Fokus Pagi Edisi Rabu, 29 Juli 2009 Tema : Kebijakan Topik : Nasib Rancangan Undang-Undang Jaminan Produk Halal

dokumen-dokumen yang mirip
Sejauh mana penanganan label halal yang dilakukan oleh MUI (LPPOM) sekarang?

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dengan jumlah penduduk lebih dari 200 juta dan sekitar 87%

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran Agama Islam sebagai raḥmatallil ālamīn sesungguhnya telah

BAB I PENDAHULUAN. Populasi umat Muslim di seluruh dunia saat ini semakin meningkat.

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) MEA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. mayoritas beragama Islam terbesar di dunia. Sebanyak 87,18 % dari

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR TAHUN... TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL

Sertifikasi dan Sistem Jaminan Halal

KEYNOTE SPEECH DIREKTUR JENDERAL PERLINDUNGAN KONSUMEN DAN TERTIB NIAGA DISAMPAIKAN PADA ACARA SEMINAR SAFETY DAN HALAL SEMARANG, 2 JUNI 2016

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

Fokus Pagi Edisi Senin, 11 Agustus 2009 Tema : Hukum Topik : Penolakan MK Terhadap Gugatan JK,Mega

BAB I PENDAHULUAN. informasi tentang produk yang akan digunakan, informasi dapat didefenisikan

Keputusan Menteri Agama R.I. Nomor 518 Tahun 2001 Tanggal 30 Nevember 2001 TENTANG PEDOMAN DAN TATA CARA PEMERIKSAAN DAN PENETAPAN PANGAN HALAL

SERTIFIKASI HALAL DALAM PRODUK KULINER UMKM

2. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal

BAB I PENDAHULUAN. Agroindustri semakin berkembang pesat. Seiring dengan berkembangnya

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, teknologi dan informasi, maka semakin luas alur keluar dan

populasi konsumen Muslim di Indonesia telah mencapai 90% dari jumlah total penduduk (BPS,2013). Sebagai negara dengan populasi kaum Muslim terbesar,

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 5/PUU-XV/2017 Produk Halal

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan primer bagi setiap manusia. Sebagai kebutuhan primer, maka

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang beragama muslim, ada hal yang menjadi aturan-aturan dan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan pesatnya perkembangan media dewasa ini, arus informasi

Pengembangan Kelembagaan Pangan di Indonesia Pasca Revisi Undang-Undang Pangan. Ir. E. Herman Khaeron, M.Si. Wakil Ketua Komisi IV DPR RI

Planning Nara Sumber Fokus Pagi Edisi Jum at, 19 Juni 2009 Tema : Lingkungan Hidup Topik : Membenahi Permasalahan Lingkungan Hidup

BAB I. Semakin maraknya persaingan bisnis global, pasar menjadi semakin ramai. dengan barang-barang produksi yang dihasilkan. Bangsa Indonesia dengan

BAB I PENDAHULUAN. dilirik pengusaha karena potensinya cukup besar. Ketatnya persaingan

PEDOMAN DAN PROSEDUR PENETAPAN FATWA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut ketentuan Pasal 1 Angka (1) Undang-undang No.7 Tahun 1996 tentang

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR TAHUN 2016 TENTANG

M E M U T U S K A N :

Persyaratan Sertifikasi Halal. Kebijakan dan Prosedur HAS 23000:2

PENJELASAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1999 TENTANG LABEL DAN IKLAN PANGAN

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengidentifikasi tingkat

SERTIFIKASI HALAL OLEH LPPOM DAN MUI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA. Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan dan Kosmetika (LPPOM) adalah

KEBIJAKAN PENYUSUNAN PROLEGNAS RUU PRIORITAS TAHUN Ignatius Mulyono

BAB IV PENUTUP. 1. Bahwa setiap produk makanan dalam kemasan yang beredar di Kota. Bengkulu wajib mencatumkan label Halal, karena setiap orang yang

