PERUBAHAN STRUKTURAL TENAGA KERJA DARI SEKTOR PERTANIAN KE SEKTOR NON PERTANIAN DI PROVINSI LAMPUNG

dokumen-dokumen yang mirip
PERUBAHAN STRUKTURAL TENAGAKERJA DARI SEKTOR PERTANIAN KE SEKTOR NON PERTANIAN DI PROVINSI LAMPUNG OKWAN HIMPUNI

The Contribution Of Agricultural Sector in the Economy at Bone Bolango Regency By

ANALISIS KESEMPATAN KERJA SEKTORAL DI PROPINSI SUMATERA UTARA

I. PENDAHULUAN. keberlanjutan pembangunan dari masyarakat agraris menjadi masayarakat industri.

I. PENDAHULUAN. dalam proses pembangunan, khususnya di negara-negara berkembang. Hal ini

ANALISIS KESEMPATAN KERJA DAN PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA PADA SEKTOR PERTANIAN DI PROVINSI ACEH. Sofyan*, Elvira Iskandar*, Zakia Izzati** ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. mengurangi kemiskinan (Madris, 2010). Indikator ekonomi makro (PDRB)

I. PENDAHULUAN. (1) pertumbuhan, (2) penanggulangan kemiskinan, (3) perubahan atau

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih

JIIA, VOLUME 2 No. 3, JUNI 2014

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. tujuan pembangunan ekonomi secara makro adalah

Keywords : GDRP, learning distribution, work opportunity

PENDUDUK DAN KETENAGAKERJAAN PIRAMIDA PENDUDUK KAB. KLUNGKUNG,

PENDAPATAN REGIONAL REGIONAL INCOME BAB IX PENDAPATAN REGIONAL CHAPTER IX REGIONAL INCOME Struktur Ekonomi. 9.1.

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara berkembang, Indonesia dihadapkan pada berbagai. dari tahun ke tahun, hal tersebut menimbulkan berbagai masalah bagi

BAB I PENDAHULUAN. yaitu pertumbuhan, penanggulangan kemiskinan, perubahan atau transformasi

I. PENDAHULUAN. Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki

SURAT PERNYATAAN STRUKTUR EKONOMI DAN KESEMPATAN KERJA SEKTOR PERTANIAN DAN NON PERTANIAN SERTA KUALITAS SUMBERDAYA MANUSIA DI INDONESIA

STRUKTUR EKONOMI DAN SEKTOR UNGGULAN KABUPATEN JEPARA. M. Zainuri

I. PENDAHULUAN. setiap negara yang ada di dunia untuk berlomba lomba meningkatkan daya

KONTRIBUSI SEKTOR PERTANIAN DALAM MENGURANGI KETIMPANGAN EKONOMI DI KOTA TASIKMALAYA

BAB I PENDAHULUAN. yang berhubungan dengan warga negaranya. Terlebih pada negara-negara yang

M. Yamin (Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian FP. UNSRI) ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam

ANALISIS STRUKTUR PEREKONOMIAN BALI: PENDEKATAN SHIFT SHARE

JURNAL TINGKAT PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA SEKTOR PERTANIAN DI PROVINSI SULAWESI UTARA RATIH MAWARNI AMIN. Dosen Pembimbing :

Kata kunci : jumlah alumni KKD, opini audit BPK, kinerja pembangunan daerah.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYERAPAN TENAGA KERJA SEKTOR INDUSTRI DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

V. PEMBAHASAN Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri dan Perdagangan, Hotel dan Restoran di Pulau Jawa

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

ANALISIS PROYEKSI SEKTOR PERTANIAN DI PROVINSI MALUKU UTARA. Abstract

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembangunan ekonomi nasional bertujuan untuk. membangun manusia Indonesia seutuhnya, dan pembangunan tersebut harus

I. PENDAHULUAN. Keputusan migrasi didasarkan pada perbandingan untung rugi yang berkaitan

ANALISIS PERENCANAAN TENAGA KERJA TERHADAP KEBUTUHAN TENAGA KERJA DI PROVINSI RIAU TAHUN

Produk Domestik Regional Bruto BAB X PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

BAB I PENDAHULUAN. pada kebijakan kependudukan. Dinamika kependudukan yang terjadi karena adanya dinamika

BAB I PENDAHULUAN. yang melimpah. Sumber daya alam nantinya dapat digunakan sebagai pendukung

