BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek penelitian ini adalah bagian daun tumbuhan suren (Toona sinensis

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah daun pohon suren (Toona sinensis

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah daging buah paria (Momordica charantia

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang diperoleh dari daerah Soreang dan Sumedang. Tempat penelitian menggunakan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan penelitian ini adalah daun M. australis (hasil

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. polyanthum) asal NTB. Untuk memastikan identitas dari tanaman salam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel dari penelitian ini adalah daun murbei (Morus australis Poir) yang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah daging buah paria (Momordica

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun Artocarpus

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah biji paria (Momordica charantia)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo,

Bab III Metodologi Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan sampel bertempat di daerah Cihideung Lembang Kab

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian. Lokasi pengambilan sampel bertempat di sepanjang jalan Lembang-

BAB III METODE PENELITIAN Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Material Jurusan Pendidikan

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April Januari 2013, bertempat di

3 Metodologi Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia dan Laboratorium Kimia Instrumen

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. dengan tempat penelitian sebagai berikut :

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini, diantaranya: set alat destilasi,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari sampai dengan Juli 2014,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 Juli 2015, bertempat di

BAB III. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia,

3 Percobaan dan Hasil

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Agustus April 2013, bertempat di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari sampai Juni 2010 di Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tumbuhan yang akan diteliti dideterminasi di Jurusan Pendidikan Biologi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia,

IDENTIFIKASI GOLONGAN SENYAWA ANTRAQUINON PADA FRAKSI KLOROFORM AKAR KAYU MENGKUDU ( Morinda Citrifolia, L) ABSTRAK

III. BAHAN DAN METODA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

III. METODE PENELITIAN di Laboratorium Biomassa Terpadu Universitas Lampung.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan September 2015 di

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV PROSEDUR PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan dari bulan Agustus 2009 sampai dengan bulan

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Maret sampai dengan Juni 2010 di

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Prosedur Penelitian

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel Akar tumbuhan akar wangi sebanyak 3 kg yang dibeli dari pasar

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilakukan pada bulan Maret Juli 2014, bertempat di

BAB III METODE PENELITIAN. di Laboratorium Kimia Riset Makanan dan Laboratorium Kimia Analitik

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II METODE PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar air = Ekstraksi

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. November Pengambilan sampel Phaeoceros laevis (L.) Prosk.

BAB III METODE PENELITIAN. Neraca analitik, tabung maserasi, rotary evaporator, water bath,

BAB III PERCOBAAN DAN HASIL

HASIL DAN PEMBAHASAN Penetapan Kadar Air Hasil Ekstraksi Daun dan Buah Takokak

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan Tanaman Uji Serangga Uji Uji Proksimat

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei-Desember 2013, bertempat di

HASIL DAN PEMBAHASAN Persiapan dan Ekstraksi Sampel Uji Aktivitas dan Pemilihan Ekstrak Terbaik Buah Andaliman

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli-Desember 2014, bertempat di

BAB III METODE PENELITIAN

LEMBAR PENGESAHAN. Jurnal yang berjudul Isolasi dan Identifikasi Senyawa Flavonoid dalam Daun Tembelekan. Oleh Darmawati M. Nurung NIM:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Serbuk halus daun tumbuhan jeringau sebanyak 400 g diekstraksi dengan

3 Percobaan. Garis Besar Pengerjaan

BAB III METODE PENELITIAN. pendahuluan berupa uji warna untuk mengetahui golongan senyawa metabolit

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Alat dan Bahan Prosedur Penelitian

Lampiran 1. Identifikasi tumbuhan.

HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pemeriksaan kandungan kimia kulit batang asam kandis ( Garcinia cowa. steroid, saponin, dan fenolik.(lampiran 1, Hal.

Lampiran 1. Surat Identifikasi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Pusat Penelitian dan Pengembangan Biologi-Bogor.

