GAMBARAN KONSEP DIRI PADA PENGANGGURAN LULUSAN SARJANA. Sabtiyo Retnaning Tyas Universitas Gunadarma

dokumen-dokumen yang mirip
ILLUSTRATION OF SELF CONCEPT FOR UNEMPLOYED BACHELOR GRADUATE

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam rentang kehidupan, individu berkembang dari masa kanak-kanak

BAB I PENDAHULUAN. lapangan tidak begitu adanya. Pengangguran terdidik bagi para lulusan

BAB III METODE PENELITIAN. sesuai jika didekati dengan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif digunakan untuk

ASSALAMUALAIKUM WR.WB PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2010

KONSEP DIRI REMAJA YANG TINGGAL DI PANTI ASUHAN (STUDI KASUS) : Maria Fatimah Assahhra NPM : ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN. kualitatif. Bogdan dan Taylor mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai

BAB II LANDASAN TEORI. yang terbentuk melalui pengalaman-pengalaman yang diperoleh dari interaksi

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN Bagi wanita rahim merupakan organ reproduksi yang sangat penting, apalagi pada wanita yang akan menikah dan yang sudah menikah sekalipun.

BAB I PENDAHULUAN. dan berfungsinya organ-organ tubuh sebagai bentuk penyesuaian diri terhadap

BAB II. Tinjauan Pustaka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan

Piaget (dalam Hurlock, 2000) mengemukakan bahwa masa remaja merupakan masa mencari identitas diri. Oleh karena itu, remaja berusaha mengenali dirinya

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. individu, khususnya individu yang telah menyandang gelar Strata Satu atau

BLUE PRINT SKALA KEMATANGAN VOKASIONAL. Kematangan vokasional merupakan kesiapan dan kemampuan individu dalam

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari masa anak menuju masa dewasa, dan

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian misalnya perilaku, motivasi, tindakan, dll., secara holistik dan

BAB III METODE PENELITIAN

PENGEMBANGAN INSTRUMEN EKSPLORASI KARIR PESERTA DIDIK

I. PENDAHULUAN. luput dari pengamatan dan dibiarkan terus berkembang.

HUBUNGAN ANTARA SELF BODY IMAGE DENGAN PEMBENTUKAN IDENTITAS DIRI REMAJA. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. dari hidup manusia dalam menghadapi berbagai masalah untuk pemenuhan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Harga Diri. Harris, 2009; dalam Gaspard, 2010; dalam Getachew, 2011; dalam Hsu,2013) harga diri

3. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang unik dan terus mengalami perkembangan di

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif, dengan tipe penelitian studi kasus (case studies). Menurut Moleong

BAB III METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sumber daya manusia yang berkualitas agar perusahaan dapat bersaing dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pada seseorang, tanpa adanya kepercayaan diri akan banyak. atribut yang paling berharga pada diri seseorang dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat penting dalam kehidupan dan diharapkan mampu. mewujudkan cita-cita bangsa. Pendidikan bertujuan untuk membantu

BAB III METODE PENELITIAN

TESIS. Diajukan kepada Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Penyusunan Tesis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. Penelitian yang berkaitan dengan masalah penyesuaian diri sudah

Membangun Konsep Diri Positif Pada Anak

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat pada

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam kehidupannya, individu sebagai makhluk sosial selalu

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang,

Materi kuliah e-learning HUBUNGAN ORANG TUA DENGAN ANAK REMAJA oleh : Dr. Triana Noor Edwina DS, M.Si Dosen Fakultas Psikologi Universitas Mercu

BAB I PENDAHULUAN. dalam menunjukkan bahwa permasalahan prestasi tersebut disebabkan

BAB III METODE PENELITIAN. dengan pendekatan studi kasus. Menurut Sugiyono (2012), metode penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif atau kualitataif dilakukan dengan mempertimbangkan pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. komunitas, atau bahkan suatu bangsa (Poerwandari 2011). tahap, yaitu tahap persiapan dan tahap pelaksanaan.

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya jaman, semakin bertambah juga tuntutan-tuntutan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. artinya ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di

BAB III METODE PENELITIAN. Menurut Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, 2006), metode penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mengubah keadaan tertentu menjadi kondisi yang lebih baik. Perubahan itu harus

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kebahagiaan. emosional yang positif karena telah terpenuhinya kondisi-kondisi yang

LAMPIRAN A SKALA PENELITIAN A-1 SKALA PENELITIAN PENYESUAIAN SOSIAL A-2 SKALA PENELITIAN PENERIMAAN DIRI

BAB 1 PENDAHULUAN. dan sosial-emosional. Masa remaja dimulai kira-kira usia 10 sampai 13 tahun

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN ASERTIVITAS PADA REMAJA DI SMA ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG. Rheza Yustar Afif ABSTRAK

PENGGUNAAN KONSELING KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KONSEP DIRI PADA SISWA KELAS XI SMK

BAB III METODE PENELITIAN. A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. kualitatif deskriptif, dengan tipe penelitian studi kasus (case studies).