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah yang baik agar masyarakat dapat merasa lebih aman dan terjamin dalam

BAB I PENDAHULUAN. perubahan perilaku konsumen, kebijakan pemerintah, persaingan bisnis, hanya mengikuti perkembangan penduduk namun juga mengikuti

BAB III TINJAUAN TEORITIS PENDAFTARAN PANGAN OLAHAN. digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan dan atau pembuatan makanan atau

Disponsori oleh: PERUSAHAAN BERSERTIFIKAT HALAL

BAB I PENDAHULUAN. manusia saja hewan serta tumbuhanpun juga memerlukan makanan, sebab makanan

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

PEDOMAN PENGGALIAN DANA UNTUK PENINGKATAN KUALITAS OLAHRAGA NASIONAL

-1- QANUN ACEH NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM JAMINAN PRODUK HALAL

Menimbang : Mengingat :

BAB I PENDAHULUAN. hukum syara yang saling berseberangan. Setiap muslim diperintahkan hanya untuk

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK TAHUN 2011 TENTANG PENDAFTARAN PANGAN OLAHAN

PERUBAHAN KEWENANGAN LEMBAGA-LEMBAGA YANG BERWENANG DALAM PROSES SERTIFIKASI HALAL

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, budaya serta teknologi

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA LAPORAN SINGKAT RAPAT PANJA PENGHARMONISASIAN, PEMBULATAN, DAN PEMANTAPAN KONSEPSI RUU TENTANG PENYIARAN

RABU, 20 JANUARI 2016

BAB I PENDAHULUAN. produk daging. Di Indonesia sendiri, daging yang paling banyak digemari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dewasa ini konsumen semakin kritis dalam mencari dan menggali

Fokus Pagi Edisi Sabtu, 27 Juni 2009 Tema: Narkoba Topik : Permasalahan Narkoba di Lingkungan Masyarakat

BAB V PENUTUP. Minuman Olahan yang Belum Bersertifikat Halal (Studi Kasus Pada IKM di

Lex Administratum, Vol. V/No. 1/Jan-Feb/2017

PENGHARMONISASIAN, PEMBULATAN, DAN PEMANTAPAN KONSEPSI ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG KEBIDANAN

PERATURAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR 27 TAHUN 2017 TENTANG PENDAFTARAN PANGAN OLAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENDAHULUAN. Jumlah produk yang memperoleh sertifikat halal di Indonesia dalam kurun waktu

BAB I. PENDAHULUAN. tahun Sedangkan dalam Undang-undang Republik Indonesia No. 18 tahun

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS KEPUTUSAN KONSUMEN DALAM PEMBELIAN PRODUK KOSMETIK TANPA LABEL HALAL DI ANEKA JAYA NGALIYAN SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan manusia merupakan suatu keadaan akan sebagian dari pemuasan

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG PENDAFTARAN PANGAN OLAHAN

BAB I: PENDAHULUAN BAB I. Pada bab ini dijelaskan mengenai latar belakang masalah, LATAR BELAKANG. rumusan masalah, tujuan penelitian dan kegunaan

BAB III USAHA MIKRO KECIL MENENGAH (UMKM) DAN SERTIFIKASI HALAL

POLITIK HUKUM ISLAM DALAM REGULASI JAMINAN PRODUK HALAL ( Kajian UU No. 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal)

II. KETENTUAN HUKUM TERKAIT KEAMANAN PANGAN. A. UU Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

BAB I PENDAHULUAN. untuk menunjang penampilan seseorang, bahkan bagi masyarakat dengan gaya

BAB V PENUTUP. Dari penelitian dan ulasan dalam tesis ini, dapat diperoleh beberapa. 1. Regulasi perbankan syariah yang menyerahkan otoritas kepatuhan

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Usaha kecil dan menengah (UKM) pada umumnya membuka usahanya di

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan umat yang berkualitas (khairu ummah) demi kejayaan Islam di

LAPORAN SINGKAT TIMUS/TIMSIN RUU TENTANG ADMINISTRASI PEMERINTAHAN KOMISI II DPR RI

Sistem manajemen halal

MAKANAN DAN MINUMAN DALAM ISLAM OLEH : SAEPUL ANWAR

MENCARI SOLUSI TENGAH SERTIFIKASI HALAL

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERTANIAN. Jaminan Mutu Pangan.

