KRITERIA BERPIKIR GEOMETRIS SISWA SMP DALAM MENYELESAIKAN MASALAH GEOMETRI 5

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BERPIKIR ALJABAR DALAM MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIKA 3

Pengembangan Media Berbasis Flash untuk Mendukung Siswa Kelas VII dalam Menemukan Prinsip-Prinsip Pencerminan

ANALISIS KETERAMPILAN GEOMETRI SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH GEOMETRI BERDASARKAN TINGKAT BERPIKIR VAN HIELE

Kemampuan Penalaran Matematis Siswa SMP dalam Belajar Garis dan Sudut dengan GeoGebra

BAB I PENDAHULUAN. siswa, karena itu matematika sangat diperlukan baik untuk kehidupan sehari-hari

RANCANGAN MASALAH MATEMATIKA UNTUK MENGIDENTIFIKASI BERPIKIR GEOMETRIS SISWA

Rusli P.D. Kolnel, Rully Charitas Indra Prahmana, Samsul Arifin, Pengaruh Pembelajaran...

Proses Metakognitif Siswa SMA dalam Pengajuan Masalah Geometri YULI SUHANDONO

Pengembangan Media Pembelajaran dengan GeoGebra untuk Visualisasi Penggunaan Integral pada Siswa SMA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

UPAYA MENINGKATKAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL INQUIRY BERBANTUAN SOFTWARE AUTOGRAPH

Analisis Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Matematika Tentang Bangun Datar Ditinjau Dari Teori Van Hiele ABSTRAK

BANYAK CARA, SATU JAWABAN: ANALISIS TERHADAP STRATEGI PEMECAHAN MASALAH GEOMETRI

KETERAMPILAN DASAR GEOMETRI SISWA KELAS V DALAM MENYELESAIKAN SOAL BANGUN DATAR BERDASARKAN KEMAMPUAN MATEMATIKA DI MI AL ISTIQOMAH BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, karena pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

TINGKAT BERPIKIR GEOMETRI SISWA KELAS VII SMP BERDASARKAN TEORI VAN HIELE

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

ANALISIS KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 03 TUNTANG TENTANG BANGUN DATAR DITINJAU DARI TEORI VAN HIELE

BAB II KAJIAN TEORETIK. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis

BAB I PENDAHULUAN. dimilikinya. Kualitas pendidikan akan menggambarkan kualitas SDM (sumber

BAB I PENDAHULUAN. Menengah Pertama Melalui Pembelajaran dengan Pendekatan Metaphorical Thinking. (repository.upi.edu, 2013), 3.

DESKRIPSI KEMAMPUAN GEOMETRI SISWA SMP BERDASARKAN TEORI VAN HIELE

BAB I PENDAHULUAN. Melalui kegiatan memecahkan masalah, siswa dapat menemukan aturan baru

JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA, VOLUME 2, NOMOR 2, JULI 2011

KEMAMPUAN MAHASISWA MEMBUAT KONEKSI MATEMATIS DALAM MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI PERBEDAAN GENDER 1

Pemahaman Konsep Matematik dalam Pembelajaran Matematika. Oleh Nila Kesumawati FKIP Program Studi Pendidikan Matematika Universitas PGRI Palembang

ANALYSIS OF STUDENT REASONING ABILITY BY FLAT SHAPE FOR PROBLEM SOLVING ABILITY ON MATERIAL PLANEON STUDENTS OF PGSD SLAMET RIYADI UNIVERSITY

ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA SPLDV BERDASARKAN LANGKAH PENYELESAIAN POLYA

PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PEMECAHAN MASALAH UNTUK MENUMBUHKEMBANGKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA

REPRESENTASI VISUAL DALAM MENYELESAIKAN MASALAH KONTEKSTUAL

Profil Berpikir Logis dalam Memecahkan Masalah oleh Mahasiswa Calon Guru Tipe Camper

STRATEGI GENERALISASI POLA GEOMETRIS CALON MAHASISWA BARU PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA STKIP PGRI PASURUAN TAHUN AJARAN 2017/2018

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA MENGGUNAKAN STRATEGI WRITING TO LEARN PADA SISWA SMP 4

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya belajar matematika tidak terlepas dari peranannya dalam

Syarifatul Maf ulah, Dwi Juniati, Tatag Yuli Eko Siswono, Analisis Kemampuan Siswa...