(Klasifikasi 14 Propinsi Berdasarkan Tabel IO Propinsi Tahun 2000) Dyah Hapsari Amalina S. dan Alla Asmara

STRUKTUR EKONOMI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PENGANGGURAN TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN DI KABUPATEN JAYAPURA. Evi Hartati 1

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan pembangunan nasional suatu negara yakni melalui jumlah dan

Dari hasil perhitungan PDRB Kota Bandung selama periode dapat disimpulkan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah berorientasi pada proses. Suatu proses yang

BAB I PENDAHULUAN. Secara defenitif, pada awalnya pengertian pembangunan ekonomi diberi

I.PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang lebih ditekankan pada pembangunan

Population And Manpower

PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN & KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

Population And Manpower

Population and Manpower

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

KONTRIBUSI SUBSEKTOR PERIKANAN DALAM PEMBENTUKAN PDRB DAN KESEMPATAN KERJA DI KABUPATEN KAMPAR, PROVINSI RIAU

BAB I PENDAHULUAN. nasionalnya memiliki satu tujuan yaitu memajukan kesejahteraan umum.

Population And Manpower

PRODUKTIVITAS DAN KONTRIBUSI TENAGA KERJA SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN BOYOLALI

PENGARUH INVESTASI SEKTOR PERTANIAN DAN INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN DI PROVINSI SULAWESI TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. sektor non pertanian merupakan suatu proses perubahan struktur ekonomi.

JURNAL ANALISIS TENAGA KERJA SEKTORAL DI KOTA TOMOHON CHRYSTIAWAN ADJIE SENGKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tujuan utama pembangunan ekonomi di negara berkembang adalah

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS

BAB I PENDAHULUAN. dari definisi ini bahwa pembangunan ekonomi mempunyai tiga sifat penting

PERAN PERTUMBUHAN NILAI EKSPOR MINYAK SAWIT MENTAH DALAM PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

2.2 EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN RKPD SAMPAI DENGAN TAHUN 2013 DAN REALISASI RPJMD

Pengaruh pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan penduduk dan produktivitas tenaga kerja terhadap penyerapan tenaga kerja di Kota Jambi

ANALISIS KINERJA SEKTOR PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH DI PROVINSI SULAWESI BARAT

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi suatu bangsa. Industrialisasi dapat diartikan sebagai suatu proses

BAB IV. KERANGKA PEMIKIRAN. Bab ini merupakan rangkuman dari studi literatur dan kerangka teori yang

ANALISIS KONTRIBUSI DAN PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA DI JAWA BARAT

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah (regional development) pada dasarnya adalah

BAB IV KONDISI SOSIAL EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

V. GAMBARAN UMUM. Kota Bogor mempunyai luas wilayah km 2 atau 0.27 persen dari

SUB SEKTOR PERTANIAN UNGGULAN KABUPATEN TASIKMALAYA SELAMA TAHUN

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PENDAPATAN REGIONAL REGIONAL INCOME

KAJIAN BASIS DAN PRIORITAS DALAM SEKTOR PERTANIAN BAGI PEMBANGUNAN WILAYAH PESISIR BENGKULU

Penduduk dan Ketenagakerjaan

ANALISA PERTUMBUHAN EKONOMI DAN KETIMPANGAN PEMBANGUNAN ANTAR WILAYAH DI PULAU SUMATERA. Etik Umiyati

PERANAN SEKTOR PETERNAKAN DAN PERIKANAN TERHADAP PEREKONOMIAN PROVINSI RIAU: ANALISIS STRUKTUR INPUT-OUTPUT

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola

BAB I PENDAHULUAN. suatu sistem negara kesatuan. Tuntutan desentralisasi atau otonomi yang lebih

PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN & KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

Role of Financial Service and Insurance Sector in Riau Province s Economy

ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA PERDESAAN LAHAN KERING BERBASIS PERKEBUNAN

Produk Domestik Regional Bruto/ Gross Regional Domestic Product

Analisis Keterkaitan Sektor Industri Pengolahan dan Sektor Pertanian... Keywords: the manufacturing industry and agriculture, input output

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya setiap negara di dunia memiliki tujuan utama yaitu

BAB IV KONDISI TENAGA KERJA KONSTRUKSI. Tenaga kerja konstruksi merupakan bagian dari sektor konstruksi yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. stabilitas nasional yaitu menciptakan lapangan pekerjaan bagi rakyat.