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 20/Permentan/OT.140/2/2010 TENTANG SISTEM JAMINAN MUTU PANGAN HASIL PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB V PERSAMAAN DAN PERBEDAAN PP NOMOR 33 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DAN FATWA MUI NOMOR

Fokus Pagi Edisi Jum'at, 28 Agustus 2009 Tema : Sosial Topik : Layakkah Pengemis di Fatwa Haramkan?

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BAB IV. A. Analisis Terhadap Bentuk-Bentuk Perlindungan Konsumen Dalam Mas}lahah

syarat penting untuk kemajuan produk-produk pangan lokal di Indonesia khususnya agar dapat bersaing dengan produk lain baik di dalam maupun di

BAB I PENDAHULUAN. yang halal, karena setiap makanan yang kita konsumsi akan mendarah. daging dalam tubuh dan menjadi sumber energi yang penting untuk

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 5/PUU-XV/2017

BAB I PENDAHULUAN. pemenuhan kebutuhan. Dimana kebutuhan-kebutuhan tersebut semakin bervariasi

KIAT MEMILIH PRODUK HALAL

PELABELAN DAN IKLAN PANGAN

BAB I PENDAHULUAN I.1.

Badan Nasional Sertifikasi Profesi. =================================== Pembentukkan Badan Koordinasi Sertifikasi Profesi - BKSP PEDOMAN BNSP

PROTOKOL CARTAGENA TENTANG KEAMANAN HAYATI ATAS KONVENSI TENTANG KEANEKARAGAMAN HAYATI

Bagaimana Undang-Undang Dibuat

Transkripsi:

Fokus Pagi Edisi Rabu, 29 Juli 2009 Tema : Kebijakan Topik : Nasib Rancangan Undang-Undang Jaminan Produk Halal Sahabat MQ/ Rancangan Undang Undang tentang Jaminan Produk Halal (JPH) yang kini tengah digodok Komisi VIII DPR RI/ dianggap sebagian kalangan masih menyimpan sejumlah problem// Salah satunya adalah RUU tersebut tidak mencantumkan kewajiban mengikat/ untuk mencantumkan sertifikasi halal// Yang ada hanya kewajiban bagi yang mencatumkan kata halal untuk menyesuaikan dengan bahan/ proses pengolahan/ pengiriman yang halal// Departemen Agama R.I sendiri/ mengambil prakarsa untuk menyusun RUU mengenai Jaminan Produk Halal yang didahului dengan penyusunan Naskah Akademik Rancangan Undang-undang/ melalui kerjasama antara Departemen Agama R.I dengan Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Hukum dan HAM R.I// Masalah halal dan haram bukan hanya merupakan isu yang sensitif di Indonesia/ tetapi juga selalu mengusik keyakinan umat Islam di seluruh dunia// Umat Islam di seluruh dunia amat berkepentingan atas jaminan halal tidak saja terhadap produk makanan/ minuman/ dan produk lainnya namun juga terhadap proses produksi serta rekayasa genetik// Sertifikasi dan penandaan kehalalan baru menjangkau sebagian kecil produsen di Indonesia// Data Badan Pengawasan Obat dan Makanan Indonesia pada tahun 2005 menunjukkan bahwa tidak lebih dari 2.000 produk yang telah meminta pencantuman tanda halal// Data dari Majelis Ulama Indonesia menunjukkan/ bahwa permohonan sertifikasi halal selama 11 tahun terakhir tidak lebih 8.000 produk dari 870 produsen di Indonesia// Indonesia sendiri/ dalam menghadapi perdagangan bebas tingkat regional/ internasional dan global/ dikhawatirkan sedang dibanjiri pangan dan produk lainnya yang mengandung atau terkontaminasi unsur haram// Dalam teknik pemrosesan/ penyimpanan/ penanganan/ dan pengepakan acapkali digunakan bahan pengawet yang membahayakan kesehatan atau bahan tambahan yang mengandung unsur haram yang dilarang dalam agama Islam// Dalam sistem perdagangan internasional masalah sertifikasi dan penandaan kehalalan produk mendapat perhatian baik dalam rangka memberikan perlindungan terhadap konsumen umat Islam di seluruh dunia// RUU JPH ini sendirti/ terdiri dari 12 bab/ 44 ayat/ dan 75 pasal// Dalam RUU rencananya disahkan paling lambat akhir September ini/ pengaturan produk halal tersebut meliputi prosuk makanan/ minuman/ obat/ kosmetik/ produk kimia biologik/ dan produk rekayasa genetik yang dikonsumsi masyarakat// Kewenangan mengeluarkan sertifikasi halal sendiri/ nantinya berada di tangan pemerintah yang dilaksanakan oleh Menteri Agama// Sementara MUI/ hanya bertugas menetapkan fatwa tentang kehalalannya// Diamputasinya kewenangan mengeluarkan sertifikasi halal ini mendapat reaksi MUI pusat// Dalam hal ini/ MUI ditempatkan hanya sebagai salah satu faktor yang ikut menentukan dalam proses sertifikasi tersebut// Kondisi ini/ dinilai sebagai sebuah bentuk kemunduran// Pembahasan RUU Jaminan Produk halal ini/ dinilai mengenyampingkan MUI yang telah 20 tahun menangani sertivikasi halal// Sahabat MQ/ setelah dua dasawarsa menjadi lembaga yang berwenang mengurusi sertifikasi halal/ kewenangan Lembaga Pengkajian pangan Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia atau LPPOM MUI/ akan diambil alih pemerintah// Dalam

Rancangan Undang-Undang Undang-Undang Jaminan Produk Halal yang tengah digodok DPR RI/ pemerintah akan mengambil alih penyelenggaraan sertifikasi halal// untuk itulah/ Majelis Ulama Indonesia dan sejumlah ormas Islam/ mendesak pemerintah dan DPR agar tak melanjutkan pembahasan RUU Jaminan Produk Halal// MUI dan ormas Islam menilai/ pembahasan tidak menyentuh substansi permasalahan// Substansi pembahasan RUU tersebut secara filosofis bertentangan dengan semangat reformasi birokrasi/ yang saat ini dikembangkan// Secara nyata/ substansinya hanya sekadar mengambil alih kewenangan yang selama ini dilaksanakan masyarakat secara baik melalui MUI/ lalu diambil oleh negara// Saat ini sahabat MQ/ Rancangan Undang-Undang Jaminan Produk Halal ini/ masih dalam pembahasan// DPR dan pemerintah belum menetapkan pihak yang memiliki otoritas mengeluarkan sertifikat halal// Ada tiga opsi yang muncul/ yaitu kewenangan dijalankan oleh Majelis Ulama Indonesia denga dukungan pemerintah/ karena MUI sudah memiliki perwakilan hingga daerah// Kedua dijalankan oleh negara di bawah koordinasi menteri/ Lembaga bisa atau gabung dengan BPOM di bawah Departemen Kesehatan// Sedang yang ketiga/ proses sertifikasi diserahkan penuh ke pihak swasta// Usaha departemen Agama untuk memasukkan sertifikasu halal sebagai kewenangannya adalah sebuah kekeliruan// Sertifikasi halal/ bukan hanya demi kepentingan bisnis/ akan tetapi lebih dari itu/ adalah urusan aqidah/ sehingga yang berwenang adalah ulama// Lagipula/ Tidak semua pegawai depag memahami urusan dan konsep halal haram// Sahabat MQ/ apa sebenarnya latar belakang dari upaya pelimpahan wewenang sertifikasi Halal dari LPPOM MUI ke pemerintah?// Apa pula dampak yang akan muncul/ bila kemudian kewenangan sertifikasi halal ini beralih dari LPPOM MUI ke Pemerintah?// Benarkah bila wacana ini muncil karena selama ini LPPOM MUI dinilai tidak cukup mempu menjalankan tugasnya?// Untuk itu/ dalam Fokus Pagi kali ini/ kita akan mendiskusikannya bersama dengan sejumlah nara sumber/ yaitu : 1. Direktur LPPOM MUI Pusat -Nadratuzzaman Hosen (Jam 08.15) 2. Departemen Agama (Jam 08.15) 3. Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI -Hilman Rosyad Sihab (Jam 08.45)