Amira Yahya. Guru Matematika SMA N 1 Pamekasan. & Amira Yahya: Proses Berpikir Lateral 27

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

DESKRIPSI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA

IDENTIFIKASI TAHAP BERPIKIR GEOMETRI CALON GURU SEKOLAH DASAR DITINJAU DARI TAHAP BERPIKIR VAN HIELE

PEMAHAMAN KONSEP VOLUME BANGUN RUANG MELALUI HUKUM KEKEKALAN ISI (Apakah Anak Saya Sesuai Dengan Teori Piaget)

KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA SMK BERGAYA KOGNITIF FIELD DEPENDENT

Profil Metakognisi Siswa Smp Dalam Memecahkan Masalah Open-Ended (Studi Kasus Ditinjau dari Tingkat Kemampuan Siswa )

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat diperlukan oleh semua orang terutama pendidikan yang

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS REPRESENTASI MATEMATIS SISWA SMP PADA MATERI KUBUS DAN BALOK MELALUI PENELITIAN DESAIN

KEEFEKTIFAN PENDEKATAN INKUIRI TERBIMBING DITINJAU DARI KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PADA SISWA SMP

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

MULTIPLE REPRESENTASI CALON GURU DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI BERFIKIR KREATIF

ANALISIS TINGKAT BERPIKIR SISWA BERDASARKAN TEORI VAN HIELE PADA MATERI DIMENSI TIGA DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF FIELD DEPENDENT DAN FIELD INDEPENDENT

Geometri Siswa SMP Ditinjau dari Kemampuan Matematika. (Surabaya: PPs UNESA, 2014), 1.

BAB I PENDAHULUAN. atau hanya gambaran pikiran. Makna dari penjelasan tersebut adalah sesuatu

Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis melalui Pembelajaran berbasis Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 1, ayat (1) 31, ayat (1). 1 Undang-Undang No. 20 tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

ANALISIS LEVEL PERTANYAAN GEOMETRI BERDASARKAN TINGKATAN VAN HIELE PADA BUKU TEKS MATEMATIKA SMP KELAS VII

ANALISIS TINGKAT BERPIKIR SISWA SMP BERDASARKAN TEORI VAN HIELE DITINJAU DARI GENDER

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENYEBAB KESULITAN MAHASISWA DALAM PEMBUKTIAN MATEMATIKA

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA MATERI SEGIEMPAT BERBASIS TEORI VAN HIELE

PROFIL PEMECAHAN MASALAH KONTEKSTUAL GEOMETRI SISWA SMP BERDASARKAN ADVERSITY QUOTIENT (AQ)

KEMAMPUAN ABSTRAKSI MATEMATIS SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) KLS VIII

PEMBELAJARAN BERMAKNA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA

SCAFFOLDING DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA 5

BAB I PENDAHULUAN. Nia Kania, 2013

BAB I PENDAHULUAN. kehidupannya akan selalu berkembang ke arah yang lebih baik. Oleh karena itu,

CONJECTURING DALAM PEMECAHAN MASALAH GENERALISASI POLA

KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA GAYA KOGNITIF REFLEKTIF-IMPULSIF DALAM MENYELESAIKAN MASALAH OPEN-ENDED

DESKRIPSI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA MTs. NEGERI BOJONG PADA MATERI STATISTIKA. Zuhrotunnisa ABSTRAK

KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA PADA PEMBELAJARAN BERBASIS TEORI VAN HIELE DI MATERI SEGIEMPAT KELAS VII SMP NEGERI 1 INDRALAYA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. memunculkan persaingan yang cukup tajam, dan sekaligus menjadi ajang seleksi

KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MAHASISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL ANALISIS MELALUI PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERDASARKAN MASALAH

ANALISIS KESALAHAN MENYELESAIKAN SOAL PEMBUKTIAN GEOMETRI EUCLID DITINJAU DARI GENDER PADA MAHASISWA IKIP BUDI UTOMO MALANG

BAB I PENDAHULUAN. (dalam Risna, 2011) yang menyatakan bahwa: Soejadi (2000) mengemukakan bahwa pendidikan matematika memiliki dua

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Matematika Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Sarbaini, Identifikasi Tingkat Berpikir Siswa Berdasarkan Teori Van

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan siswa dalam berfikir secara matematika (think mathematically).

