PEMAHAMAN KONSEP VOLUME BANGUN RUANG MELALUI HUKUM KEKEKALAN ISI (Apakah Anak Saya Sesuai Dengan Teori Piaget)
|
|
- Hendri Budiman
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Jurnal Pedagogika dan Dinamika Pendidikan ISSN Volume 7, No. 2, Agustus jurnalpedagogika@yahoo.com PEMAHAMAN KONSEP VOLUME BANGUN RUANG MELALUI HUKUM KEKEKALAN ISI (Apakah Anak Saya Sesuai Dengan Teori Piaget) Johannis Takaria Dosen PGSD FKIP Universitas Pattimura Ambon takaria_joni@yahoo.com ARTICLE INFO Article History: Accepted Available online Keywords: Teori Piaget, Volume Bangun Ruang, Hukum Kekekalan Isi, Tahap Operasi konkrit ABSTRAK Fokus penelitian ini adalah menganalisis pemahaman konsep siswa terhadap materi volume bangun ruang berbasis teori Piaget melalui hukum kekekalan isi. Berdasarkan hasil eksperimen teridentifikasi bahwa, pada tahap operasi kongkrit bukan hanya siswa (usia antara thn) dapat memahami hukum kekekalan isi, namun ditemukan anak yang berusia 10-11thn juga dapat memahami hukum kekekalan isi. Hal ini selaras dengan teori yang mengatakan bahwa anak dapat memahami konsep kekekalan isi (14 15 tahun kadang-kadang mulai pada usia 11 tahun). Teridentifikasi pula bahwa anak juga dapat memahami ukuran-ukuran dari bangun ruang (bola) yaitu jari-jari dan diameter, serta dapat melakukan pengukuran dalam mencari volume bola, walaupun dalam mencari rumus volume bola mereka masih kesulitan dan perlu diberikan bantuan dalam proses penyelesaiannya. Hasil penelitian mengindikasikan bahwa pada tahap operasi konkrit, anak saya sudah dapat memahami volume bangun ruang melalui hukum kekekalan isi, dimana air yang berada pada wadah yang berbentuk tabung jika dipindahkan pada bola volumenya tetap sama walaupun tempatnya berbeda bentuk. PENDAHULUAN Tidak dapat dipungkiri bahwa matematika bagi banyak siswa dianggap sulit dan menyeramkan, hal ini dikarenakan pandangan yang berlebihan terhadapa abstraknya matematika. Pandangan ini, sebagaimana diidentifikasi Verhoeven (2006), bahwa adanya phobia terhadap matematika berakibat kurangnya minat untuk
2 Jurnal Pedagogika dan Dinamika Pendidikan. Vol 7, No. 2, Agustus 2017, (79-89) 80 mempelajari matematika. Kekuatiran yang berlebihan terhadap abstraknya materi pelajaran menimbulkan kecemasan (anxiety) yang berakibat terhadap perkembangan motivasi dan kesenangan dalam belajar. Bertolak dari pandangan tersebut, maka guru perlu melakukan pembaharuan dalam pembelajaran dengan menghadirkan pembelajaran matematika yang bermakna. Penggunaan model, strategi, dan metode pembelajaran inovatif dalam mengatasi kesulitan belajar matematika siswa perlu dilakukan. Sehingga kecemasan dan pandangan siswa terhadap sulitnya matematika dapat diatasi. Konsekuensinya guru sebagai tenaga pendidik dapat mengimplementasikan model pembelajaran dengan tepat sesuai tingkat berpikir dan perkembangan anak. Piaget (Ruseffendi, 2006) dengan teori perkembangannya mengatakan bahwa, manusia bertumbuh secara kronologis (menurut urutan waktu) melalui empat tahap tertentu yang berurutan yakni: 1) Tahap sensori motor (dari lahir sampai umur sekitar 2 tahun); 2) Tahap preoperasional (2-7 tahun); 3) Tahap operasi konkrit (7 sampai tahun); 4) Tahap operasi formal (11 tahun sampai dewasa). Pada tahap operasional konkrit anak sudah memahami konsep kekekalan bilangan, banyaknya zat, panjang, luas, berat, dan kekekalan isi. Dapat digambarkan bahwa meskipun penelitian yang dilakukan Jean Piaget dilakukan terhadap anak-anak Eropa, tetapi garis-garis besarnya perlu diketahui dan menjadi perhatian terhadap anak-anak di Indonesia. Dalam pembelajaran guru hendaknya memperhatikan tingkat perkembangan anak dan karakteristik dari materi pelajaran yang hendak disajikan. Pada tingkat SD salah satu materi yang dipandang sulit bagi siswa adalah materi bangun ruang. Pandangan ini hendaknya dicari solusi pemecahannya, salah satunya dengan menggunakan media pembelajaran kontekstual. Dalam pembelajaran bangun ruang guru hendaknya terlibat aktif dalam memicu keaktifan siswa sehingga mereka dapat mengkonstruksi ide-ide kreatif. Kemampuan guru matematika juga perlu ditingkatkan, terutama dalam menguasai materi bangun ruang. Bukti empiris menunjukan bahwa guru-guru SD dan siswa masih kesulitan menguasai materi bangun ruang dengan baik. Bukti ini diperkuat dengan temuan Soejadi (Nur aini, 2008), dimana kesulitan belajar geometri antara lain : l) siswa sukar mengenali dan memahami bangun-bangun geometri terutama bangun ruang serta unsur-unsurnya, 2) siswa sulit menyebutkan unsur unsur bangun ruang, misal siswa menyatakan bahwa pengertian rusuk bangun ruang sama dengan sisi bangun datar. Terkait permasalahan tersebut, maka Rusefendi (1990) mengemukakan bahwa pembelajaran geometri menjadi baik jika memenuhi syarat berikut: 1) disesuaikan dengan kemampuan anak; 2) sesuai dengan tujuan pembelajaran ; 3) sesuai dengan hakekat geometri itu sendiri; 4) diperlukan adanya konsistensi; dan 5) sesuai dengan keadaan dan kebutuhan masyarakat. Menurut Sunzuma, et al (2013) kemampuan geometri yang dimiliki siswa dapat membantu mereka dalam mengembangkan kemampuan penalaran dan pemecahan masalah. Geometri adalah cabang matematika yang berhubungan dengan studi tentang berbagai bentuk dan sifat (Paulina, 2007). Konsep geometri pada dasarnya dipandang siswa lebih bersifat abstrak, namun pemahaman terhadap konsep-konsep tersebut dapat diwujudkan dengan menghadirkan pembelajaran kontekstual yang berorientasi semi konkrit maupun konkrit sesuai dengan kehidupan nyata siswa. Penggunaan benda-benda
