The Effect Radiation Exposure to Brachyterapy Officer at General Hospital Haji Adam Malik.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat sangat di pengaruhi oleh upaya pembangunan dan kondisi lingkungan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab 2. Nilai Batas Dosis

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

PENGUKURAN LAJU DOSIS PAPARAN RADIASI EKSTERNAL DI AREA RADIOTERAPI RSUD DR. SAIFUL ANWAR MALANG. Diterima: 6 Juni 2016 Layak Terbit: 25 Juli 2016

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pertama kali menemukan sinar Roentgen pada tahun 1895 sewaktu melakukan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

PENGUKURAN DOSIS PAPARAN RADIASI DI AREA RUANG CT SCAN DAN FLUOROSKOPI RSUD DR. SAIFUL ANWAR MALANG. Novita Rosyida

BAB I PENDAHULUAN. keselamatan para tenaga kerjanya (Siswanto, 2001). penting. Berdasarkan data International Labour Organization (ILO) tahun 2003

ANALISIS DOSIS RADIASI PEKERJA RADIASI IEBE BERDASARKAN KETENTUAN ICRP 60/1990 DAN PP NO.33/2007

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tindakan tertentu, maupun terapetik. Di antara prosedur-prosedur tersebut, ada

BAB I PENDAHULUAN. tubuh manusia karena terpapari sinar-x dan gamma segera teramati. beberapa saat setelah penemuan kedua jenis radiasi tersebut.

PENENTUAN DOSIS RADIASI EKSTERNAL PADA PEKERJA RADIASI DI RUANG PENYINARAN UNIT RADIOTERAPI RUMAH SAKIT DR.KARIADI SEMARANG

PREDIKSI DOSIS PEMBATAS UNTUK PEKERJA RADIASI DI INSTALASI ELEMEN BAKAR EKSPERIMENTAL

Jurnal Fisika Unand Vol. 3, No. 4, Oktober 2014 ISSN

BAB III Efek Radiasi Terhadap Manusia

BAB III BESARAN DOSIS RADIASI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini survei deskriptif dengan menggunakan kuesioner sebagai alat bantu pengumpul data.

BAB I PENDAHULUAN. Tenaga kerja dan penduduk Indonesia secara umum akan bertambah baik dan

DAFTAR ISI. BAB I. PENDAHULUAN.. 01 A. Latar Belakang 01 Tujuan Instruksional Umum. 02 Tujuan Instruksional Khusus 02

BAB V Ketentuan Proteksi Radiasi

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2000 TENTANG KESELAMATAN DAN KESEHATAN TERHADAP PEMANFAATAN RADIASI PENGION

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Upaya keselamatan dan kesehatan kerja dimaksudkan untuk memberikan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2000 TENTANG KESELAMATAN DAN KESEHATAN TERHADAP PEMANFAATAN RADIASI PENGION

GAMBARAN HITUNG JENIS LEKOSIT PADA RADIOGRAFER DI PERUSAHAAN X SURABAYA TAHUN 2012 Laily Hidayati Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

PEMANTAUAN DOSIS RADIASI INTERNAL DENGAN WBC UNTUK PEKERJA PUSAT TEKNOLOGI LIMBAH RADIOAKTIF SERPONG TAHUN 2012

PEMANTAUAN DOSIS PERORANGAN DI PUSAT TEKNOLOGI NUKLIR BAHAN DAN RADIOMETRI - BATAN BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Congrat Roentgen tahun 1895 dan unsur Radium oleh Fierre dan Marie Curie, 3

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PROTEKSI DAN KESELAMATAN RADIASI DALAM PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB. I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Penelitian. bersinggungan dengan sinar gamma. Sinar-X (Roentgen) mempunyai kemampuan

EVALUASI DOSIS RADIASI INTERNAL PEKERJA RADIASI PT-BATAN TEKNOLOGI DENGAN METODE IN-VITRO

PERANCANGAN RUANGAN RADIOGRAFI MEDIK DI SEKOLAH TINGGI TEKNIK NUKLIR

Paparan radiasi dari pekerja radiasi sejak tahun berdasarkan kriteria dan lama kerja