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar siswa kita. Padahal matematika sumber dari segala disiplin ilmu

IMPLEMENTASI SCAFFOLDING UNTUK MENGATASI KESALAHAN SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH LINGKARAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan dasar tersebut, sudah dapat dipastikan pengetahuan-pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. Matematika adalah salah satu ilmu dasar, yang sangat berperan penting

DAFTAR PUSTAKA. Akdon. (2008). Aplikasi Statistika dan Metode Penelitian untuk Administrasi dan Manajemen. Bandung: Dewa Ruche.

Representasi Matematis Siswa SMA dalam Memecahkan Masalah Persamaan Kuadrat Ditinjau dari Perbedaan Gender

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam menciptakan manusiamanusia

BAB I PENDAHULUAN. Peran pendidikan matematika sangat penting bagi upaya menciptakan sumber

ANALISIS TAHAP BERPIKIR GEOMETRI SISWA BERDASARKAN TEORI VAN HIELE DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF DI SMP

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan matematika sangat berperan penting dalam upaya menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. yang baik dan tepat. Hal tersebut diperjelas dalam Undang - Undang No 2 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang

Profil Berpikir Visual

REPRESENTASI PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA OLEH SISWA SEKOLAH DASAR. Janet Trineke Manoy

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ANALISIS TINGKAT BERPIKIR KREATIF SISWA GAYA BELAJAR VISUAL DALAM MEMECAHKAN MASALAH PERSEGI PANJANG DAN PERSEGI

InfinityJurnal Ilmiah Program Studi Matematika STKIP Siliwangi Bandung, Vol 4, No.2, September 2015

BAB I PENDAHULUAN. mendatangkan berbagai efek negatif bagi manusia. Penyikapan atas

EKSPLORASI KEMAMPUAN OPERASI BILANGAN PECAHAN PADA ANAK-ANAK DI RUMAH PINTAR BUMI CIJAMBE CERDAS BERKARYA (RUMPIN BCCB)

BAB I PENDAHULUAN. 1 The National Council of Teachers of Mathematics (NCTM), Principles and Standards

Transkripsi:

ISSN 2442-3041 Math Didactic: Jurnal Pendidikan Matematika Vol. 1, No. 2, Mei - Agustus 2015 STKIP PGRI Banjarmasin KRITERIA BERPIKIR GEOMETRIS SISWA SMP DALAM MENYELESAIKAN MASALAH GEOMETRI 5 Noor Fajriah Mahasiswa S3 Pendidikan Matematika Unesa Surabaya E-mail:... Abstrak: Objek-objek yang dibahas dalam materi geometri memang tidak asing lagi bagi siswa sehingga diharapkan mereka tidak mendapat kesulitan dalam belajar geometri di sekolah. Kenyataannya, siswa SMP di Cyprus dan Malaysia mengalami kesulitan, antara lain mengenai materi: sudut yang terbentuk dari garis yang memotong garis sejajar, visualisasi, penalaran formal, mengkonstruksi bangun geometris, istilah geometri. Berdasarkan kenyataan tersebut, terlihat ada masalah dalam pembelajaran geometri di SMP sehingga diperlukan cara-cara untuk mengatasinya. Pembahasan ini dibatasi untuk menentukan kriteria berpikir geometris siswa SMP. Diharapkan dengan mengetahui kriteria berpikir geometris siswa maka dapat diruntut kelemahan geometri sehingga akhirnya dapat membantu mereka untuk meningkatkan kemampuan geometrisnya. Adapun kriteria-kriteria berpikir geometris siswa SMP dalam menyelesaikan masalah geometri adalah mengillustrasikan objek geometri berdasarkan deskripsi verbal atau sebaliknya, menjelaskan objek geometri berdasarkan deskripsi verbal atau sebaliknya, menggambarkan objek geometri berdasarkan sifat-sifatnya dengan menggunakan alat yang sesuai, mengidentifikasi konse-konsep geometri, menentukan dan menjelaskan hubungan antar konsep geometri, menjelaskan alasan - alasan yang diperlukan untuk menarik kesimpulan. Kata kunci: berpikir geometris, SMP. Geometri merupakan bidang kajian dalam materi matematika sekolah yang memiliki porsi cukup banyak untuk dipelajari oleh siswa SMP. Abdussakir (2009) menuliskan bahwa bidang ini menyediakan pendekatanpendekatan untuk menyelesaikan masalah dalam bentuk gambar, diagram, dan sistem koordinat. Selanjutnya, dalam NCTM (1989) dituliskan sebab mengapa geometri perlu diajarkan di sekolah : (1) karena dunia dibangun oleh bentuk dan ruang sesuai pendapat Bishop (1983) bahwa geometri adalah matematika ruang; (2) geometri informal sangat membantu siswa yang mengalami masalah abstraksi; (3) membantu 5 Disampaikan pada Seminar Nasional Pendidikan Matematika STKIP PGRI Banjarmasin, 28 Januari 2015 103

