BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani pada dasarnya merupakan pendidikan melalui. aktivitas jasmani yang dijadikan sebagai media untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

I. PENDAHULUAN. diharapkan siswa akan dapat mencapai standar kompetensi pada masingmasing

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. permainan kucing bola dalam lingkaran dapat meningkatkan kemampuan passing

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN GERAK DASAR LARI SPRINT PADA SISWA KELAS V SDN SUKAJADI KECAMATAN SITURAJA KABUPATEN SUMEDANG

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman belajar melalui proses pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan

BAB I PENDAHULUAN. Suatu realita yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari bahwasanya di. mengelola pembelajaran baik dalam menguasai

BAB I PENDAHULUAN. dengan banyaknya masyarakat, mulai anak usia dini yang ikut serta dalam setiap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan cara

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

I. PENDAHULUAN. Sekolah pada hakikatnya merupakan lembaga pendidikan yang bertugas untuk

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah KTSP Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

METODOLOGI PENELITIAN. karena metode merupakan faktor yang penting dalam menentukan. hal ini peneliti akan menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Dari hasil pembahasan penelitian yang telah dilakukan mengenai penggunaan modifikasi raket sebagai upaya

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Sukamantri dalam pembelajaran gerak dasar lari cepat 40 meter melalui

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

MODIFIKASI ALAT BANTU PEMBELAJARAN PADA MATERI AJAR GERAK DASAR MENENDANG DALAM SEPAK BOLA. Untung

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan keterampilan olah raga tetapi pada perkembangan si anak seutuhnya.

I. PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang No.20 Tahun 2003, yang berbunyi Pendidikan. adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suatu proses

BAB I PENDAHULUAN. pembukaan UUD 1945 alenia IV, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. jasmani juga mencakup aspek mental, emosional, sosial dan spiritual.

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SERVIS BAWAH BOLA VOLI MELALUI PENGGUNAAN MODIFIKASI BOLA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses kegiatan belajar mengajar merupakan suatu aktifitas yang bertujuan mengarahkan

BAB I PENDAHULUAN. didik, sehingga peserta didik dapat mengalami perubahan yang diinginkan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah


MENINGKATKAN VARIASI GERAK DASAR DALAM PEMBELAJARAN PERMAINAN ROUNDERS MELALUI PERMAINAN TARGET

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Diterapkanya pendidikan dasar Sembilan tahun berdasarkan UU Nomor 2

III. METODELOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SERVIS BULUTANGKIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan salah satu mata

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peran penting di era globalisasi ini, yakni bagaimana

BAB I PENDAHULUAN. akan mendapatkan pengembangan dalam kepribadian maupun pengetahuan. maupun di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PENERAPAN PEMBELAJARAN MEMBACA DENGAN PERMAINAN KARTU GAMBAR PADA ANAK KELOMPOK B TK SATU ATAP MARDI PUTRA I WONOGIRI TAHUN PELAJARAN 2009/2010

PENERAPAN PENGGUNAAN ALAT BANTU PEMBELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. perilaku hidup sehat dan aktif, serta sikap sportif. Pendidikan jasmani merupakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah adalah salah satu lembaga formal dalam sistem pendidikan yang

MENINGKATKAN PEMBELAJARAN GERAK DASAR SERVICE PENDEK PUKULAN BACKHAND DALAM PERMAINAN BULUTANGKIS MELALUI MEDIA DINDING

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kegiatan formal yang dilakukan di sekolah.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. agar tumbuh dan berkembang sesuai dengan tahap-tahap perkembangannya,

BAB I PENDAHULUAN. Hal tersebut merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah, masyarakat,

Penerapan Model Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Kenampakan Alam Dan Sosial Budaya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) belakangan ini

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan memiliki peran yang sangat

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Kondisi Awal

BAB I PENDAHULUAN. investasi jangka panjang dalam upaya pembinaan mutu sumber daya manusia.