SKRIPSI ANALISIS TRANSFORMASI STRUKTURAL PEREKONOMIAN DI KOTA PEMATANG SIANTAR OLEH. Ahmad Irsyah

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN WILAYAH DI PROVINSI SUMATERA UTARA. Mitrawan Fauzi

PERANAN TENAGA KERJA SEKTOR TERSIER TERHADAP PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO PROVINSI DKI JAKARTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembangunan ekonomi, pertumbuhan ekonomi, dan teori konvergensi.

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu upaya meningkatkan taraf hidup

Transkripsi:

PERUBAHAN STRUKTURAL TENAGA KERJA DARI SEKTOR PERTANIAN KE SEKTOR NON PERTANIAN DI PROVINSI LAMPUNG Labor Structural Transformation of Agriculture to Non Agriculture's Sector in Lampung Province Okwan Himpuni a,, Ernan Rustiadi b dan Setiahadi b a Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan, Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Kampus IPB Darmaga, Bogor 16680 b Institut Pertanian Bogor, Kampus IPB Darmaga, Bogor 16680 Abstract. Agriculture is one of the sectors having largest contribution to the economy of Lampung Province. Most of the population categorized in to work forces, are engaged in agricultural sector as a main livelihood. In general, the rate of job opportunity growth is unbalance as compared to the work force growth. Although the job opportunity ofagricultural sector from year to year decreases compared to the job opportunity increases of non-agricultural and industrial sector. But from economic sector points of view, the employment s structure in agriculture, in average, is higher than the other economic sectors. Although in the employment s structure it is higher than the other economic sectors, but the contribution of agricultural sector decreases each years 0,32 percent. This condition is inversely with non-agricultural and industrial sector that are strengthened respectively0,4 percent and 0,59 percent from year to year. The tendency of economic structural transformation, gives an overview whether the transformation is consistent with region s potention. Productivity of the agriculture work force is left far behind the productivity of industrial sector and service s work forcesector. It the trendcan be seen from the comparation of agriculture s wage rate, it showed an increase but it still lower than the industrial sector. Agricultural labor s proportion indicates a decreasing trend in each year. This phenomenon has an inverse relation to the non agricultural and industrial labor s proportions that has increased from year to year. This mean, there is structural transformation of labor of agriculture sector to non-agriculture sector. By using econometric model, it can be identified significant factors influencing to the job opportunity and the influencing factors to the labor structural transformation from agriculture to non agriculture sector Keywords: Agricultural, labor, job opportunity, transformation, industrial (Diterima: 02-05-2014 Disetujui: 02-07-2014) 1. Pendahuluan Luas Provinsi Lampung merupakan provinsi terujung di pulau Sumatera menjadi pintu gerbang yang menghubungkan antara dua pulau yakni pulau sumatera dan pulau jawa sebagai pusat pertumbuhan di Indonesia. Karena letaknya yang sangat strategis menjadikan Provinsi Lampung sebagai daerah yang sangat plural dan majemuk, dengan tingkat kepadatan tertinggi di Pulau Sumatera yaitu 217,95 jiwa/km 2. Jumlah penduduk yang besar merupakan potensi bagi pembangunan wilayah atau bisa berlaku sebaliknya yaitu menjadi beban dalam proses pembangunan.kepadatan penduduk tentu berkaitan dengan sektor lapangan pekerjaan atau sektor ketenagakerjaan dalam upaya pemerintah untuk mengurangi jumlah penduduk miskin. Tadaro (2009), menyatakan bahwa pembangunan harus memenuhi tiga komponen dasar yang dijadikan sebagai basis konseptual dan pedoman praktis dalam memahami pembanguan yang paling hakiki yaitu kecukupan (suistainance) memenuhi kebutuhan pokok, meningkatkan rasa harga diri atau jati diri (selfesteem), serta kebebasan (freedom) untuk memilih. Terdapat dua masalah pokok dalam sektor ketenagakerjaan (1) tidak adanya keseimbangan dalam penyerapan tenaga kerja antar sektor pertanian dan non pertanian, (2) adanya kepincangan dalam penyerapan tenaga keraja produktif non produktif di sektor non pertanian yaitu sektor-sektor pengolahan (manufaktur) dibandingkan dengan sektor jasa (services), (Hasibuan 1989). Kedua masalah tersebut mengakibatkan ketimpangan penyerapan tenagakerja pada sektor pertanian dan non pertanian yang pada akhirnya mengakibatkan ketidakseimbangan alokasi tenaga kerja. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Provinsi Lampung sebesar 68 persen. Angka ini mengandung pengertian bahwa setiap 100 orang penduduk berusia 15 tahun keata, 68 orang diantaranya termasuk angkatan kerja (mereka yang bekerja, sementara tidak bekerja, atau mencari pekerjaan). Dari 68 TPAK Provinsi Lampung, 68.71 persennya bekerja di perdesaan. Hal ini mengindikasikan bahwa, kegiatan usaha dominan yang dilakukan di provinsi Lampung adalah kegiatan usaha sektor pertanian dan usaha turunannya. Tenaga kerja sektor pertanian memberikan konstribusi terbesar dalam Pendapatan Regional Bruto Daerah (PDRB) Provinsi Lampung namun, terus mengalami penurunan sebesar 1,08 persen. Sedangkan penduduk yang bekerja disektor industri dan jasa-jasa semakin meningkat. Hal ini mengindikasikan terjadinya pergeseran struktur ketenagakerjaan yang 70