104 Noor Fajriah menyelesaikan masalah bidang matematika yang lain; (4) membantu berpikir visual siswa. Diharapkan kemampuan berpikir siswa setelah belajar geometri dapat berkembang. Adapun materi geometri yang dipelajari siswa di sekolah meliputi objekobjek dan struktur geometris, bagaimana menganalisis karakteristik-karakteristik dan hubungan antar objek, membangun berpikir informal menjadi berpikir formal dan dapat mengenali objek geometris yang berbeda untuk menalar dan menyelesaikan masalah (NCTM, 2000). Objek-objek yang dibahas dalam materi geometri memang tidak asing lagi bagi siswa sehingga diharapkan mereka tidak mendapat kesulitan dalam belajar geometri di sekolah. Faktanya, Özerem (2012) menemukan bahwa siswa kelas VII di Cyprus mengalami kesulitan, antara lain mengenai materi: sudut yang terbentuk dari garis yang memotong garis sejajar, visualisasi, penalaran formal, mengkonstruksi bangun geometris, kosakata dasar geometri. Idris (dalam Idris & Lian, 2004) mengungkapkan bahwa siswa di Malaysia yang berusia 13-14 tahun kesulitan dalam memahami istilah geometri padahal pemahaman istilah geometri memainkan peran yang sangat penting dalam pemahaman konsep geometris. Berdasarkan kenyataan tersebut, terlihat ada masalah dalam pembelajaran geometri di SMP sehingga diperlukan caracara untuk mengatasinya. Pembahasan ini dibatasi untuk menentukan kriteria berpikir geometris siswa SMP. Diharapkan dengan mengetahui kriteria berpikir geometris siswa maka dapat diruntut kelemahan geometri sehingga akhirnya dapat membantu mereka untuk meningkatkan kemampuan geometrisnya. Pembahasan Berpikir dalam Suryabrata (2002) adalah proses dinamis yang dapat dilukiskan menurut proses atau jalannya dan Iskandar (2009) mendefinisikan berpikir merupakan proses pengetahuan yang menghubungkan antara stimulus dan respon dari kegiatan kognitif tingkat tinggi. Sehingga berpikir merupakan proses pengetahuan dari kegiatan kognitif tingkat tinggi yang dapat dilihat berdasarkan prosesnya. Solso, dkk (2008) berpikir adalah proses yang membentuk representasi mental baru melalui transformasi informasi oleh interaksi kompleks dari atribusi mental yang mencakup pertimbangan, pengabstrakan, penalaran, penggambaran, penyelesaian masalah yang logis, pembentukan konsep, kreativitas dan kecerdasan. Artinya berpikir merupakan aktivitas mental mencakup pertimbangan, pengabstrakan, penalaran, penggambaran, penyelesaian masalah. Menurut Mayer (dalam Solso dkk, 2008) terdapat tiga ide dasar tentang berpikir, yaitu: (1) berpikir adalah aktivitas kognitif yang terjadi dalam mental atau pikiran seseorang, tidak tampak, dapat disimpulkan berdasarkan perilaku yang tampak; (2) berpikir merupakan suatu proses yang melibatkan beberapa manipulasi pengetahuan dan sistem kognitif; dan (3) aktivitas berpikir diarahkan untuk menghasilkan penyelesaian masalah. Pada dasarnya berpikir yang dikemukakan Mayer di atas lebih menekankan aktivitas mental dengan melibatkan manipulasi pengetahuan untuk menyelesaikan masalah, termasuk masalah geometri. Adapun geometri merupakan salah satu cabang matematika yang mempelajari bentuk, posisi dan sifat keruangan. Kebanyakan objek didunia digambarkan