BAB II LANDASAN TEORI. A. Interaksi Sosial. Walgito (2007) mengemukakan interaksi sosial adalah hubungan antara

Validitas Item Self-Esteem

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. lainnya untuk mempertahankan kelangsungan hidup. Oleh sebab itu manusia

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif kualitatif, dengan tipe penelitian studi kasus (case studies). Menurut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa berkembang dan

BAB II LANDASAN TEORI

PERBEDAAN TINGKAT KESEPIAN BERDASARKAN STATUS PADA WANITA DEWASA AWAL. Dwi Rezka Kemala. Ira Puspitawati, SPsi, Msi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, pendidikan merupakan hal yang penting bagi

Lampiran 1. Hasil Validitas dan Reliabilitas

BAB III METODE PENELITIAN

Perkembangan Sepanjang Hayat

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN. A. Rancangan Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesuksesan, karena dengan kepercayaan diri yang baik seseorang akan mampu

BAB II LANDASAN TEORI. mau dan mampu mewujudkan kehendak/ keinginan dirinya yang terlihat

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan tonggak pembangunan sebuah bangsa. Kemajuan. dan kemunduran suatu bangsa dapat diukur melalui pendidikan yang

BAB III METODE PENELITIAN. kualitatif deskriptif, dengan tipe penelitian studi kasus (case studies).

1. PENDAHULUAN. kegiatan belajar mengajar di dalam kelas adalah sebuah proses dimana

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

Interpersonal Skills Communications

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik (Hurlock, 1980). bukan pula orang dewasa yang telah matang.

BABI PENDAHULUAN. Masa remaja adalah suatu masa dimana individu dalam proses. pertumbuhannya terutama fisik telah mencapai kematangan.

Interpersonal Communication Skill

BAB I PENDAHULUAN. mempelajari dan menjalani kehidupan. Era ini memiliki banyak tuntutantuntutan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pada bab 2 akan dibahas landasan teori dan variabel-variabel yang terkait

BAB I PENDAHULUAN. sesuatu yang sangat penting untuk meningkatkan kualitas kehidupan, terutama

BAB III METODE PENELITIAN. psikologis remaja yang mengalami hamil di luar nikah. Menurut Creswell

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Setiap hari, di seluruh dunia, jutaan orang harus bekerja atau sekolah.

TINJAUAN PUSTAKA. A. Hasil Belajar. Seluruh pengetahuan, keterampilan, kecakapan dan perilaku siswa

BAB I PENDAHULUAN. Dengan adanya perkembangan dunia yang semakin maju dan persaingan

diri yang memahami perannya dalam masyarakat. Mengenal lingkungan lingkungan budaya dengan nilai-nilai dan norma, maupun lingkungan fisik

DASAR-DASAR ANALISIS dan INTERPRETASI

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dan sistem informasi pada saat ini menempati

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dewasa ini pada akhirnya menuntut semakin

Transkripsi:

GAMBARAN KONSEP DIRI PADA PENGANGGURAN LULUSAN SARJANA Sabtiyo Retnaning Tyas Universitas Gunadarma Abstrak Sejak terjadinya krisis ekonomi dan moneter banyak perusahaan yang gulung tikar dan para pekerja yang di PHK. Banyak tenaga kerja terdidik dan tidak terdidik belum mendapat kerja. Menurut statistik tahunan Indonesia, prosentasi peningkatan pengangguran berpendidikan sarjana paling tinggi. Pengangguran adalah angkatan kerja yang tidak bekerja tetapi sedang mencari kerja atau orang yang full timer dalam mencari kerja. Menurut Rice (1990) situasi menganggur pada individu menyebabkan hilangnya harga diri. Bekerja memiliki pengaruh yang besar pada identitas diri (Feldman 1989). Identitas diri dan harga diri yang dimiliki individu akan mempengaruhi konsep diri individu. Konsep diri merupakan konsepsi mengenai diri sendiri, baik yang bersifat fisik, sosial maupun psikologis yang diperoleh melalui pengalaman individu dalam interaksinya dengan orang lain. Subyek dalam penelitian ini adalah Sarjana S1 yang telah lulus sekurangnya 9 bulan dengan usia minimal 23 tahun dan termasuk dalam pengangguran terbuka. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan tipe wawancara dengan pedoman umum dan observasi yang berdasarkan observasi non partisipan dan tak berstruktur. Kesimpulan dari hasil penelitian bahwa subyek lulusan sarjana yang menganggur ada yang memiliki kecenderungan konsep diri positif dan ada yang memiliki kecenderungan konsep diri negatif. Hal itu dipengaruhi oleh peran faktor keluarga, peran faktor sosial dan peran faktor belajar. Kata Kunci : Konsep Diri, Pengangguran dan Lulusan Sarjana Pendahuluan Dalam rentang kehidupan, individu berkembang dari masa kanakkanak yang sepenuhnya tergantung pada orangtua, ke masa remaja yang ditandai oleh pencarian identitas diri dan kemudian ke masa dewasa. Saat individu mencapai masa dewasa, ia diharapkan sudah mandiri, mendapat pekerjaan dan penghasilan sendiri. Sejak terjadinya krisis ekonomi dan moneter banyak perusahaan yang gulung tikar dan para pekerja yang di PHK. Sementara masih banyak tenaga kerja yang terdidik maupun yang tidak terdidik belum mendapat pekerjaan. Menurut statistik tahunan Indonesia (http://www.altavista.com/pengangguran -terdidik), peningkatan prosentase tingkat pengangguran berpendidikan sarjana adalah paling tinggi. Dari data tersebut dapat dikatakan bahwa gelar sarjana tidak menjamin individu untuk cepat mendapat pekerjaan yang diinginkan dengan penghasilan yang didambakan. Saat individu meraih gelar kesarjanaan, individu sedang berada pada tahap kehidupan dewasa awal. Tahap ini merupakan tahap dimana individu dapat memilih cara hidup

sendiri dan mencari gaya hidup di luar keluarga. Saat usia dewasa awal, individu diharapkan sudah memiliki pilihan pekerjaan tertentu. Namun adanya tekanan dari lingkungan dan kompleksitas lingkungan pekerjaan membuat pemilihan dan pemerolehan pekerjaan menjadi sulit. Sulitnya memperoleh pekerjaan membuat individu sarjana menjadi pengangguran, sehingga tidak dapat memenuhi tugas perkembangan dalam tahap kehidupannya yaitu memiliki pekerjaan dan menaiki jenjang karir dalam suatu pekerjaan. Dalam studi ketenagakerjaan (BPS 1999), pengangguran adalah angkatan kerja yang tidak bekerja tetapi sedang mencari pekerjaan atau orang yang full timer dalam mencari pekerjaan. Bekerja memiliki pengaruh yang besar pada identitas diri dan persepsi diri serta harga diri individu (Feldman 1989). Tidak adanya pekerjaan membuat individu kehilangan identitas diri. Pekerjaan memberikan kepada individu suatu seting sosial tertentu dan juga identitas didalam lingkungan sosial yang lebih luas. Karena merasa tidak yakin dengan identitasnya di masyarakat, individu yang menganggur cenderung untuk menghindari aktifitas sosial. Hal ini dilakukan bukan karena situasi finansial yang tidak mendukung tetapi juga karena adanya perasaan ketidakmampuan yang subyektif. Perasaan ketidakmampuan yang subyektif ini berupa perasaan bahwa ia bukan sepenuhnya anggota masyarakat dimana tempat terjadinya kehidupan sosial sehari-hari (Jahoda dalam Glyptis 1989). Individu yang menganggur tidak hanya merasa berbeda dan tidak berguna. Seringkali mereka merasa menyimpang dan malu karena menganggur. Banyak penelitian telah menemukan bahwa pengangguran berhubungan dengan perasaan tidak mampu dan hilangnya kepercayaan terhadap diri sendiri (Bahke dkk dalam Glyptis 1989). Menurut Rice (1990), adanya pengangguran memberi andil dalam meningkatnya kejahatan, penggunaan obat terlarang, gangguan dalam masyarakat dan kurangnya pendapatan untuk keluarga miskin. Selain itu, konsekuensi dari situasi mengganggu tersebut adalah hilangnya harga diri. Identitas diri dan harga diri yang dimiliki individu akan mempengaruhi konsep diri individu. Menurut Atkinson (dalam Muntholiah 2002), konsep diri adalah gabungan pikiran, perasaan dan sikap seseorang terhadap diri mereka sendiri. Individu yang memiliki konsep diri yang kuat, maka memiliki harga diri yang tinggi dimana individu berada dalam standar dan harapan yang ditentukan bagi dirinya sendiri, menyukai siapa dirinya, apa yang dikerjakan dan apa tujuannya (Coulhoun 1995). Menurut Mead (dalam Ritandiyono dan Retnaningsih 1996), banyak faktor yang mempengaruhi konsep diri individu yaitu : peran keluarga, peranan faktor sosial dan faktor belajar. Menurut Rosenberg (dalam Ritandiyono dan Retnaningsih 1996), perkembangan konsep diri tidak terlepas dari pengaruh status sosial, agama dan ras. Konsep diri juga produk dari belajar. Menurut Hilgar dan Bower (dalam Ritandiyono dan Retnaningsih 1996), belajar disini diartikan sebagai perubahan psikologis yang bersifat relatif permanen yang terjadi sebagai konskuensi dari pengalaman. Seorang penganggur akan memunculkan reaksi yang berbeda-beda terhadap kondisinya, seiring dengan lamanya masa menganggur yang telah