menuju arah industrialisasi, penduduk lebih berkeinginan bekerja disektor non pertanian (industri dan jasa) yang berdampak pada migrasi penduduk menuju daerah industri dan jasa, dimana daerah industri dan jasa lebh dominan berada di perkotaan, dan pada akhirnya terjadi penumpukan atau kepadatan penduduk di kota. 60 40 20 0 57.27 55.10 54.02 52.93 49.26 29.91 31.12 31.95 31.95 34.88 12.82 13.37 14.03 14.80 15.89 2007 2008 2009 2010 2011 Industri (M) Pertanian (A) Jasa (S) Gambar 1. Indikator ketenagakerjaan Provinsi Lampung berdasarkan sektor pekerjaan tahun 2007-2011 Perpindahan kesempatan kerja atau perubahan struktural tenaga kerja dari sektor pertanian kesektor non pertanian seperti yang telah diungkapkan diatas, tentu dapat menimbulkan beberapa permasalahan sehubungan dengan proses transisi. Berdasarkan permasalahan diatas, untuk menjawab bagaimana perubahan struktur tenaga kerja dari sektor pertanian kesektor non pertanian yang terjadi di Provinsi Lampung. Hal ini melatarbelakangi tujuan penelitian yaitu: 1) Menganalisis struktur perekonomian Provinsi Lampung dalam kaitanya dengan perubahan struktur ketenagakerjaan, 2) Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan struktural tenaga kerja dari sektor pertanian kesektor non pertanian dan sektor industri. 2. Metode Penelitian Secara umum, penelitaian ini bersifat deskriptifanalisis terkait dengan struktur perekonomian Provinsi Lampung dalam kaitanya dengan perubahan struktur ketenagakerjaan dan kuantitatif dalam menganalisis data sekunder deret waktu 1990-2011 terkait dengan faktor yang mempengaruhi kesempatan kerja pada sektor pertanian, perubahan struktural tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor non pertanian serta perubahan struktural tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor industri. Penelitian menggunakan data sekunder deret waktu periode 1990-2011 (data tahunan) di Provinsi Lampung. Data diperoleh dari hasil Lampung dalam Angka, Sensus Pertanian, Sakernas, Sensus Penduduk dan Susenas yang dilakukan oleh BPS, perkembangan PDRB sektor pertanian dan non pertanian. Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah model kesempatan kerja dan perubahan struktural tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor non pertanian dan perubahan struktural tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor industri. Pengujian yang dilakukan pada model ekonometrika antara lain pengujian koefisien determinasi (R 2 ) dan uji-t statistik (Juanda 2009). Selanjutnya spesifikasi model ekonometrika pada masing-masing persamaan adalah sebagai berikut: Tabel 1. Model analisis kesempatan kerja dan perubahan struktural tenaga kerja Variabel Model 1. Perubahan struktural tenaga kerja dari PS1 = h 0 + h 1 UPt + h 2 UNPt + h 3TRAKt + h 4PTERt + h 5LPPADt + sektor pertanian ke sektor non pertanian h 6LPPALt + h 7RPDRBIt + h 8 PSIt-1 + e6 (PS1t) Keterangan : PSIt kesektor non pertanian tahun ke-t UPt = Rata-rata upah/gaji bersih tenaga kerja sektor pertanian selama satu bulan tahun ke-t (Rp) UNPt = Rata-rata upah/gaji bersih tenaga kerja sektor non pertanian selama satu bulan tahun ke-t (Rp) TRAKt = Jumlah traktor tahun ke-t (unit) PTERt = Populasi ternak tahun ke-t (ribu ekor) LPPADt = Luas panen padi tahun ke-t (ha) LPPALt = Luas panen palawija tahun ke-t (ha) LPHORt = Luas panen Hortikultura tahun ke-t (ha) RPDRBIt = Rasio PDRB anata sektor pertanian dengan sektor non pertanian tahun ke-t 71