3 Jurnal Pedagogika dan Dinamika Pendidikan. Vol 7, No. 2, Agustus 2017, (79-89) 81 konkrit dalam suatu penyelidikan dapat diamati secara langsung oleh siswa saat pembelajaran berlangsung, sehingga menjadikan kegiatan pembelajaran lebih menantang dan menyenangkan. Kegiatan penyelidikan dalam pembelajaran akan memicu siswa untuk berpikir kritis dan kreatif, sehingga berdampak pada peningkatan pemahaman siswa terhadap konsep-konsep yang dipelajari. Berdasarkan studi awal penelitian teridentifikasi bahwa: 1) kebanyakan siswa mencari volume bangun ruang dengan hanya menerapkan rumus tanpa memahami konsep dasarnya; 2) kebanyakan siswa belum paham terhadap konsep bangun datar; 3) kecemasan (anxiety) yang berlebihan terhadap materi geometri, hal ini memberikan pengaruh terhadap kesenangan dalam belajar geometri; dan 4) guru belum optimal dalam menggunakan benda-benda konkrit sebagai media pembelajaran matematika. Oleh sebab itu kajian ini mencoba membangun pemahaman siswa bagaimana memahami volume bangun ruang melalui hukum kekekalan isi dengan menggunakan benda-benda kongkrit. Berbagai pandangan yang muncul dan beranggapan bahwa pada tahap operasi konkrit prosesnya selalu menggunakan benda-benda kongkrit, tetapi menurut Ruseffendi (2006) pandangan tersebut keliru, dasar pemikiran yang dikemukakan adalah: 1) dilihat dari kata Operasi konkrit anak-anak pada tahap ini sudah lebih jauh dapat berfikir atau berbuat daripada anak pada tahap preoperasi; 2) banyak anak-anak di sekitar umur ini yang dapat melakukan tindakan atau perbuatan mental tanpa menggunakan benda-benda kongkrit, artinya hanyalah bahwa anak-anak masih mendapat kesukaran membuat generalisasi verbal dari contoh-contoh yang serupa. Mengacu pada teori piaget dan beberapa pendapat yang dikemukakan, maka peneliti tertarik untuk melakukan studi eksperimen. Tujuannya untuk mengetahui apakah anak saya yang berada pada tahap operasi konkrit dapat memahami konsep volume bangun ruang melalui hukum kekekalan isi dan memiliki kemampuan berpikir dalam melakukan suatu analisis. KAJIAN PUSTAKA Hakekat Pembelajaran Matematika Matematika merupakan ilmu yang mendasari aktifitas kehidupan manusia, dimana matematika timbul karena pikiran-pikiran manusia berhubungan dengan ide dan penalaran. Ide kreatif yang dihasilkan oleh pikiran-pikiran manusia itu merupakan sistem yang terstruktur yang menggambarkan konsep-konsep abstrak, yang bertujuan memecahkan suatu permasalahan. Pengetahuan dan pemahaman siswa terhadap konsep matematika menurut NCTM (1989) dapat dilihat dari kemampuan siswa dalam: 1) mendefinisikan konsep secara verbal dan tertulis; 2) mengidentifikasi, membuat contoh dan bukan contoh; 3) menggunakan model, diagram, dan simbol-simbol untuk mempresentasikan suatu konsep; 4) mengubah suatu bentuk presentasi ke dalam bentuk lain; (5) Mengenal berbagai makna dan interpretasi konsep; 6) mengidentifikasi sifat-sifat suatu konsep dan mengenal syarat yang menentukan suatu konsep; dan 7) membandingkan dan membedakan konsep-konsep Pembelajaran matematika merupakan suatu kegiatan yang mengandung serangkaian persiapan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang
4 Jurnal Pedagogika dan Dinamika Pendidikan. Vol 7, No. 2, Agustus 2017, (79-89) 82 berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu, sehingga siswa terlihat aktif dalam pembelajaran. Agar belajar aktif itu terjadi dalam pembelajaran perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut (Ruseffendi, 2006): 1) pembelajaran hendaknya menarik; 2) siswa dapat mengikuti pembelajaran dengan baik; 3) siswa diberi kesempatan dalam mengemukakan pendapat, bertanya, mengomentari pendapat kita dan atau teman-teman lainnya; 4) materinya luas; 5) tempat dan fasilitas menunjang; 6) kelancaran pengajaran; 7) penggunaan teknik/metode mengajar yang sesuai; 8) adanya penilaian-diri guru; 9) pengetahuan guru luas; 10) cara mengevaluasi yang lebih luas; dan 11) memiliki sebongkah kompetensi dan mampu menerapkannya di lapangan Teori Piaget Piaget merupakan seorang ahli biologi berkebangsaan Swiss telah menggunakan model biologi untuk menguraikan perkembangan kognitif manusia. Piaget di usia remajanya berminat dalam bidang biologi dan epistemologi yaitu suatu bidang ilmu dalam bidang falsafat yang banyak membicarakan tentang perkembangan manusia. Menurut piaget (Awwad, 2013) bahwa membangun kognitif tidak hanya menambahkan informasi ke pikiran siswa. Piaget percaya bahwa proses berpikir secara perlahan berubah sejak lahir hingga sampai pada batasnya, tetapi sampai pada gabungan kelompok beberapa faktor: 1) diwariskan; 2) konstruksi fungsi konten; 3) aktivitas; 4) kematangan; 5) interaksi sosial; dan 6) perkembangan intelektual. Menurut Piaget (Ruseffendi, 2006) bahwa pada tahap operasi konkrit anak dapat memahami operasi (logis) dengan bantuan benda-benda kongkrit dengan ciri spesifiknya: 1) sebaran umur dari sekitar 7 tahun sampai sekitar 11/12 tahun atau 13 tahun; kadang-kadang lebih.; 2) pada permulaan tahap ini egoismenya mengurang.; 3) anak dapat mengelompokan benda-benda yang memiliki beberapa karakteristik ke dalam himpunan dan himpunan bagian dengan karakteristik khusus dan dapat melihat karakteristik suatu benda secara serentak; 4) mampu berkecimpung dalam hubungan kompleks antara kelompok-kelompok, dapat membalikan operasi dan prosedur, dan dapat melihat langkah (keadaan) antara dari suatu perubahan; 5) pada tahap ini anak sudah dapat memahami konsep kekekalan; Mampu melihat sudut pandangan orang lain; 6) pada tahap ini anak-anak dapat membuat benda bentukan, memanipilasi benda, dan membuat alat mekanis; 7) pada akhir tahap ini dapat memberi alasan deduktif dan induktif; 8) berpikir lebih dinamis, berfikir kedepan-kebelakang dalam suatu struktur atau konteks; 9) masih mendapat kesukaran menjelaskan pribahasa dan tidak mampu melihat arti yang tersembunyi. Tetapi ia mulai dapat memahami orang yang membadut; 10) sebelum akhir tahap ini anak jarang dapat membuat definisi deskriptif yang tepat, meskipun demikian ia dapat mengingat-ingat definisi buatan orang lain dan mengatakan kembali apa yang dihafalkan; 11) masih kesukaran mengerti abstraksi verbal; dan 12) tahap ini disebut tahap operasi konkrit sebab ahli ilmu jiwa menemukan bahwa anak-anak usia antara 7 sampai 12 tahun mendapat kesukaran dalam menerapkan proses intelektual formal ke simbul-simbul verbal dan ide-ide abstrak. Meskipun demikian anak pada usia 12 tahun mahir sekali menggunakan kepandaiannya untuk memanipulasi benda-benda kongkrit.