dialami. Keadaan menganggur bagi lulusan sarjana bisa menyebabkan efek negatif. Menurut Powel (1984) hal ini disebabkan individu yang menganggur tidak dapat memenuhi : pertama self preservation yaitu bekerja untuk adanya penghargaan dan terakhir competence yaitu kemampuan individu untuk mewujudkan sesuatu. Selain itu individu yang menganggur lebih dari 6 bulan akan memiliki perasaan tidak berdaya dan putus asa. Tidak bekerja membuat individu kehilangan identitas diri dan harga diri sehingga membuat konsep diri yang negatif Tinjauan Pustaka Konsep diri merupakan gabungan beberapa pikiran, perasaan, dan sikap terhadap pengetahuan, keyakinan dan gambaran yang dimiliki individu tentang karakteristik dirinya sendiri baik yang bersifat fisik, sosial maupun psikologis yang diperoleh melalui interaksinya dengan orang lain. Menurut Coulhoun (1995), konsep diri memiliki tiga dimensi yaitu pengetahuan tentang diri sendiri (mengacu pada apa yang kita ketahui tentang diri kita berhubungan dengan hal-hal yang bersifat dasar), harapan terhadap diri sendiri (diri ideal), dan evaluasi diri (harga diri / self esteem). Konsep diri ada dua macam yaitu konsep diri positif dan konsep diri negatif. Menurut Brook (dalam Muntholiah 2002), ciri-ciri orang yang memiliki konsep diri negatif adalah peka terhadap kritik, sangat responsif terhadap pujian walaupun ia mungkin berpura-pura menghindari pujian, sikap hiperkritis, cenderung merasa tidak disenangi orang lain, dan bersikap pesimis terhadap kompetisi. Sementara ciri orang yang memiliki konsep diri negatif adalah yakin akan memenuhi kebutuhan sehari-harinya, kedua social bonding yang berkaitan dengan hubungan individu dengan lingkungan dan masyarakat, ketiga appreciation yaitu kebutuhan akan kemampuannya mengatasi masalah, merasa setara dengan orang lain, menerima tanpa rasa malu, menyadari bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan, keinginan dan perilaku yang tidak dapat seluruhnya disetujui masyarakat, mampu memperbaiki dirinya karena ia sanggup mengungkapkan kepribadian yang tidak disenanginya dan berusaha mengubahnya. Menurut Hurlock (dalam Tasli 1997), komponen konsep diri terdiri dari: komponen perceptual, yaitu gambaran yang dimiliki individu mengenai penampilan fisiknya serta kesan yang dibentuknya terhadap orang lain. Komponen konseptual, yaitu konsep yang dimiliki individu mengenai karakteristik dirinya, kemampuan yang dimiliki dan pengalaman serta gambaran masa depannya yang didalamnya termasuk kualitas penyesuaian diri dan kemandirian. Komponen sikap, yaitu perasaan yang dimiliki individu mengenai dirinya sendiri, sikap terhadap statusnya, masa depannya, harga dirinya, kepuasannya, keyakinan dirinya, nilainilai, aspirasi dan keterikatan dirinya. Sementara banyak faktor yang mempengaruhi konsep diri yaitu peran keluarga (peran orang tua, kondisi keluarga, perilaku anggota keluarga dan tuntutan keluarga), peranan faktor sosial (interaksi dengan orang disekitar, status sosial, agama dan ras) dan faktor belajar (terjadi setiap hari dan umumnya tidak disadari oleh individu). Pengangguran adalah angkatan kerja yang tidak bekerja tetapi sedang