BAHAN DAN METODE. Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN. 5.1 Penyiapan Bahan Hasil determinasi tumbuhan yang telah dilakukan di UPT Balai

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Dari penelitian ini telah berhasil diisolasi senyawa flavonoid murni dari kayu akar

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 3 PERCOBAAN 3.1 Bahan 3.2 Alat 3.3 Penyiapan Simplisia 3.4 Karakterisasi Simplisia

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Dari 100 kg sampel kulit kacang tanah yang dimaserasi dengan 420 L

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. - Beaker glass 1000 ml Pyrex. - Erlenmeyer 1000 ml Pyrex. - Labu didih 1000 ml Buchi. - Labu rotap 1000 ml Buchi

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Hasil pemeriksaan ciri makroskopik rambut jagung adalah seperti yang terdapat pada Gambar 4.1.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 14. Hasil Uji Alkaloid dengan Pereaksi Meyer; a) Akar, b) Batang, c) Kulit batang, d) Daun

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Determinasi Tanaman. acuan Flora of Java: Spermatophytes only Volume 2 karangan Backer dan Van

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat

BAB III METODA PENELITIAN. Secara umum, proses penelitian ini terdiri dari tiga tahap. Tahap pertama

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Isolasi dan Identifikasi Senyawa Metabolit Sekunder pada Ekstrak Metanol Tumbuhan Suruhan

BAB 3 PERCOBAAN 3.1 Bahan 3.2 Alat 3.3 Penyiapan Serbuk Simplisia Pengumpulan Bahan Determinasi Tanaman

HASIL DA PEMBAHASA. Kadar Air

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah kentang merah dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Noda tidak naik Minyak 35 - Noda tidak naik Minyak 39 - Noda tidak naik Minyak 43

BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi:

29 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek dan Lokasi Penelitian Objek penelitian ini adalah bagian daun tumbuhan suren (Toona sinensis Roem.). Determinasi tumbuhan ini dilakukan di Laboratorium Struktur Tumbuhan Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Riset serta Laboratorium Kimia Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia. 3.2 Alat dan Bahan 3.2.1 Alat Alat yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari alat gelas standar kimia organik, set alat destilasi bertingkat, vacuum rotary evaporator, pompa vakum, plat kromatografi lempang tipis (KLT), set alat kromatografi cair vakum (KCV), set alat kromatografi flash, UV box, spektrofotometer UV-Vis 1240 merk Shimadzu, spektrofotometer FTIR 8400 merk Shimadzu, spektrometer 1 H-NMR merk JASCO (Delta2_NMR 500 MHz), dan set alat uji hayati yaitu hand sprayer volume 10 ml dan kandang berukuran 20x20 cm. 3.2.2 Bahan Bahan utama yang digunakan pada penelitian ini adalah daun tumbuhan suren (Toona sinensis Roem.) sebanyak 5 kg. Preparasi daun suren meliputi pembersihan, pengeringan, dan penggilingan.

30 Bahan kimia yang digunakan terbagi atas tiga kelompok. Bahan kimia pertama yang digunakan untuk mengisolasi senyawa mayor yaitu metanol, heksan, diklorometan, etil asetat, aseton, etanol p.a., kloroform p.a., KI, HgCl, HCl, serbuk Mg, CH 3 COOH glasial, H 2 SO 4, FeCl 3 p.a., NaOH p.a., aquades, Silica gel Merck 60 GF 254 for TLC, Silica gel 60 230-400 mesh for CC. Bahan kedua untuk uji aktivitas pestisida yaitu deterjen (emulsifier). Bahan kimia yang ketiga yang digunakan untuk determinasi/penentuan struktur senyawa mayor yaitu metanol terdeteurisasi (CD 3 OD). 3.3 Bagan Alir Penelitian Isolasi senyawa metabolit sekunder fraksi etil asetat daun tumbuhan suren (Toona sinensis Roem.) dan uji aktivitas pestisidanya terhadap hewan uji lalat buah (Bactrocera dorsalis Hend.) dilakukan melalui beberapa tahap. Secara garis besar, tahapan tersebut diperlihatkan oleh gambar berikut. Preparasi Bahan Uji Pendahuluan Uji Aktivitas Pestisida Ekstraksi Fraksinasi Pemurnian Uji Aktivitas Pestisida Karakterisasi Senyawa dengan Spektrometri UV,IR dan 1 H-NMR Gambar 3.1 Bagan Alir Penelitian Secara Umum

