Penerapan Model Pembelajaran Advance Organizer dengan Setting Cooperative Learning di SMAN 8 Padang 1) Oleh Masril 2) Jurusan Fisika FMIPA UNP

dokumen-dokumen yang mirip
Penerapan Model Pembelajaran Vee Map Melalui Belajar Kooperatif di SMA Negeri 2 Padang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN NHT DAN TPS TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang telah dituangkan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER DAN THINK PAIR SHARE TERHADAP HASIL BELAJAR

Yarsi Efendi, Ramses Firdaus, Styvany. Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Riau Kepulauan Koresponden :

BAB I PENDAHULUAN. akan berusaha untuk mengaktualisasi pengetahuannya tersebut di dalam. latihan, bagi pemerannya dimasa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengertian pendidikan menurut Undang-undang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa. Hal ini tertuang dalam Undang- undang Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Terjadinya perubahan paradigma dalam metode belajar mengajar yang

PERBEDAAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN METODE PEMBELAJARAN AKTIF TIPE MIND MAPS

Karya Sinulingga dan Denny Munte Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Negeri Medan Jl. Willem Iskandar, Psr V -Medan. = 4,479 dan t tabel.

BAB I PENDAHULUAN. belahan dunia manapun di planet bumi ini. Untuk menciptakan SDM yang

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE INTEGRETED READING AND COMPOSITION

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan suatu bangsa guna

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara utuh. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan sebagai kata kunci untuk menguak kemajuan bangsa. Tujuan Pendidikan Nasional yang tercantum dalam Undang-

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Feni Maelani, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pendidikan nasional yang ingin dicapai telah ditetapkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dikatakan berjalan baik apabila mampu berperan secara proporsif,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan titik sentral yang sangat berpengaruh untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan dilakukan secara terencana dalam mewujudkan proses pembelajaran agar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. kurang memperhatikan sektor pendidikannya. Pendidikan memiliki peran dalam

BAB I PENDAHULUAN. dengan peserta didik dalam situasi intruksional edukatif. Melalui proses belajar

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan kebutuhan pribadi dan masyarakat. Sesuai dengan UU Republik

2015 PENERAPAN METODE COOPERATIVE SCRIPT UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Surakarta. Keperluan korespondensi, telp: ,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu usaha yang bertujuan untuk mencerdaskan

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, nilai, dan sikap sehingga dapat berpikir lebih sistematis, rasional, dan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan budaya kehidupan. Pendidikan yang dapat mendukung pembangunan di masa

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku pada diri pribadinya. Perubahan tingkah laku inilah yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memiliki peran penting dalam kemajuan suatu bangsa.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

AYUNI DIANA Pendidikan Matematika, FPMIPA IKIP Mataram

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses belajar yang membantu manusia dalam mengembangkan

PENGARUH LKS DALAM PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INSTRUCTION TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS XI SMA N 2 PARIAMAN

BAB I PENDAHULUAN. yang menyenangkan dan mudah dipahami oleh siswa. Pendidikan berfungsi

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KOMPETENSI DASAR PERAWATAN KOPLING

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

PRO GRAM ST UDI PE NDIDI KAN TE KNI K ELE KTRO JURUS AN TE KNIK ELE KTRO FAKULTAS TE KNIK UNIVE RSITAS NE GE RI PADANG

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBER HEAD TOGETHER TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA SMP PADA MATERI GETARAN DAN GELOMBANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan penting karena pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3 yang menyatakan bahwa : Proses pembelajaran pada umumnya memiliki komponen-komponen

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan setiap

I. PENDAHULUAN. Hal ini sesuai dengan UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. manusia, baik aspek kemampuan, kepribadian, maupun tanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi tersebut diperlukan sumber daya manusia yang

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS V

ARTIKEL ILMIAH. OLEH 1. FUJA NOVITRA (RRA1C309012) 2. Drs. MENZA HENDRI, M.Pd 3. HAERUL PATHONI, S.Pd, M.PFis

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika. Oleh:

(PTK Pada Siswa Kelas VIII B SMP Muhammadiyah 10 Surakarta)

