PRESIDEN REPUBLIK IND()NESIA BAB 28 PENINGKATAN PERLINDUNGAN DAN KESEJAHTERAAN SOSIAL

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 28 PENINGKATAN PERLINDUNGAN DAN KESEJAHTERAAN SOSIAL

BAB 28 PENINGKATAN PERLINDUNGAN DAN KESEJAHTERAAN SOSIAL

BAB 29 PENINGKATAN PERLINDUNGAN

BAB 29 PENINGKATAN PERLINDUNGAN DAN KESEJAHTERAAN SOSIAL

IV.B.22. Urusan Wajib Sosial

IV.B.22. Urusan Wajib Sosial

IV.B.22. Urusan Wajib Sosial

BAB 29 PENINGKATAN PERLINDUNGAN DAN KESEJAHTERAAN SOSIAL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 01 TAHUN 2010 T E N T A N G PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL BAGI PENYANDANG MASALAH KESEJAHTERAAN SOSIAL

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

- 1 - WALIKOTA MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

BUPATI SIDOARJO PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 73 TAHUN 2016 TENTANG

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015 DINAS SOSIAL PROVINSI SULAWESI SELATAN

Jl. Sukarno Hatta Giri Menang Gerung Telp.( 0370 ) , Fax (0370) Kode Pos TELAAHAN STAF

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 63 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS SOSIAL PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

7. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2002 tentang Pembentukan Kabupaten Banyuasin di Provinsi Sumatera Selatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

LAMPIRAN III PERATURAN BUPATI KARANGASEM NOMOR 41 TAHUN 2014 TENTANG URAIAN TUGAS DINAS DAERAH KABUPATEN KARANGASEM. Dinas Sosial 1.

RENCANA STRATEGIS DINAS SOSIAL PROVINSI BALI TAHUN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 12 TAHUN 2009 PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 12 TAHUN 2009 TENTANG

PENJELASAN A T A S UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG KESEJAHTERAAN SOSIAL

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 62 TAHUN 2016

BAB 29 PENINGKATAN PERLINDUNGAN DAN KESEJAHTERAAN SOSIAL

BUPATI LUWU UTARA PROPINSI SULAWESI SELATAN

Memberikan jaminan sosial kepada warga masyarakat, khususnya penyandang masalah sosial;

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 71 TAHUN 2016 TENTANG

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Sejarah Perkembangan Dinas Sosial Provinsi Riau

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH NOMOR : 23 TAHUN 2001 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 80 TAHUN 2008 TENTANG

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL

PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA

PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS SOSIAL KABUPATEN SUBANG BUPATI SUBANG,

PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 10 TAHUN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI TASIKMALAYA KEPUTUSAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR : 30 TAHUN 2001 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

- 1 - PEDOMAN NOMENKLATUR DINAS SOSIAL TIPE C DAERAH KABUPATEN/KOTA (PENGELOMPOKAN TUGAS BERDASARKAN FUNGSI)

I. PENDAHULUAN. Secara konsepsional, pembangunan yang telah dan sedang dilaksanakan pada

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA

- 1 - PEDOMAN NOMENKLATUR DINAS SOSIAL TIPE B DAERAH KABUPATEN/KOTA (PENGELOMPOKAN TUGAS BERDASARKAN FUNGSI)

- 1 - PEDOMAN NOMENKLATUR DINAS SOSIAL TIPE A DAERAH KABUPATEN/KOTA (PENGELOMPOKAN TUGAS BERDASARKAN FUNGSI)

BAB 29 PENINGKATAN PERLINDUNGAN DAN KESEJAHTERAAN SOSIAL

- 1 - PEDOMAN NOMENKLATUR DINAS SOSIAL TIPE B DAERAH PROVINSI (PENGELOMPOKAN TUGAS BERDASARKAN FUNGSI)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

- 1 - PEDOMAN NOMENKLATUR DINAS SOSIAL TIPE A DAERAH PROVINSI (PENGELOMPOKAN TUGAS BERDASARKAN FUNGSI)

PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR KESEJAHTERAAN RAKYAT URUSAN SOSIAL

RINCIAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR TAHUN TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

RENCANA STRATEGIS DINAS SOSIAL Penyebab utama dari permasalahan sosial adalah kemiskinan. Karena kondisi yang kurang

Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan BAB III Urusan Desentralisasi. Hasil pelaksanaan urusan Sosial tahun 2012 dapat dijelaskan sebagai berikut :

