BAB II LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BIOGAS. Sejarah Biogas. Apa itu Biogas? Bagaimana Biogas Dihasilkan? 5/22/2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. limbah organik dengan proses anaerobic digestion. Proses anaerobic digestion

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pemanfaatan Limbah Cair Industri Tahu sebagai Energi Terbarukan. Limbah Cair Industri Tahu COD. Digester Anaerobik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peternakan tidak akan jadi masalah jika jumlah yang dihasilkan sedikit. Bahaya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Krisis energi yang terjadi beberapa dekade akhir ini mengakibatkan bahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hewani yang sangat dibutuhkan untuk tubuh. Hasil dari usaha peternakan terdiri

LIMBAH. Pengertian Baku Mutu Lingkungan Contoh Baku Mutu Pengelompokkan Limbah Berdasarkan: 1. Jenis Senyawa 2. Wujud 3. Sumber 4.

Bakteri Untuk Biogas ( Bag.2 ) Proses Biogas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. suatu gas yang sebagian besar berupa metan (yang memiliki sifat mudah terbakar)

KAJIAN KEPUSTAKAAN. ciri-ciri sapi pedaging adalah tubuh besar, berbentuk persegi empat atau balok,

BAHAN BAKAR KIMIA. Ramadoni Syahputra

I. PENDAHULUAN. Sebenarnya kebijakan pemanfaatan sumber energi terbarukan pada tataran lebih

Macam macam mikroba pada biogas

C I N I A. Pengembangan Teknologi Purifikasi Biogas (Kandungan Gas H2S Dan CO2) dengan Mempergunakan Kombinasi Wet Scrubber-Batu Gamping

Dan langit itu kami bangun dengan kekuasaan (kami) dan sesungguhnya kami benar-benar berkuasa. Dan bumi itu kami hamparkan, maka sebaik-baik yang

Oksidasi dan Reduksi

PROSES PEMBENTUKAN BIOGAS

PENDAHULUAN. masyarakat terhadap pentingnya protein hewani, maka permintaan masyarakat

Oleh: ANA KUSUMAWATI

HASIL DAN PEMBAHASAN. ph 5,12 Total Volatile Solids (TVS) 0,425%

Pembuatan Biogas dari Sampah Sayur Kubis dan Kotoran Sapi Making Biogas from Waste Vegetable Cabbage and Cow Manure

I. PENDAHULUAN. Industri sawit merupakan salah satu agroindustri sangat potensial di Indonesia

REAKSI KIMIA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI

STOKIOMETRI BAB. B. Konsep Mol 1. Hubungan Mol dengan Jumlah Partikel. Contoh: Jika Ar Ca = 40, Ar O = 16, Ar H = 1, tentukan Mr Ca(OH) 2!

MATERI DAN PERUBAHANNYA. Kimia Kesehatan Kelas X semester 1

APROKSIMASI PERSAMAAN MAXWELL-BOLZTMANN PADA ENERGI ALTERNATIF

BAB IV BAHAN AIR UNTUK CAMPURAN BETON

HUKUM DASAR KIMIA. 2CUO. 28GRAM NITROGEN 52 GRAM MAGNESIUM NITRIDA 3 MG + N 2 MG 3 N 2

BAB II LANDASAN TEORI

PENCEMARAN LINGKUNGAN. Purwanti Widhy H, M.Pd

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PERANCANGAN, PEMBUATAN, DAN PENGUJIAN ALAT PEMURNIAN BIOGAS DARI PENGOTOR H2O DENGAN METODE PENGEMBUNAN (KONDENSASI)

ANALISIS PERAN LIMBAH CAIR TAHU DALAM PRODUKSI BIOGAS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

MAKALAH KIMIA ANALITIK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Chrisnanda Anggradiar NRP

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pertumbuhan penduduk kota sekarang ini semakin pesat, hal ini berbanding

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Limbah adalah sampah cair dari suatu lingkungan masyarakat dan

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Biogas adalah gas yang dihasilkan dari proses penguraian bahan-bahan

II. LATAR BELAKANG PENGOLAHAN AIR

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. tersebut serta tidak memiliki atau sedikit sekali nilai ekonominya (Sudiarto,

BAB I PENDAHULUAN. dan energi gas memang sudah dilakukan sejak dahulu. Pemanfaatan energi. berjuta-juta tahun untuk proses pembentukannya.