31 3.3.1 Uji Pendahuluan Uji pendahuluan dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui golongan senyawa metabolit sekunder yang terkandung dalam ekstrak metanol-air, fraksi heksan, fraksi diklorometan, dan fraksi etil asetat daun tumbuhan suren (Toona sinensis Roem.), serta aktivitas pestisida dari masing-masing fraksi terhadap hewan uji lalat buah (Bactrocera dorsalis Hend.). 20 g serbuk kering daun suren (Toona sinensis Roem.) - Maserasi dengan pelarut metanol selama 3x24 jam - Evaporasi dan pemisahan klorofil dengan penambahan air Ekstrak kental metanol-air Uji Warna dan Uji Hayati - Fraksinasi dengan pelarut heksan Fraksi Heksan Residu metanol-air - Fraksinasi dengan pelarut diklorometan Uji Warna dan Uji Hayati Fraksi Diklorometan Residu metanol-air - Fraksinasi dengan pelarut etil asetat Uji Warna dan Uji Hayati Fraksi Etil Asetat Residu metanol-air Uji Warna dan Uji Hayati Gambar 3.2 Bagan Alir Uji Pendahuluan

32 3.3.2 Ekstraksi Tahapan ekstraksi bertujuan untuk melarutkan semua senyawa metabolit sekunder yang terkandung dalam daun tumbuhan suren. Bagan alir proses ekstraksi ditunjukkan pada gambar 3.3. 5 kg serbuk kering daun suren (Toona sinensis Roem.) - Maserasi dengan pelarut metanol selama 3x24 jam - Evaporasi dan pemisahan klorofil dengan penambahan air Ekstrak kental metanol-air - Fraksinasi dengan pelarut heksan sebanyak 3 x 1,5 L Fraksi Heksan Residu metanol-air - Fraksinasi dengan pelarut diklorometan sebanyak 3 x 1,5 L Fraksi Diklorometan Residu metanol-air - Fraksinasi dengan pelarut etil asetat sebanyak 3 x 1,5 L Fraksi Etil Asetat Residu metanol-air - Evaporasi Fraksi Etil Asetat Pekat Gambar 3.3 Bagan Alir Proses Ekstraksi

33 3.3.3 Pemurnian, Karakterisasi Senyawa, dan Uji Aktivitas Pestisida Fraksi etil asetat yang telah dipekatkan dengan cara evaporasi selanjutnya dimurnikan dengan kromatografi cair vakum (KCV) dan kromatografi flash, kemudian dilakukan analisis kemurnian dengan KLT, karakterisasi senyawa dengan spektrometri UV, IR, dan 1 H-NMR serta uji aktivitas pestisida senyawa murni. Bagan alir proses pemurnian ditunjukkan pada gambar 3.4. 10,0 g Fraksi etil asetat pekat KCV dengan eluen heksan:etil asetat 6:4; 4:6; 3:7; 2:8; 1:9; etil asetat 100%; dan etil asetat:metanol 8:2 22 Fraksi Digabung berdasarkan Rf yang sama A B C D E KF dengan eluen heksan:etil asetat 6:4 55 Fraksi Digabung berdasarkan Rf yang sama C 1 C 2 C 3 C 4 C 5 C 6 C 7 - Uji kemurnian dengan KLT - Uji warna - Karakterisasi dengan UV, FTIR, dan 1 H NMR - Uji hayati C 4 teruji Gambar 3.4 Bagan Alir Proses Pemurnian Fraksi Etil Asetat

34 3.4 Cara Kerja 3.4.1 Preparasi Sampel Sampel yang berupa daun tumbuhan suren (Toona sinensis Roem.) diperoleh dari daerah Garut, Jawa Barat. Setelah itu, dilakukan determinasi untuk menentukan spesies di Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI. Sebelum digunakan dalam penelitian, daun suren tersebut dipisahkan terlebih dahulu dari rantingnya. Setelah itu dilakukan pengeringan dengan cara diangin-anginkan selama beberapa minggu dan kemudian dihaluskan dengan mesin penggiling sampai berbentuk serbuk. Proses penggilingan ini dilakukan di Balai Besar Pulp dan Kertas Bandung. 3.4.2 Uji Pendahuluan Uji pendahuluan dimaksudkan untuk mengetahui golongan senyawa metabolit sekunder yang terkandung dalam ekstrak metanol-air serta fraksi heksan, diklorometan, dan etil asetat. Uji pendahuluan ini meliputi uji warna dan uji hayati. Sampel daun suren berupa serbuk ditimbang sebanyak 20 gram dan kemudian dilakukan maserasi dengan pelarut metanol selama 3 x 24 jam @ 100 ml. Ekstrak hasil maserasi kemudian dievaporasi dan dilakukan pemisahan dari klorofil dengan penambahan air. Ekstrak metanol-air tersebut kemudian difraksinasi berturut-turut dengan pelarut heksan, diklorometan, dan etil asetat. Setelah itu, terhadap masing-masing fraksi sampel dilakukan uji warna. Menurut Lenny