Penerapan Metode Problem Based Learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar Materi Barisan dan Deret Bilangan Pada Siswa Kelas IX E SMPN 1 Kalidawir

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan pondasi kemajuan suatu negara, maju tidaknya

BAB I PENDAHULUAN. mendapat perhatian, penanganan, dan prioritas secara intensif baik oleh

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi yang diharapkan. Karena hal itu merupakan cerminan dari kemampuan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-undang Sisdiknas Pasal 4 ayat 4 menyatakan bahwa Pendidikan

2016 PENERAPAN TEKNIK MIND MAP UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SAINS SISWA KELAS III SEKOLAH DASAR

PENGARUH MODEL NUMBERED HEAD TOGETHER BERBANTUAN GEOGEBRA TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS

PILLAR OF PHYSICS EDUCATION, Vol. 1. April 2013, Devi Susanti 1, Festiyed 2, dan Nurhayati 3

BAB I PENDAHULUAN. teknologi diperlukan sumber daya manusia yang tangguh. Pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan. Kualitas sumber

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. melalui berbagai upaya yang berlangsung dalam lingkungan keluarga, sekolah dan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan. Pada era globalisasi, dituntut suatu mutu lulusan yang disiapkan

BAB I PENDAHULUAN. dan teknologi berkembang semakin pesat. Manusia dituntut dengan segala

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 pasal 3 berfungsi untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ARTIKEL. Oleh : RINI MELIA SARI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Peneliti menjelaskan di dalam bab ini tentang: latar belakang masalah,

BAB I PENDAHULUAN. Undang No.20 tahun 2003). Pendidikan memegang peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. hal tersebut, pembangunan nasional dalam bidang pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. semakin pesat. Hal ini menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas,

PENGARUH PENGGUNAAN HAND OUT DISERTAI MIND MAPPING TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA DI KELAS VIII SMPN 2 BATANG ANAI

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN PETA PIKIRAN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK GETARAN DAN GELOMBANG DI KELAS VIII SMP NEGERI 12 BINJAI

BAB I PENDAHULUAN. menegaskan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

KEEFEKTIFAN PENERAPAN MODEL CONTECTUAL TEACHING AND LEARNING

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu bagian terpenting dalam suatu pembangunan,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan

Pembelajaran Matematika dengan Metode Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi Matematis Siswa SMA

Ade Mayasari 1, Akmam 2, Nurhayati 3. PILLAR OF PHYSICS EDUCATION, Vol. 2. Oktober 2013,

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang bermartabat dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Secara spesifik

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan suatu bangsa. Peningkatan mutu pendidikan berarti pula peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan bukan sekedar memberikan pengetahuan, nilai-nilai atau

Transkripsi:

Penerapan Model Pembelajaran Advance Organizer dengan Setting Cooperative Learning di SMAN 8 Padang 1) Oleh Masril 2) Jurusan Fisika FMIPA UNP ABSTRAK Banyak masalah yang ditemui dalam pembelajaran di kelas, salah satu diantaranya adalah kurang maksimalnya guru menghubungkan materi yang dipelajari dengan materi yang lampau. Salah satu solusi dari permasalahan tersebut adalah dengan menggunakan model pembelajaran Advance Organizer. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran Advance Organizer dengan setting cooperative learning terhadap hasil belajar fisika siswa kelas X SMA Negeri 8 Padang. Untuk mencapai tujuan penelitian, maka dilakukan penelitian quasi exsperiment dengan populasi adalah siswa kelas X SMAN 2 Padang dan sampel diambil dua kelas dengan teknik cluster random sampling. Berdasarkan hasil analisis data yang dilakukan, diperoleh rata-rata hasil belajar yang diperoleh untuk kelas eksperimen sebesar 71, 56 dan kelas kontrol sebesar 55.67. Dengan menggunakan statistik uji t didapatkan t hitung = 3,03 dan t tabel = 1,67 dengan arti kata t hitung > t tabel. Dengan demikian dapat disimpukan bahwa terdapat pengaruh yang berarti penerapan model pembelajaran Advance Organizer dengan setting cooperative learning terhadap hasil belajar fisika siswa kelas X SMA Negeri 8 Padang pada taraf kepercayaan 95%. KEY WORDS : model pembelajaran, advance organizer, hasil belajar PENDAHULUAN Pemerintah Indonesia telah banyak melakukan upaya meningkatkan mutu pendidikan. Salah satu perubahan yang mendasar dalam bidang pendidikan Indonesia adalah disahkannya undang-undang baru yaitu Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 yang menjelaskan tentang sistem pendidikan nasional pasal 3 bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan 1) 2) Makalah disampaikan pada Seminar dan Rapat Tahunan Bidang Ilmu MIPA (SEMIRATA BKS- PTN B ) di FMIPA Universitas Medan (Unimed), Pada tanggal 11-12 Mei 2012 Dosen Jurusan Fisika FMIPA UNP

