BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah sebagai penuntun memiliki daya

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan zaman yang dirasakan semakin cepat telah membawa

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Pertumbuhan Industri Asuransi Jiwa Di Indonesia

mengalami wanprestasi rata-rata nasabah dalam kondisi ekonominya sedang masa leluasa atau tenggang waktu yang telah disepakati oleh kedua belah pihak

I. PENDAHULUAN. Perjalanan hidup manusia di dunia ini dikepung oleh masalah-masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. Jadi wajar jika terjadinya sesuatu di masa datang hanya dapat direkayasa semata.

BAB I PENDAHULUAN. perhatian yang serius ialah lembaga jaminan. Karena perkembangan ekonomi akan

BAB I PENDAHULUAN. terjadi. Tidak hanya untuk kepentingan pribadi dan keluarga, tetapi

BAB I PENDAHULUAN. nilai strategis dalam kehidupan perekonomian suatu negara. Lembaga. Perubahan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia di dalam kehidupan mempunyai bermacam-macam kebutuhan dalam hidupnya.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kaitan dengan Muamalah, sebenarnya syariat Islam cukup terbuka dan

BAB I PENDAHULUAN. asing lagi bagi masyarakat Indonesia. Dimana sebagian besar masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. diakui eksistensinya dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1970 tentang Pokok-

BAB I PENDAHULUAN. disanggupi akan dilakukannya, melaksanakan apa yang dijanjikannya tetapi tidak

BAB I PENDAHULUAN. yang menghadapi ancaman yang sama (Alfred Manes, 1930). sesungguhnya asuransi bertujuan memberikan perlindungan (proteksi) atas

BAB I PENDAHULUAN. lebih lagi menyangkut lembaga perekonomian umat Islam. Hal ini karena agama

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ASAS SUBROGASI DAN PERJANJIANASURANSI

BAB IV ANALISIS. A. Pelaksanaan Akad Tabarru Pada PT. Asuransi Takaful Keluarga

BAB I PENDAHULUAN. dapat menimpa mereka. Dalam industri jasa yang bergerak di bidang sektor. satu yang paling banyak diatur lewat regulasi pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN. Modal yang bernilai besar dalam menjalankan usaha; baik dari modal harta

BAB 4 ANALISIS PENCANTUMAN KLAUSULA BAKU DALAM PERJANJIAN KREDIT YANG DIBAKUKAN OLEH PT. BANK X

BAB I PENDAHULUAN. material dan spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan khususnya kehidupan ekonomi sangat besar baik itu

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tak lepas dari kebutuhan yang

BAB I PENDAHULUAN. Asuransi atan pertanggungan merupakan sesuatu yang sudah tidak

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP ASURANSI JIWA PADA PEMBIAYAAN MURA>BAH}AH DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG LARANGAN SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN. atas tanah berikut atau tidak berikut benda- benda lain yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. penyesuaian diri, namun penyesuaian diri tersebut tidak melepaskan diri dari. fitrah manusia yang selalu beradapan dengan risiko.

(ASURANSI SYARIAH) PADA PT. ASURANSI TAKAFUL DI KANTOR CABANG PERWAKILAN SURAKARTA BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. menguntungkan, tetapi mungkin pula sebaliknya. Manusia mengharapkan

seperti yang dimaksud dalam ketentuan Undang-Undang tentang definisi dari kredit ini sendiri

BAB I PENDAHULUAN. piutang ini dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata (yang selanjutnya disebut

Lex Privatum, Vol. III/No. 4/Okt/2015

I. PENDAHULUAN. Jenis surat berharga diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang

BAB I PENDAHULUAN. akan berkaitan dengan istri atau suami maupun anak-anak yang masih memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada saat ini umat Islam dihadapkan pada persoalan-persoalan

BAB II PERJANJIAN JUAL BELI MENURUT KUHPERDATA. antara dua orang atau lebih. Perjanjian ini menimbulkan sebuah kewajiban untuk

BAB I PENDAHULUAN. jenis polis, salah satunya pada saat sekarang ini yaitu BNI Life Insurance.