SUB POKOK BAHASAN. I. Dosis Radiasi & Satuan Pengukur. Dosis Radiasi


BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

Dasar Proteksi Radiasi

Widyanuklida, Vol. 15 No. 1, November 2015: ISSN

BAB II LANDASAN TEORI

SISTEM MANAJEMEN DOSIS PADA PENGANGKUTAN ZAT RADIOAKTIF DENGAN KENDARAAN DARAT

BAB II Besaran dan Satuan Radiasi

X. ADMILNISTRASI. 1. Konsep satuan-satuan radiasi. Besaran-besaran radiologis yang banyak digunakan dalam proteksi radiasi adalah :

Kanker Darah Pada Anak Wednesday, 06 November :54

TEORI DASAR RADIOTERAPI

Penulis koresponden. Alamat

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Badan Tenaga Nuklir Nasional

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

KAJIAN PENERIMAAN DOSIS RADIASI EKSTERNA MELEBIHI BATAS YANG DITENTUKAN.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGUKURAN DAN EVALUASI KESELAMATAN TERHADAP BAHAYA RADIASI EKSTERNA DI PTAPB-BATAN YOGYAKARTA

SKRIPSI UTARA M E D A N. Oleh. Universitas Sumatera Utara

PENGUKURAN RADIASI. Dipresentasikan dalam Mata Kuliah Pengukuran Besaran Listrik Dosen Pengajar : Dr.-Ing Eko Adhi Setiawan S.T., M.T.

BAB IV. EFEK BIOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. berlebihan khususnya yang lama dan berkelanjutan dengan dosis relatif kecil

EVALUASI DOSIS RADIASI EKSTERNAL PEKERJA PUSAT RADIOISOTOP DAN RADIOFARMAKA ( PRR )

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 63 TAHUN 2000 (63/2000) TENTANG KESELAMATAN DAN KESEHATAN TERHADAP PEMANFAATAN RADIASI PENGION

PEMERIKSAAN KESEHATAN PEKERJA RADIASI DI PTKMR

EVALUASI DOSIS RADIASI EKSTERNAL PEKERJA PUSAT RADIOISOTOP DAN RADIOFARMAKA ( PRR )

Peraturan Pemerintah No. 63 Tahun 2000 Tentang : Keselamatan Dan Kesehatan Terhadap Pemanfaatan Radiasi Pengion

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG PEMANTAUAN KESEHATAN UNTUK PEKERJA RADIASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. massanya, maka radiasi dapat dibagi menjadi radiasi elektromagnetik dan radiasi

Pengukuran Dosis Radiasi dan Estimasi Efek Biologis yang Diterima Pasien Radiografi Gigi Anak Menggunakan TLD-100 pada Titik Pengukuran Mata dan Timus

Data Responden. I. Mohon diisi dengan huruf cetak Umur: Lama bekerja:

BAB V KETENTUAN KESELAMATAN RADIASI

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG KESELAMATAN RADIASI PENGION DAN KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF

DAMPAK RADIASI TERHADAP KESEHATAN PEKERJA RADIASI DI RSUD ARIFIN ACHMAD, RS SANTA MARIA DAN RS AWAL BROS PEKANBARU ABSTRACT

Analisis Radiasi Hambur di Luar Ruangan Klinik Radiologi Medical Check Up (MCU)

KOMPARASI PERHITUNGAN DOSIS RADIASI INTERNA PEKERJA PPTN SERPONG BERDASARKAN ICRP 30 TERHADAP ICRP 68

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA

EVALUASI TEBAL DINDING RUANGAN PESAWAT LINEAR ACCELERATOR (LINAC) SINAR-X DI INSTALASI RADIOTERAPI RUMAH SAKIT UNIVERSITAS HASANUDDIN

PENGARUH DIAMETER PHANTOM DAN TEBAL SLICE TERHADAP NILAI CTDI PADA PEMERIKSAAN MENGGUNAKAN CT-SCAN

PERANCANGAN RUANGAN RADIOTERAPI EKSTERNAL MENGGUNAKAN SUMBER Co-60

PEMANTAUAN PENERIMAAN DOSIS EKSTERNA DAN INTERNA DI INSTALASI RADIOMETALURGI TAHUN 2012

PENELITIAN DAN NUKLIR ABSTRAK PEKERJA BKTPB 1,27. msv. BEM. merupakan. tahun. ABSTRACTT. for radiation. carried out. on radiation.