jawab. 1 Pada kenyataannya upaya yang dilakukan pemerintah dalam membenahi 2 bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung sistem pendidikan di Indonesia masih menghadapi banyak persoalan. Salah satu di antara persoalan itu adalah rendahnya mutu lulusan pendidikan di Indonesia, baik di tingkat Sekolah Dasar, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, Sekolah Menengah Umum bahkan Perguruan Tinggi. Hal ini ditandai oleh rendahnya hasil belajar yang diperoleh peserta didik ketika mereka menyelesaikan kegiatan proses pembelajaran. Salah satu mata pelajaran yang perlu mendapat perhatian untuk tujuan tersebut di atas adalah kemampuan dalam menguasai mata pelajaran fisika. Mata pelajaran fisika merupakan mata pelajaran yang penting untuk meletakkan dasar dalam mempelajari pekembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Berdasarkan data UN Kota Padang tahun 2008-2010 diperoleh data bahwa masih banyak kompetensi soal UN yang belum dicapai siswa dengan baik. Kompetensi soal UN yang belum tercapai untuk tahun 2010, ada 14 kemampuan, tahun 2009 ada 4 kemampuan, dan tahun 2008 ada 14 kemampuan dengan nilai KKM < 60. Hasil yang diperoleh siswa ini sangat tidak menggembirakan karena belum tercapainya ketuntasan belajar yang dipersyaratkan dalam kurikulum yaitu 65. Hal ini menandakan kualitas pendidikan mata pelajaran fisika SMA di Kota Padang masih rendah. Beberapa indikasi yang menyebabkan rendahnya hasil yang dicapai oleh siswa untuk mata pelajaran fisika adalah: 1) siswa kurang menguasai konsep secara baik, 2) Dalam proses pembelajaran, guru jarang memperhatikan konsep prasyarat yang harus dikuasai siswa sebelum menjelaskan materi baru; 3) Guru jarang sekali menjelaskan jalinan konsep-konsep antara materi; 4) Guru jarang

3 meminta siswa untuk mengemukakan pendapat dalam pembelajaran konsep, 5) Pembelajaran konsep masih didasarkan pada asumsi bahwa pengetahuan dapat dipindahkan secara utuh dari pikiran guru ke pikiran siswa; dan 6) Guru jarang sekali bertolak memulai pembelajaran dengan mengungkap miskonsepsi atau konsepsi awal siswa sebelum menanamkan konsep baru. Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan di atas, maka untuk mengatasi masalah di atas dirancang model pembelajaran fisika berbasis advance organizer, karena model ini diharapakan mampu untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep-konsep fisika di SMA. Model pembelajaran advance organizer merupakan suatu model pembelajaran untuk melihat kebermaknaan konsep yang akan dipelajari dan menghubungkannya dengan konsep yang sudah dimiliki serta membuat siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran. Keunggulan model ini adalah dapat mengaitkan materi lama dengan materi selanjutnya dengan menggunakan sebuah organizer (kerangka umum) (Ausubel dalam Kathy Joan, 2005). Selain itu model pembelajaran advance organizer dapat meningkatkan kreativitas dan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran, dan terjadinya pembelajaran bermakna. Berdasarkan Penelitian-penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti seperti Barnes dan Claswson (1975) mengkaji sejumlah penelitian tentang advance organizer, dari 32 penelitian yang dikajinya, 12 diantaranya memperlihatkan bahwa advance organizer secara signifikan memudahkan belajar peserta didik. Sedangkan 20 diantaranya menunjukkan perbedaan yang amat kecil (tidak signifikan). Untuk mengoptimalkan penggunaan advance organizer dalam proses pembelajaran, maka diperlukan pembelajaran yang bernuansa kolaborasi karena kolaborasi dapat mengakomodasi keragaman peserta didik dan akan menghasilkan sinergi yang pada akhirnya bermuara pada proses dan produk belajar yang optimal (Dunlap & Grabinger, 1996).