2016 IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PERMAINAN EFTOKTON TERHADAP JUMLAH WAKTU AKTIF BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN PERMAINAN BULUTANGKIS

PENERAPAN METODE PERMAINAN LARI SAMBUNG MATA PELAJARAN PENJASKES UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA SISWA KELAS 2 A SDN TANGGUL KULON 03 JEMBER

I. PENDAHULUAN. mencerdaskan dan meningkatkan taraf hidup suatu bangsa. Bagi bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) : Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan (Bola Voly)

SIKLUS I RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Kelas/Semester : VIII/ 1 (Ganjil ) : Pendidikan Jasmani, Olahraga dan. Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sebagai suatu proses pembinaan manusia yang berlangsung

BAB 1 PENDAHULUAN. Proses kegiatan belajar mengajar merupakan suatu aktivitas yang bertujuan

PENINGKATAN HASIL BELAJAR GERAK DASAR FOREHAND

BAB IV PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN

PENINGKATAN KETRAMPILAN MENGHITUNG BILANGAN DUA ANGKA MENGGUNAKAN METODE DRILL. Mundasah SD Negeri 02 Wiradesa Pekalongan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. diselenggarakan berdasarkan prosedur dengan mengharapkan adanya perubahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani merupakan salah satu alat yang dapat digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE PADA MATERI PERUBAHAN SIFAT BENDA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

MENINGKATKAN HASIL LOMPATAN MELALUI PERMAINAN MELOMPATI KARDUS PADA SISWA KELAS V SDN TEGALKALONG KABUPATEN SUMEDANG

2015 PERBANDINGAN TINGKAT DISIPLIN SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKULIKULER BULUTANGKIS DAN KARATE DALAM PEMBELAJARAN PENJAS

BAB I PENDAHULUAN. penting karena Pendidikan Anak Usia Dini merupakan fondasi dasar. Pendidikan Nasional, Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Lampiran 4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN SIKLUS PERTAMA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani dan kesehatan di sekolah dasar menurut Herdiana dan Saptani (2012, hlm. 1) mengemukakan bahwa :

IMPLEMENTASI KOOPERATIF STAD UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR BULUTANGKIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan kebutuhan manusia sampai kapanpun dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari sistem pendidikan

Transkripsi:

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian tentang meningkatkan gerak dasar servis pendek backhand melalui modifikasi permainan tembak sasaran di kelas IV Sekolah Dasar Negeri Panjalin Kidul 2 Kecamatan Sumberjaya Kabupaten Majalengka, dapat disimpulkan bahwa: 1. Perencaaan Kinerja Guru Perencanaan pembelajaran meningkatkan gerak dasar servis pendek backhand melalui modifikasi permainan tembak sasaran memberikan hasil peningkatan yang baik dan memberikan variasi-variasi dalam proses belajar mengajar. Perencanaan pembelajaran yang telah ditentukan sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah disiapkan dan ditentukan. Dimana dalam data awal ditemukan hasil mencapai 43%. Pada siklus I, guru membuat perencanaan pembelajaran yang dimodifikasi kedalam bentuk permainan tembak sasaran dengan sasaran tembak berupa kaleng cat yang ukuran panjangnya 13cm, dan lebarnya 11cm, dengan jumlah kaleng cat sebanyak 4 buah kaleng. Dalam pembelajaran ini mencapai 63%. Dalam siklus II, guru membuat rencana pembelajaran yang sama dengan siklus I, namun hanya jenis dan jumlah kalengnya yang berbeda. Pada siklus II, kaleng yang digunakan adalah kaleng minuman (kaleng larutan) yang ukuran panjangnya 11cm, dan lebarnya 6cm, dengan jumlah kaleng yang ditambah menjadi 6 buah kaleng. Dalam pembelajaran ini mencapai 83%. Sedangkan pada siklus III, kalengnya ditambah sebanyak 8 buah kaleng, dengan kaleng susu yang ukuran panjangnya 9cm, lebarnya 5cm. Dalam pembelajaran ini mencapai 100%, dengan ini target telah berhasil dicapai. 2. Pelaksanaan Kinerja Guru Dalam tahap ini, guru tetap mengacu pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah direncanakan dan dibuat sehingga guru dapat mengajar secara baik. Dalam pelaksanaannya guru menjelaskan beberapa aspek 113