OPTIMASI ASPEK KESELAMATAN PADA KALIBRASI PESAWAT RADIOTERAPI

LAMPIRAN. : Penghilangan dengan jalan pembedahan jaringan atau organ. : Suatu kelenjar yang sejenis dengan amandel yang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG KESELAMATAN RADIASI PENGION DAN KEAMANAN SUMBER RADIOAKTIF

PERTEMUAN KE 11 (50 MENIT) EFEK RADIASI IONISASI SINAR X TERHADAP JARINGAN

ANALISIS DOSIS PEMBATAS UNTUK PEKERJA RADIASI DI INSTALASI RADIOMETALURGI.

TINJAUAN DOSIS RADIASI EKSTERNAL TERHADAP PEKERJA DALAM PERBAIKAN DETEKTOR NEUTRON JKT03 CX 821 DI RSG-GAS

PENGENDALIAN PERSONEL DI PUSAT PENELITIAN TENAGA NUKLIR SERPONG TAHUN 2005

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR FORMULIR PERMOHONAN SURAT IZIN BEKERJA PETUGAS TERTENTU

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

Limfoma. Lymphoma / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

Analisis Dosis Keluaran Radiasi Dengan Sumber Cs-137 Pada Proses Kalibrasi Pendosimeter. Muhijrah 1,Wira Bahari Nurdin, Bannu Abdul

BAB I PENDAHULUAN. utama kematian akibat keganasan di dunia, kira-kira sepertiga dari seluruh kematian akibat

PENGARUH RADIASI HAMBUR TERHADAP KONTRAS RADIOGRAFI AKIBAT VARIASI KETEBALAN OBYEK DAN LUAS LAPANGAN PENYINARAN MUHAMMAD SYARIF BODDY

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bidang pertanian pestisida merupakan sarana untuk membunuh hamahama

Radiasi 22/12/2014. Radiasi Sumengen Sutomo

EVALUASI KESIAPSIAGAAN NUKLIR DI INSTALASI RADIOMETALURGI BERDASARKAN PERKA BAPETEN NOMOR 1 TAHUN 2010

BAB 1 PENDAHULUAN. mutasi sel normal. Adanya pertumbuhan sel neoplasma ini ditandai dengan

PEMBAHASAN. 1. Peranan Radioaktif dalam Bidang Kesehatan dan Kedokteran

Transkripsi:

PENGARUH PAPARAN RADIASI TERHADAP PETUGAS BRACHYTHERAPY DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK Hendrik Samosir * Safruddin Ilyas ** co_today82@yahoo.com intisari Telah dilakukan penelitian tentang Pengaruh Paparan Radiasi Terhadap Petugas Brachyterapy di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dosis radiasi yang diterima oleh petugas brachyterapy di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.Pengukuran radiasi ini menggunakan film badge dan survey meter serta data pendukung yang diperoleh dari Badan Pengawas Fasilitas Kesehatan Medan. Hasil penelitian diperoleh, dosis yang diterima petugas brachyterapy masih dalam batas yang diizinkan oleh Badan Pengawas Tenaga Nuklir ( BAPETEN ) yaitu < 5000 mrem pertahun, dan tidak ditemukan dampak dari radiasi yang diterima petugas. Pihak rumah sakit harus tetap melakukan pemantauan dosis radiasi setiap bulan dan perlu melakukan pemeriksaan kesehatan pekerja radiasi. Kata Kunci: Dosis, Radiasi, Brachyterapy, Film Badge. The Effect Radiation Exposure to Brachyterapy Officer at General Hospital Haji Adam Malik. abstrac It has been done Radiation Exposure Effect Brachyterapy Officer at General Hospital Haji Adam Malik. This study aims to determine the radiation dose received by the clerk brachyterapy at General Hospital Haji Adam Malik Medan.Measurement using film radiation badges and survey meters and supporting data obtained from the Agency for Healthcare Facilities Field Supervisor. The results obtained, the dose received by the clerk brachyterapy still within the limits permitted by the Board of Trustees of Nuclear Power (BAPETEN) <5000 mrem per year, and found no effect of radiation received by the clerk. The hospital must keep monitoring radiation doses per month and require a medical examination of radiation workers. Key Word : Dosis, Radiation, Brachyterapy, Film Badge