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Pengaturan ph dan Pengaturan Operasional Dalam Produksi Biogas dari Sampah

HASIL DAN PEMBAHASAN

ATMOSFER & PENCEMARAN UDARA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PERHITUNGAN DATA

ARUS LISTRIK DENGAN BUAH-BUAHAN

BAB 4 SIKLUS BIOGEOKIMIA

BAB II LANDASAN TEORI

I PENDAHULUAN. Hal tersebut menjadi masalah yang perlu diupayakan melalui. terurai menjadi bahan anorganik yang siap diserap oleh tanaman.

BAB II LANDASAN TEORI

Adelia Zelika ( ) Lulu Mahmuda ( )

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.2 DATA HASIL ARANG TEMPURUNG KELAPA SETELAH DILAKUKAN AKTIVASI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara produsen minyak dunia. Meskipun

BIOGAS DARI KOTORAN SAPI

BAB I PENDAHULUAN. energi yang salah satunya bersumber dari biomassa. Salah satu contoh dari. energi terbarukan adalah biogas dari kotoran ternak.

TINJAUAN PUSTAKA. Biogas merupakan gas yang mudah terbakar (flammable), dihasilkan dari

BAB I PENDAHULUAN. Isu kelangkaan dan pencemaran lingkungan pada penggunakan bahan

I. PENDAHULUAN. suatu alat yang berfungsi untuk merubah energi panas menjadi energi. Namun, tanpa disadari penggunaan mesin yang semakin meningkat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Biogas merupakan gas yang dihasilkan dari proses fermentasi bahan-bahan

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Materi 2.2 Sifat-sifat Materi

TUGAS KOROSI FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LAJU KOROSI

BAB VI REAKSI KIMIA. Reaksi Kimia. Buku Pelajaran IPA SMP Kelas IX 67

Bab VI Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit

BAB I PENDAHULUAN. dipancarkan lagi oleh bumi sebagai sinar inframerah yang panas. Sinar inframerah tersebut di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2007/2008

KIMIA DASAR TEKNIK INDUSTRI UPNVYK C H R I S N A O C V A T I K A ( ) R I N I T H E R E S I A ( )

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan energi merupakan persoalan yang terus berkembang di

1. Limbah Cair Tahu. Bahan baku (input) Teknologi Energi Hasil/output. Kedelai 60 Kg Air 2700 Kg. Tahu 80 kg. manusia. Proses. Ampas tahu 70 kg Ternak

BAB V PERHITUNGAN KIMIA

Emas yang terbentuk sebanyak 20 gram, jika ArAu = 198, maka tentukan Ar M!

PENCEMARAN UDARA LELY RIAWATI, ST., MT.

30 Soal Pilihan Berganda Olimpiade Kimia Tingkat Kabupaten/Kota 2011 Alternatif jawaban berwarna merah adalah kunci jawabannya.

MENGELOMPOKKAN SIFAT-SIFAT MATERI

BAB I PENDAHULUAN. bidang kesehatan. Udara sebagai komponen lingkungan yang penting dalam

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK FARMASI PERCOBAAN I PERBEDAAN SENYAWA ORGANIK DAN ANORGANIK

No. BAK/TBB/SBG201 Revisi : 00 Tgl. 01 Mei 2008 Hal 1 dari 8 Semester I BAB I Prodi PT Boga BAB I MATERI

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan komoditas hortikultura

KONSEP MOL DAN STOIKIOMETRI

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hujan merupakan unsur iklim yang paling penting di Indonesia karena

BIOGAS DENGAN PEMANFAATAN LIMBAH PERTANIAN (JERAMI PADI)

PENGOLAHAN AIR SUNGAI UNTUK BOILER

KONSEP MOL DAN STOIKIOMETRI

HASIL DA PEMBAHASA. Tabel 5. Analisis komposisi bahan baku kompos Bahan Baku Analisis

TINJAUAN PUSTAKA. fermentasi bahan-bahan organik oleh bakteri-bakteri anaerob (bakteri yang hidup

Transkripsi:

6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Biogas Biogas adalah gas yang dihasilkan oleh aktivitas anaerobik atau fermentasi dari bahan-bahan organik termasuk diantaranya, kotoran manusia dan hewan, limbah domestik (rumah tangga), sampah biodegradable atau setiap limbah organik yang biodegradable dalam kondisi anaerobik. Kandungan utama dalam biogas adalah methana dan karbon dioksida (Fadli dkk., 2013) Biogas adalah gas mudah terbakar (flammable) yang dihasilkan dari proses fermentasi bahan-bahan organik oleh bakteri-bakteri anaerob (bakteri yang hidup dalam kondisi kedap udara) Pada umumnya semua jenis bahan organik bisa diproses untuk menghasilkan biogas, namun demikian hanya bahan organik (padat, cair) homogen seperti kotoran dan urin (air kencing) hewan ternak yang cocok untuk sistem biogas sederhana (Rahayu dkk., 2009). Biogas yang dihasilkan dari plant pencerna anaerobik dengan komposisi utama metana (CH 4 ) dan karbon dioksida (CO 2 ), dengan sejumlah kecil hidrogen sulfida (H 2 S) dan ammonia (NH 3 ). Konsentrasi tipis juga terdapat dalam biogas berupa hidrogen (H 2 ), nitrogen (N 2 ), karbon monoksida (CO), dan oksigen (O 2 ). Biasanya biogas dijenuhkan oleh kandungan uap air dan mungkin juga partikel (Arslan, 2008). Sifat-sifat komponen gas utama tersebut dijelaskan sebagai berikut: a. CH 4 gas yang dipertimbangkan sebagai bahan bakar yang berguna. Gas ini tidak beracun, tidak berbau, dan lebih ringan dari udara. Pembakaran CH 4 dikonversi menjadi molar ekivalen dari CO 2 dan air. b. CO 2 adalah gas inert yang tidak berwarna, tidak berbau, dan lebih berat dari dari udara. CO 2 merupakan gas yang agak beracun, sebagai asphyxiant dan memiliki occupational exposure standar (OES) 5000 ppm. Konsentrasi CO 2 yang lebih tinggi dalam biogas menghasilkan biogas dengan nilai kalori yang rendah. c. H 2 S suatu gas yang tidak berwarna. Karena lebih berat dari udara H 2 S ekstra berbahaya pada tempat-tempat rendah. Pada konsentrasi rendah gas ini

7 memiliki bau khusus seperti telur busuk. Pada konsentrasi tinggi, akan lebih berbahaya karena tidak berbau. Dengan sifat racunnya hidrogen sulfida ditetapkan OES 10 ppm. Selain itu H 2 S juga bersifat korosif yang dapat menyebabkan problem dalam proses pembakaran dari biogas. Dalam pembakarannya H 2 S akan dikonversi menjadi SO 2, yang juga beracun dan menyebabkan asidifikasi. d. NH 3 adalah gas pungent dan lachrymatory yang lebih ringan dari udara. OES ditetapkan 10 ppm. Pembakaran gas ini dihasilkan NOx. Umumnya, konsentrasi NH 3 dalam biogas rendah. e. Uap air, walaupun merupakan hasil tidak berbahaya, akan menjadi korosif jika berkombinasi dengan NH 3, CO 2 dan khususnya H 2 S dari biogas. Maksimum kandungan air dalam biogas dikembangkan karena temperatur gas. Bila biogas berair jenuh meninggalkan digester, dengan pendinginan akan menghasilkan kondensasi air (Arslan, 2008). Kandungan biogas didominasi oleh gas metana (CH 4 ) yang merupakan hasil sampingan dari proses degradasi bahan organik, seperti kotoran ternak, manusia, sampah, dan sisa-sisa limbah lainnya. Pemanfaatan kotoran ternak selain dapat menghasilkan biogas untuk bahan bakar, juga membantu kelestarian lingkungan dan memperoleh manfaat-manfaat lain seperti pupuk yang baik untuk tanaman, mencegah lalat, dan bau tidak sedap yang berarti ikut mencegah sumber penyakit (Wibowo dkk., 2013). Komposisi jenis gas dan jumlahnya pada suatu unit biogas dipaparkan pada tabel berikut. Table 2.1 Komposisi jenis gas dan jumlahnya pada suatu unit biogas No Komponen % 1 Metana (CH 4 ) 55-75 2 Karbondioksida (CO 2 ) 25-45 3 Nitrogen (N 2 ) 0-0,3 4 Hidrogen (H 2 ) 1-5 5 Hidrogen Sulfida (H 2 S) 0-3 6 Oksigen (O 2 ) 0,1-0,5 Sumber : (Fadli, 2013)