35 (2006), uji warna untuk setiap golongan senyawa metabolit sekunder adalah sebagai berikut. 1. Pemeriksaan Alkaloid Senyawa alkaloid dalam sampel dapat diketahui keberadaannya dengan cara menambahkan lima tetes kloroform dan beberapa tetes pereaksi Mayer ke dalam 1 ml ekstrak kental dari masing-masing fraksi. Terbentuknya endapan putih menunjukkan adanya alkaloid. Pereaksi Mayer terbuat dari satu gram KI yang dilarutkan dalam 20 ml aquades. Kemudian ke dalam larutan KI tersebut ditambahkan 0,271 gram HgCl 2 sampai larut. 2. Pemeriksaan Flavonoid Pemeriksaan senyawa flavonoid dilakukan dengan cara menambahkan satu gram serbuk Mg dan 10 ml HCl pekat ke dalam 1 ml ekstrak kental dari masingmasing fraksi. Perubahan warna larutan menjadi kuning menandakan adanya senyawa flavonoid. 3. Pemeriksaan Terpenoid dan Steroid Pemeriksaan senyawa terpenoid dan steroid dilakukan dengan cara manambahkan 1 ml CH 3 COOH glasial dan 1 ml H 2 SO 4 pekat ke dalam 1 ml ekstrak kental dari masing-masing fraksi. Jika warna berubah menjadi biru/ungu menandakan adanya seyawa steroid. Sedangkan jika warna berubah menjadi merah menandakan adanya senyawa terpenoid.

36 4. Pemeriksaan Senyawa Tanin Pemeriksaan senyawa tannin dilakukan dengan cara menambahkan beberapa tetes FeCl 3 1% ke dalam 1 ml ekstrak kental dari masing-masing fraksi. Perubahan warna menjadi biru tua menunjukan adanya senyawa fenolik. 5. Pemeriksaan Kuinon Pemeriksaan senyawa kuinon dilakukan dengan cara menambahkan beberapa tetes NaOH 0,1 N ke dalam 1 ml ekstrak kental dari masing-masing fraksi. Perubahan warna menjadi merah menunjukan adanya senyawa kuinon. 6. Pemeriksaan Antosianin Pemeriksaan senyawa antosianin dilakukan dengan cara menambahkan beberapa tetes HCl 0,1 N ke dalam 1 ml ekstrak kental dari masing-masing fraksi. Perubahan warna menjadi merah menunjukan adanya senyawa antosianin. 3.4.3 Proses Ekstraksi Sebanyak 5 kg daun suren hasil preparasi yang telah berbentuk serbuk diekstraksi dengan pelarut metanol. Teknik ekstraksi yang digunakan adalah ekstraksi padat-cair dengan metode maserasi. Sampel direndam dalam 42 liter pelarut metanol selama 3 x 24 jam. Ekstrak hasil maserasi kemudian dievaporasi dan dipisahkan dari klorofil dengan penambahan air. Ekstrak pekat metanol-air yang diperoleh berjumlah 1.500 ml. Sebanyak 5 ml ekstrak diambil sebagai cuplikan untuk diketahui massa keringnya. Data ini kemudian digunakan untuk mengkonversi volum total ekstrak pekat metanol-air sebagai massa total.

37 Ekstrak metanol-air kemudian difraksinasi berturut-turut dengan pelarut heksan, diklorometan, dan etil asetat. Fraksi etil asetat yang diperoleh kemudian dipekatkan menggunakan rotary evaporator. Fraksi etil asetat yang telah pekat diambil sebanyak 1 ml sebagai cuplikan untuk diketahui massa keringnya. Data yang diperoleh digunakan untuk mengkonversi volum total fraksi etil asetat pekat sebagai massa total. 3.4.4 Pemisahan dan Pemurnian Senyawa Proses pemisahan dan pemurnian senyawa dilakukan dengan dua tahapan yaitu kromatografi cair vakum (KCV) dan kromatografi flash (KF). Tetapi sebelum kedua tahapan tersebut dilakukan, terlebih dahulu dilakukan kromatografi lempeng tipis (KLT) untuk mengetahui eluen yang cocok untuk digunakan dalam kedua tahapan tersebut. 3.4.4.1 Kromatografi Lempeng Tipis (KLT) Proses ini penting dilakukan selain untuk menentukan eluen yang cocok digunakan dalam KCV maupun KF, tapi juga untuk menentukan keberhasilan pemisahan dan pemurnian yang telah dilakukan. Tahapan dari KLT adalah sebagai berikut.