1. PENDAHULUAN Brachyterapy ( Terapi Radiasi Internal ) merupakan jenis radiasi terapi yang bertujuaan memberikan dosis radiasi sedekat mungkin pada jaringan kanker dengan dosis maksimum (Anonim,2012 www.terapybrachy.com ). Biasanya petugas radiasi dalam melakukan pemeriksaan harus menggunakan proteksi radiasi. Proteksi radiasi adalah suatu cabang ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan tehnik kesehatan yaitu tentang proteksi yang perlu diberikan kepada seseorang atau kelompok orang terhadap kemungkinan diperolehnya akibat negative dari radiasi pengion, sementara kegiatan yang diperlukan dalam pemakaian sumber radiasi pengion masih tetap dilaksanakan. Akibat efek negative ini disebut efek somatic apabila diderita orang yang terkena radiasi, dan disebut genetic apabila dialami oleh keturunannya ( Bapeten,1997 ) Efek stokastik adalah akibat dan dosis radiasi yang diterima oleh seseorang dan tanpa suatu nilai ambang. Efek non stokastik adalah akibat dimana tingkat keparahan dari akibat radiasi ini tergantung pada dosis radiasi yang diterima dan oleh karena itu diperlukan suatu nilai ambang. Dalam proteksi radiasi,efek keturunan adalah efek stokastik. Masalah utama dalam proteksi radiasi pada penerimaan dosis rendah adalah penyakit kanker merupakan resiko somatic dan stokastik pada dosis rendah. Beberapa efek somatic non stokastik bersifat khas untuk jaringan biologi tertentu,misalnya katarak pada lensa mata, kerusakan non malignan pada kulit, kerusakan sel pada sumsum tulang yang mengakibatkan kelainan darah dan kerusakan sel kelamin yang mengakibatkan kemandulan. Agar efek non stokastik ini tidak terjadi diperlukan nilai batas dosis seluruh jaringan tubuh ( Bapeten,2005 ). dimana kemungkinan terjadinya efek tersebut keturunannya, merupakan fungsi

2. TINJAUAN PUSTAKA Sinar X adalah pancaran gelombang elektromagnetik yang sejenis dengan gelombang radio, panas, cahaya, dan sinar ultra violet tetapi dengan panjang gelombang yang sangat pendek. Sinar bersifat heterogen, panjang gelombangnya bervariasi tidak terlihat. Perbedaan antara sinar X dengan sinar elektromagnetik lainnya juga terletak pada panjang gelombang, dimana panjang gelombang sinar X sangat pendek yaitu 1/10000 panjang gelombang cahaya yang kelihatan. Karena panjang gelombang yang sangat pendek itu maka sinar X dapat menembus benda benda. Sinar X pertama kali ditemukan oleh fisikawan berkebangsaan Jerman Wilhelm Conrad Roentgen pada tahun 1895, sewaktu melakukan eksperimen dengan sinar katoda. Saat itu ia melihat timbulnya sinar fluoresensi yang berasal dari Kristal barium platinosianida dalam tabung crookes-hittof yang dialiri listrik. Ia segera menyadari bahwa fenomena ini merupakan suatu penemuan baru sehingga dengan gigih ia terus menerus melanjutkan penyelidikannya. Tidak lama kemudian ditemukan sinar yang disebutnya sinar baru atau sinarx. Baru kemudian hari orang menamakan sinar tersebut sinar Roentgen sebagai penghormatan kepada Wilhelm Conrad Roentgen (Syahriar Rasad, 1999). Roentgen dalam penyelidikannya selanjutnya segera menemukan hampir semua sifat-sifat fisik dan kimia sinar X. Namun ada satu sifat yang tidak sampai diketahuinya, yaitu sifat biologi yang dapat merusak sel-sel hidup. (Rasad. 1999). Sifat biologik dari sinar ini baru terlihat sewaktu kulit berwarna akibat penyinaran. Mulai saat itu banyak sarjana yang menaruh harapan bahwa sinar ini juga dapat digunakan untuk pengobatan. Namun saat ini belum sampai terpikirkan bahwa sinar ini membahayakan dan merusak sel hidup. Kelainan biologic akibat sinar Roentgen pada tingkat dini hanya sekedar