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari digerakan dengan tenaga manusia ataupun alam. mengeluarkan Peraturan Perundang-undangan No. 15 Tahun 1985 tentang

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERJANJIAN. dua istilah yang berasal dari bahasa Belanda, yaitu istilah verbintenis dan

BAB I PENDAHULUAN. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, itulah cita-cita Negara dan

BAB I PENDAHULUAN. Padang sebagai urat nadi perekonomian Propinsi Sumatera barat mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Istilah perjanjian baku berasal dari terjemahan bahasa Inggris, yaitu standard

BAB 1 PENDAHULUAN. setiap manusia dalam hidupnya tidak terlepas dari risiko, bahaya atau kerugian

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat pesat. Banyak sektor usaha berlomba-lomba untuk menarik

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin pesat, dan untuk itu masyarakat dituntut untuk bisa mengimbangi

BAB IV PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan uraian serta analisis hasil penelitian yang telah dikemukakan

BAB I PENDAHULUAN. satu cara yang dapat dilakukan adalah membuka hubungan seluas-luasnya dengan

BAB I PENDAHULUAN. Asuransi atau pertanggungan timbul karena kebutuhan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. jenis dan variasi dari masing-masing jenis barang dan atau jasa yang akan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki tujuan sebagai badan yang dibentuk untuk melakukan upaya

BAB I PENDAHULUAN. yang kita ketahui sistem perekonomian negara-negara di dunia. Tidak lepas dari

BAB V PENUTUP. polis asuransi jiwa di PT Asuransi Jiwasraya Cabang Yogyakarta ini

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 1457 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPer) menerangkan bahwa Perjanjian jual beli merupakan suatu perjanjian yang

BAB II REGULASI PERBANKAN SYARI AH DAN CARA PENYELESAIANNYA. kerangka dual-banking system atau sistem perbankan ganda dalam kerangka

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang. sedang membangun terutama bidang pendidikan dan ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan berdirinya lembaga-lembaga perekonomian yang menerapkan

BAB I PENDAHULUAN. Kesempurnaan Islam diantaranya mengatur tentang syariat atau hukum,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di dalam perkembangan kehidupan masyarakat saat ini suatu

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat menyebabkan bertambahnya populasi kendaraan pribadi yang merupakan faktor penunjang

BAB I PENDAHULUAN. kehidupannya selalu dipenuhi dengan risiko. Risiko adalah kemungkinan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam masyarakat itu sendiri, untuk mengatasi permasalahan tersebut dalam hal ini

BAB I PENDAHULUAN. persiapan yang dibuat oleh sekelompok orang yang masing-masing

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak pernah terlepas dari bahaya, Beberapa

BAB I PENDAHULUAN. dengan pelaku usaha yang bergerak di keuangan. Usaha keuangan dilaksanakan oleh perusahaan yang bergerak di bidang

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan pemberi layanan perbankan bagi masyarakat. Bank merupakan suatu lembaga keuangan yang ada di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Proses globalisasi yang semakin kuat sangat berpengaruh dalam pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan jaminan perorangan. Jaminan kebendaan memberikan hak. benda yang memiliki hubungan langsung dengan benda-benda itu, dapat

BAB I PENDAHULUAN. Manusia di dalam kehidupannya mempunyai bermacam-macam kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. alat analisis. Hal ini disebabkan karena di masa datang penuh dengan

BAB IV ANALISIS PERSEPSI MASYARAKAT MUSLIM SIDOMOJO KRIAN SIDOARJO MENGENAI BUNGA DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KEGIATAN EKONOMI

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk di Indonesia sangat pesat dan kebutuhan. menjadi dua yaitu asuransi syariah dan asuransi konvensional.

PELAKSANAAN PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN SURAT SERTIFIKAT TANAH YANG BUKAN MILIK DEBITUR PADA PT. BPR. DEWATA CANDRADANA DI DENPASAR *

BAB I PENDAHULUAN. di dalam mewujudkan cita-cita atau tujuan pembangunan nasional, sub sektor ini

BAB I PENDAHULUAN. usahanya berdasarkan prinsip syariah, yaitu aturan perjanjian (akad) antara

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dilakukan dengan pengikatan melalui pranata jaminan fidusia.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR: 1/POJK.07/2013 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN SEKTOR JASA KEUANGAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan ekonomi saat ini memiliki dampak yang positif, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. menyendiri tetapi manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup menyendiri.