4 Salah satu bentuk pembelajaran yang memiliki aspek kolaborasi adalah pembelajaran yang berorientasi cooperative learning (Bennett, et al., 1991; Dunlap & Grabinger, 1996; Slavin ; 1995). Pembelajaran kooperatif sangat diperlukan dalam pembelajaran IPA. Bekerja secara kooperatif menyediakan peluang pada siswa untuk lebih mungkin dapat memecahkan masalah kompleks yang seringkali tidak akan mereka capai bila bekerja sendirian. Pembelajaran kooperatif menyediakan peluang bagi siswa untuk melakukan praktek memecahkan masalah belajar melalui interaksi sosial. Praktek pemecahan masalah bidang studi IPA dapat dilakukan oleh para siswa dalam kelompok-kelompok kecil mulai dari penyelesaian pekerjaan rumah, penyelesaian masalah-masalah di kelas, dan di laboratorium. Dilihat dari teori dan fungsi advance organizer yang dikemukakan, memungkinkan dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep-konsep fisika sehingga hasil belajar yang diperoleh juga dapat meningkat. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran advance organizer dengan setting cooperative learning terhadap hasil belajar Fisika di SMA Negeri 8 Padang. METODE PENELITIAN Penelitian ini bersifat eksperimental semu dengan rancangan penelitian menggunakan Randomized Control Group Only Design. Pada penelitian ini sample dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Siswa pada kelas eksperimen diberikan perlakuan dengan model pembelajaran advance organizer dengan setting cooperative learning sedangkan kelas kontrol dilakukan dengan pembelajaran sesuai dengan pembelajaran yang berlaku di sekolah menggunakan kurikulum KTSP. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian adalah siswa kelas X SMA N 8 Padang yang terdaftar pada tahun ajaran 2010 / 2011, sedangkan sampel merupakan bagian dari

5 populasi yang diambil sebagai sumber data dan dapat mewakili seluruh populasi. Untuk memperoleh sampel yang representatif digunakan teknik cluster random sampling. Teknik ini merupakan teknik pengambilan sampel secara kelompokkelompok individu yang telah tersedia sebagai populasi. Dari populasi yang ada diambil dua kelompok sampel yang homogen sebagai kelas eksperimen dan kelas. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Data hasil belajar fisika siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol diperoleh setelah melakukan proses belajar mengajar melalui tes akhir berupa soal objektif sebanyak tiga puluh soal. Tes dilaksanakan pada kelas eksperimen yang diikuti oleh 36 orang siswa dan kelas kontrol sebanyak 36 orang siswa. Hasil tes akhir yang dilakukan pada kelas sampel diperoleh data dalam gambar 1. Gambar 1. Grafik Perbandingan Hasil Belajar Kelas Eksperimen Vs Kelas Kontol Kelas X SMA 8 Padang Dari hasil belajar yang diperoleh selanjutnya ditentukan nilai rata-rata ( x ), simpangan baku (S) dan varians, seperti tercantum pada Tabel 1 berikut: Tabel 1. Nilai rata-rata, simpangan baku, dan varians hasil belajar. Kelas N x S S 2 Eksperimen 36 71,56 9,59 92,14 Kontrol 36 55, 67 12,37 153,03