PSI t-1 kesektor non pertanian tahun sebelumnya Parameter dugaan yang diharapkan : h 1, h 3 < 0 ; h 2, h 4, h 5, h 6, h 7, h 8 > 0 2. Perubahan struktural tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor industri (PS2t) PS2t = j 0 + j 1 RU2t + j 2LPPADt + j 3LPPALt + j 4LPHORt + j 5TRAKt + j 6RPDRB2t + e6 Keterangan : PS2t kesektor industri tahun ke-t RU2t = Rasio rata-rata upah riil tenaga kerja antara sektor pertanian dengan sektor industri tahun ke-t LPPADt = Luas panen padi tahun ke-t (ha) LPPALt = Luas panen palawija tahun ke-t (ha) LPHORt = Luas panen hortikultura tahun ke-t (ha) TRAKt = Jumlah traktor tahun ke-t (unit) RPDRB2t = Rasio PDRB anata sektor pertanian dengan sektor industri tahun ke-t Parameter dugaan yang diharapkan : j 1, j 5 < 0 ; j 2, j 3, j 4, j 6 > 0 3. Hasil dan Pembahasan 3.1. Struktur Perekonomian Provinsi Lampung Terkait dengan Ketenagakerjaan Sensus penduduk (SP) tahun 2000 mencatat jumlah penduduk Provinsi Lampung sebanyak 6.730.751 orang, kemudian bertambah sebanyak 12,86 persen pada SP 2010 dengan laju pertumbuhan penduduk yakni sebesar 1.23 persen. Selain jumlah penduduk, sektor ketenagakerjaan merupakan salah satu sektor penting bagi pembangunan ekonomi daerah khususnya upaya pemerintah dalam mengurangi jumlah penduduk miskin. Tabel 2. Presentase penduduk berumur 15 tahun keatas menurut karakteristik, jenis kelamin, dan daerah tempat tinggal pada Tahun 2011 Karakteristik Laki-laki Perempuan Perkotaan Perdesaan Lampung Penduduk usia kerja 2,798.66 2,636.97 1,396.75 4,038.88 5,435.63 (100.00) (100.00) (100.00) (100.00) (100.00) Angkatan kerja 2,431.04 1,265.03 921.03 2,775.04 3,696.07 (86.86) (47.97) (65.94) (68.71) (68.00) Bukan angkatan kerja 367.62 1371.94 475.72 1,263.84 1,739.56 (13.14) (52.03) (34.06) (31.29) (32.00) TPAK 86.86 47.97 65.94 68.71 68.00 Sumber: Sakernas Agustus 2011 Fenomena yang terlihat dari tabel diatas adalah lebih besarnya presentase angkatan kerja di daerah perdesaan yaitu sebesar 68.71 persen dibandingkan presentase angkatan kerja di daerah perkotaan yaitu sebesar 65.94 persen Sebagian besar lapanganpekerjaan penduduk Provinsi Lampung adalah di sektor pertanian. Dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) menurut lapangan usaha atas dasar harga konstan pada tahun 2011, terlihat bahwa sektor pertanian memberikan konstribusi terbesar dan diikuti oleh sektor industri dan sektor perdagangan masing-masing 36.05 persen, 16.01 persen, dan 15.91 persen. Meskipun sektor pertanian merupakan sektor yang memberikan konstribusi terbesar, namun tidak didukung dengan nilai tambah yang signifikan dan cendrung menurun dari tahun ketahun. Hal ini terlihat dari laju pertumbuhannya yang relatif kecil dibandingkan dengan sektor non pertanian. 72