BAB I PENDAHULUAN. hidup sendiri, jadi manusia untuk bisa melangsungkan hidupnya harus

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap orang yang hidup di dunia dalam memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. dengan segala macam kebutuhan. Dalam menghadapi kebutuhan ini, sifat

PENYELESAIAN KREDIT MACET DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN PADA PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT BANK PASAR

BAB I PENDAHULUAN. dinegara Indonesia. Semakin meningkat dan bervariasinya kebutuhan masyarakat menyebabkan

BAB IV UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK. A. Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Bank Yang Mengalami

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Guna mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. macam kegiatan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Untuk dapat memenuhi

BAB III KLAUSULA BAKU PADA PERJANJIAN KREDIT BANK. A. Klausula baku yang memberatkan nasabah pada perjanjian kredit

BAB I PENDAHULUAN. dan teknologi, di samping juga didukung munculnya semangat globalisasi. Sehingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional yang dilaksanakan saat ini adalah pembangunan

Dengan adanya pengusaha swasta saja belum dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Hal ini antara lain karena perusahaan swasta hanya melayani jalur-jalur

Manfaat Dan Mekanisme Penyelesaian Klaim Asuransi Prudential. Ratna Syamsiar. Abstrak

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. A. Praktik dari Produk Asuransi Pendidikan Mitra Iqra dan Asuransi Haji

MASALAH PENGGUNAAN CEK KOSONG DALAM TRANSAKSI BISNIS

BAB IV. IMPLEMENTASI FATWA DSN-MUI No 52/DSN-MUI/III/2006 TENTANG AKAD WAKALAH BIL UJRAH PADA ASURANSI MOBIL

1.1 LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

BAB I PENDAHULUAN. Buku Pintar, 2012, h Hasan Ali, Asuransi Dalam Perspektif Hukum Islam, Jakarta: Prenada Media, 2004, h. 60.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Penyelenggaraan ibadah haji dan umroh merupakan tugas nasional karena

BAB I PENDAHULUAN. industri rekaman musik sepertinya melawan arus umum. 3 Industri rekaman musik terus

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah sebagai penuntun memiliki daya jangkau dan daya atur yang universal, artinya meliputi segenap aspek kehidupan umat manusia dan selalu ideal untuk masa lalu, kini dan yang akan datang. Salah satu bukti bahwa Al-Qur'an dan Al-sunnah tersebut mempunyai daya jangkau dan daya atur yang universal dapat dilihat dari segi teksnya yang selalu tepat dalam kehidupan aktual. Abad modern ini, umat Islam dihadapkan pada berbagai masalah ekonomi, sebagai akibat dari perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Suatu problem yang amat berat dirasakan oleh umat Islam dewasa ini adalah berhadapan dengan sistem ekonomi kontemporer yang bebas nilai, yakni sistem ekonomi kapitalis, sosialis dan komunis. Sistem ekonomi kontemporer itu bila dihadapkan dengan prinsip ekonomi Islam sangat berlawanan, sebab sistem 1

2 ekonomi Islam mengandung nilai-nilai serta norma-norma ilahiah, yang secara keseluruhan mengatur kepentingan ekonomi individu dan masyarakat. Dari berbagai persoalan yang aktual dan dibicarakan dunia Islam dewasa ini adalah persoalan asuransi. Asuransi sebagai lembaga keuangan non bank, terorganisir secara rapi dalam bentuk sebuah perusahaan yang berorientasi pada aspek bisnis kelihatan nyata pada era modern. Bersamaan dengan semangat revolusi industri di kalangan masyarakat barat, banyak tuntutan untuk mengadakan sebuah langkah proteksi terhadap kegiatan atau aktivitas ekonomi. Sehingga secara psikologi, ketenangan dan ketenteraman dapat dinikmati selama melakukan aktifitas ekonomi, di samping resiko yang selama ini dikhawatirkan dapat dihindari atau paling tidak diminimalisir menjadi sesuatu yang tidak memberatkan jika suatu hari nantinya mendapatkan kerugian dalam aktivitas ekonomi khususnya asuransi. Pada awalnya sistem asuransi yang lebih awal dikenal adalah sistem asuransi konvensional. Namun banyaknya kalangan yang berbeda pendapat tentang pemberian bunga sebagai investasi dana mengakibatkan timbulnya alternatif lain dalam berasuransi. Timbulnya alternatif ini juga diperkuat dengan mayoritas penduduk Indonesia dengan dominasi beragama Islam yang mempunyai kekhawatiran terhadap kinerja asuransi yang memiliki unsur gharar (ketidakpastian), maisir (perjudian) dan riba yang tidak sesuai dengan syariat Islam.