perubahan warna kulit dan merontokkan rambut, namun dalam dosis yang tinggi menimbulkan tumor ganas pada kulit atau kanker kulit. Pada dasa warsa pertama dan kedua barulah diketahui puluhan ahli radiologi menjadi korban sinar roentgen ini. Korbannya adalah dr. Max Herman Knoch, menderita nekrosis pada hampir seluruh lengan kiri dan kanannya yang kemudian menjelma menjadi kanker kulit yang meluas sampai keparu-paru. Korban lainnya adalah Albers Schonberg, Cadwell, Friedlander, Hozkenwcht, Bergonie, Irene Currie, dan lain-lain (Syahriar Rasad, 1999). Setelah diketahui sinar X dapat mengakibatkan kerusakan yang berlanjut sampai menjadi kanker kulit bahkan leukemia maka mulailah diambil tindakan pencegahan kerusakan tersebut. Pada kongres internasional radiologi tahun 1953 dibentuk The International Committee on Radiological Protection ( IRCP ),yaitu peraturan peraturan yang lengkap untuk proteksi radiasi sehingga diharapkan selama seseorang mengindahkan semua petunjuk tersebut,tidak perlu khawatir akan bahaya sinar Rontgen ( Akhadi,2000 ). Efek Radiasi Pada penelitian ternyata tidak semua sel mempunyai kepekaan yang sama terhadap radiasi. Borgonie dan Tribondeu mendapatkan bahwa radioaktivitas berbanding terbalik dengan derajat diferensial dan berbanding lurus dengan kapasitas reproduksi. Dengan demikian jaringan yang sel selnya aktif membelah mempunyai kepekaan yang relatif tinggiterhadap radiasi, adalah sel sel darah putih, sel sel pembentuk darah dalam sumsum tulang merah, sel sel epitel kulit dan selaput lendir, sel sel pembentuk sperma dan telur ( Bapeten, 2005 ) Darah putih merupakan komponen selular darah yang tercepat mengalami perubahan akibat radiasi. Efek pada jaringan ini berupa penurunan jumlahh sel. Komponen selular darah yang lain (

butir pembeku dan darah merah ) menyusul setelah sel darah putih. Sumsum tulang merah yang mendapat dosis tidak terlalu tinggi masih dapat memproduksi sel sel darah, sedangkan pada dosis yang cukup tinggi akan terjadi kerusakan permanenyang berakhir dengan kematian. Akibatnya penekanan aktivitas sum sum tulang maka orang yang terkena radiasi akan menderita kecendrungan pendarahan dan infeksi, anemia dan kekurangan haemoglobin. Gangguan kesehatan dalam bentuk apapun merupakan akibat dari paparan radiasi yang bermula dari interaksi antara radiasi dengan sel maupun jaringan tubuh manusia. Akibat interaksi itu sel sel dapat mengalami perubahan struktur Menurut Akhadi ( 1997 ), berdasarkan proses berlangsungnya ada dua jenis penyinaran terhadap tubuh manusia yaitu : 1. Efek biologi seketika, yaitu efek yang kemunculannya kurang dari satu tahun sejak terjadinya penyinaran. Penyinaran akut melibatkan dosis tinggi. 2. Efek tertunda yaitu penyinaran oleh eadiasi dosis rendah namun berlangsung terus menerus. Penyinaran ini biasanya tidak segera menampakan efeknya. Komisi Nasional untuk Perlindungan Radiasi ( IRCP ) membagi efek radiasi pengion terhadap tubuh manusia menjadi dua yaitu : 1. Efek Stokastik Berkaitan dengan paparan dosis rendah yang dapat muncul pada manusia dalam bentuk kanker ( kerusakan somatik ) atau cacat pada keturunan ( Kerusakan genetik ). Yang dimaksud radiasi dosis rendah dosis radiasi dari 0,25 sampai dengan 1.000 msv. Dalam efek stokastik tidak dikenal adanya dosis ambang. Jadi sekecil apapun dosis radiasi yang diterima tubuh adakemungkinan menimbulkan kerusakan somatik maupun genetik 2. Efek Deterministik Berkaitan dengan paparan radiasi dosis tinggi yang kemunculannya dapat