8 Konsentrasi kotoran (metana, karbon dioksida, air, hidrogen sulfida, nitrogen, oksigen, amonia, siloxanes dan partikel) tergantung pada komposisi substrat dari mana gas itu berasal. Ketika mengalir keluar dari digester, biogas bersifat jenuh dengan uap air, dan air ini menyebabkan korosi di pipa. Air dapat dihilangkan dengan pendinginan, kompresi, absorpsi atau adsorpsi. Dengan meningkatkan tekanan atau penurunan suhu, air akan kondensat dari biogas dapat dihilangkan. Pendinginan dapat hanya dicapai dengan menanam saluran gas dilengkapi dengan perangkap kondensat dalam tanah. Air juga bisa dihilangkan dengan menggunakan adsorpsi saringan molekuler, SiO 2, atau karbon aktif. Bahan ini biasanya diregenerasi dengan pemanasan atau penurunan tekanan (Surata dkk., 2013). 2.2 Proses Pembentukan Biogas Biogas secara karakteristik fisik merupakan gas, karena itu proses pembentukannya membutuhkan ruangan dalam kondisi kedap atau tertutup agar stabil. Pada prinsipnya biogas terbentuk melalui beberapa proses yang berlangsung dalam ruang yang anaerob atau tanpa oksigen. Proses yang berlangsung secara anaerob dalam tempat tertutup ini juga memberikan keuntungan secara ekologi karena tidak menimbulkan bau yang menyebar kemana-mana (Wahyuni, 2013). Apabila diuraikan dengan terperinci, secara keseluruhan terdapat tiga proses utama dalam pembentukan biogas, yaitu proses hidrolisis, pengasaman (asidifikasi), dan metanogenesis. Keseluruhan proses ini tidak terlepas dari bantuan kinerja mikroorganisme anaerob. a. Hidrolisis Hidrolisis merupakan tahap awal dari proses fermentasi. Tahap ini merupakan penguraian bahan organik dengan senyawa kompleks yang memiliki sifat mudah larut seperti lemak, protein, dan karbohidrat menjadi senyawa yang lebih sederhana. Tahap ini juga dapat diartikan sebagai perubahan struktur dari bentuk polimer menjadi bentuk monomer. Senyawa yang dihasilkan dari proses hidrolisis diantaranya senyawa asam organik, glukosa, etanol, CO 2 dan senyawa hidrokarbon lainnya. Senyawa ini akan dimanfaatkan mikroorganisme sebagai sumber energi untuk melakukan aktivitas fermentasi.

9 b. Pengasaman (Asidifikasi) Senyawa-senyawa yang terbentuk pada tahap hidrolisis akan dijadikan sumber energi bagi mikroorganisme untuk tahap selanjutnya, yaitu pengasaman atau asidifikasi. Pada tahap ini bakteri akan menghasilkan senyawa-senyawa asam organik seperti asam asetat, asam propionat, asam butirat, dan asam laktat beserta produk sampingan berupa alkohol, CO 2, hydrogen, dan zat ammonia. c. Metanogenesis Bakteri metanogen seperti methanococus, methanosarcina, dan methano bactherium akan mengubah produk lanjutan dari tahap pengasaman menjadi gas metan, karbondioksida, dan air yang merupakan kamponen penyusun biogas (Wahyuni, 2013). 2.3 Hidrogen Sulfida Hidrogen sulfida (H 2 S) merupakan gas pengotor yang terdapat dalam gas-gas komersial. Hidrogen sulfida merupakan gas yang berbau dan mematikan serta sangat korosif bagi berbagai jenis logam, sehingga membatasi penggunaannya untuk bahan bakar pada mesin. Hasil pembakaran gas yang mengandung H 2 S menghasilkan belerang dan asam sulfat yang sangat korosif terhadap logam. Kandungan H 2 S mencapai 200 ppm dapat menyebabkan kematian dalam waktu 30 menit. Standar keamanan dan kesehatan memberikan ijin maksimum pada tingkat 20 ppm. Gas hidrogen sulfida (H 2 S) yang terkandung dalam gas hasil fermentasi mengurangi umur pakai (lifetime) dari system pemipaan pada instalasi yang menggunakan biogas. Gas ini juga beracun dan sangat korosif untuk sebagian besar jenis logam yang terbuat dari besi. Jika Hidrogen sulfida yang terkandung dalam biogas terbakar maka akan berubah menjadi sulphur oksida yang akan menyebabkan korosi pada komponen yang terbuat dari logam dan membuat minyak pelumas mesin menjadi asam jika digunakan misalnya pada mesin CHP (combines heat and power generation). Agar dapat mencegah kerusakan yang ditimbulkan oleh hidrogen sulfida maka gas ini harus dihilangkan atau minimal dikurangi kandungannya (Metty dkk., 2012).