3 Pada hakekatnya secara teoritis semangat yang terkandung dalam sebuah lembaga asuransi tidak bisa dilepaskan dari semangat sosial dan saling tolongmenolong antara sesama manusia. Secara umum produk asuransi terdiri dari dua jenis, yaitu asuransi umum dan asuransi jiwa. Asuransi jiwa merupakan sebuah perjanjian hukum antara perusahaan asuransi dengan pihak yang menggunakan asuransi dalam hal menjamin pembayaran sejumlah dana atas kematian pihak tertanggung kepada pihak penerima atau ahli waris. Sedangkan asuransi syariah merupakan transaksi perjanjian antara dua pihak, pihak yang satu berkewajiban memberikan jaminan sepenuhnya kepada pembayar iuran jika terjadi sesuatu yang menimpa pihak pertama sesuai perjanjian yang dibuat. Perkembangan asuransi dalam sejarah Islam sudah lama terjadi. Istilah yang ada dalam asuransi syariah adalah takaful, ta min dan tadhamun, ketiga kata yang di sebutkan merupakan padanan dari pengertian asuransi syariah. Perusahaan-perusahaan asuransi yang ada disekitar masyarakat semakin banyak yang bermunculan tetapi perusahaan bumiputera yang lebih terkenal tidak kalah bersaing karena bisa memiliki bermacam-macam asuransi dan produk yang bisa diandalkan. Perusahaan Asuransi Bumiputera Cabang Syariah mempunyai salah satu produk yang ditawarkan adalah perlindungan terhadap kelancaran dana pendidikan. Adanya produk asuransi ini memberikan jaminan terhadap dana pendidikan di masa depan. Hal ini dilatarbelakangi oleh biaya pendidikan yang sangat mahal dan mengalami peningkatan tiap tahunnya. Kalau tidak diantisipasi

4 sejak dini maka kemungkinan terbesar yang akan terjadi adalah pendidikan di masa depan akan terhambat. Selain biaya pendidikan yang sangat tinggi, keadaan perekonomian nasional yang belum stabil dan inflasi yang setiap tahun mengalami peningkatan juga menjadi salah satu faktor yang mendorong masyarakat untuk menggunakan asuransi pendidikan. Untuk itulah asuransi pendidikan sangat penting dalam menjamin dana pendidikan di masa depan. Secara tidak langsung setiap orang tua menginginkan agar anak mereka mendapatkan awal yang terbaik dalam hidup mereka, dengan mendapatkan pendidikan yang baik, dan mencemaskan hal yang mungkin terjadi kepada mereka jika tidak dapat memenuhi biaya yang terus meningkat untuk pendidikan Sekolah Dasar sampai Perguruan Tinggi, atau jika mereka meninggal dunia lebih awal dan meninggalkan anak-anak mereka tanpa perlindungan dan tidak mampu menyelesaikan pendidikan mereka. Ditinjau dari aspek hukum, hubungan hukum ini diwujudkan dalam suatu perjanjian dan diikuti dengan pembuatan akta perjanjian atau polis, di mana dirumuskan syarat-syarat, kewajiban-kewajiban dan janji-janji yang harus dipenuhi oleh setiap pihak sesuai dengan kedudukannya masing-masing sebagai tertanggung dan penanggung. Dengan ditandatangani polis oleh para pihak, maka para pihak itu terikat untuk melaksanakan hak dan kewajibannya. Suatu perjanjian baku sering dijumpai ketentuan bahwa para pihak telah bersepakat menyimpang atau melepaskan pasal 1266 Kitab Undang Undang Hukum Perdata. Dalam hal ini wanprestasi merupakan syarat batal. Akan tetapi