langsung dilihat atau dirasakan individu yang terkena radiasi. Efek tersebut dapat muncul seketika hingga beberapa minggu setelah penyinaran. Efek ini mengenal adanya dosis ambang, jadi hanya radiasi dengan dosis tertentu yang dapat menimbulkan efec deterministik radiasi dibawah dosis ambang tidak akan menimbulkan efek deterministik sebagai contoh adalah erythema kulit ( kulit merah ) karena teerpapar radiasi sebesar 3.000 6.000 msv, atau kerontokan rambut yang disebabkan oleh paparan radiasi sebesar 6.000 12.000 msv. Kemunculan efek ini juga ditandai dengan munculnya keluhan baik umum maupun lokal. Keluhan umum berupa : nafsu makan berkurang, mual, lesu, lemah, demam, keringat berlebihan hingga menyebabkan shock. Beberapa saat kemudian timbul keluhan yang lebih khusus yaitu nyeri perut, rambut rontok, shock bahkan kematian. Sedangkan keluhan lokal yang biasa muncul adalah erythema kulit, pedih, gatal, bengkak, melepuh, memborok, dan kerontokan rambut kulit. Beberapa efek deterministik lainnya yang dapat muncul akibat paparan radiasi dosis tinggi pada manusia adalah : a. Penerimaan dosis radiasi 100.000 msv ( 100 msv ) mengakibatkan kerusakan sistem saraf pusat yang diikuti dengan kematian setelah beberapa jam. b. Penyinaran dosis radiasi 10 50 msv mengakibatkan kerusakan saluran pencernaan dan dapat mengakibatkan kematian 1-2 minggu. c. Dosis radiasi 3 5 msv mengakibatkan kerusakan pada organ pembentukan sel darah merah pada sumsum tulang belakang yaitu dengan kematian setelah 1 2 bulan. d. Efek somatik pada organ reproduksi adalah terganggunya produksi sperma pada pria dan kerusakan ovum pada wanita sehingga mengakibatkan kemandulan. e. Radiasi dapat mengakibatkan kerusakan pada lensa mata sehingga

mengakibatkan katarak dengan dosis 2 5 msv. Nilai Ambang Batas Dosis radiasi yang diterima oleh seseorang dalam menjalankan suatu kegiatan tidak boleh melebihi batas dosis yang ditetapkan. International Committee Radiation Protection ( ICRP ) mendefenisikan nilai batas dosis adalah dosis yang diterima dalam jangka waktu tertentu atau dosis yang berasal dari penyinaran intensif seketika, yang menurut tingkat pengetahuan dewasa ini memberikan kemungkinanyang dapat diabaikan tentang terjadinya cacat somatik gawat atau cacat genetik ( Akhadi, 2000 ). Dosis tertinggi yang diizinkan untuk diterima oleh seorang pekerja radiasi didasarkan akumulasi sebagai berikut : D = 5 ( N 18 ) Dimana : D: Dosis akumulasi dari mulai bekerja sampai ke umur N dinyatakan dalam Rem. 5: Nilai batas ambang dosis radiasi yang diterima oleh pekerja radiasi yaitu 5 rem pertahun. N: Usia pekerja radiasi yang bersangkutan dinyatakan dalam tahun. 18: Usia terendah dari seorang yang diizinkan untuk bekerja dalam medan radiasi, dinyatakan dalam tahun. Nilai ambang batas di Indonesia dituangkan dalam Surat Keputusan Direktur Jenderal Badan Tenaga Atom Nasional Nomor : PN 03/160/DJ/89 tentang ketentuan keselamatan kerja terhadap radiasi. Dalam peraturan ini ditekankan bahwa pekerja yang berumur kurang 18 tahun tidak diizinkan sebagai petugas radiasi, selain itu pekerja wanita dalam masa menyusui tidak diizinkan mendapat tugas yang mengandung resiko kontaminasi radioaktif yang tinggi. 3. METODE PENELITIAN 1. Pasien Brachyterapy dibawa ke ruang pemeriksaan ( B pada skema dibawah ) 2. Posisi pasien tidur / posisi litotomy diatas meja pemeriksaan 3. Alat sumber radiasi dimasukkan ke dalam cervik / melalui lubang kemaluan 4. Petugas radiasi ( A pada skema dibawah ) di meja kontrol operator 5. Petugas radiasi memakai film badge

