapan pagi pada anak sekolah di SD Muhammadiyah Ponorogo.

5 1.4 Manfaat 1.4.1 Manfaat Teoritis 1. Bagi Iptek Diharapkan dapat sebagai bahan untuk pengembangan ilmu keperawatan anak 2. Bagi Institusi FIK Untuk dunia pendidikan keperawatan khususnya Institusi Prodi D3 Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Ponorogo diharapakan dapat menambah wacana studi dalam ilmu keperawatan anak 3. Bagi Peneliti Dapat memeberi pengalaman bagi peneliti pemula dalam proses penelitian dan peneliti dapat mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang diperoleh dari kampus dengan keadaan yang ada dilahan praktek. 1.4.2 Manfaat Praktis 1. Bagi responden dan siswa Dari penelitian ini diharapkan bisa menambah pengetahuan dan wawasan bagi siswa tentang pentingnya sarapan pagi 2. Bagi tempat penelitian

6 Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi dan masukan untuk sekolahan dalam pentingnya sarapan pagi bagi anak sekolah. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya Karya tulis ini diharapkan dapat digunakan untuk peneliti selanjutnya sebagai referensi lebih lanjut. 1.5 Keaslian penulis 1. Istianah,(2008) Pengaruh Sarapan Terhadap Konsentrasi Belajar Siswa di Kelas VIII Sekolah Menengah Pertama Negeri 20 Bekasi. Penelitian dalam skripsi ini bertujuan untuk menganalisis dan menelaah pengaruh sarapan terhadap konsentrasi belajar siswa di kelas, menjelaskan pentingnya sarapan pagi sarapan seblum melakukan aktivitas dipagi hari, dan untuk meningkatkan konsentrasi belajar siswa di kelas. Metode yang penulis gunakan adalah metode deskriptif analisis korelasional. Hasil penelitian terdapat pengaruh positif antara sarapan terhadap konsentrasi belajar siswa di kelas VIII SMP Negeri 20 Bekasi dengan angka indeks korelasi product moment 0,417. Sedangkan tingakt pengaruh yang diperoleh dari sarapan dengan konsentrasi belajar adalah sebesar 17,39%. Persamaan dari penelitian tersebut yaitu sama-sama meneliti tentang sarapan pagi. Perbedaannya terletak pada metode, yaitu penelitian tersebut sarapan pagi dihubungkan dengan konsentrasi belajar.

7 2. Tandirerung, Erina Utami,(2012), Hubungan Kebiasaan Makan Pagi Dengan Kejadian Anemia Pada Murid SD Negeri 3 Manado. Penelitian ini merupakan suatu penelitian cross-sectional yang bersifat analitik. Hasil penelitian menunjukan bahwa dari 83 murid, 58 murid (69,9%) memiliki kebiasaan makan pagi dan 74 murid (89,2%) yang tidak anemia. Hasil analisi diperoleh nilai P=0,019 ( 0,050), terdapat hubungan bermakna antara kebiasaan makan pagi dengan kejadian anemia pada murid SD Negeri 3 Manado. Persamaan pada penelitian tersebut yaitu sama-sama meneliti kebiasaan sarapan pagi pada anak SD, pendekatan dengan cross sectional, populasi kelas 4,5 dan 6. Perbedaan terletak pada metode, yaitu penelitian tersebut dihubungkan dengan kejadian anemia. 3. Meriska, Irina.(2013) Perilaku Sarapan Pagi Anak Sekolah Dasar. Sarapan pagi merupakan bagian dari perilaku untuk mewujudkan gizi seimbang yang penting bagi hidup sehat, aktif dan cerdas. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku sarapan pagi anak sekolah dasar di Kelurahan Kemiling Permai, Kecamatan Kemiling, Kota Bandar Lampung Tahun 2013. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional study. Populasi penelitian adalah seluruh siswa SD kelas IV,V dan VI Tahun Pelajaran 2013/2014 yang ada di Kelurahan Kemiling Permai, meliputi SD negeri dan SD swasta. Penelitian dilakukan pada bulan Desember 2013. Hasil penelitian menunjukan ada hubungan antara

8 pengetahuan gizi anak (p=0,001), ketersediaan makanan untuk sarapan pagi (p=0,005), dukungan keluarga (p=0,001), dan peran guru (p=0,001) dengan perilaku sarapan pagi. Tidak ada hubungan sikap gizi (p=0,721), pekerjaan ibu (p=0,257), pendidikan ayah (p=0,707), pendidikan ibu (p=1,000) dengan perilaku sarapan pagi. Hasil analisis multivariate menunjukan ketersediaan makanan untuk sarapan pagi merupakan variable yang paling dominan yang berhubungan dengan perilaku sarapan pagi dengan nilai OR=5,675. Persamaan dari penelitian tersebut adalah sama-sama meneliti tentang sarapan pagi pada anak Sekolah Dasar, pendekatan sama dengan cross-sectional, populasi kelas 4,5 dan 6. Perbedaannya terletak pada metode dan tujuan yaitu untuk mengetahui faktorfaktor yang mempengaruhi sarapan pagi.