38 a. Lempeng tipis dengan adsorben silica gel (KLT GF 254 ) disiapkan dengan ukuran panjang 5 cm dan lebar yang disesuaikan dengan jumlah fraksi yang akan ditotolkan. b. Pada bagian ujung atas dan bawah diberi garis batas dengan jarak 0,5 cm dari ujung tepi lempeng tipis. c. Noda yang akan dianalisis ditotolkan pada garis batas bawah menggunakan pipa kapiler. d. Chamber diisi dengan eluen yang akan digunakan untuk mengelusi senyawa yang dianalisis, kemudian didiamkan beberapa saat dengan kondisi tertutup agar ruangan chamber jenuh dengan uap eluen. e. Lempeng tipis yang telah disiapkan sebelumnya dimasukkan ke dalam chamber hingga bagian bawahnya tercelup dalam eluen. Lempeng tipis diletakkan tegak bersandar pada dinding chamber. Noda yang telah ditotolkan tidak boleh sampai tercelup dalam eluen. f. Proses elusi dihentikan pada saat eluen mencapai garis batas atas. Lempeng tipis kemudian dikeluarkan dari chamber dan dibiarkan kering di udara terbuka. Noda pada lempeng diamati di bawah cahaya ultra violet. 3.4.4.2 Kromatografi Cair Vakum (KCV) Terhadap fraksi etil asetat pekat dilakukan KLT menggunakan eluen heksan : etil asetat dengan perbandingan 1 : 9, 2 : 8, 3 : 7, 4 : 6, 5 : 5, 6 : 4, 7 : 3, 8 : 2, dan 9 : 1. Berdasarkan kromatogram hasil KLT tersebut, eluen yang digunakan untuk memisahkan senyawa dalam fraksi ini dengan teknik KCV

39 adalah heksan : etil asetat dengan perbandingan 6 : 4 sebanyak 2 kali @ 50 ml, 4 : 6 sebanyak 4 kali @ 50 ml, 3 : 7 sebanyak 4 kali @ 50 ml, 2 : 8 sebanyak 4 kali @ 50 ml, 1 : 9 sebanyak 4 kali @ 50 ml, etil asetat 100% sebanyak 2 kali @ 50 ml, dan etil asetat : metanol dengan perbandingan 8 : 2 sebanyak 2 kali @ 50 ml. Pemisahan senyawa dalam fraksi etil asetat dengan teknik KCV dilakukan dalam tahapan berikut. a. Silika untuk KCV dimasukkan ke dalam kolom lalu dihisap dengan menggunakan pompa vakum hingga padat. Agar lebih padat dan tidak ada rongga pada kolom, dilakukan penekanan dari bagian atas dengan botol beralas rata. b. Permukaan atas silika pada kolom ditutup dengan kertas saring dan kemudian kolom dielusi terlebih dahulu dengan pelarut nonpolar (heksan). c. Fraksi etil asetat pekat ditimbang sebanyak 10, 011 gram dan diimpregnasi dengan pelarut aseton ke dalam silika gel impreg, dengan perbandingan sampel : silika = 1 : 2. d. Setelah yakin kolom telah terkemas dengan baik, proses elusi dimulai dengan terlebih dahulu mengambil kertas saring pada kolom. Setelah itu, sampel yang telah diimpregnasi dimasukkan ke dalam kolom dan ditutup kembali dengan kertas saring tadi. Selanjutnya sampel dielusi dengan eluen yang telah ditentukan sebelumnya. e. Eluat ditampung di dalam botol terpisah sesuai dengan urutan eluen yang dimasukkan ke dalam kolom.