114 diantaranya mendemonstrasikan materi pembelajaran yang dimodifikasi kedalam bentuk permainan tembak sasaran dengan target yang berbeda-beda pada setiap siklusnya. Pada data awal, pelaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan hasil yang diperoleh mencapai 44%, hal ini terjadi karena pada saat mengajar guru kurang begitu siap, sehingga penyampaian materi dan pembelajarannyapun kurang begitu baik. Dalam siklus I, diperoleh hasil mencapai 64%, ini dikarenakan guru mulai memperbaiki kesalahan-kesalahan serta kekurangankekurangan pada pelaksanaan sebelumnya. Pada siklus II, diperoleh hasil mencapai 77%, pembelajaran dalam pelaksanaan tindakan siklus II ini mengalami peningkatan dari pelaksanaan-pelaksanaan tindakan sebelumnya. Kemudian pelaksanaan tindakan dalam siklus III, diperoleh hasil mencapai 96% dan target pun terlampaui. 3. Aktivitas Siswa Aspek yang meliputi pada kegiatan ini adalah aspek disiplin, sportivitas, pantang menyerah, dan kerjasama. Dalam pelaksanaan pada setiap siklusnya, aspeknyapun mengalami peningkatan pada setiap siklusnya. Pada data awal terdapat ada 2 orang atau 10% yang termasuk kategori baik sekali (BS), 8 orang atau 40% termasuk kategori baik (B), 4 orang atau 20% termasuk kategori cukup (C), 6 orang 30% termasuk kategori kurang (K). Dalam data awal, terdapat aspek disiplin yaitu, ada 7 orang atau 35% termasuk kategori kurang, 10 orang atau 50% termasuk kategori cukup, dan 3 orang atau 15% termasuk kategori baik. Aspek sportivitas ada 9 atau 45% termasuk kategori kurang, 6 atau orang atau 30% termasuk kategori cukup, 5 atau 25% termasuk kategori baik. Pada aspek pantang menyerah terdapat 7 atau 35% termasuk kategori kurang, 9 atau 45% termasuk kategori cukup, 4 orang atau 20% termasuk kategori baik. Sedangkan pada aspek kerjasama terdapat 6 orang atau 30% termasuk kategori kurang, 10 orang atau 50% termasuk kategori cukup, 4 orang atau 20% termasuk kategori baik. Dengan ini, data awal diperoleh hasil mencapai 50%. Pada siklus I mencapai, 50%, dengan kategori sangat baik (BS) terdapat 2 orang atau 10%, kategori baik (B) terdapat 8 orang atau 40%, kategori cukup (C) terdapat 4 orang atau 20%, dan kategori kurang (K) terdapat 6 orang atau 30%. Dalam siklus I,

115 terdapat aspek disiplin yaitu, ada 5 orang atau 25% termasuk kategori kurang, 12 orang atau 60% termasuk kategori cukup, dan 3 orang atau 15% termasuk kategori baik. Aspek sportivitas ada 7 atau 35% termasuk kategori kurang, 8 atau orang atau 40% termasuk kategori cukup, 5 atau 25% termasuk kategori baik. Pada aspek pantang menyerah terdapat 8 atau 40% termasuk kategori kurang, 5 atau 25% termasuk kategori cukup, 7 orang atau 35% termasuk kategori baik. Sedangkan pada aspek kerjasama terdapat 6 orang atau 30% termasuk kategori kurang, 9 orang atau 45% termasuk kategori cukup, 5 orang atau 25% termasuk kategori baik. Pada siklus II mencapai 70%, dengan kategori baik sekali (BS) terdapat 4 orang 20%, kategori baik (B) terdapat 10 orang 50%, kategori cukup (C) terdapat 3 orang 15%, dan kategori kurang (K) terdapat 3 orang atau 15%. Dalam siklus II, terdapat aspek disiplin yaitu, ada 8 orang atau 40% termasuk kategori kurang, 9 orang atau 45% termasuk kategori cukup, dan 3 orang atau 15% termasuk kategori baik. Aspek sportivitas ada 7 atau 35% termasuk kategori kurang, 8 atau orang atau 40% termasuk kategori cukup, 5 atau 25% termasuk kategori baik. Pada aspek pantang menyerah terdapat 4 atau 20% termasuk kategori kurang, 6 atau 30% termasuk kategori cukup, 10 orang atau 50% termasuk kategori baik. Sedangkan pada aspek kerjasama terdapat 3 orang atau 15% termasuk kategori kurang, 9 orang atau 45% termasuk kategori cukup, 8 orang atau 40% termasuk kategori baik. Sedangkan pada siklus III mencapai 85%, dengan kategori sangat baik (BS) mencapai 30%, kategori baik (B) mencapai 50%, kategori cukup (C) mencapai 15%, dan kategori kurang (K) mencapai 5%. Pada siklus III, targetpun telah tercapai. Dalam siklus III, terdapat aspek disiplin yaitu, ada 5 orang atau 25% termasuk kategori kurang, 10 orang atau 50% termasuk kategori cukup, dan 5 orang atau 25% termasuk kategori baik. Aspek sportivitas ada 3 atau 15% termasuk kategori kurang, 10 atau orang atau 50% termasuk kategori cukup, 7 atau 35% termasuk kategori baik. Pada aspek pantang menyerah terdapat 0 atau 0% termasuk kategori kurang, 5 atau 25% termasuk kategori cukup, 15 orang atau 75% termasuk kategori baik. Sedangkan pada aspek kerjasama terdapat 3 orang atau 15% termasuk kategori kurang, 6 orang atau 30% termasuk kategori cukup, 11 orang atau 55% termasuk kategori baik.