5 Jurnal Pedagogika dan Dinamika Pendidikan. Vol 7, No. 2, Agustus 2017, (79-89) 83 Terkait dengan hukum kekekalan, maka anak pada tahap pre operasional belum memahami konsep kekekalan, Namun pada tahap operasi konkrit anak dapat memahami konsep kekekalan. Konsep kekekalan bilangan (6 7 tahun); kekekalan materi (7 8 tahun); kekekalan panjang (7 8 tahun); kekekalan luas (8 9 tahun); dan konsep kekekalan berat (9 10 tahun). Bahkan pada akhir tahap ini, anak sudah dapat memahami konsep kekekalan isi (14 15 tahun kadang-kadang mulai pada usia 11 tahun) (Alhaddad, 2012) Bangun Ruang (Geometri) Terdapat beberapa pandangan tentang konsep Geometri, diantaranya Ontario (2015) mengungkapkan bahwa geometri melibatkan investigasi tentang bentuk dan struktur. Geometri membantu kita untuk menggambarkan dan mendefinisikan dunia secara sistematis (Canturk-Günhan dan Baer, 2007). Pandangan lain diungkapkan (Bindak, 2004) bahwa Geometri membantu kita untuk mendapatkan solusi dari suatu permasalahan yang diberikan. Pembelajaran matematika di kelas, khusunya pada materi geometri siswa banyak melakukan kesalahan. Penyebabnya guru hanya berceramah dalam menyampaikan materi pelajaran (Özerem, 2012). Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa dalam pembelajaran geometri guru hendaknya menggunakan media pembelajaran. Benda-benda konkrit yang digunakan dalam pembelajaran bangun ruang sangat membantu siswa untuk memahami konsep yang disampaikan guru. Bangun ruang merupakan salah satu konsep penting dalam geometri, dimana merupakan sebuah bangun yang memiliki isi/volume. Adapun bagian-bagian bangun ruang : 1. Sisi : Sisi merupakan bidang pada bangun ruang yang membatasi antara bangun ruang dengan ruangan di sekitarnya 2. Rusuk : Merupakan pertemuan dua sisi yang berupa ruas garis pada bangun ruang. 3. T sudut : Titik pertemuan rusuk yang berjumlah tiga atau lebih. Beberapa contoh bangun ruang adalah: Tabung Ciri-ciri: Terdapat dua rusuk Bagian alas dan atas berbentuk lingkaran Memiliki 3 bidang sisi, terdiri dari 2 bidang sisi lingkaran atas dan bawah dan 1 bidang selimut Volume tabung = luas alas x tinggi Luas alas = luas lingkaran alas tabung = dimana = 3,14 dan Volume tabung =
6 Jurnal Pedagogika dan Dinamika Pendidikan. Vol 7, No. 2, Agustus 2017, (79-89) 84 Bola Ciri-rici: Memiliki satu bidang sisi Tidak memiliki sudut rusuk Volume= Luas = 4 METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah experimen. Tujuannya untuk menemukan volume bola melalui pengukuran yang dilakukan berdasarkan pemahaman konsep kekekalan isi. Sampel penelitian melibatkan 2 orang siswa SD yang usianya berada pada tahap operasi konkrit. Data kedua siswa tersebut disajikan dalam Tabel 1. Tabel 1. Sampel Penelitian No Siswa Usia 1 S 1 10 thn 6 bln 2 S 2 11 thn 10 bulan Instrumen dalam penelitian didasarkan atas data yang diperlukan, terkait dengan permasalahan dan tujuan penelitian. Tabel 2 menampilkan instrumeninstrumen penelitian beserta teknik pengumpulan data: Tabel 2. Instrumen Penelitian Teknik No Indikator Sumber Instrumen Pengumpulan Data 1 Pemahaman siswa tentang hukum kekekalan isi Siswa Pedoman Wawancara Wawancara 2 Pemahaman konsep volume bangun ruang dan cara kerja siswa Siswa LKS tes Wawancara 3 Respon siswa terhadap pendekatan pembelajaran Siswa Pedoman wawancara Wawancara 4 Kendala-kendala selama proses eksperimen berlangsung Siswa Pedoman observasi dan wawancara Observasi Wawancara
7 Jurnal Pedagogika dan Dinamika Pendidikan. Vol 7, No. 2, Agustus 2017, (79-89) 85 Prosedur yang digunakan dalam penelitian ini sebagaimana diadaptasi dari Ruseffendi (2006) adalah sebagai berikut: 1. Untuk menentukan volume bola dengan pengukuran, pertama-tama siswa sudah harus memahami konsep kekekalan isi, dimana bahan/alat yang digunakan adalah: No Alat dan Bahan Bola Berlubang dengan ukuran berbeda Jarum Suntik 1 2 Gelas Ukuran Air 3 Jangka Sorong Corong 2. Dalam melakukan eksperimen, siswa diminta untuk mengukur isi bola yang telah disediakan dengan menggunakan gelas ukur. Selanjutnya siswa diminta untuk mengukur jari-jari bola tersebut. Kemudian mereka membandingkan antara isi bola dengan panjang jari-jarinya pangkat tiga, 3. Langkah berikutnya siswa dapat mengisi Tabel 3 yang telah disediakan. Tabel 3. Rancangan Hasil Pengukuran Bola Isi Bola (I) Jari-jari Bola (r) Mencari volume bola dengan menggunakan konsep kekekalan isi, yang dipandu dengan Lembar Kerja Siswa (LKS) pada tabel Melakukan langkah-langkah pengerjaannya sebagai berikut: a. Ukurlah isi bola 1 dan 2 b. Hitunglah Jari-jarinya ( ) c. Hitunglah ( ) 6. Langkah selanjutnya menjawab pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut: a. Apakah Isi air didalam jarum suntik, jika dipindahkan ke dalam bola akan tetap sama?