5 beberapa ahli hukum berpendapat sebaliknya, bahwa dalam hal terjadi wanprestasi perjanjian tidak batal demi hukum, tetapi harus dimintakan pembatalan kepada hakim dengan alasan antara lain bahwa sekalipun debitur sudah melakukan wanprestasi hakim masih berwenang untuk memberi kesempatan kepadanya untuk memenuhi perjanjian. Ketentuan pasal 1266 kitab Undang Undang Hukum perdata harus dilihat kasus demi kasus. 1 Pada perjanjian-perjanjian untuk menyerahkan sesuatu, wanprestasi biasanya berakibat penggantian kerugian. Hasil ini sangat memuaskan, apabila kita menghadapi perjanjian perjanjian yang terdiri atas penyerahan sejumlah uang. Akan tetapi, kurang memuaskan apabila prestasi itu terdiri atas penyerahan sebuah barang yang sukar dapat diganti. Hanya dalam beberapa hal diizinkan oleh pembentuk undang undang dilakukan oleh riele executie (eksekutif riil). Bahwa eksekusi riil itu dibolehkan dalam suatu perjanjian tertentu. Akan tetapi sebelum menuntut penggantian kerugian yang dibarengi dengan permohonan pembatalan dari perikatan yang ditiadakan pihak lawan harus diberi peringatan terlebih dahulu dengan suatu somasi. 2 Pasal 1266 ayat 1 Kitab Undang Undang Hukum Perdata dijelaskan bahwa syarat batal dianggap selalu dicantumkan dalam perjanjian yang bertimbal balik manakala salah satu pihak tidak memenuhi kewajibannya atau wanprestasi. Dengan demikian menurut ketentuan dalam ayat 1 wanprestasi adalah merupakan syarat batal. 1 Suharnoko, Hukum Perjanjian Teori dan Analisa Kasus (Jakarta: Prenada Media, 2005), h. 61-62. 2 R. Soeroso, Perjanjian Di bawah Tangan (Jakarta: Sinar Grafika edisi 1 cet: 2, 2011), h. 28.

6 Praktik, para pihak sering mencantumkan suatu klausula dalam perjanjian bahwa mereka sepakat untuk melepaskan atau mengenyampingkan ketentuan pasal 1266 ayat 2 Kitab Undang Undang Hukum Perdata. Akibat hukumnya jika terjadi wanprestasi maka perjanjian itu batal demi hukum. Ada beberapa alasan yang mendukung pencantuman klausula ini, misalnya berdasarkan pasal 1338 ayat 1 Kitab Undang Undang, setiap perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang undang bagi para pihak yang membuatnya, sehingga mencantumkan klausula yang melepaskan ketentuan pasal 1266 ayat 2 Kitab Undang Undang Hukum Perdata harus ditaati oleh para pihak. Selain itu jalan yang ditempuh melalui pengadilan akan membutuhkan biaya yang besar dan waktu yang lama sehingga hal ini tidak efisien sebagai pelaku bisnis. Sebaliknya, ada para ahli hukum atau praktisi hukum yang berpendapat bahwa wanprestasi tidak secara otomatis mengakibatkan batalnya perjanjian, tetapi harus dimintakan kepada hakim. Hal ini didukung oleh alasan bahwa jika pihak debitur wanprestasi maka kreditur masih berhak mengajukan gugatan agar pihak debitur memenuhi perjanjian, sedangkan apabila wanprestasi dianggap sebagai suatu syarat batalnya perjanjian maka kreditur hanya dapat menuntut ganti rugi. Selain itu, berdasarkan ketentuan pasal 1266 ayat 4 Kitab Undang Undang hukum Perdata, hakim berwenang memberikan kesempatan kepada debitur dalam jangka waktu paling lama satu bulan untuk memenuhi perjanjian meskipun sebenarnya debitur wanprestasi. Dalam hal ini hakim mempunyai discrecy untuk