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN

INDIKATOR KINERJA UTAMA

RISALAH KESEPAKATAN PEMBAHASAN SIDANG KELOMPOK MUSRENBANG NASIONAL TAHUN 2010

LAPORAN KINERJA DINAS SOSIAL KABUPATEN BULELENG

TUGAS DAN FUNGSI DINAS SOSIAL

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN

RANCANGAN. PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR Nomor : Tahun 2016

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Laporan Kinerja Instansi Pemerintahan

BUPATI JEMBER PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBER NOMOR 8 TAHUN 2015

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR : 8 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

B U P A T I T A S I K M A L A Y A

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 85 TAHUN 2016 TENTANG

BIDANG SOSIAL BUDAYA. Oleh: Dr. Dra. Luluk Fauziah, M.Si Disampaikan saat pembekalan KKN Mahasiswa UMSIDA 9 Juli 2017

WALIKOTA MAKASSAR PROVINSI SULAWESI SELATAN

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 29 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS SOSIAL

BUPATI LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK BARAT,

BAB II PERENCANAAN KINERJA.

PENETAPAN RENCANA KERJA DINAS SOSIAL KABUPATEN MALANG TAHUN 2017 BAB I PENDAHULUAN

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) DINAS SOSIAL PROVINSI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2017

PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR : 32 TAHUN 2009 TENTANG URAIAN TUGAS DINAS SOSIAL PROVINSI RIAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR RIAU

BAB II PERENCANAAN KINERJA.

KEWENANGAN KEMENTERIAN SOSIAL DALAM VERIFIKASI DAN VALIDASI DATA KEMISKINAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA KHOFIFAH INDAR PARAWANSA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 111 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS SOSIAL ACEH

WALIKOTA TANGERANG PROVINSI BANTEN

2017, No Indonesia Tahun 2011 Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5235); 4. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang

PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK RENCANA KERJA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH (RENJA - SKPD) TAHUN ANGGARAN 2019

PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR DINAS SOSIAL

RINCIAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN

DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TENGAH Jl. Pahlawan No. 12 Semarang Telp

PEMERINTAH KOTA PAREPARE RINCIAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH,ORGANISASI, PENDAPATAN,BELANJA DAN PEMBIAYAAN TAHUN ANGGARAN 2015

LAPORAN KEGIATAN TENAGA KESEJAHTERAAN SOSIAL KECAMATAN

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL DI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS SOSIAL KABUPATEN SUMBAWA BUPATI SUMBAWA

URUSAN WAJIB SOSIAL. Hal Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Walikota Semarang Akhir Tahun Anggaran 2016

INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS SOSIAL PROVINSI BALI PERIODE

PEMERINTAH KABUPATEN BIMA DINAS SOSIAL Jl. Garuda No. 2 Tlp. (0374) 43229

Menteri Sosial RI Khofifah Indar Parawansa

Transkripsi:

REPUBLIK IND()NESIA BAB 28 PENINGKATAN PERLINDUNGAN DAN KESEJAHTERAAN SOSIAL

BAB 28 PENINGKATAN PE RLINDUNGAN DAN KESEJAHTERAAN SOSIAL A. KONDISI UMUM Pembangunan kesejahteraan sosial di Indonesia saat ini menunjukkan hasil yang lebih baik, meskipun masih menghadapi berbagai permasalahan sosial seperti kemiskinan, ketelantaran, kecacatan, ketunaan sosial, keterpencilan, penyalahgunaan napza, korban tindak kekerasan, dan korban bencana alam, serta bencana sosial. Permasalahan tersebut perlu penanganan secara komprehensif dan berkelanjutan, agar tidak memperburuk kondisi kemiskinan struktural, perilaku anti sosial, kondisi disharmoni, kerawanan sosial dan tindak kejahatan yang akan menjadi pemicu terjadinya disintegrasi sosial. Hal ini secara potensial akan mempengaruhi pertumbuhan dan pembangunan ekonomi, dan pada akhirnya akan menjadi beban sosial masyarakat dan pemerintah yang membutuhkanbiaya pembangunan yang lebih besar. Permasalahan kesejahteraan sosial yang berkembang dewasa ini menunjukkan bahwa ada sebagian warga negara yang belum terpenuhi kebutuhan dasarnya secara mandiri dan hidup dalam kondisi kemiskinan. Mereka umumnya mengalami hambatan fungsi sosial dalam hidup bermasyarakat, kesulitan dalam mengaksesistem pelayanan sosial dasar dan tidak dapat menikmati kehidupan yang layak bagi kemanusiaan. Dalam hal ini, yang dihadapi oleh Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) adalah belum terpenuhinya pelayanan sosial dasar seperti kesehatan, pendidikan, sandang, pangan, papan, dan kebutuhan dasar lainnya. Pemenuhan kebutuhan dasar bagi PMKS membutuhkan pengelolaan tersendiri, karena jangkauan dan populasi sasaran yang luas membutuhkan koordinasi dan kemitraan dalam pelayanan pemenuhan kebutuhan dasar. Oleh karena itu, diperlukan upaya peningkatan fungsi-fungsi sosial penyandang masalah kesejahteraan sosial melalui pendekatan dan intervensi profesi pekerjaan sosial sehingga PMKS dapat ditingkatkan fungsi sosialnya agar mampu mengakses pelayanan sosial dasar. Keterbatasan kemampuan pemerintah dalam penanganan masalah kesejahteraan sosial telah mendorong bergesernya paradigma pembangunan kesejahteraan sosial dengan lebih mengefektifkan sistem perlindungan sosial melalui pelayanan rehabilitasi sosial, bantuan dan jaminan sosial serta program kompensasi bagi masyarakat miskin yang terkena dampak negatif dari berbagai kebijakan ekonomi, seperti program kompensasi pengurangan subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) dan bantuan langsung tunai yang telah dilaksanakan beberapa waktu yang lalu. Selanjutnya, untuk mengembangkan pelaksanaan bantuan dan jaminan sosial tersebut, sejak tahun 2007 disediakan program baru bagi rumah tangga sangat miskin (RTSM) yang memenuhi persyaratan (pemeriksaan kehamilan ibu, imunisasi dan pemeriksaan rutin balita, menjamin keberadaan anak usia sekolah di SD/MI dan SMP/lr4Ts), dan pengurangan pekerja anak yang dilaksanakan melalui Program Keluarga Harapan. Bantuan sosial dalam bentuk bantuan langsung tunai masih dimungkinkan sebagai alternatif solusi terakhir untuk mempertahankan daya beli masyarakat miskin yang terkena dampak negatif kebijakan pemerintah. Hal ini, untuk mengantisipasi kemungkinan pengurangan subsidi BBM sebagai akibat kenaikan harga minyak mentah dunia yang sangatinggi akhir-akhir ini dan cenderung terus meningkat. Bentuk bantuan sosial sebagai II.28 - I

kompensasi pengurangan subsidi BBM ini akan disalurkan kepada rumah hangga sasaran yang mencakup Rumah Tangga Sangat Miskin, Miskin, dan Hampir Miskin. Paradigma pembangunan pada masa lalu, penanganan kemiskinan dan masalah sosial lainnya lebih banyak menjadi kewenangan pemerintah pusat sedangkan pemerintah daerah cenderung sebagai pelaksana. Namun, di era desentralisasi seluruh kebijakan, strategi, dan program pelayanan kesejahteraan sosial menjadi kewenangan bersama dengan pembagian peran yangjelas. Dalam rangka mengatasi permasalahan sosial, pemerintah telah menyelenggarakan pelayanan kesejahteraan sosial yang berkualitas dan produktif sehingga dapat meningkatkan kapabilitas, harkat, martabat dan kualitas hidup penyandang masalah kesejahteraan sosial, mengembangkan prakarsa dan peran aktif masyarakat, mengembangkan sistem perlindungan dan jaminan kesejahteraan sosial, serta memperkuat ketahanan sosial bagi setiap warga negara agar tidak mengalami masalah kesejahteraan sosial. Selanjutnya, upaya untuk meningkatkan peran aktif masyarakat terus dilakukan melalui pemberdayaan sosial dan aktualisasi nilai-nilai sosial budaya. Kebutuhan pengembangan potensi dan nilai sosial budaya yang tumbuh dan berkembang di masyarakat, seperti kesetiakawanan sosial, kegotongroyongan, keswad,ayaan masyarakat dan kelembagaankelembagaan sosial/organisasi sosial, perlu diperkuat dan difasilitasi oleh pemerintah di pusat dan daerah agar ketahanan sosial masyarakat tetap terpelihara. Berdasarkan data BPS dan Departemen Sosial tahun 2007, diketahui bahwa warga masyarakat yang tercatat sebagai RTSM atau "fakir miskin" yang membutuhkan perhatian berjumlah sekitar 3,9 juta keluarga atau kurang lebih 23 persen dari jumlah populasi penduduk miskin di Indonesia. Selain itu, masih terdapat pula sejurnlah warga masyarakat lainny6 yang termasuk kategori PMKS seperti gelandangan, pengemis, bekas narapidana telantar, anak jalanan, penyandang cacat, lansia telantar, tuna susila, komunitas adat terpencil dan sebagainya, yang jum1ahny...a mencapai kurang lebih 5,5 juta jiwa. Keberpihakan pemerintah terhadap masyarakat miskin diwujudkan dengan peningkatan penyediaan sarana prasarana pelayanan dan rehabilitasi sosial, bantuan sosial, pemberdayaan sosial ekonomi, pemberian jaminan sosial dan peningkatan kualitas manajemen kelembagaan sosial masyarakat. Namun, pencapaian kegiatan yang telah dilaksanakan, khususnya bidang perlindungan dan kesejahteraan sosial seharusnya dapat dilihat dari peningkatan aksesibilitas PMKS terhadap pelayanan sosial dasar, baik yang diselenggarakan pemerintah maupun masyarakat, sehingga pemenuhan kebutuhan dasar dan perlindungan sosial bagi masyarakat sangat miskin (fakir miskin dan komunitas adat terpencil), anak telantar termasuk anak jalanan, lanjut usia (lansia) telantar, penyandang cacat telantar, korban bencana alam dan sosial (pengungsi), dan kelompok rentan lainnya dapat dicapai. Pemerintah berupaya meningkatkan cakupan layanan kesejahteraan sosial bagi masyarakat sangat miskin, kelompok rentan, dan penyandang masalah sosial. Jumlah sasaran yang diberikan pelayanan kesejahteraan sosial mengalami peningkatan, seperti Komunitas Adat Terpencil yang diberikan bantuan sosial tahun 2006 sebanyak 13.177 KK dan tahun 2007 sebanyak 12.300 KK. Anak telantar yang diberikan pelayanan kesejahteraan sosial baik melalui panti sosial maupun pelayanan berbasis keluarga dan 1t.28-2