8 Jurnal Pedagogika dan Dinamika Pendidikan. Vol 7, No. 2, Agustus 2017, (79-89) 86 b. Berapakah nilai pendekatan dari hasil pengukuranmu, apakah kedua bola tersebut mendekati nilai 4,1905? c. Jika nilai Apakah nilai 4,1905 =? d. Apakah nilai ( I = 4,1905 x ), berikan kesimpulannya Data-data hasil eksperimen selanjutnya dideskripsikan dengan kata-kata ataupun tabel berdasarkan hasil pengukuran sesuai dengan langkah-langkah eksperimen pada LKS yang digunakan dan hasil wawancara, selanjutnya dianalisis pemahaman konsep siswa terkait dengan volume bangun ruang melalui hukum kekekalan isi berbasis teori piaget. HASIL DAN PEMBAHASAN Percobaan yang dilakukan ini bertujuan untuk membangun pemahaman siswa terhadap konsep volume dengan pendekatan pemahaman kekekalan isi (Tahap operasi konkrit). Adapun dalam penelitian ini: a) siswa menggunakan dua bola yang memiliki ukuran yang berbeda dan alat-alat pengukuran untuk melakukan kegiatan menghitung volume bola; b) selanjutnya dari kedua bola tersebut siswa mengukur isi (volume) dan jari-jari bola; c) hasil pengukuran dicatat pada tabel yang telah disediakan dalam lembar kerja siswa (LKS). Dalam proses percobaan kedua siswa saling bergantian melakukan pengukuran untuk melihat ketepatan mengukur, dimana bola tersebut dituangkan air kedalamnya dengan menggunakan jarum suntik, yang pada dasarnya berbentuk tabung. Proses selanjutnya kedua siswa tersebut membelah bola menjadi dua bagian yang sama untuk menghitung jari-jarinya. Langkah terakhir mereka menjawab beberapa pertanyaan yang telah disediakan dalam lembar kerja siswa (LKS). Hasil percobaan pengukuran disajikan dalam tabel dibawah ini: Tabel 4. Hasil Pengukuran Bola Isi Bola (I) Jari-jari Bola (r) ml 2,95 25,672 4, ml ,125 4,115 Dari hasil kerja dan beberapa pertanyaan yang diajukan saat proses wawancara pada kedua siswa diperoleh hasil sebagai berikut: 1. Siswa memahami bahwa air yang berada pada jarum suntik yang berbentuk tabung jika dipindahkan kedalam bola isinya tetap walaupun bentuk benda yang digunakan berbeda. 2. Hasil pengukuran yang dilakukan siswa terhadap kedua bola, tidak sama persis dengan nilai tetapan 4,1905. Ini disebabkan karena tingkat ketelitian pengukuran, tetapi nilai pengukuran sudah mendekati nilai tetapan. Siswa
9 Jurnal Pedagogika dan Dinamika Pendidikan. Vol 7, No. 2, Agustus 2017, (79-89) 87 diberikan pemahaman terhadap hasil pengukurannya sehingga mereka dapat memahami apa yang dilakukan saat eksperimen berlangsung. 3. Siswa sudah mampu memahami diameter lingkaran, sehingga mereka dapat menentukan jari-jari bola yang merupakan setengah dari diameter lingkaran. 4. Kedua siswa sudah mengetahui bahwa nilai, tetapi mereka tidak memahami bagaimana cara mendapatkan nilai tersebut. Selanjutnya peneliti coba memberikan pemahaman bagaimana nilai tersebut diperoleh. 5. Dalam proses perhitungan terlihat bahwa mereka sudah dapat berhitung dengan baik, tetapi dalam penelitian ini digunakan kalkulator sebagai alat bantu untuk menjaga ketepatan hitung. 6. Kendala yang dihadapi bahwa, hanya menggunakan mistar sebagai alat ukur manual tetapi siswa tetap diarahkan dalam mencapai ketelitian pengukuran. 7. Dalam penarikan kesimpulan, untuk mencari rumus volume bola kedua siswa mengalami kesulitan, sehingga perlu diarahkan terhadap pertanyaan nomor 4 pada LKS untuk melihat hubungannya. 8. Terlihat juga bahwa kedua siswa merasa senang atas apa yang diperolehnya, hal ini juga terungkap melalui pertanyaan yang diajukan kepada mereka untuk mengetahui respon mereka terhadap proses penyelidikan yang dilakukan. Berdasarkan hasil eksperimen teridentifikasi bahwa siswa telah memahami hukum kekekalan isi, dimana mereka memahami bahwa air yang berada pada gelas ukur berbentuk tabung jika dipindahkan kedalam bola isinya tetap walaupun bentuk benda yang digunakan berbeda, ini mengindikasikan bahwa percobaan ini sangat cocok bagi kedua siswa yang berada pada tahap operasi konkrit Teridentifikasi pula bahwa proses pengukuran yang dilakukan dalam menentukan isi bola sudah mendekati nilai tetapan yakni hasil pengukuran sebagaimana ditunjukan dalam Tabel 4. Jawaban siswa pada pertanyaan yang dikerjakan dalam LKS, terlihat bahwa mereka telah memahami bagaimana menentukan rumus volume bola, walaupun pada awalnya mereka mengalami sedikti kesulitan sehingga perlu diarahkan. Dalam proses perhitungan mereka dapat memahami dengan baik, tetapi untuk menjaga ketelitian hitung digunakan kalkulator sebagai bantuan dalam mengecek hasil perhitungan. Temuan lain adalah, kedua siswa dapat memahami diameter lingkaran, sehingga mereka dapat menentukan jari-jari bola yang merupakan setengah dari diameter lingkaran. Kedua siswa sudah mengetahui bahwa nilai π = 3,14 atau 22/7, tetapi mereka tidak memahami bagaimana cara mendapatkan nilai tersebut, inilah menjadi persoalan bagaimana siswa hanya mengetahui nilai π = 3,14 tanpa mengetahui konsep dasarnya, sehingga pembelajaran dengan cara penemuan perlu dilakukan di sekolah-sekolah mulai dari sekolah dasar sampai pada tingkatan yang lebih tinggi. Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara yang dilakukan teridentifikasi bahwa: 1) siswa termotivasi dengan pembelajaran yang dilakukan dengan menggunakan benda-benda kongkrit, disamping itu merasa senang terhadap hasil yang mereka peroleh; 2) teridentifikasi bahwa proses pembelajaran yang selama ini
10 Jurnal Pedagogika dan Dinamika Pendidikan. Vol 7, No. 2, Agustus 2017, (79-89) 88 terjadi di kelas, siswa cenderung menggunakan rumus-rumus dalam menghitung luas dan volume bangun ruang tanpa memahami konsep dasarnya; 3) menghadirkan permasalahan kontekstual di kelas memicu siswa untuk mengkonstruksi ide-ide kreatif melalui suatu penemuan dan membuat pembelajaran bangun ruang menjadi bermakna. Hal ini dikarenakan siswa secara langsung memanipulasi benda-benda kongkrit dalam melakukan suatu penyelidikan. Hasil-hasil penelitian yang diperoleh melalui proses penyelidikan terlihat bahwa siswa tertarik atau berminat terhadap matematika paling tidak siswa harus dapat melihat kegunaannya, melihat keindahannya atau karena matematika itu menantang, mungkin juga siswa tertarik terhadap matematika karena pengajaran gurunya yang menarik, misalnya guru selalu menggunakan alat peraga, permainan, teka-teki, kegiatan lapangan, kegiatan laboratorium, dan lain-lain (Ruseffendi,2006). KESIMPULAN Kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah: 1. Pada tahap operasi konkrit, siswa sudah dapat memahami aplikasi dari konsep kekekalan isi. 2. Perlunya pembelajaran yang berbasis penemuan, sehingga siswa lebih berkembang tingkat pemikirannya serta dapat mandiri dan kreatif. 