Nara Sumber 1 (Jam 8.15) Direktur LPPOM MUI Pusat M Nadratuzzaman Hosen 0812 1108 595 / 0818 847 870 1. MUI mendesak dilakukan penghentian terhadap pembahasan RUU Jaminan Produk Halal yang saat ini tengah digodok DPR RI// Bisa dijelaskan Bapak// 2. Point-point penolakan ada dimana saja Bapak?// 3. Bisa dijelaskan Bapak/ mengenai kewenangan sertifikasi halal yang rencananya akan diambil alih oleh pemerintah?// 4. Apa latar belakang pemerintah dari pengambil alihan ini?// Apakah MUI atau LPPOM MUI khususnya/ telah mendapatkan penjelasan mengenai rencana ini?// 5. MUI dan LPPOM MUI/ secara tegas menolak pengalihan kewenangan ini// Bisa dijelaskan mengapa Pak?// 6. Dampak seperti apa yang akan muncul/ apabila rencana pengalihan wewenang ini benar-benar dilakukan?// 7. Upaya apa yang akan MUI lakukan apabila pemerintah benar-benar mengambil alih wewenang sertifikasi halal ini?// (Upaya hukum mungkin???) 8. Selama ini/ LPPOM MUI tidak memiliki kewenangan hukum untuk melakukan tindakan tegas terhadap segala produk baik pangan maupun kosmetik yang haram// Bagaimana dengan aturan di dalam RUU Jaminan Produk Halal yang tengah digodok DPR RI saat ini?// 9. Bagaimana dengan pernyataan Sekjen Depag yang menyatakan bahwa meski nantinya wewenang akan beralih ke pemerintah/ namun Fungsi fatwa akan tetap diberikan sepenuhnya ke MUI?// 10. Kalau ada yang menyatakan selama ini kinerja LPPOM MUI kurang maksimal/ sehingga menuntut dibentuknya lembaga sertifikasi halal yang lebih kuat/ bagaimana menurut Bapak?// 11. Apa permasalahan mendasar bagi jaminan produk halal di Indonesia?// 12. Mampukah pemerintah Depag misalnya/ mengemban amanah ini nantinya jika kelak wewenang sertifikasi halal benar-benar dilimpahkan?// 13. sampai sejauh ini/ apakah bapak optimis RUU Jaminan Produk Halal akan mampu menjawab ragam persoalan halal-haram di Indonesia/ yang selama ini terkesan dilakukan setengah hati?// 14. Bapak pernah menyatakan bahwa hingga saat ini/ sertifikasi halal MUI tidak memiliki sanksi hukum/ dan sanksinya hanya bersifat normatif dan sosial// Bisa dijelaskan Bapak?// 15. Sampai saat ini/ sudah sejauh mana tingkat kepedulian masyarakat terhadap masalah halal-haram ini Bapak?// 1. Apa Pesan bapak terkait dengan rencana ini?//