10 2.3.1 Sifat dan Karakteristik Gas H 2 S Gas H 2 S mempunyai sifat dan karakteristik antara lain : - Tidak berwarna tetapi mempunyai bau khas seperti telur busuk pada konsentrasi rendah sehingga sering disebut sebagai gas telur busuk. - Merupakan jenis gas beracun. - Dapat terbakar dan meledak pada konsentrasi LEL (Lower Explosive Limit) 4.3% (43000 PPM) sampai UEL (Upper Explosive Limite) 46% (460000 PPM) dengan nyala api berwarna biru pada temperature 500 o F (260 o C). - Berat jenis gas H 2 S lebih berat dari udara sehingga gas H 2 S akan cenderung terkumpul di tempat / daerah yang rendah. Berat jenis gas H 2 S sekitar 20 % lebih berat dari udara dengan perbandingan berat jenis H 2 S : 1.2 atm dan berat jenis udara : 1 atm. - H 2 S dapat larut (bercampur) dengan air (daya larut dalam air 437 ml/100 ml air pada 0 o C; 186 ml/100 ml air pada 40 o C). - H 2 S bersifat korosif sehingga dapat mengakibatkan karat pada peralatan logam (Elnusa, 2015). 2.3.2 Efek Fisik Gas H 2 S Terhadap Manusia Efek fisik gas H 2 S terhadap manusia tergantung dari beberapa faktor, diantaranya adalah : a. Lamanya seseorang berada di lingkungan paparan H 2 S. b. Frekuensi seseorang terpapar. c. Besarnya konsentrasi H 2 S. d. Daya tahan seseorang terhadap paparan H 2 S.

11 Tabel 2.2 Tingkat konsentrasi H 2 S dan efek fisik gas H 2 S Tingkat H 2 S Efek pada manusia (PPM) 0,13 Bau minimal yang masih terasa 4,6 Mudah dideteksi, bau yang sedang 10 Permulaan iritasi mata dan mulai berair 27 Bau yang tidak enak dan tidak dapat ditoleransi lagi 100 Batuk-batuk, iritasi mata dan indera penciuman sudah tidak berfungsi 200 300 Pembengkakan mata dan rasa kekeringan di tenggorokan 500 700 Kehilangan kesadaran dan bisa mematikan dalam waktu 30 menit - 1 jam Lebih dari Kehilangan kesadaran dengan cepat dan berlanjut kematian 700 Sumber: (Elnusa, 2015). 2.4 Baterai Baterai kering atau sel Leclanche tediri atas suatu silinder zink yang berisi pasta dari campuran batu kawi (MnO 2 ), salmiak (NH 4 Cl), karbon (C) dan sedikt air (jadi sel ini tidak 100% kering). Zn berfungsi sebagai anode, sedangkan katode digunakan elektrode inert, yaitu grafit yang dicelupkan di tengah-tengah pasta. Syarat agar suatu baterai dapat menghasilkan listrik adalah dengan adanya elektrolit. Elektrolit adalah suatu zat yang larut atau terurai ke dalam bentuk ion-ion dan selanjutnya larutan menjadi konduktor elektrik, ion-ion merupakan atom-atom bermuatan elektrik. Elektrolit bisa berupa air, asam, basa atau berupa senyawa kimia lainnya. Baterai merupakan salah satu sumber energi yang sekali habis pakai. Baterai biasanya terdiri dari tiga komponen penting, yaitu batang karbon sebagai anoda (kutub positif), seng (Zn) sebagai katoda (kutub negatif), dan pasta sebagai elektrolit (penghantar). Salah satu komponen baterai yang dapat diperbaharui adalah pasta baterai. Baterai yang setelah pakai biasanya dibuang atau tidak dimanfaatkan lagi. Hal ini tentu saja tidak hemat dari segi energi maupun biaya. Selain itu baterai bekas yang dibuang ke tanah akan menghasilkan limbah yang sulit terurai secara alami. Ditambah lagi dari dampak yang ditimbulkan dari pasta baterai yang telah mencemari tanah, karena kandungan pasta baterai tersebut merupakan bahan-bahan kimia yang bersifat racun terhadap kesuburan tanah seperti kalium dan natrium (Puruhitachan, 2013).