50.00 49.04 47.64 46.47 47.02 47.94 40.00 30.00 20.00 37.31 39.07 39.28 36.98 36.05 10.00 0.00 13.65 13.29 14.25 16.00 16.01 2007 2008 2009 2010 2011 Pertanian non pertanian Industri pengolahan Gambar 2. Konstribusi Sektoral Provinsi Lampung, Tahun 2007-2011 (data diolah) Dalam kurun waktu 2007-2011 perekonomian Provinsi Lampung digerakan oleh tiga sektor ekonomi utama, yakni sektor pertanian, sektor industri pengolahan, sektor perdagangan/ hotel/ restoran. Dominasi sektor-sektor tersebut terlihat dari besarnya kontribusi PDRB masing-masing sektor terhadap pembentukan total PDRB. Meskipun sektor pertanian mendominasi, namun dari tahun ketahun kontribusi sektor pertanian menurun 0.32 persen setiap tahunnya. Keadaan ini berbanding terbalik dengan sektor non pertanian dan sektor industri pengolahan mengalami penguatan masing-masing sebesar 0.4 persen dan 0.59 persen setiap tahunnya.kecendrungan perubahan struktur ekonomi memberikan gambaran apakah perubahan struktur yang terjadi sesuai dengan potensi wilayah. 3.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Struktural Tenaga Kerja telah terjadi perubahan struktural tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor non pertanian meskipun perubahan tersebut tidak sebesar jika dilihat dari angka relatifnya. Berdasarkan hasil analisis, 91.75 pesen keragaman perubahan struktural tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor non pertanian dapat diterangkan oleh peubah-peubah bebasnya. Dari beberapa peubah diatas, terdapat beberapa peubah yang memberikan pengaruh nyata terhadap perubahan struktural tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor non pertanian. Nilai elastisitas perubahan struktural tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor non pertanian terhadap upah pada sektor pertanian sebesar 0.4476, artinya bahwa kenaikan tingkat upah sektor pertanian sebesar satu persen akan meningktkan perubahan struktural tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor non pertanian sebesar 0.4476 persen. a. Sektor Pertanian ke Sektor Non Pertanian Peran sektor pertanian berangsur-angsur digantikan oleh sektor lain diluar pertanian. Hal ini terlihat dari kencenderungan yang menurun dalam kaitannya terhadap penyediaan kesempatan kerja. Dengan demikian, Tabel 3. Hasil pendugaan model perubahan struktural tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor non pertanian Peubah Parameter Dugaan t hitung Taraf nyata Elastisitas 1. Upah sektor pertanian (Rp) 2. Upah sektor non pertanian (Rp) 3. Traktor (unit) 4. Populasi ternak (ribu ekor) 5. Luas panen padi (ha) 6. Luas panen palawija (ha) 7. Luas panen hortikultura (ha) 8. Rasio PDRB 9. Lag Perubahan struktural TK Konstanta R 2 F hit D.W. a. Taraf nyata α = 5 % b. Taraf nyata α = 10 % c. Taraf nyata α = 20 % -1.5429E-05 5.79931E-06-1.0821E-04 4.9298E-05 1.10437E-05 1.0236E-05 1.4287E-05 0.9351 0.4103-1.4821 0.9175 14.826 2.1037-1.698 0.893-0.472 0.573 1.973 1.596 1.720 1.357 1.639 0.11532 c 0.38942 0.67817 0.58932 0.07675 b 0.16074 c 0.12945 c 0.19857 c 0.12893 c 0.4476 0.3541 0.0323 0.2655 2.0592 0.2394 0.2439 0.3037 73