40 3.4.4.3 Kromatografi Flash (KF) Setelah dilakukan KCV terhadap fraksi etil asetat pekat, hasil pemisahan yang masih belum murni dipisahkan kembali dengan kromatografi flash. Fraksi yang dipilih untuk dimurnikan adalah fraksi C yang menunjukkan noda mayor pada hasil analisis KLT. Eluen yang digunakan untuk KF adalah heksan : etil asetat dengan perbandingan 6 : 4 berdasarkan hasil analisis KLT yang memberikan nilai R f ±0,3. Menurut Azhar (2008), tahapan dalam pengerjaan KF adalah sebagai berikut. 1. Packing kolom Silika dengan ukuran 230-400 mesh dimasukkan ke dalam kolom sampai setinggi 16-17 cm. Kolom siap dipakai bila sudah terbentuk silika yang transparan (seperti gel), caranya yaitu dengan mengalirkan eluen yang nonpolar (heksan) terlebih dahulu. 2. Impregnasi sampel Silika untuk impregnasi sampel ditimbang sebanyak 2 kali berat sampel. Sampel dilarutkan dalam aseton, diteteskan pada silika impreg, dan dibiarkan hingga silika mengering kembali. 3. Proses elusi Sampel yang telah diimpregnasi dimasukkan ke dalam kolom. Eluen yang telah ditentukan sebelumnya dimasukkan ke dalam kolom sampai hampir penuh. Kolom diberi tekanan dengan pompa pada bagian atasnya, kemudian dilakukan penampungan terhadap hasil elusi dalam botol setiap 10 ml. Elusi dihentikan apabila diperkirakan senyawa telah terelusi oleh eluen.

41 4. Pembersihan kolom Silika yang telah digunakan, dibilas dengan metanol 100% sampai warna kolom seperti semula, kemudian dilanjutkan dengan etil asetat 100%, dan terakhir dengan heksan 100%. Kolom siap digunakan kembali untuk pemisahan sampel berikutnya. 3.4.5 Karakterisasi Senyawa Murni Terhadap senyawa murni yang telah berhasil diisolasi, dilakukan penentuan struktur dengan spektrometri UV, infra merah (IR), dan 1 H-NMR. Spektrometri UV Metode ini digunakan untuk mengetahui adanya gugus kromofor dan jenis transisi elektron. Penentuan struktur dilakukan dengan spektrofotometer UV jenis Camspec M-330. Pengukuran dilakukan pada panjang gelombang 190-400 nm. Pengukuran dilakukan dengan melarutkan sejumlah sampel dalam metanol. Spektrometri IR Metode ini digunakan untuk mengetahui gugus-gugus fungsi yang terdapat dalam senyawa murni yang berhasil diisolasi. Penentuan struktur dilakukan dengan menggunakan spektrofotometer IR jenis Shimadzu FTIR-8400. Spektrometri 1 H-NMR Metode ini digunakan untuk mengetahui jenis-jenis atom hidrogen dalam molekul. Spektrum 1 H-NMR dapat memberikan informasi mengenai lingkungan kimia atom hidrogen, jumlah atom hidrogen dalam setiap lingkungan, dan struktur gugusan yang berdekatan dengan setiap atom hidrogen (Creswell et al, 1982).

42 Analisis struktur dengan metode ini dilakukan di Pusat Penelitian Kimia LIPI Serpong Tangerang. 3.4.6 Uji Hayati Uji hayati pada penelitian ini merupakan uji aktivitas pestisida. Uji dilakukan terhadap imago lalat buah Bactrocera dorsalis Hend. Sampel yang diujikan yaitu ekstrak metanol awal, hasil fraksinasi awal, dan senyawa hasil pemurnian dengan KCV dan KF. Secara umum uji aktivitas pestisida ini dilakukan dengan menyiapkan kandang berukuran 20 x 20 cm yang ditutup kasa. Setiap kandang diisi dengan 15 ekor hewan uji kemudian dilakukan pengujian dengan menyemprotkan ekstrak yang telah disiapkan sebelumnya dengan konsentrasi yang telah ditentukan dengan menggunakan penyemprot hand sprayer berukuran 10 ml, sedangkan konsentrasi 0% digunakan sebagai kontrol. Parameter yang diamati adalah kematian hewan uji secara kumulatif pada rentang konsentrasi yang diujicobakan. Mortalitas hewan uji diamati dan dicatat pada 1 jam pertama setelah aplikasi, selanjutnya setiap 3 jam hingga 48 jam setelah aplikasi. Persentase kematian serangga uji dapat ditentukan berdasarkan data mortalitas yang diperoleh melalui persamaan: P = a a + b x 100 % Dimana: P = persentase kematian hewan uji a = jumlah hewan uji yang mati secara kumulatif

43 b = jumlah hewan uji yang masih hidup Data mortalitas terkoreksi dihitung menurut persamaan Abbot (Mulyaningsih, 2005), yaitu: P = Po - Pc x 100 % 100 - Pc Dimana: P = persentase kematian hewan uji terkoreksi Po = persentase banyaknya hewan uji yang mati pada perlakuan Pc = persentase banyaknya hewan uji yang mati pada kontrol