3. Siswa tertarik dan cepat memahami konsep dasar pembelajaran bangun ruang, jika pembelajarannya menggunakan benda-benda kongkrit, sehingga siswa tidak beranggapan bahwa pembelajaran matematika terkhususnya bangun ruang merupakan materi yang sulit untuk dipelajari. 4. Teridentifikasi bahwa pada tahap operasi konkrit, anak saya sudah dapat memahami konsep volume bangun ruang berbasis teori Piaget melalui hukum kekekalan isi. DAFTAR PUSTAKA Alhaddad, I. (2012). Penerapan Teori Perkembangan Mental Piaget Pada Konsep Kekekalan Panjang. Jurnal Ilmiah Program Studi Matematika STKIP Siliwangi Bandung, Vol 1. Awwad, A, A. (2013). Piaget's Theory of Learning. Interdisciplinary Journal Of Contemporary Research In Business. Vol 4, No 9 Bindak, R. (2004). Disentangling the Nexus: Attitude to Mathematics and Technology in a Computer Learning Environment. Educational Studies in Mathematics, 36 Cantürk-Günhan, B. & Bager, N. (2007). Geometry and gender in the classroom, University Journal of Education, 33, NCTM. (1989). Curriculum and Evalutioan Standards for School Mathematics. Reston, VA: NCTM Nur aini, E. (2008). Teori Van hiele Dan Komunikasi Matematik (Apa, Mengapa Dan Bagaimana). Makalah Semnas Matematika dan Pendidikan Matematika 2008 OME (2015). A Guide to Effective Instruction in Mathematics. Ministry of Education
11 Jurnal Pedagogika dan Dinamika Pendidikan. Vol 7, No. 2, Agustus 2017, (79-89) 89 Özerem, A. (2012). Misconceptions In Geometry and Suggested Solutions for Seventh Grade Students. International Journal of New Trends in Arts, Sports & Science Education , volume 1, issue 4. Paulina, M. M. (2017). Perspectives on the teaching of geometry for the 21st century ( Dordrecht: Kluwer). Ruseffendi, E, T. (1990). Pengajaran Matematika Modern Dan Masa Kini Untuk Guru dan PGSD D2, Bandung: Tarsito (2006). Pengajaran Matematika untuk meningkatkan CBSA, Bandung: Tarsito. Sunsumah, G, Masocha, M, dan Zesekwa, N.. (2013). Secondary School Students Attitudes towards their Learning of Geometry: A Survey of Bindura Urban Secondary Schools. Greener Journal of Educational Research. Vol. 3 (8). Verhoeven, P. (2006). Statistics education in the Netherlands and Flanders: An outline of introductory courses at Universities and Colleges. In ICOTS-7 Conference Proceedings.
BAB II KAJIAN TEORI. hakekatnya adalah belajar yang berkenaan dengan ide-ide, struktur-struktur
9 BAB II KAJIAN TEORI A. Pembelajaran Matematika Pembelajaran sebagai proses belajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreativitas berpikir yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa, serta
Lebih terperinciKRITERIA BERPIKIR GEOMETRIS SISWA SMP DALAM MENYELESAIKAN MASALAH GEOMETRI 5
ISSN 2442-3041 Math Didactic: Jurnal Pendidikan Matematika Vol. 1, No. 2, Mei - Agustus 2015 STKIP PGRI Banjarmasin KRITERIA BERPIKIR GEOMETRIS SISWA SMP DALAM MENYELESAIKAN MASALAH GEOMETRI 5 Noor Fajriah
Lebih terperinciInfinityJurnal Ilmiah Program Studi Matematika STKIP Siliwangi Bandung, Vol 1, No.1, Februari 2012
Abstrak PENERAPAN TEORI PERKEMBANGAN MENTAL PIAGET PADA KONSEP KEKEKALAN PANJANG Oleh : Idrus Alhaddad Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Khairun Ternate e-mail: Idrus_ekal@yahoo.co.id
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan penting dalam pendidikan. Depdiknas (2006:417) Mata pelajaran matematika salah satunya bertujuan
Lebih terperinciPEMBELAJARAN GEOMETRI BIDANG DATAR DI SEKOLAH DASAR BERORIENTASI TEORI BELAJAR PIAGET
PEMBELAJARAN GEOMETRI BIDANG DATAR DI SEKOLAH DASAR BERORIENTASI TEORI BELAJAR PIAGET Mursalin Dosen Prodi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Malikussaleh E-mail: mursalin@unimal.ac.id
Lebih terperinciPengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe student facilitator and explaining terhadap pemahaman matematik peserta didik
Jurnal Penelitian Pendidikan dan Pengajaran Matematika vol. 2 no. 1, pp. 29 34, Maret 2016 Pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe student facilitator and explaining terhadap pemahaman matematik
Lebih terperinciKemampuan Penalaran Matematis Siswa SMP dalam Belajar Garis dan Sudut dengan GeoGebra
Suska Journal of Mathematics Education Vol.2, No. 1, 2016, Hal. 13 19 Kemampuan Penalaran Matematis Siswa SMP dalam Belajar Garis dan Sudut dengan GeoGebra Farida Nursyahidah, Bagus Ardi Saputro, Muhammad
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu cabang ilmu yang digunakan manusia untuk memecahkan persoalan sehari-hari dan persoalan ilmu lainnya. Para ahli yang mendefinisikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan ide-ide melalui lisan, tulisan,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan pembelajaran matematika di sekolah diantaranya adalah melatih cara berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, mengembangkan kemampuan memecahkan masalah,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah suatu proses membantu manusia dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan pada dasarnya adalah suatu proses membantu manusia dalam mengembangkan dirinya sehingga mampu menghadapi segala perubahan dan permasalahan dengan sikap terbuka
Lebih terperinciMELALUI TUTUP KALENG BERBENTUK LINGKARAN Oleh : Nikmatul Husna
MENEMUKAN NILAI π DAN RUMUS KELILING LINGKARAN MELALUI TUTUP KALENG BERBENTUK LINGKARAN Oleh : Nikmatul Husna (nikmatulhusna13@gmail.com) A. PENDAHULUAN Pembelajaran matematika adalah suatu proses yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran matematika wajib diberikan kepada semua peserta didik mulai
A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Mata pelajaran matematika wajib diberikan kepada semua peserta didik mulai dari jenjang sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir
Lebih terperinciPEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL Jozua Sabandar
PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL Jozua Sabandar PENDAHULUAN Pembelajaran matematika di sekolah akhir-akhir ini menunjukkan kecenderungan akan pendekatan pembelajaran yang bernuansa konstruktifisme.