b. Sektor Pertanian ke Sektor Industri Berdasarkan hasil analisis, dari enam peubah yang ada, terdapat satu peubah yang tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap perubahan struktural tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor industri, yaitu jumlah traktor. Sementara itu, jika dilihat dugaan nilai elastisitas perubahan struktural tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor industri terhadap peubah-peubahnya, terdapat satu peubah yang nilainya bersifat elastis, yaitu luas panen padi. Sedangkan peubah yang lainnya bersifat inelastis. Hal ini menunjukan perubahan struktural tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor industri hanya responsif terhadap peubah luas panen padi, dan tidak responsif terhadap peubah lainnya. Tabel 4. Hasil dugaan model perubahan struktural tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor industri Peubah 1. Rasio upah pertanian dan industri 2. Luas panen padi (ha) 3. Luas panen palawija (ha) 4. Luas panen hortikultura (ha) 5. Traktor (unit) 6. Rasio PDRB pertanian dan industri Konstanta R 2 F hit D.W. a. Taraf nyata α = 5 % b. Taraf nyata α = 10 % c. Taraf nyata α = 20 % Parameter Dugaan -11.1873 5.63753E-05 1.1546E-04 9.5985E-05-0.0024 1.7642 3.1769 0.6997 5.818 1.7327 t hitung Taraf nyata Elastisitas -2.317 0.03686 a 0.5243 1.843 0.05944 b 1.5113 2.120 0.05208 b 0.3972 2.254 0.03967 a 0.2814-1.043 0.31333 0.0591 1.683 0.12847 c 0.4802 4. Kesimpulan dan Saran 4.1. Kesimpulan Produktivitas perekonomian Provinsi Lampung digerakan oleh tiga sektor ekonomi utama, yakni sektor pertanian, sektor industri pengolahan, sektor perdagangan/hotel/restoran. Dominasi sektor-sektor tersebut terlihat dari besarnya kontribusi PDRB masing-masing sektor terhadap pembentukan total PDRB. Meskipun sektor pertanian mendominasi, namun dari tahun ketahun kontribusi sektor pertanian menurun 0.32 persen setiap tahunnya. Keadaan ini berbanding terbalik dengan sektor non pertanian dan sektor industri pengolahan mengalami penguatan masing-masing sebesar 0.4 persen dan 0.59 persen setiap tahunnya. Kecendrungan perubahan struktur ekonomi memberikan gambaran apakah perubahan struktur yang terjadi sesuai dengan potensi wilayah. Proporsi tenaga kerja pada sektor pertanian memperlihatkan kecendrungan yang menurun setiap tahunnya. Keadaan ini berbanding terbalik dengan proporsi tenaga kerja pada sektor non pertanian dan industri yang mengalami peningkatan dari tahun ketahun. Hal ini memperlihatkan terjadinya perubahan struktural tenaga kerja dari sektor pertanian kesektor non pertanian. Sektor pertanian masih menjadi penyumbang tersbesar dalam penyerapan tenaga kerja, namun kesejahteraan pekerja disektor ini masih rendah. Oleh karena itu, prioritas penanganan tenaga kerja disektor pertanian masih perlu dilakukan. Diantaranya Menyusun kebijakan dan kegiatan pembangunan pertanian terkait ketenagakerjaan diantaranya yaitu peningkatan kualitas sumber daya manusia pertanian, penguatan kelembagaan dan akses pasar pertanian, serta pembangunan infrastruktur pertanian berbasis padat karya seperti optimalisasi lahan, pencetakan sawah, dan pembangunan stasiun agribisnis. 4.2. Saran Studi berikutnya perlu dilakukan penelitian tentang kesempatan kerja yang tidak hanya melihat dari sisi permintaan juga perlu dilihat dari sisi suplai tenaga kerja. Selain itu, dilakukan penelitian yang tidak hanya menitikberatkan pada perubahan struktural tenaga kerja sektor pertanian ke sektor non pertanian namun juga meneliti tentang pergeseran tenaga kerja secara spasial atau migrasi antar wilayah (provinsi atau pulau). Daftar Pustaka [1] [BPS] Badan Pusat Statistik, 2011. Data Strategis Nasional. Badan Pusat Statistik, Jakarta. [2] Hasibuan, 1989. Pertumbuhan Penduduk. Tenaga Kerja dan Kesempatan Kerja, Ekonomi dan Keuangan Indonesia, Jakarta. [3] Hadi, S., 2001. Studi Dampak Kebijaksanaan Pembangunan terhadap Disparitas Ekonomi Antar Wilayah. Disertasi. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor. [4] Juanda, B., 2009. Ekonometrika Permodelan dan Pendugaan. IPB Press, Bogor. [5] Kuznet, S., 1964. Economic Growth and the Contribution of Agriculture.In C.K. Eicher and L.W. Witt. (eds). Agriculture in Economic Development. Mc.Graw-Hill, New York. [6] Todaro, M. 1998. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Terjemahan. Erlangga, Jakarta. 74