116 4. Hasil Belajar Pembelajaran menggunakan modifikasi permainan memang terbukti peningkatannya, walalupun ada saja kekurangannya. Namun pada pembelajaran ini menuai hasil peningkatan yang sangat bagus jika dilihat pada setiap siklusnya. Pada data awal terdapat ada 8 orang atau 40% yang tuntas, dan 12 orang atau 60% lainnya lagi tidak tuntas. Dalam data awal, terdapat aspek sikap awal yaitu, ada 5 orang atau 25% termasuk kategori kurang, 12 orang atau 60% termasuk kategori cukup, dan 3 orang atau 15% termasuk kategori baik. Aspek perkenaan raket dengan shuttlecock ada 8 atau 40% termasuk kategori kurang, 7 atau orang atau 35% termasuk kategori cukup, 5 atau 25% termasuk kategori baik. Pada aspek sikap akhir terdapat 8 atau 40% termasuk kategori kurang, 8 atau 40% termasuk kategori cukup, 4 orang atau 20% termasuk kategori baik. Sedangkan pada aspek ketepatan sasaran terdapat 5 orang atau 25% termasuk kategori kurang, 11 orang atau 55% termasuk kategori cukup, 4 orang atau 20% termasuk kategori baik. Pada siklus I mengalami peningkatan dengan perolehan terdapat ada 10 orang atau 50% yang tuntas, dan 10 orang atau 50% lainnya lagi tidak tuntas. Dalam siklus I, terdapat aspek sikap awal yaitu, ada 10 orang atau 50% termasuk kategori kurang, 8 orang atau 40% termasuk kategori cukup, dan 2 orang atau 10% termasuk kategori baik. Aspek perkenaan raket dengan shuttlecock ada 6 atau 30% termasuk kategori kurang, 11 atau orang atau 55% termasuk kategori cukup, 3 atau 15% termasuk kategori baik. Pada aspek sikap akhir terdapat 3 atau 15% termasuk kategori kurang, 10 atau 50% termasuk kategori cukup, 7 orang atau 35% termasuk kategori baik. Sedangkan pada aspek ketepatan sasaran terdapat 5 orang atau 25% termasuk kategori kurang, 8 orang atau 40% termasuk kategori cukup, 7 orang atau 35% termasuk kategori baik. Pada siklus II mengalami peningkatan yang sangat baik dengan perolehan terdapat ada 15 orang atau 75% yang tuntas, dan 5 orang atau 25% lainnya lagi tidak tuntas. Dalam siklus II, terdapat aspek sikap awal yaitu, ada 5 orang atau 25% termasuk kategori kurang, 15 orang atau 75% termasuk kategori cukup, dan 1 orang atau 5% termasuk kategori baik. Aspek perkenaan raket dengan shuttlecock ada 4 atau 20% termasuk kategori kurang, 12 atau orang atau 60% termasuk