Lebih terperinciIMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA MATERI AJAR VOLUME BANGUN RUANG SISI LENGKUNG. Abu Khaer
Dinamika: Jurnal Praktik Penelitian Tindakan Kelas Pendidikan Dasar & Menengah Vol. 6, No. 1, Januari 2016 ISSN 0854-2172 IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA MATERI AJAR VOLUME BANGUN RUANG
Lebih terperinciPEMBELAJARAN MATEMATIKA MEMBANGUN KONSERVASI MATERI PELAJARAN Dudung Priatna*)
PEMBELAJARAN MATEMATIKA MEMBANGUN KONSERVASI MATERI PELAJARAN Dudung Priatna*) Abstrak Ketercapaian suatu pembelajaran matematika ditentukan oleh guru dalam menggunakan strategi pembelajaran matematika
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan erat kaitannya dengan kegiatan pembelajaran. Dimana kegiatan pembelajaran tersebut diciptakan oleh guru dalam proses kegiatan pembelajaran di sekolah. Kegiatan
Lebih terperinciTeori Belajar dalam Pembelajaran Matematika
Teori Belajar dalam Pembelajaran Matematika I. Aliran Psikologi Tingkah Laku Teori Thorndike Teori Skinner Teori Ausubel Teori Gagne Teori Pavlov Teori baruda Teori Thorndike Teori belajar stimulus-respon
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu cabang ilmu yang sangat penting.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu cabang ilmu yang sangat penting. Karena pentingnya, matematika diajarkan mulai dari jenjang SD sampai dengan perguruan tinggi
Lebih terperinciJurnal Pedagogika dan Dinamika Pendidikan
Jurnal Pedagogika dan Dinamika Pendidikan ISSN 2252-6676 Volume 4, No. 1, April 2016 http://www.jurnalpedagogika.org - email: jurnalpedagogika@yahoo.com KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF ARGUMENTASI DENGAN MENGGUNAKAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan matematika sangat berperan penting dalam upaya menciptakan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan matematika sangat berperan penting dalam upaya menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Matematika bukan pelajaran yang hanya memberikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. secara terus menerus sesuai dengan level kognitif siswa. Dalam proses belajar
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika adalah salah satu mata pelajaran yang harus dipelajari siswa di sekolah. Proses belajar matematika akan terjadi dengan lancar apabila dilakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki zaman modern seperti sekarang ini, manusia dihadapkan pada berbagai tantangan yang ditandai oleh pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemampuan dan keterampilan intelektual. Matematika juga merupakan ilmu yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan sarana yang penting untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan intelektual. Matematika juga merupakan ilmu yang mendasari perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini sangat berperan dalam upaya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini sangat berperan dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Dengan adanya peningkatan sumber daya manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. siswa, karena itu matematika sangat diperlukan baik untuk kehidupan sehari-hari
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika merupakan suatu alat untuk mengembangkan cara berpikir siswa, karena itu matematika sangat diperlukan baik untuk kehidupan sehari-hari maupun dalam menghadapi
Lebih terperinciANALISIS PROSES BERPIKIR SISWA DALAM BELAJAR GEOMETRI BERDASARKAN TEORI BELAJAR VAN HIELE
ANALISIS PROSES BERPIKIR SISWA DALAM BELAJAR GEOMETRI BERDASARKAN TEORI BELAJAR VAN HIELE (Pada Siswa Kelas V SD Negeri Pabelan 1 Kartasura Tahun Ajaran 2007/2008) SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan salah satu pengetahuan mendasar yang dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu pengetahuan mendasar yang dapat menumbuhkan kemampuan penalaran siswa dan berfungsi sebagai dasar pengembangan sains dan teknologi.
Lebih terperinciPEMBELAJARAN MATEMATIKA di SD
Kegiatan Belajar 3 PEMBELAJARAN MATEMATIKA di SD A. Pengantar Seorang guru SD atau calon guru SD perlu mengetahui beberapa karakteristik pembelajaran matematika di SD. Seperti yang telah diuraikan sebelumnya,
Lebih terperinciSKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Matematika. Disusun Oleh : DWI NUR JANAH
UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MELALUI PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATIC EDUCATION (PTK Di SD Negeri 3 Mojopuro, Wuryantoro Kelas III Tahun Ajaran 2009/2010) SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diberikan sejak tingkat pendidikan dasar sampai dengan pendidikan menengah di
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu dari sekian banyak mata pelajaran yang diberikan sejak tingkat pendidikan dasar sampai dengan pendidikan menengah di negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu cabang ilmu yang membuat peserta didik dapat mengembangkan kemampuan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu cabang ilmu yang membuat peserta didik dapat mengembangkan kemampuan berpikirnya baik secara rasional, logis, sistematis, bernalar
Lebih terperinciPEMAHAMAN KONSEP DAN KOMUNIKASI MATEMATIK DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF CO-OP CO-OP
PEMAHAMAN KONSEP DAN KOMUNIKASI MATEMATIK DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF CO-OP CO-OP Mardiana Abstraksi Pembelajaran kooperatif Co-op Co-op. Model pembelajaran ini pada dasarnya menekankan pentingnya siswa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu bidang studi yang diajarkan di sekolah, yang tidak hanya bertujuan agar siswa memiliki kemampuan dalam matematika saja melainkan
Lebih terperinciPENERAPAN STRATEGI JIGSAW BERBASIS PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA
PENERAPAN STRATEGI JIGSAW BERBASIS PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA (PTK pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Teras Tahun Ajaran 2013/2014) NASKAH PUBLIKASI Untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terlepas dari perkembangan dan kualitas pendidikannya. Perkembangan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan suatu negara dan kesejahteraan rakyatnya tidak dapat terlepas dari perkembangan dan kualitas pendidikannya. Perkembangan pendidikan yang meningkat dapat
Lebih terperinciPENGEMBANGAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA SD
PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA SD Sufyani Prabawanto Sufyani_prabawanto@yahoo.com 6/3/2010 1 Belajar dan Pembelajaran Belajar? Upaya memperoleh kepandaian, memperoleh perubahan tingkah laku, memberi
Lebih terperinciPENERAPAN MODEL ADVANCE ORGANIZER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN ANALOGI MATEMATIS SISWA SMP
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika memiliki peran yang sangat luas dalam kehidupan. Salah satu contoh sederhana yang dapat dilihat adalah kegiatan membilang yang merupakan kegiatan
Lebih terperinciANALISIS TINGKAT BERPIKIR SISWA SMP BERDASARKAN TEORI VAN HIELE DITINJAU DARI GENDER
ANALISIS TINGKAT BERPIKIR SISWA SMP BERDASARKAN TEORI VAN HIELE DITINJAU DARI GENDER Isnaeni Maryam Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Purworejo E-mail: ice_ajah17@yahoo.com Abstrak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman yang semakin pesat menuntut sumber daya manusia yang terampil dalam mengelolanya. Sumber daya manusia yang terampil adalah sumber daya manusia
Lebih terperinciPERBANDINGAN HASIL BELAJAR MATEMATIK SISWA YANG PEMBELAJARANNYA MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DAN YANG MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME
1 PERBANDINGAN HASIL BELAJAR MATEMATIK SISWA YANG PEMBELAJARANNYA MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DAN YANG MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME Wawan Awaludin Program Studi Pendidikan Matematika
Lebih terperinciMeningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis melalui Pembelajaran berbasis Masalah