Kriteria Berpikir Geometris Siswa SMP dalam Menyelesaikan Masalah Geometri 105 dalam bentuk, sehingga geometri menempati posisi yang penting dalam kurikulum. Karena pentingnya pembelajaran geometri, maka perlu dikaji mengenai berpikir geometris siswa. Hal tersebut diperkuat oleh pernyataan yang dituliskan oleh Goos, dkk (2007) bahwa jika berpikir geometris siswa dikembangkan maka dapat mengembangkan kemampuan imajinasi, dapat memahami objek yang sebenarnya tanpa melihatnya, dapat melihat objek yang dinamis. Sehingga berpikir geometris mutlak diperlukan dalam setiap cabang matematika dan sudut pandang geometris telah memberikan wawasan yang tepat bagi banyak penelitian sepanjang sejarah. Duval (dalam Jones, 1998) menyebutkan bahwa berpikir geometris melibatkan tiga aktivitas yaitu: proses visualisasi, proses konstruksi dan proses penalaran. Proses tersebut dapat dilakukan secara terpisah tetapi saling berhubungan erat. Ketiga aktivitas berpikir geometris tersebut membentuk suatu interaksi jika seseorang menyelesaikan masalah geometri, seperti gambar berikut ini. jangka, software) didukung oleh penalaran; (4) visualisasi didukung oleh konstruksi; (5) penalaran dapat berkembang secara bebas dari visualisasi dan konstruksi. (5A) alami (dalam atau luar) untuk penamaan, deskripsi atau argumentasi (5B) proposisi berdasarkan teori: definisi, teorema...untuk deduktif dari masalah. Adapun interaksi aktivitas yang dimaksud, misalkan 425A artinya penalaran alami didukung oleh visualisasi sedangkan visualisasi didukung oleh konstruksi. Maksudnya penalaran yang dilakukan oleh siswa dikarenakan adanya visualisasi, sedangkan visualisasi yang dilakukannya karena didukung oleh alat seperti penggaris atau jangka dan persyaratan geometris yang sesuai. Selanjutnya Duval (dalam Jones, 1998) menuliskan visualisasi adalah representasi visual dari pernyataan geometri, eksplorasi heuristik dari situasi geometri yang kompleks. Ini termasuk transfer dari satu jenis representasi visual yang lain berkaitan dengan representasi ruang untuk menjelaskan komentar verbal, untuk investigasi situasi Interaksi Aktivitas dalam Berpikir Geometris (Sumber: Jones, 1998). Berdasarkan gambar tersebut, anak panah (1) menggambarkan visualisasi didukung oleh penalaran tetapi; (2) penalaran belum tentu didukung oleh visualisasi; (3) konstruksi (menggunakan alat: penggaris dan yang lebih kompleks. Visualisasi dalam matematika sebagian besar berbentuk ilustrasi geometris. Visualisasi juga merupakan salah satu keterampilan yang merupakan bantuan secara intuisi tapi kadang-kadang juga dapat