7 menimbang berat ringannya kelalaian debitur dibandingkan kerugian yang diderita jika perjanjian dibatalkan. 3 Oleh karena itu, Islam mengajarkan umat muslim untuk bekerja keras dan berusaha untuk meminimalisir resiko-resiko yang kemungkinan akan terjadi dalam hidupnya. Hal ini bertujuan agar umat muslim dapat mengubah kondisi mereka, seperti yang terdapat dalam Firman Allah QS. An-Nisa` : 09 yang berbunyi: Artinya: Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar. 4 Apabila dalam suatu perjanjian pertanggungan telah ada kata sepakat dan telah terpenuhi pula syarat-syarat sah perjanjian lainnya, tetapi salah satu pihak dalam pelaksanaanya tidak memenuhi apa yang telah diperjanjikan, maka ia dikatakan melakukan wanprestasi. Kasus yang terjadi pada nasabah asuransi syariah di kota Sidoarjo yang mengalami wanprestasi rata-rata nasabah dalam kondisi ekonominya sedang menurun sehingga tidak bisa melanjutkan kewajiban berprestasi hingga melewati masa leluasa atau tenggang waktu yang telah disepakati oleh kedua belah pihak antara pihak nasabah asuransi syariah kepada pihak perusahaan Bumiputera 3 Suharnok, Hukum Perjanjian, h. 63-64. 4 Qs. An-Nisa` (4): 9.

8 Cabang Syariah Sidoarjo. Adapun kasus yang sedang terjadi pada nasabah asuransi syariah di dalam perusahaan sebagai berikut pertama nasabah ibu Suratmi yang berprofesi sebagai kepala sekolah. awal mulanya nasabah ibu Suratmi tidak bisa menghubunggi petugas atau agen asuransi syariah karena mengalami kehilangan telephon seluler waktu keluar kota dan pada saat itu ingin membayar premi asuransi syariah belum bisa sehingga terlambat membayar sampai melebihi masa leluasa atau masa tenggang. karena sudah melebihi masa tenggang yang telah ditentukan sehingga mengalami wanprestasi. Kedua nasabah ibu Minangsih yang berprofesi sebagai wiraswasta yaitu salon. penghasilan yang tidak rutin ketika membayar premi asuransi syariah terlambat dan melebihi waktu yang telah ditentukan atau masa tenggang, karena sudah melebihi masa tenggang yang telah ditentukan sehingga mengalami wanprestasi. Ketiga nasabah ibu Nur Aidah yang berprofesi sebagai guru Taman Kanak-Kanak. Sedangkan suaminya yang berprofesi sebagai sales snack, ekonomi turun akibat salah satu pedagang atau toko snack tidak membayar kepada sales snack, maka premi asuransi syariah tidak bisa membayar sampai melebihi tenggang waktu sehingga mengalami wanprestasi. Pihak nasabah menganggap mudah permasalahan wanprestasi kepada pihak Perusahaan Bumiputera Cabang Syariah Sidoarjo tidak memberikan sanksi yang memberatkan, Di samping itu penyelesaian yang mudah jika nasabah memulihkan atau membayar premi maka premi sudah bisa seperti keadaan semula sehingga nasabah meremehkan dan nasabah juga tidak menepati perjanjian yang

9 telah dibuat dengan Perusahaan Bumiputera Cabang Syariah Sidoarjo, di sinilah akar mula permasalahan yang mengakibatkan wanprestasi. Melihat uraian diatas penulis sangat tertarik untuk mengetahui lebih mendalam bagaimana penyelesaian wanprestasi nasabah pada asuransi pendidikan syariah dan penulis ingin mengetahui bagaiman tinjauan yuridis terhadap wanprestasi nasabah pada asuransi pendidikan tersebut dengan mengambil judul Tinjauan Yuridis Terhadap Wanprestasi Nasabah Dalam Asuransi Pendidikan Syariah (Studi Kasus Di Bumiputera Cabang Syariah Sidoarjo) B. Rumusan Masalah Dari latar belakang masalah yang telah penulis kemukakan di atas, maka dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana tinjauan yuridis wanprestasi nasabah Asuransi Pendidikan Syariah di Bumiputera Cabang Syariah Sidoarjo? 2. Bagaimana penyelesaian terjadinya wanprestasi pada nasabah Asuransi Pendidikan Syariah di Bumiputera Cabang Syariah Sidoarjo? C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan skripsi ini yaitu: 1. Untuk mengetahui tinjauan yuridis wanprestasi pada nasabah Asuransi Pendidikan Syariah di Bumiputera Cabang Syariah Sidoarjo. 2. Untuk mengetahui penyelesaian terjadinya wanprestasi pada nasabah Asuransi Pendidikan Syariah di Bumiputera Cabang Syariah Sidoarjo.