B A Gambar. Skema ruang brachyterapi Keterangan : A. Meja kontrol operator B. Ruang pemeriksaan. Pintu Dalam bidang kesehatan khususnya, pemanfaatan radiasi sudah sangat pesat. Pemanfaatan sumber radiasi ini dilakukan untuk pengobatan ( Therapy ) terhadap kanker. Di Rumah Sakit Umum Haji Adam Malik dalam perannya memberikan pelayanan kepada masyarakat dilengkapi dengan fasilitas Brachyterapy interna sebagai salah satu terapy kanker. Peralatan sumber radiasi interna ini mempunyai banyak kelebihan antara lain tingkat efisien dan factor ketepatan yang sangat tinggi apabila dilakukan oleh tim kerja yang professional dibidangnya. Didalam pemanfaatan sumber radiasi diperlukan suatu prosedur kerja yang mengacu pada pencapaian keselamatan kerja. Prosedur kerja ini sangat penting artinya karna menyangkut keselamatan pekerja radiasi. Adapun prosedur keselamatan kerja itu adalah : a) Persiapan penyinaran Pekerja radiasi harus memakai film badge Surveymeter yang telah diperiksa masa kalibrasi Pesawat Brachyterapy dihidupkan`` b) Pengoperasian ( menghidupkan alat ) Tekan tombol power Klik yes close Log in Masukan password Tekan ok Prepare Klik all patien Import plan pada selected plan

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengukuran Dosis Perorangan Berdasarkan hasil pengukuran dosis perorangan pada tahun 2011 diperoleh seperti pada tabel 4.1 N o 1 2 Nama Ny. Rosmaniar Evi Sitorus Ny. Ida Rohani Simamora Dosis (mrem) Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 Tabel 4.1. Hasil pengukuran dosis perorangan Tahun 2011 Nilai dosis radiasi yang diterima oleh pekerja radiasi dengan rentang sebagai berikut : 1. 0 sampai 14 mrem dibaca 10 mrem 2. 15 sampai 24 mrem dibaca 20 mrem 3. 25 sampai 34 mrem dibaca 30 mrem film badge didapat dosis sebesar 120 mrem / tahun, artinya bahwa dosis yang diterima oleh pekerja radiasi di unit brachyterapy Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan masih dalam ambang batas. Berdasarkan hasil pengukuran dosis pekerja radiasi yang dilakukan melalui Pada tabel 4.2, diperlihatkan hasil pengukuran dosis perorangan Tahun 2012 No Nama Dosis (mrem) Jan Feb Mar Apr Mei 1 Ny. Rosmaniar Evi Sitorus 10 10 10 10 10 2 Ny. Ida Rohani Simamora 10 10 10 10 10 Tabel 4.2. Hasil pengukuran dosis perorangan Tahun 2012