mencari pekerjaan atau yang bekerja dengan jumlah jam kerja dibawah jam kerja normal atau yang bekerja memenuhi jam kerja normal, namun ia bekerja pada jabatan atau posisi yang sebetulnya membutuhkan kualifikasi atau kapasitas dibawah yang ia miliki atau yang bekerja yang memenuhi jam kerja normal dengan kapasitas kerja normal, namun menghasilkan output yang rendah yang disebabkan oleh faktor faktor organisasi, teknis dan ketidakcukupan lain pada tempat atau perusahaan dimana ia bekerja. Menurut hasil penelitian Powell (dalam Dianasari 1996), ada empat tahap yang dialami seseorang sebagai reaksi dari keadaan menganggur yaitu : Periode relaksasi dan pelepasan emosi (3-4 minggu), periode konsentrasi pada usaha (sampai 3 bulan), periode bimbang dan ragu (3-6 bulan) dan periode tidak enak badan (malaise) dan sinisme (setelah 6 bulan menganggur) Sedangkan menurut Powell (dalam Dianasari 1996), ada 4 kebutuhan dasar yang dapat dipenuhi dengan bekerja. Kebutuhan dasar tersebut adalah : Self Preservation (setiap manusia harus dapat memenuhi kebutuhannya sendiri), Social Bonding (bekerja menghubungkan individu dengan lingkungan dan masyarakat), Appreciation (pekerjaan yang dimiliki membuat kebutuhan akan adanya penghargaan dapat terpenuhi), dan Competence (setiap individu memiliki keinginan untuk mampu melakukan sesuatu). Pertanyaan Penelitian Bagaimana gambaran konsep diri pada pengangguran lulusan sarjana dan faktor-faktor apakah yang menyebabkan konsep diri tersebut terjadi? Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, data yang muncul dalam penelitian kualitatif berwujud kata-kata dan bukan rangkaian angka (Miles dan Huberman, 1992). Fokus penelitian ini adalah gambaran konsep diri pada pengangguran lulusan sarjana dan faktor-faktor apakah yang menyebabkan konsep diri terjadi pada individu. Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah Sarjana S1 yang berusia minimal 23 tahun, yang telah lulus sekurangnya 9 bulan dan termasuk dalam para pengangguran terbuka Penelitian ini menggunakan metodemetode pengumpulan data yaitu wawancara dengan pedoman umum dan observasi yang berdasarkan observasi non partisipan dan tak berstruktur. Yaitu dimana pengamat berada diluar subjek yang diteliti dan tidak ikut dalam kegiatan-kegiatan yang mereka lakukan dan dalam melaksanakan observasinya melakukan pengamatan secara bebas. Kredibilitas seringdigunakan dalam penelitian kualitatif yang digunakan untuk mengganti konsep validitas. Kredibilitas studi kualitatif terletak pada keberhasilan mencapai maksud untuk mengeksplorasi masalah atau mendeskripsikan setting, proses, kelompok sosial ataupola interaksi yang kompleks (poerwandari 1998). Keabsahan penelitian menggunakan keabsahan internal yang mengacu pada seberapa jauh kesimpulan hasil penelitian menggambarkan keadaan yang sesungguhnya dan keabsahan konstruk berkaitan dengan suatu kepastian bahwa yang terukur benarbenar merupakan variabel yang ingin di ukur dengan menggunakan trianggulasi data. Menurut Poerwandari (1998),