Nara Sumber 2 (Jam 8.45) Wakil Ketua Komisi VIII Hilman Rosyad Sihab 0816 48 621 69 1. Bagaimana sejauh ini perkembangan pembahasan RUU Jaminan Produk Halal di Komisi VIII?// 2. Benarkah di dalam rancangan Undang-Undang Jaminan Produk Halal yang tengah dibahas tersebut/ terdapat rencana pengalihan wewenang sertifikasi halal dari LPPOM MUI ke pemerintah?// Bisa dijelaskan Bapak??// 3. MUI dan LPPOM MUI/ menyatakan keberatan atas rencana tersebut/ bagaimana tanggapan pihak komisi VIII sendiri?// 4. Rencananya/ lembaga mana yang akan dipercaya untuk mengelola sertifikasi halal?// 5. Ada tarik menarikantara LPPOM MUI dan departemen agama/ dimana masingmasing menghendaki/ lembaga sertifikasi halal berada di bawah kewenangan masingmasing// Bagaimana kemudian DPR akan mengakomodir hal ini?// 6. Kapan Target penyelesaian pembahasan RUU Jaminan Produk Halal ini Bapak?// 7. Informasinya/ akan ada lembaga yang dibentuk secara khusus/ untuk menengahi keinginan kedua lembaga tersebut/ semacam Badan Layanan UMUM?// 8. Mengapa DPR seolah merasa bimbang/ untuk kemudian menyatakan dan memutuskan agar wewenang sertifikasi halal tetap berada di bawah LPPOM MUI// Apakah MUI memang tidak layak untuk meneruskan amanahnya sebagai lembaga sertifikasi halal?// 9. Hingga kini/ sertifikasi halal MUI pun/ belum memiliki nsanksi hukum// Selama ini/ sanksi terhadap pelanggaran sertifikasi halal MUI hanya bersifat normatif dan sosial// Bagaimana ke depannya?// Diaturkah ketentuan tersebut dalam RUU JPH??//

Nara Sumber 3 (9.15) Kepala Biro Hukum Departemen Agama Pusat H. Mubarok SH, M.Si 0816 74 65 15 1. Bapak/ mui DAN Forum Umat Islam mendesak dilakukan penghentian pembahasan RUU Jaminan Produk Halal yang saat ini tengah digodok di DPR// Bagaimana tanggapan Bapak?// 2. Diantara point penolakan yang melatari usulan dihentikannya pembahasan adalah/ adanya kesan pengesampingan dan pengerdilan MUI sebagai wakil umat// Dimana nantinya akan ada pelimpahan wewenang sertifikasi halal yang semula dibawah MUI menjadi di bawah pemerintah// Bagaimana menurut Bapak?// 3. Apa permasalahan yang melatari sehingga kemudian pemerintah merasa perlu mengambil alih wewenang sertifikasi halal dari LPPOM MUI ke Depag?// Apakah kinerja LPPOM MUI yang kurang maksimal atau bagaimana?// 4. Tetapi bukankah MUI selama ini cukup berhasil menjalankan tugas dan tanggung jawabnya// Terbukti LPPOM MUI Indonesia menjadi rujukan dari beberapa negara tetangga terkait dengan penyelenggaraan sertifikasi halal?// 5. LPPOM MUI menyatakan/ bahwa fatwa adalah masalah ulama// LPPOM MUI/ telah memenuhi baik dari sisi teknologi/ kemampuan/ hingga kompetensi// Sehingga/ tidak ada alasan untuk kemudian melimpahkan wewenang ini kepada lembaga baru// Yang diperlukan lebih ke penguatan kepada LPPOM MUI/ sehingga dapat bekerja lebih baik// Bagaimana menurut Bapak?// 6. Terkesan ada tarik menarik kepentingan antara LPPOM MUI dan Departemen Agama dalam hal ini// Bagaimana menurut Bapak?// 7. LPPOM MUI menyatakan/ bila pelimpahan kewenangan sertifikasi halal ini merupakan satu kesalahan besar// Depag dianggap belum mampu mengurusi masalah halal haram ini/ karena tidak semua orang-orang Departemen Agama/ mengerti persoalan Halal Haram ini// Bagaimana menurut Bapak?// 8. Apa himbauan Bapak terkait dengan masalah ini?//