10 D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini bertujuan untuk menambahkan khazanah pengetahuan yang berkaitan dengan hukum Islam dan hukum positif di Indonesia, sehingga dapat dijadikan informasi atau input bagi para pembaca dalam menambah pengetahuan tentang hukum Islam dan hukum positif yang dipakai di Indonesia. 2. Manfaat Praktis Dalam hal praktis, diharapkan hasil dari skripsi ini sebagai bahan masukan sekaligus sumbangsih kepada para pemikir Islam, untuk dijadikan sebagai salah satu metode pembelajaran bagi mahasiswa terhadap peristiwaperistiwa yang muncul di zaman modern dan belum ada status hukumnya. E. Sistematika Pembahasan Untuk memudahkan penulisan dan pembahasan hasil penelitian mengenai wanprestasi nasabah asuransi pendidikan syariah, maka penulis menyajikan dalam lima bab. Masing-masing bab terdiri atas beberapa sub bab guna lebih memperjelas ruang lingkup dan cakupan permasalahan yang diteliti. Adapun urutan dan tata letak masing-masing bab serta pokok pembahasannya adalah sebagai berikut : Bab I pendahuluan terdapat beberapa sub bab yang pertama latar belakang yang merupakan inti dari semua permasalahan atau kasus di dalam sebuah penelitian, rumusan masalah merupakan pertanyaan yang akan menjawab sebuah permasalahan dalam penelitian, tujuan penelitian berisikan tujuan untuk memecahkan atau menyelesaikan penelitian, manfaat penelitian terdapat manfaat

11 secara teoritis dan juga manfaat secara praktis pada suatu penelitian, sistematika pembahasan berisikan pembahasan mulai dari awal hingga akhir dari isi skripsi. Bab II tinjauan pustaka terdiri dari dua sub bab pertama penelitian terdahulu merupakan rujukan dari penelitian terdahulu yang telah diteliti untuk membandingkan hasil penelitian yang akan diteliti, kedua kerangka teori merupakan sub bab yang membahas tentang wanprestasi, asuransi syariah dan asuransi pendidikan syariah. Bab III metode penelitian terdapat sub bab yang berisikan jenis penelitian merupakan metode yang digunakan untuk melakukan penelitian, pendekatan penelitian merupakan metode untuk mempermudah mendapatkan informasi dalam penelitian, lokasi penelitian merupakan tempat penelitian penulis untuk melakukan penelitian, metode penentuan subyek merupakan metode yang digunakan untuk menentukan sampel yang akan diteliti dalam penelitian, sumber data merupakan data yang digunakan untuk penelitian yaitu primer dan sekunder, metode pengumpulan data yang berisikan metode untuk mengumpulkan data berupa wawancara, observasi dan dokumentasi., metode pengolahan data yang berisikan metode untuk mengolah data dari hasil penelitian dan menganalisis suatu permasalahan dalam penelitian. Bab IV hasil penelitian dan pembahasan merupakan pembahasan dari suatu permasalahan yang berisikan penelitian yang dilakukan oleh penulis kemudian data yang sudah diolah dijabarkan dan dari penjabaran tersebut penulis dapat menyampaikan hasil penelitian yang diperoleh dalam penelitian dilapangan,

12 hasil penelitian dari nasabah asuransi pendidikan syariah di Bumiputera Cabang Syariah Sidoarjo. Bab V penutup terdapat sub bab yang berisikan kesimpulan dan saran merupakan hasil dari penelitian yang kemudian disimpulkan untuk mengetahui hasil yang sudah diteliti dan saran untuk nasabah asuransi pendidikan syariah agar dapat melakukan suatu perjanjian dengan memenuhi prestasi sehingga nasabah tidak melakukan wanprestsi.