6 Berdasarkan Tabel dapat dilihat bahwa nilai rata-rata hasil belajar fisika siswa kelas eksperimen yaitu dengan pembelajaran menggunakan model pembelajaran advance organizer dengan setting cooperative learning lebih tinggi daripada kelas kontrol yang pembelajarannya tanpa menggunakan model pembelajaran advance organizer dengan setting cooperative learning. Nilai ratarata kelas eksperimen adalah 71,56 dan nilai rata-rata kelas kontrol adalah 55,67. Untuk uji hipotesis digunakan uji t dengan taraf nyata 0,05. Hasil yang diperoleh t hitung adalah 2,46 sedangkan nilai t tabel pada taraf nyata 0,05 dan dk 71 diperoleh t (0,975)(71) sebesar 1,67. Kriteria pengujian yang diajukan adalah terima Ho jika t 1-½α < t < t 1-½α, kenyataannya t hitung > t tabel, berarti t h berada di luar daerah penerimaan Ho, sehingga Ho ditolak dan Hi diterima. Hasil ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang berarti penerapan model pembelajaran advance organizer dengan dengan setting cooperative learning hadap hasil belajar fisika pada taraf kepercayaan 0,05. Pembahasan Hasil analisis data tes akhir pada kelas eksperimen menunjukkan nilai ratarata hasil belajar fisika siswa kelas eksperimen adalah 63,91 lebih baik dari nilai rata-rata hasil belajar kelas kontrol sebesar 57,59 (63,91 > 57,59). Perbedaan ini diyakini disebabkan karena pada kelas eksperimen menerapkan pembelajaran menggunakan Mind Map dan Spider Map dan pada kelas kontrol menerapkan pembelajaran sesuai dengan kurikulum. Sesuai dengan landasan teori, pembelajaran menggunakan Mind Map dan Spider Map diterapkan untuk membantu siswa mengorganisir ide-ide, gagasan atau pemikiran mereka, mengembangkan kemampuan berfikir, mengingat dengan lebih baik, belajar lebih cepat dan efisien dan membantu siswa dalam pemecahan masalah. Karena pemahaman siswa tentang hubungan antar konsep-konsep dalam suatu meteri masih terpisah-pisah, hal ini menyebabkan siswa terkendala dalam

7 mengorganisir ide-ide, gagasan atau pemikiran, dan dalam mengembangkan kemampuan berfikir mereka. Oleh karena itu solusi yang dilakukan supaya pembelajaran menggunakan Mind Map dan Spider Map dapat berlangsung dengan baik, maka siswa dikondisikan dalam kelompok belajar secara kooperatif. Hal ini dilakukan supaya anggota kelompok dapat bekerjasama dengan baik dalam pembuatan Mind Map dan Spider Map. Dengan belajar secara kooperatif, maka setiap siswa akan memunculkan ide-ide, gagasan atau pemikiran mereka dalam melengkapi Mind Map dan Spider Map yang mereka buat. Semakin banyak ide dan gagasan dalam pembuatan Mind Map dan Spider Map, semakin lengkaplah Mind Map dan Spider Map itu. Berdasarkan pengamatan selama penelitian berlangsung, pelaksanaan pembelajaran menggunakan Mind Map dan Spider Map ini menjadikan siswa aktif juga kreatif dan kritis dalam memahami pelajaran. Dengan demikian penerapan pembelajaran menggunakan Mind Map dan Spider Map pada konsep gerak melingkar dan dinamika partikel dalam mata pelajaran fisika kelas X SMA N 12 Padang mempengaruhi hasil belajarnya. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan dapat disimpulkan bahwa dengan pembelajaran menggunakan Mind Map dan Spider Map dapat meningkatkan hasil belajar siswa serta pembelajaran lebih efektif dibandingkan dengan pembelajaran biasa di SMA Negeri 12 Padang. Saran Disarankan agar para peneliti lain dapat menggunakan mind map dan spider map dalam mengembangkan model pembelajaran baik di SMP maupun di SMA.

8 1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Th. 2003, (Jakarta: CV. Medya Duta, 2003), h. 5.