Suska Journal of Mathematics Education (p-issn: 2477-4758 e-issn: 2540-9670) Vol. 2, No. 2, 2016, Hal. 97 102 Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematis melalui Pembelajaran berbasis Masalah Mikrayanti
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORITIS. tujuan kegiatan belajar adalah perubahan tingka laku, baik yang menyangkut pengetahuan,
BAB II LANDASAN TEORITIS A. Pengertian Belajar Matematika Belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan, artinya tujuan kegiatan belajar adalah perubahan tingka laku, baik yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai mahluk yang diberikan kelebihan oleh Allah swt dengan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia yang berpikir bagaimana menjalani kehidupan dunia ini dalam rangka mempertahankan hidup
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Peran pendidikan matematika sangat penting bagi upaya menciptakan sumber
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peran pendidikan matematika sangat penting bagi upaya menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas sebagai modal bagi proses pembangunan. Siswa sebagai sumber
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran berbasis masalah (Problem-based Learning), adalah model
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Berbasis Masalah Model pembelajaran berbasis masalah (Problem-based Learning), adalah model pembelajaran yang menjadikan masalah sebagai dasar atau basis bagi siswa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. atau hanya gambaran pikiran. Makna dari penjelasan tersebut adalah sesuatu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika adalah sebuah ilmu dengan objek kajian yang bersifat abstrak. Dalam Bahasa Indonesia, abstrak diartikan sebagai sesuatu yang tak berujud atau hanya
Lebih terperinciKegiatan Belajar 2 HAKIKAT ANAK DIDIK
Kegiatan Belajar 2 HAKIKAT ANAK DIDIK A. Pengantar Kita mengetahui bahwa dalam perkembangannya seorang anak berbeda dengan orang dewasa. Hal ini dapat kita lihat dengan jelas baik itu dalam bentuk fisik
Lebih terperinciTEORI BELAJAR VAN HIELE
TEORI BELAJAR VAN HIELE A. Pendahuluan Banyak teori belajar yang berkembang yang dijadikan landasan proses belajar mengajar matematika. Dari berbagai teori tersebut, jarang yang membahas tentang pembelajaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemampuan berpikir kritis, sistematis, logis, dan mampu mengkomunikasikan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat sangat berpengaruh terhadap perkembangan di semua aspek kehidupan. Dalam hal ini diperlukan sumber
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sarah Inayah, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu pelajaran yang diajarkan pada semua jenjang pendidikan. Pembelajaran matematika di sekolah memiliki peranan penting dalam mengembangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan zaman akan diikuti oleh banyak perubahan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan zaman akan diikuti oleh banyak perubahan yang berfungsi untuk mempertahankan keseimbangan suatu sistem yang ada. Perubahan-perubahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memunculkan persaingan yang cukup tajam, dan sekaligus menjadi ajang seleksi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan masyarakat yang cenderung bersifat terbuka memberi kemungkinan munculnya berbagai pilihan bagi seseorang dalam menata dan merancang kehidupan masa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sekolah dasar merupakan salah satu lembaga pendidikan formal yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekolah dasar merupakan salah satu lembaga pendidikan formal yang pertama yang ditempuh peserta didik. Pada jenjang inilah siswa diberikan dasar-dasar pengembangan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. KAJIAN TEORI 1. Pembelajaran Matematika a. Pembelajaran Matematika di SD Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fisika adalah ilmu pengetahuan yang paling mendasar karena berhubungan dengan perilaku dan struktur benda. Tujuan utama sains termasuk fisika umumnya dianggap
Lebih terperinci2015 PENGEMBANGAN BAHAN AJAR UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP SISWA KELAS II D I SD N HARAPAN 1 BAND UNG
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sekolah Dasar merupakan lembaga pendidikan formal yang berfungsi memberikan kepada siswa bekal pengetahuan, sikap dan keterampilan dasar, yang dewasa ini
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Penalaran Matematis Shadiq (Depdiknas, 2009) menyatakan bahwa penalaran adalah suatu aktivitas berpikir untuk menarik kesimpulan dalam rangka membuat suatu pernyataan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
6 BAB II LANDASAN TEORI A. Pembelajaran Matematika Matematika (dari bahasa Yunani: mathēmatiká) adalah studi besaran, struktur, ruang, dan perubahan. Para matematikawan mencari berbagai pola, merumuskan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran yang diciptakan harus mampu mengembangkan dan mencapai kompetensi setiap matapelajaran sesuai kurikulum. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kebutuhan untuk dapat memahami maupun menggunakan matematika dalam kehidupan sehari-hari semakin meningkat dan diperkirakan akan terus berkembang di masa yang
Lebih terperinciKeaktifan Belajar Matematika Siswa SD dengan Pembelajaran Kooperatif Berbantuan Alat Peraga
SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2016 PM - 13 Keaktifan Belajar Matematika Siswa SD dengan Pembelajaran Kooperatif Berbantuan Alat Peraga Isna Rafianti FKIP, Universitas Sultan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sistematis dalam menyelesaikan persoalan kehidupan sehari-hari atau dalam
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika sebagai bagian dari kurikulum, memegang peranan yang sangat penting dalam upaya meningkatkan kualitas lulusan yang mampu bertindak atas dasar pemikiran
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Belajar Matematika Menurut Slameto (dalam Bahri, 2008:13), Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Matematika merupakan mata pelajaran yang dinilai sangat penting dan diajarkan pada setiap jenjang pendidikan di Indonesia. Semua orang dalam hidupnya tidak terlepas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Helen Martanilova, 2014
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan ilmu pengetahuan universal yang mendasari perkembangan teknologi modern dan memiliki peranan penting yang dapat diterapkan dalam berbagai
Lebih terperinciDAFTAR PUSTAKA. Akdon. (2008). Aplikasi Statistika dan Metode Penelitian untuk Administrasi dan Manajemen. Bandung: Dewa Ruche.
DAFTAR PUSTAKA Abdussakir. (2010). Pembelajaran Geometri Sesuai Teori Van Hiele. El-Hikmah: Jurnal Kependidikan dan Keagamaan, Vol VII Nomor 2, Januari 2010, ISSN 1693-1499. Fakultas Tarbiyah UIN Maliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pentingnya belajar matematika tidak terlepas dari peranannya dalam
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pentingnya belajar matematika tidak terlepas dari peranannya dalam berbagai kehidupan, misalnya berbagai informasi dan gagasan banyak dikomunikasikan atau disampaikan
Lebih terperinciPENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN GEOMETRI BERBASIS ICT UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS MAHASISWA
PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN GEOMETRI BERBASIS ICT UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS MAHASISWA Kuswari Hernawati 1, Ali Mahmudi 2, Himmawati Puji Lestari 3 1,2,3) Jurusan Pendidikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang NCTM telah menentukan 5 standar isi dalam matematika, yaitu bilangan dan operasinya, pemecahan masalah, peluang dan analisis data, pengukuran, dan geometri. 1 Sedangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemampuan siswa dalam berfikir secara matematika (think mathematically).