Berdasarkan hasil pengukuran dosis pekerja radiasi yang dilakukan melalui film badge didapat dosis sebesar 50 mrem /5 bulan, artinya bahwa dosis yang diterima oleh pekerja radiasi di unit brachyterapy Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan masih dalam ambang batas. Nilai Batas Dosis untuk Penyinaran Lokal : Dalam hal penyinaran hanya bersifat local yaitu hanya bagian khusus tubuh ditetapkan sebagai berikut : a. Batas dosis efektif yang dihitung berdasarkan factor bobot jaringan tidak boleh lebih dari 50 msv / tahun b. Batas dosis untuk tangan,lengan tungkai dan kaki adalah 50 msv / tahun ( Bapeten,2005) Nilai Batas Dosis untuk Masyarakat Umum : a. Nilai batas dosis untuk seluruh tubuh 5 msv/tahun b. Nilai batas dosis untuk penyinaran local 50 msv/tahun c. Nilai batas dosis ekivalen efektif 5 msv/tahun ( Bapeten,2005 ) 4.2 Hasil Chek up darah rutin Dari pemeriksaan kandungan sel darah, pada petugas Brachyterapi pada tahun 2011diperoleh seperti pada tabel 4.3. Sel Darah Putih Sel Darah Merah Trombosit No Nama (4,5-11,0)10 6 (4,20- (150- /mm 3 4,87)10 3 /mm 3 450)10 3 /mm 3 1 Ny. Rosmaniar Evi M Sitorus 4,19 7,96 163 2 Ida Rohani 4,86 6,63 278 Tabel 4.3. Hasil Pemeriksaan Kandungan Sel Darah Putih, Sel Darah Merah dan Trombosit petugas Brachytherapi Tahun 2011 Berdasarkan dari tabel 4.3, hasil pemeriksaan laboratorium dapat dilihat bahwa petugas radiasi tidak mengalami kelainan sel darah merah, sel darah putih maupun trombosit. Berdasarkan hasil pengukuran sel darah pada petugas Brachyterapi tahun 2012 diperlihatkan seperti tabel 4.4.

Sel Darah Putih Sel Darah Merah Trombosit No Nama (4,5-11,0)10 6 (4,20- (150- /mm 3 4,87)10 3 /mm 3 450)10 3 /mm 3 1 Ny. Rosmaniar Evi M Sitorus 4,19 7,96 163 2 Ida Rohani 4,42 4,41 232 Tabel 4.4. Hasil Pemeriksaan Kandungan Sel Darah Putih, Sel Darah Merah dan Trombosit petugas Brachitherapi Tahun 2012 Berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium darah rutin dari petugas radiasi, dapat dilihat bahwa petugas radiasi yang bernama Ida Rohani mengalami kelainan sel darah putih dengan hasil 4,42 dibawah dari nilai rujukan (4,5 11,0) 10 6 /mm 3. Menggunakan perrhitungan secara analitik dengan menggunakan bahan radioaktif Ir 129 maka besar radiasi yang diterima petugas rumah sakit sebesar: ME H = 6d 2 37 X 10 3 MBq X 0,13 Mev H = 6 (3) 2 H = 89,07 µsv / jam H = 89,07 X 10 6 1 Sv = 100 rem 100 Rem = Sv Sv / jam 89,07 X 10-6 1 rem = 100 = 89,07 X 10-8 = 89,07 X 10-5 mrem / jam = 0,16 mrem /bulan Berdasarkan Standart BPFK bahwa besar radiasi yang diterima antara 0 s/d 14 mrem dibaca 10 mrem. 5. KESIMPULAN Berdasarkan hasil dan pembahasan pada penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Dosis radiasi yang diterima oleh petugas brachyterapi di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan masih dalam batas yang diizinkan oleh Badan PengawasTenaga Nuklir ( BAPETEN ) lebih kecil dari 5000 mrem per tahun.

2. Dosis radiasi yang diterima pekerja radiasi tidak mempengaruhi pada sel darah merah, sel darah putih dan trombosit. DAFTAR PUSTAKA 1. Akhadi,M. 1997. Pengantar Tekhnologi Nuklir. PT.Rineka Cipta Jakarta 2. Bapeten. 1997. Pendidikan dan PelatihanPetugas Proteksi Radiasi. Jakarta 3. Bapeten. 2005. Petugas Proteksi Radiasi.Jakarta 4. Syahriar Rasad. 1990. Radiodiagnostik,Balai Penerbit FKUI. Jakarta 5. Syahriar Rasad. 1999.Radiodiagnostik,Balai Penerbit FKUI. Jakarta 6. Batan. 2007. Buku Panduan Pusat Pendidikan dan Penelitian Dosimetri. Jakarta