117 kategori cukup, 4 atau 20% termasuk kategori baik. Pada aspek sikap akhir terdapat 1 atau 5% termasuk kategori kurang, 11 atau 55% termasuk kategori cukup, 8 orang atau 40% termasuk kategori baik. Sedangkan pada aspek ketepatan sasaran terdapat 4 orang atau 20% termasuk kategori kurang, 8 orang atau 40% termasuk kategori cukup, 4 orang atau 20% termasuk kategori baik. Sedangkan pada siklus III terdapat ada 18 orang atau 90% yang tuntas, dan 2 orang atau 10% lainnya lagi tidak tuntas. Dalam siklus III, terdapat aspek sikap awal yaitu, ada 1 orang atau 5% termasuk kategori kurang, 12 orang atau 60% termasuk kategori cukup, dan 7 orang atau 35% termasuk kategori baik. Aspek perkenaan raket dengan shuttlecock ada 1 atau 5% termasuk kategori kurang, 10 atau orang atau 50% termasuk kategori cukup, 9 atau 45% termasuk kategori baik. Pada aspek sikap akhir terdapat 0 atau 0% termasuk kategori kurang, 13 atau 65% termasuk kategori cukup, 7 orang atau 75% termasuk kategori baik. Sedangkan pada aspek ketepatan sasaran terdapat 1 orang atau 5% termasuk kategori kurang, 1 orang atau 5% termasuk kategori cukup, 8 orang atau 40% termasuk kategori baik. Pada siklus III mencapai 90% yang tuntas, dan yang tidak tuntasnya mencapai 10%, dalam siklus III targetpun terlampaui. Berdasarkan pemaparan yang dikemukakan di atas maka hipotesis tindakan penelitian kelas ini adalah sebagai berikut: Jika dalam pembelajaran servis pendek backhand siswa kelas IV di Sekolah Dasar Negeri Panjalin Kidul 2 Kecamatan Sumberjaya Kabupaten Majalengka menggunakan modifikasi permainan tembak sasaran, maka akan meningkatkan gerak dasar servis pendek backhand siswa dalam mengikuti pembelajaran bulutangkis. B. Saran 1. Bagi Siswa Siswa harus lebih aktif lagi dalam belajar, karena hanya belajar dan terus belajar maka hasil yang akan didapatkanpun akan sangat baik, dan sesungguhnya jika siswa aktif dalam pembelajaran, maka akann mempengaruhi terhadap aspek kognitif, motorik, dan juga afektif.

118 2. Bagi Guru a. Modifikasi permainan adalah salah satu cara dan solusi tepat untuk memperbaiki peningkatan keterampilan serta kemampuan anak. Karena hanya bermain dan bermain yang diinginkan oleh anak, maka oleh karena itu modifikasi permainan adalah langkah tepat untuk mempermudah proses peningkatan keterampilan serta kemampuan siswa dalam pembelajaran. b. Guru harus selalu kreatif dalam mengemas pembelajaran, sehingga rasa yang ditimbulkan tidak menjadi kebosanan bagi si anak dalam mengikuti pembejaran. Selain itu, guru juga harus tanggap (respect) terhadap keinginan siswa, keluhan, serta kepekaan siswa, agar dalam proses belajar mengajarpun tidak menjadi hal yang sangat membosankan. 3. Bagi Sekolah a. Sekolah haruslah lebih mendukung kegiatan pembelajaran dengan menyediakan sarana dan pra-sarana yang lengkap agar dalam proses belajar mengajarpun menjadi terkontrol dan harmonis. b. Harus adanya pembinaan-pembinaan oleh sekolah terhadap guru agar dalam pelaksanaan pembelajaran tidak terlalu begitu bergantung pada sarana dann pra-sarana yang telah disediakan oleh sekolah, serta dalam proses belajar mengajarnyapun haruslah dikemas kedalam bentutk modifikasi. 4. Bagi Lembaga UPI Kampus Sumedang a. Dapat menciptakan mahasiswa yang cerdas, jujur, terampil, dan kreatif dalam setiap pembelajaran. b. Memberikan ilmu serta pengalaman kepada setiap mahasiswa dalam pembelajaran. 5. Bagi Peneliti Berikutnya Dengan ucapan Basmal lah, semoga hasil dari penelitian ini bisa bermanfaat dalam memperbaiki hasil pembelajaran dan menjadi tolak ukur untuk penelitian berikutnya, khususnya bagi mahasiswa program studi Pendidikan Jasmani (PENJAS).