BAB I PENDAHULUAN Sasaran pembelajaran matematika, di antaranya adalah mengembangkan kemampuan siswa dalam berfikir secara matematika (think mathematically). Pengembangan kemampuan ini sangat diperlukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hani Handayani, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peran pendidikan matematika sangat penting untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Siswa sebagai sumber daya manusia harus memiliki kemampuan
Lebih terperinciBAB II HAKIKAT DAN PERANAN MATEMATIKA
BAB II HAKIKAT DAN PERANAN MATEMATIKA Matematika merupakan ilmu dasar yang sudah menjadi alat untuk mempelajari ilmu-ilmu yang lain. Oleh karena itu penguasaan terhadap matematika mutlak diperlukan dan
Lebih terperinciUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
1 UPAYA PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KOMUNIKASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN CONCEPT MAPPING (PTK Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 03 Colomadu Tahun 2013/2014) NASKAH
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika merupakan suatu ilmu yang tersusun secara deduktif (umum ke khusus) yang menyatakan hubungan-hubungan, struktur-struktur yang diatur menurut aturan
Lebih terperinciPengaruh Penerapan Model Missouri Mathematics Project terhadap Kemampuan Komunikasi. matematika siswa SMK Dwi Sejahtera Pekanbaru.
Pengaruh Penerapan Model Missouri Mathematics Project terhadap Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa SMK Dwi Sejahtera Pekanbaru Arifa Rahmi, Depriwana Rahmi Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran kooperatif Tipe NHT Tipe ini dikembangkan oleh Kagen dalam Ibrahim (2000: 28) dengan melibatkan para siswa dalam menelaah bahan yang tercakup dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salahsatu mata pelajaran yang diajarkan di setiap jenjang pendidikan mulai dari tingkat sekolah dasar sampai pendidikan tinggi. Pada jenjang
Lebih terperinciPROBLEMATIKA PEMBELAJARAN MATEMATIKA MATERI BANGUN RUANG SISI LENGKUNG DI SMP DAN ALTERNATIF PEMECAHANNYA
PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN MATEMATIKA MATERI BANGUN RUANG SISI LENGKUNG DI SMP DAN ALTERNATIF PEMECAHANNYA Nurul Kustiyati Mahasiswa Pascasarjana FKIP Universitas Sebelas Maret kustiyatinurul@yahoo.com
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan setiap manusia sepanjang hidupnya. Kegiatan inti dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah adalah proses belajar mengajar.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan di. Sekolah Dasar yang dianggap sebagian siswa terasa sulit
1 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan di Sekolah Dasar yang dianggap sebagian siswa terasa sulit untuk dipahami. Pentingnya belajar matematika tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang berkualitas, berkarakter dan mampu berkompetensi dalam
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas, berkarakter dan mampu berkompetensi dalam perkembangan ilmu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelaksanaan program pendidikan bermula pada proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan peserta didik. Proses pembelajaran yang dilakukan adalah guru mendorong
Lebih terperinciMASALAH KETIDAKTEPATAN ISTILAH DAN SIMBUL DALAM GEOMETRI SLTP KELAS 1 Oleh: Endang Mulyana
1 MASALAH KETIDAKTEPATAN ISTILAH DAN SIMBUL DALAM GEOMETRI SLTP KELAS 1 Oleh: Endang Mulyana A. Pendahuluan Dalam GBPP Kurikulum 1994 yang telah disempurnakan melalui Suplemen GBPP tahun 1999, bahan ajar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. teknologi tidak dapat kita hindari. Pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era globalisasi ini, perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak dapat kita hindari. Pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan dapat kita rasakan
Lebih terperinciP - 92 PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN GEOMETRI BERBASIS ICT UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS MAHASISWA
P - 92 PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN GEOMETRI BERBASIS ICT UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS MAHASISWA Kuswari Hernawati 1, Ali Mahmudi 2, Himmawati Puji Lestari 3 1,2,3) Jurusan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) merupakan salah satu mata pelajaran wajib yang harus diajarkan di bangku sekolah dasar. Hal tersebut secara jelas tertuang dalam Undang-undang
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN
4 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hasil Belajar Hasil belajar merupakan suatu puncak proses belajar. Hasil belajar tersebut terjadi terutama berkat evaluasi guru.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam pembelajaran matematika di sekolah matematika dibagi atas beberapa sub pelajaran, diantaranya sub mata pelajaran geometri. Peranan geometri dalam pelajaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memperoleh informasi dengan cepat, melimpah dan mudah. Siswa sebagai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan memungkinkan semua pihak dapat memperoleh informasi dengan cepat, melimpah dan mudah. Siswa sebagai individu pembelajar perlu memiliki
Lebih terperinciPENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS REPRESENTASI MATEMATIS SISWA SMP PADA MATERI KUBUS DAN BALOK MELALUI PENELITIAN DESAIN
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS REPRESENTASI MATEMATIS SISWA SMP PADA MATERI KUBUS DAN BALOK MELALUI PENELITIAN DESAIN Ikrimah Syahidatunnisa Tatang Mulyana Firdaus Departemen Pendidikan Matematika, Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan semua pihak dapat memperoleh informasi dengan cepat dan mudah dari berbagai sumber dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pendidikan dapat diartikan sebagai suatu proses, dimana pendidikan merupakan usaha sadar dan penuh tanggung jawab dari orang dewasa dalam membimbing, memimpin, dan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sejarah suatu bangsa dapat dilihat dari perkembangan pendidikan yang diperoleh
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejarah suatu bangsa dapat dilihat dari perkembangan pendidikan yang diperoleh oleh rakyatnya. Maju atau tidaknya suatu bangsa juga dapat dilihat dari maju atau
Lebih terperinciB A B I P E N D A H U L U A N
1 B A B I P E N D A H U L U A N 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika sebagai bagian dari kurikulum sekolah tentunya diarahkan untuk mendukung tercapainya tujuan pendidikan tersebut. Menurut Sumarmo (2005)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan setiap manusia sepanjang hidupnya. Pendidikan dapat diartikan sebagai proses kegiatan mengubah perilaku individu kearah kedewasaan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Prestasi Belajar Matematika a. Pengertian Prestasi Pengertian prestasi yang disampaikan oleh para ahli sangatlah bermacammacam dan bervariasi. Hal ini dikarenakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu dan memajukan daya pikir
Lebih terperinciDESKRIPSI KEMAMPUAN GEOMETRI SISWA SMP BERDASARKAN TEORI VAN HIELE
Pedagogy Volume 2 Nomor 1 ISSN 2502-3802 DESKRIPSI KEMAMPUAN GEOMETRI SISWA SMP BERDASARKAN TEORI VAN HIELE Zet Petrus 1, Karmila 2, Achmad Riady Program Studi Pendidikan Matematika 1,2,3, Fakultas Keguruan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pasal 1, ayat (1) 31, ayat (1). 1 Undang-Undang No. 20 tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan menurut UU No. 20 tahun 2003 pasal 1 mengatakan bahwa pendidikan merupakan suatu usaha sadar terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses belajar
Lebih terperinciSiti Chotimah Pendidikan Matematika, STKIP Siliwangi Bandung
UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA SMP DI KOTA BANDUNG DENGAN PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATIONS PADA SISWA SMP DI KOTA BANDUNG Siti Chotimah chotie_pis@yahoo.com Pendidikan
Lebih terperinci