106 Noor Fajriah mengaburkan, terutama yang belum paham dengan proposisi matematika dan hubungan geometris. Hal ini sesuai dengan interaksi yang ada pada gambar 1 (panah putus-putus dari visualisasi ke penalaran). Hershkowitz (dalam Torregrosa dan Quesada, 2008) menyebutkan visualisasi adalah sebagai transfer objek, konsep, fenomena, proses dan representasi terhadap beberapa jenis representasi visual atau sebaliknya.arcavi (2003) mendefinisikan visualisasi terbatas pada penggunaan angka, gambar dan diagram. Aktivitas selanjutnya adalah konstruksi yaitu suatu kegiatan untuk mengkonstruksi suatu konfigurasi sesuai dengan alat yang digunakan misalnya jangka, penggaris, busur derajat dan persyaratan geometris (Jones, 1998). Maksudnya jika siswa menggambarkan objek geometris berdasarkan keterangan dengan menggunakan alat dan sesuai dengan persyaratannya maka siswa dikatakan melakukan proses konstruksi. Aktivitas terakhir adalah penalaran, menurut Duval penalaran berhubungan dengan proses untuk bukti dan penjelasan (Jones, 1998). Penalaran (Torregrosa dan Quesada, 2008) dianggap sebagai proses menurunkan informasi baru dari informasi sebelumnya, mungkin berasal dari masalah itu sendiri atau dari pengetahuan sebelumnya. Sedangkan Santrock (2007) menuliskan penalaran adalah berpikir logis untuk menghasilkan kesimpulan. Sesuai dengan tingkat berpikirnya, siswa SMP yang umumnya dalam tingkat berpikir operasional konkret dan peralihan ke tingkat operasional formal, sehingga cara memperoleh pengetahuan matematika pada diri siswa SMP banyak dilakukan dengan penalaran induksi, sedangkan untuk siswa SMA sudah mulai banyak dilakukan dengan penalaran deduksi (Tim Kemendikbud, 2013). Pernyataan tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Andhani, dkk (2014) pada siswa kelas IX SMPN Negeri 2 Menganti menyimpulkan bahwa masih ada siswa pada tingkat berpikir konkret dan hanya sedikit yang sampai pada tingkat formal akhir. Siswa yang masih pada tingkat berpikir konkret akan melakukan penalaran induksi dimana siswa akan menarik kesimpulan berdasarkan observasi. Adapun contoh interaksi aktivitas berpikir geometris Duval (BGD) yang menggunakan penalaran jenis ini adalah 42 atau 2. Artinya siswa dalam melakukan penalaran harus didukung oleh konstruksi dan visualisasi. Adapun siswa yang sudah mencapai tingkat berpikir formal akan melakukan penalaran deduksi dimana siswa dalam melakukan kesimpulan berdasarkan teori. Penalaran jenis ini bermula dari umum ke spesifik, diawali dengan menetapkan sekumpulan konsep tertentu yang tidak didefinisikan, misalnya titik, garis, dan sebagainya. Dengan menggunakan pengertian pangkal ini disusun pernyataan-pernyataan yang sebenarnya merupakan kesepakatan dan tidak memerlukan pembuktian. Selanjutnya berdasarkan pengertian pangkal dan aksioma diturunkan definisi dan teorema untuk mendapatkan pengertian baru. Demikian seterusnya dengan menggunakan penalaran deduksi maka konsep-konsep matematika termasuk geometri dapat berkembang. Adapun contoh interaksi dalam BGD yang mampu menggunakan penalaran deduksi adalah 5, 3425,125. Sehingga aktivitas yang dilakukan siswa SMP dalam menyelesaikan masalah geometri masih akan melibatkan visualisasi, konstruksi dan penalaran seperti yang dikemukakan Duval. Berdasarkan aktivitasaktivitas tersebut maka ditetapkan kriteria berpikir geometris siswa dalam

Kriteria Berpikir Geometris Siswa SMP dalam Menyelesaikan Masalah Geometri 107 menyelesaikan masalah geometri seperti pada tabel 1 berikut ini. Tabel 1. Kriteria-Kriteria Berpikir Geometris Aktivitas Kriteria Berpikir Geometris 1. Mengilustrasikan objek geometri berdasarkan Visualisasi deskripsi verbal atau sebaliknya. 2. Menjelaskan objek geometri berdasarkan deskripsi verbal atau sebaliknya. Menggambar objek geometri Konstruksi berdasarkan sifat-sifatnya dengan menggunakan alat yang sesuai. 1. Mengidentifikasi konsepkonsep geometri. 2. Menentukan hubungan Penalaran antar konsep geometri. 3. Menjelaskan hubungan antar konsep geometri. 4. Menjelaskan alasan-alasan yang diperlukan untuk menarik kesimpulan. Aktivitas berpikir geometris siswa dalam menyelesaikan masalah geometri adalah usaha siswa untuk mencari penyelesaian berdasarkan empat langkah pokok masalah yaitu: (1) memahami masalah, (2) memikirkan/menyusun rencana; (3) melaksanakan rencana, (4) memeriksa kembali (Polya, 1973). Kegiatan siswa dalam memahami masalah adalah mengillustrasikan objek geometri mungkin dengan membayangkan atau menggambarkan di kertas, jika menggambarkan di kertas mungkin akan menggunakan alat yang sesuai dengan persyaratan berdasarkan data dan yang ditanyakan. Siswa melakukan identifikasi konsep-konsep geometri berdasarkan keterangan yang ada dan menghubungkan antar konsep dengan keterangan yang ada dengan diketahui. Kegiatan siswa dalam menyusun rencana adalah mengillustrasikan objek geometri untuk menyusun strategi menyelesaikan masalah, menggambarkan strategi menyelesaikan masalah dengan menggunakan alat dan persyaratan yang sesuai, mengidentifikasi dan menghubungkan konsep-konsep yang digunakan dalam rencana menyelesaikan masalah. Selanjutnya, kegiatan siswa dalam melaksanakan rencana adalah melaksanakan strategi yang sudah dipilih dalam kegiatan menyusun rencana. Langkah terakhir siswa memeriksa kembali dengan menjelaskan alasan-alasan menarik kesimpulan, jika alasan-alasan yang diberikan berdasarkan hasil ilustrasi dan menggambarnya maka siswa menggunakan penalaran induksi. Jika alasan-alasan yang digunakan untuk menarik kesimpulan berdasarkan teori yang digunakan maka siswa melakukan penalaran deduksi. Kesimpulan dan Saran Kriteria-kriteria berpikir geometris siswa SMP dalam menyelesaikan masalah geometri adalah mengillustrasikan objek geometri berdasarkan deskripsi verbal atau sebaliknya, menjelaskan objek geometri berdasarkan deskripsi verbal atau sebaliknya, menggambarkan objek geometri berdasarkan sifat-sifatnya dengan menggunakan alat yang sesuai, mengidentifikasi konse-konsep geometri, menentukan dan menjelaskan hubungan antar konsep geometri, menjelaskan alasan-alasan yang diperlukan untuk menarik kesimpulan. Daftar Pustaka Abdussakir. 2009. Pembelajaran geometri dan teori Van Hiele.