Adlibs Fokus Pagi Edisi Rabu, 29 Juli 2009 Tema : Kebijakan Topik : Rencana Pengambil Alihan Sertifikasi Halal Oleh Pemerintah Sahabat MQ/ setelah dua dasawarsa menjadi lembaga yang berwenang mengurusi sertifikasi halal/ kewenangan Lembaga Pengkajian pangan Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia atau LPPOM MUI/ akan diambil alih pemerintah// Dalam Rancangan Undang-Undang Undang-Undang Jaminan Produk Halal yang tengah digodok DPR RI/ pemerintah akan mengambil alih penyelenggaraan sertifikasi halal// Rencana ini pun/ menuai protes dari MUI dan LPPOM MUI// Jika sertifikasi dilakukan pemerintah/ akan berakibat fatal// Selain itu/ langkah pemerintah ini juga dikhawatirkan akan menimbulkan biaya ekonomi tinggi// Padahal/ saat ini LPPOM MUI menjadi lembaga yang terkemuka di dunia/ dalam hal penyelenggaraan sertifikasi halal// Bahkan beberapa waktu lalu/ terdapat 11 lembaga sertifikasi dari Amerika Serikat/ Australia/ Eropa dan Asia/ yang belajar kepada LPPOM MUI// Selain juga melakukan pelatihan kepada 100 orang dari Luar Negeri terkait dengan penyelenggaraan Sertifikasi halal/ standar yang digunakan oleh MUI/ kini juga digunakan oleh negara-negara tersebut// Usaha departemen Agama untuk memasukkan sertifikasi halal sebagai kewenangannya adalah sebuah kekeliruan// Sertifikasi halal/ bukan hanya demi kepentingan bisnis/ akan tetapi lebih dari itu/ adalah urusan aqidah/ sehingga yang berwenang adalah ulama// Lagipula/ Tidak semua pegawai depag memahami urusan dan konsep halal haram// Sahabat MQ/ apa sebenarnya latar belakang dari upaya pelimpahan wewenang sertifikasi Halal dari LPPOM MUI ke pemerintah?// Apa pula dampak yang akan muncul/ bila kemudian kewenangan sertifikasi halal ini beralih dari LPPOM MUI ke Pemerintah?// Benarkah bila wacana ini muncul karena selama ini LPPOM MUI dinilai tidak cukup mampu menjalankan tugasnya?// Untuk itu sahabat MQ/ dalam Program Fokus Pagi Rabu 29 Juli esok/ kami akan mendiskusikannya bersama dengan sejumlah nara sumber/ diantaranya adalah : 1. Direktur LPPOM MUI Pusat -Nadratuzzaman Hosen 2. Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI -Hilman Rosyad Sihab 3. Kepala Biro Hukum Departemen agama/ Mubarok

Planning Nara Sumber Fokus Pagi Edisi Rabu, 29 Juli 2009 Tema : Kebijakan Topik : Rencana Pengambil Alihan Sertifikasi Halal Oleh Pemerintah Nara Sumber 1 (Jam 8.15) Direktur LPPOM MUI Pusat M Nadratuzzaman Hosen 0812 1108 595 / 0818 847 870 Nara Sumber 2 (Jam 8.45) Wakil Ketua Komisi VIII Hilman Rosyad Sihab 08111 46 896 (pake yang ini dulu) / 0816 48 621 69 Atau Latifah Iskandar Nara Sumber 3 (9.15) Kepala Biro Hukum Departemen Agama RI Mubarok 0816 74 65 15