analisis data dimulai dengan mengorganisasikan data. Selanjutnya coding yaitu Pertama, peneliti menyusun transkrip verbatim (kata demi kata) atau catatan lapangannya sedemikian rupa sehingga ada kolom kosong yang cukup besar di sebelah kanan dan kiri transkrip. Hal ini akan memudahkan membubuhkan kode-kode atau catatancatatan tertentu diatas transkrip tersebut. Kedua, peneliti secara urut dan kontinyu melakukan penomoran pada baris-baris transkrip atau catatan lapangan tersebut. Ketiga, peneliti memberikan nama untuk masing-masing berkas dengan kodekode tertentu. Kode yang dipilih haruslah kode yang mudah diingat dan dianggap paling tepat mewakili berkas tersebut. Setiap berkas dibubuhkan tanggal. Setelah langkah-langkah tersebut, peneliti membaca transkrip berulang-ulang untuk mendapat pemahaman tentang kasus atau masalah. Kemudian peneliti dapat menyusun master berisikan daftar tema-tema dan kategori-kategori yang telah disusun sehingga menampilkan pola hubungan antar kategori. Hasil penelitian 1. Dimensi Konsep Diri a. Pengetahuan tentang Diri Sendiri Adanya perasaan bangga pada subjek karena telah lulus dari perguruan tinggi dengan jurusan yang telah diambilnya, memiliki banyak keahlian yang sering dibutuhkan dalam suatu perusahaan. subjek merasa menjadi tumpuan dan harapan bagi keluarganya dan merasa dipercaya sebagai pengganti peran ayahnya. b. Harapan terhadap Diri Sendiri Subjekmengharapkan untuk mendapatkan pekerjaan, dapat membantu keuangan keluarganya dan dapat menjadi orang yang sukses dan berguna. c. Evaluasi Diri Ada subjek yang merasa gambaran tentang dirinya dengan seharusnya menjadi sangat berbeda. Hal ini dikarenakan kebanggaan yang mereka miliki seharusnya bisa mencapai harapan yang mereka inginkan, yaitu memiliki keahlian yang biasanya sangat diperlukan dalam suatu perusahaan. Akan tetapi hal itu tidak sesuai dengan kenyataan, mereka tidak mendapatkan pekerjaan yang diinginkan. Tetapi ada juga subjek yang merasa walaupun belum memperoleh pekerjaan, tetapi baginya ia mampu menjadi orang yang berguna. Sehingga subjek berada dalam standar dan harapan yang telah ditentukannya. 2. Konsep Diri Positif a. Yakin akan Kemampuannya Mengatasi Masalah Subjek memiliki keyakinan bahwa setiap masalah dapat diatasi dan pasti ada jalan pemecahannya, walaupun pernyataan setiap subjek mengenai keyakinannya mengatasi masalah berbeda. b. Merasa Setara Dengan Orang Lain Ada subjek yang merasa tidak setara dengan orang lain. Subjek menganggap orang lain lebih pandai, lebih beruntung, merasa minder dan tertinggal dari orang lain. Ada juga subjek yang merasa setara dengan orang lain. Baginya orang lain adalah relasi untuk teman baru, lingkungan baru dan kekuatan bagi dirinya yang bisa saling memanfaatkan.

c. Menerima Tanpa Rasa Malu Subjek mengakui merasa malu jika mengalami kegagalan dan malu jika melakukan kesalahan. Tetapi ada perbedaan pernyataan dari setiap subjek. Ada subjek yang merasa malu ketika telah melakukan kesalah tetapi ia mau mengakui kesalahannya tersebut. Tetapi ada juga subjek yang selain merasa malu telah melakukan kesalahan, mereka juga merasa malu untuk mengakui kesalahannya. Biasanya mereka hanya berusaha untuk tidak mengulangi kesalahannya tersebut. d. Menyadari Bahwa Setiap Orang Mempunyai Berbagai Perasaan, Keinginan dan Perilaku yang Tidak Dapat Seluruhnya Disetujui Masyarakat Subjek menyadari bahwa setiap orang memiliki berbagai perasaan, keinginan dan perilaku yang tidak dapat seluruhnya disetujui oleh masyarakat. subjek sadar masyarakat berhak menentukan yang terbaik dan mereka mau menerima semua keputusan yang telah ditetapkan oleh orang lain tanpa memaksakan kehendak. e. Mampu Memperbaiki Dirinya Karena Ia Sanggup Mengungkapkan Kepribadian yang Tidak Disenanginya dan Berusaha Mengubahnya. Subjek mampu mengungkapkan kepribadian yang tidak mereka senangi, tetapi tidak semua subjek mampu untuk merubah dan memperbaiki dirinya. Konsep Diri Negatif a. Peka Terhadap Kritik Ada subjek yang cenderung mau menerima kritik yang ditujukan kepadanya. Dimana subjek berusaha mendengarkan, menampung dan menganalisa kritik yang diterimanya. Baginya kritik dapat dijadikan sebagai bahan untuk pengembangan diri, kritik adalah pendapat dari orang lain yang tidak sependapat dengan dirinya. Sementara ada subjek yang cenderung menyeleksi kritik yang diberikan kepadanya. Jika yang memberikan kritik dari orang yang dikenalnya, ia mau menerima. Akan tetapi jika kritik dari orang yang tidak dikenalnya, ia menganggap kritik tersebut adalah kritikan yang sembarangan. b. Sangat Responsif Terhadap Pujian Ada subjek yang merasa senang ketika mendapatkan pujian, bagi mereka mendapat pujian berarti mereka telah memperoleh penghargaan dan perhatian dari orang lain. Tetapi ada juga subjek yang merasa biasa saja ketika mendapatkan pujian. Baginya pujian merupakan senjata makan tuan, dimana orang yang diberikan pujian akan merasa besar kepala dan akhirnya apa yang dikerjakan tidak maksimal karena merasa sudah membuat orang lain bangga. c. Sikap Hiperkritis Terhadap Orang Lain Ada subjek yang cenderung bersikap hiperkritis, dimana ia tidak sanggup mengungkapkan kelebihan yang dimiliki oleh orang lain. Baginya sesuatu bisa dikatakan kelebihan tergantung orang lain yang menanggapinya. Selain itu ia cenderung suka mengeluh, akan tetapi bukan seorang yang suka mencela atau meremehkan orang lain. Tetapi