12 2.5 Pengertian Serbuk Gypsum Gypsum adalah salah satu contoh mineral dengan kadar kalsium yang mendominasi pada mineralnya dan merupakan salah satu bahan galian industri. Gypsum yang paling umum ditemukan adalah jenis hidrat kalsium sulfat dengan rumus kimia CaSO 4.2H 2 O. Gypsum adalah salah satu dari beberapa mineral yang teruapkan. Contoh lain dari mineral-mineral tersebut adalah karbonat, borat, nitrat, dan sulfat. Mineral-mineral ini diendapkan di laut, danau, gua dan di lapisan garam karena konsentrasi ion-ion oleh penguapan. Ketika air panas atau air memiliki kadar garam yang tinggi, gypsum berubah menjadi basanit (CaSO 4.H 2 O) atau juga menjadi anhidrit (CaSO 4 ). Dalam keadaan seimbang, gypsum yang berada di atas suhu 108 F atau 42 C dalam air murni akan berubah menjadi anhidrit. Klasifikasi: Gypsum secara umum mempunyai kelompok yang terdiri dari gypsum batuan, gipsit alabaster, satin spar, dan selenit. Gypsum juga dapat diklasifikasikan berdasarkan tempat terjadinya, yaitu endapan danau garam, berasosiasi dengan belerang, terbentuk sekitar fumarol vulkanik, efflorescence pada tanah atau gua-gua kapur, tudung kubah garam, penudung gossan oksida besi (gossan) pada endapan pirit di daerah batu gamping (Rfan, 2012). Adapun komposisi kimia bahan gypsum adalah: 1. Calsium (Ca) : 23,28 % 2. Hidrogen (H) : 2,34 % 3. Calsium Oksida (CaO) : 32,57 % 4. Air (H O) : 20,93 % 2 5. Sulfur (S) : 18,62 % Istilah gypsum sering dikaitkan dengan plafon, papan gipsum atau gypsum board merupakan material pelapis interior untuk dinding pembatas dan plafon gipsum, serta dapat diaplikasikan sebagai pelapis dinding bata. Saat ini, penggunaan papan gipsum untuk interior sudah semakin meluas, disebabkan oleh karakteristiknya yang tahan api dan finishing yang sangat baik, bobotnya pun ringan serta pengerjaan yang cepat dan kering. Gypsum board ini juga dikenal sebagai drywall/sheetrock atau papan gypsum/dinding gypsum. Seiring dengan perkembangan teknologi seni dan budaya

13 gypsum tidak hanya menjadi kebutuhan industri papan gypsum tetapi para pengerajin patung dan topeng juga memanfaatkan gypsum karena mudah di bentuk dan tidak memerlukan waktu yang lama untuk proses pembuatannya. 2.6 Reaksi Karbon (C) dengan Hidrogen Sulfida (H 2 S) Karbon atau zat arang merupakan unsur kimia yang mempunyai simbol C dan nomor atom 6 pada table periodik. Karbon terdapat pada semua jenis makhluk hidup, dan pada manusia, karbon merupakan unsur paling berlimpah kedua (sekitar 18,5%) setelah oksigen. Keberlimpahan karbon ini, bersamaan dengan keanekaragaman senyawa organik dan kemampuannya membentuk polimer membuat karbon sebagai unsur dasar kimiawi kehidupan. Menurut (Feng Wengou dkk., 2006) ada tiga mekanisme yang menjelaskan hidrogen sulfida pada permukaan karbon aktif: Penambahan karbon aktif : C + H 2 S = C-S + H 2... (2.1) Pergantian oksigen : C-O + H 2 S = C - S + H 2 O... (2.2) Reaksi dalam logam : C-M + H 2 S = C-M-S + H 2... (2.3) Sedangkan menurut (Cal M.P dkk., 1999) tiga mekanisme reaksi utama untuk menghilangkan H 2 S dengan karbon : C + H 2 S C-S + H 2 O... (2.4) C-O + H 2 S C-S + H 2... (2.5) C-M + H 2 S C-M-S + H 2... (2.6) Adsorpsi merupakan suatu proses kimia ataupun fisika yang terjadi ketika suatu fluida, cairan maupun gas, terikat kepada suatu padatan atau cairan (disebut: zat penjerap, adsorben) dan akhirnya membentuk suatu lapisan film (disebut: zat terjerap, adsorbat) pada permukaannya. Berbeda dengan absorpsi yang merupakan penyerapan fluida oleh fluida lainnya dengan membentuk suatu larutan. Dengan demikian dapat disimpulkan: Adsorpsi adalah peristiwa penyerapan suatu zat pada permukaan zat lain. Adsorbat adalah senyawa terlarut yang dapat terserap. Adsorben adalah padatan dimana di permukaannya terjadi pengumpulan senyawa yang diserap.