108 Noor Fajriah http://abdussakir.wordpress.com/2009/0 1/25. Akses tanggal 10 Juli 2013. Andhani, R.A., Sutinah dan Kurniasari, I. 2003. Identifikasi Tingkat Perkembangan Kognitif Siswa Menggunakan Test Of Piaget s Logical Operations (TLO) ditinjau dari Kemampuan Matematika di SMP Negeri 2 Menganti. Jurnal Online Universitas Negeri Surabaya, Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika. Vol. 3 No 1. 2014. Akses tanggal 2 Februari 2015. Arcavi, A. 2003. The Role of Visual Representations in the Learning of Mathematics. Educational Studies in Mathematics, 52(3) pp.215-240. Bishop, A.J. 1983. Space and Geometry. Acquisition of Mathematics Concepts and Processes. Academic Press. New York. pp.175-203. Idris, N dan Lian, Tay Beee (2004). Teaching and Learning of Geometry: Problems and Prospects. Masalah Pendidikan, 27. pp. 165-178. Iskandar, 2009. Psikologi Pendidikan (Sebuah Orientasi Baru). Jakarta : Gaung Persada (GP) Press. Jones, K. 1998. Theoretical Frameworks for the Learning of Geometrical Reasoning. Proceedings of the British Society for Research into Learning Mathematics, 18(1&2), pp. 29-34. National Council of Teachers of Mathematics. 1989. Principles and Standards for School Mathematics. Reston, VA: NCTM. National Council of Teachers of Mathematics. 2000. Principles and Standards for School Mathematics. Reston, VA: NCTM. Özerem, A. 2012. Misconceptions In Geometry and Suggested Solutions for Seventh Grade Students. International Journal of New Trends in Arts, Sports & Science Education, volume 1, issue 4. pp. 23-35. Polya, G. 1973. How to Solve it (New of Mathematical Method). Second Edition. New Jersey: Princeton University Press. Solso, R.L., Maclin, O.H., dan Maclin, M.K. 2008. Psikologi Kognitif. Alih bahasa Mikael Rahardanto & Kristinati Batuadji. Jakarta : Erlangga. Suryabrata, S. 2002. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Tim Kemendikbud. 2013. Materi Pelatihan Guru (Implememntasi Kurikulum 2013 SMP/MTs Matematika. Jakarta: Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan. Torregrosa, G dan Quesada, H. 2008. The Coordination of Cognitive Processes In Solving Geometric Problems Requiring Formal Proof. In Figueras, O & Sepulveda, A. (Eds.). Proceedings of the Joint Meeting of the32nd Conference of the International Group for teh Psychology of Mathematics Education, and the XX North American. Vol. 4 pp. 321-328.