ada juga subjek yang memandang kelebihan orang lain sesuatu yang patut dipuji dan dihargai. Mereka menganggap kelebihan orang lain dapat di contoh dan mereka bisa belajar tentang kelebihan tersebut. d. Cenderung Merasa Tidak Disenangi dan Tidak Diperhatikan Orang Lain Ada subjek yang cenderung merasa tidak diperhatikan oleh teman-temannya, tetapi mereka tidak menganggap musuh temantemannya tersebut. Tetapi ada juga subjek yang merasa dapat bergaul dalam segala umur dan menganggap setiap orang dapat dijadikan teman. Kalaupun ada percekcokan itu karena mereka sedang tidak sejalan dengan dirinya. e. Bersikap Pesimis Terhadap Kompetisi Ada subjek yang kurang antusias terhadap kompetisi, baginya kemampuan yang dimilikinya belum pantas untuk dikompetisikan dan kompetisi diperuntukkan bagi orang-orang yang memiliki kemampuan yang bagus. Jika tidak memiliki kemampuan yang bagus, tidak patut untuk dikompetisikan dan ia merasa kemampuan yang dimilikinya tidak perlu dikompetisikan karena malu jika harus dinilai oleh orang lain. Tetapi ada juga subjek yang menganggap kompetisi dalam berprestasi sangatlah penting, karena dengan kompetisi dapat mengembangkan diri dan dapat mengetahui kemampuan dalam diri. 3. Reaksi Terhadap Keadaan Menganggur Reaksi subjek ketika mereka lulus adalah merasa senang. Setelah menganggur selama tiga bulan, reaksi subjek yaitu ada yang merasa jenuh tetapi tetap aktif dan giat mencari kerja. Sementara ada juga yang merasa biasa saja, karena hal itu masih dianggap normal. Ketika menganggur selama enam bulan, reaksi subjek adalah merasa kecewa, cemas dan putus asa. Keadaan seperti itu dikarenakan usahanya untuk mendapatkan pekerjaan tidak berhasil. 4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri a. Peran Keluarga Subjek diharapkan dapat menjadi tumpuan bagi keluarganya dan mereka merasa belum mampu memenuhi tuntutan tersebut karena belum mendapatkan pekerjaan. Ada subjek yang merasa kurang diperhatikan oleh keluarga, mendapat teguran dari keluarga karena sebagai pengangguran. Tetapi ada juga subjek yang merasakan adanya toleransi dalam keluarga dan mempunyai seorang ibu yang penuh perhatian. b. Peranan Faktor Sosial Ada subjek yang merasa kurang diperhatikan oleh teman-temannya, tetapi ada subjek yang merasa dapat bergaul dalam segala umur dan menganggap setiap orang dapat dijadikan teman. Selain itu, ada subjek yang termasuk dalam status sosial rendah dimana ia berperan sebagai pengangguran dalam lingkungannya. Tetapi ada subjek yang termasuk dalam status sosial tinggi dan memiliki

pendidikan agama yang cukup karena ia lulusan dari pondok pesantren. c. Peranan Faktor Belajar Setiap subjek belajar dari pengalaman dalam hal melamar pekerjaan. Subjek berulangkali melamar pekerjaan dan selalu mengalami kegagalan. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat ditarik simpulan bahwa subjek lulusan sarjana yang menganggur, ada yang memiliki kecenderungan konsep diri negatif dan ada juga yang memiliki kecenderungan konsep diri positif. Konsep diri yang negatif dan konsep diri yang positif pada subjek tersebut disebabkan oleh beberapa faktor yaitu : peran faktor keluarga, peran faktor sosial dan peran faktor belajar. Pada subjek yang memiliki kecenderungan konsep diri negatif, faktor keluarga meliputi : adanya tuntutan orangtua terhadap subjek, dimana subjek merasa belum bisa memenuhi tuntutan orangtua dan adanya persaingan antara saudara untuk merebut perhatian orangtua. Sedangkan yang berhubungan dengan peran faktor sosial yaitu : kurangnya penerimaan diri individu dalam kelompok. Untuk peran faktor belajar, subjek merasa selalu gagal setiap melamar pekerjaan. Selain itu subjek yang memiliki kecenderungan konsep diri negatif merasa tidak setara dengan orang lain, menerima dengan rasa malu, kurang mampu memperbaiki dirinya, sangat responsif terhadap pujian, cenderung merasa tidak disenangi dan bersikap pesimis terhadap kompetisi. Sementara subjek yang memiliki kecenderungan konsep diri positif, pada faktor keluarga dipengaruhi oleh adanya perasaan dihormati, diterima dan disenangi keluarga, sikap ibu yang penuh pengertian dan adanya toleransi dalam keluarga. Sedangkan dari faktor sosial, subjek berasal dari faktor sosial menengah keatas dan barasal dari lingkungan yang religius. Selain itu subjek yang memiliki kecenderungan konsep diri positif merasa yakin akan kemampuannya mengatasi masalah, merasa setara dengan orang lain, menyadari setiap orang mempunyai berbagai perasaan, keinginan dan perilaku yang tidak seluruhnya disetujui masyarakat, mampu memperbaiki diri, tidak terlalu responsif terhadap pujian, tidak hiperkritis terhadap orang lain, merasa disenangi orang lain dan bersikap optimis terhadap kompetisi. Tetapi pada subjek baik yang memiliki kecenderungan konsep diri negatif maupun yang memiliki kecenderungan konsep diri positif terdapat kesamaan yaitu menerima dengan rasa malu terhadap sesuatu yang dialaminya. Saran Berikut ini adalah saran-saran yang dapat diterapkan bagi para pengangguran lulusan sarjana, bagi para orangtua dan bagi para peneliti selanjutnya, antara lain: 1. Kepada para subjek yang memiliki kecenderungan konsep diri negatif, diharapkan dapat memperbaiki beberapa hal mengenai konsep diri negatif yang mereka miliki menjadi konsep diri yang positif, seperti mencoba mengubah perasaan tidak setara dengan orang lain, berusaha menghilangkan perasaan malu, mencoba memperbaiki diri, tidak terlalu responsif terhadap pujian, mencoba menghilangkan perasaan tidak disenangi orang lain dan bersikap pesimis terhadap kompetisi.

Sementara untuk subjek yang memilki kecenderungan konsep diri positif, disarankan dapat menyusun strategi apa yang dapat dilakukannya untuk mendapat pekerjaan. 2. Kepada para orangtua, disarankan untuk tidak terlalu banyak menuntut atau berharap banyak terhadap anaknya, agar anak tidak terlalu terbebani oleh tuntutan orangtua. Dengan cara menanamkan sikap toleransi, menghormati, menerima dan menyenangi, juga sikap penuh perhatian terhadap anak, sehingga anak merasa percaya diri. 3.Untuk peneliti selanjutnya, dapat melakukan penelitian terhadap pengangguran lulusan sarjana yang mampu memiliki konsep diri positif, untuk melihat tindakan dan langkah apa saja yang dilakukannya sehingga mampu memiliki konsep diri positif, agar memperoleh gambaran bagi lulusan sarjana lain yang memiliki permasalahan yang sama. Penerjemah : Rohidi Tj. R. Jakarta : Universitas Indonesia. Muntholiah. 2002. Konsep Diri Positif Penunjang Prestasi PAI (Pendidikan Agama Islam). Semarang : Gunung Jati. Poerwandari, E.K. 1998. Pendekatan Kualitatif Dalam Penelitian Psikologi. Depok : LPSP3 Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Ritandiyono & Retnaningsih. 1996. Aktualisasi Diri. Depok : Universitas Gunadarma. Rice, P. F. 1990. The Adolescent : Development, Relationships and Culture. 6 th Edition. Boston : Allyn And Bacon. Tasli. 1997. Konsep Diri Mahasiswa, Sikap Mahasiswa Terhadap Mata Kuliah dan Hubungan Dengan Prestasi Belajar Mata Kuliah Tersebut. Tesis. Depok : Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. http://www.altavista.com/penganggura n -Terdidik. Daftar Pustaka BAPPENAS dengan Lembaga Penelitian. 1999. Penyusunan peta Pengangguran Menurut Kabupaten/Kotamadya di Indonesia. Jakarta : Badan Pusat Statistik. Coulhoun, J. F. & Acocella, J. R. 1995. Psikologi Tentang Penyesuaian dan Hubungan Kemanusiaan. Alih Bahasa : Satmoko, R. S. Semarang : IKIP Semarang. Felman, R. 1989. Adjustment : Applying Psychology in The Complex Word. New York : Mac Graw-Hill. Glyptis, S. 1989. Leisure and Umemployment. Philadhelpia : Open University Press. Miles, M.M. & Huberman A.M. 1992. Analisis Data Kualitatif.

This document was created with Win2PDF available at http://www.daneprairie.com. The unregistered version of Win2PDF is for evaluation or non-commercial use only.