komunitas tahun 2005 sebanyak 65.394 anak, di tahun 2006 kepada 64.894 anak, dan 62.200 anak di tahun 2007. Jumlah lanjut usia telantar yang menikmati pelayanan kesejahteraan sosial melalui panti sosial tahun 2006 sebanyak 15.920 orang meningkat menjadi 16.000 orang pada tahun 2007. Penyandang cacat telantar yang menerima pelayanan rehabilitasi sosial sebanyak 28.670 orang pada tahun 2006 dan sebanyak 16.375 orang pada tahun2007, sedangkan korban napzayang telah direhabilitasi pada tahun 2007 sebanyak 4. I 00 orang. Selain itu, bagi masyarakat yang rentan miskin seperti pekerja mandiri dan sektor informal diikutsertakan dalam Program Jaminan Kesejahteraan Sosial melalui Asuransi Kesejahteraan Sosial bagi 20.200 KK di tahun 2006, meningkat menjadi 41.000 KK di tahun 2007 dan pemberian bantuan kesejahteraan sosial permanen (BKSP) bagi 2.920 orang. Bagi penyandang cacat berat dan lanjut usia telantar yang hidupnya sangat tergantung pada orang lain diberikan jaminan kesejahteraan sosial bagi 6.000 orang penyandang cacat berat di delapan provinsi dan sebanyak 3.500 orang lanjut usia telantar di sepuluh provinsi. Upaya pemberdayaan, rehabilitasi sosial dan perlindungan sosial bagi keluarga sangat miskin tidak hanya dilakukan oleh pemerintah, namun didorong peran aktif dan ketahanan sosial masyarakat melalui pelibatan Tenaga Kesejahteraan Sosial Masyarakat (TKSM), atau relawan sosial sebanyak 5.462 orang, fasilitasi kegiatan pemberdayaan bagi 1.218 unit orsos/lsm di 330 desa, pemberdayaan 2.368 Karang Taruna dan 330 wahana Kesejahteraan Sosial Berbasis Masyarakat, pengembangan beberapa LKM BMT KUBE Sejahtera, serta kerjasama dengan 273 perusahaan swasta dan BUMN dalam kerangka tanggungjawab sosial dunia usaha (corporate social responsibility) dalam penanggulangan kemiskinan. Program bantuan sosial, rehabilitasi sosial, dan pemberdayaan terhadap keluarga sangat miskin, rentan dan penyandang masalah sosial telah mampu meningkatkan aksesibilitas terhadap layanan sosial dasar, termasuk pangan, pendidikan, kesehatan, perumahan dan pelayanan kesejahteraan sosial melalui panti sosial. Pemerintah berupaya menyediakan bantuan sarana ekonomi, modal usaha, pelatihan keterampilan, penyuluhan sosial dan pendampingan sosial, serta layanan bimbingan. Hasil yang dicapai yaitu adanya perubahan sikap dan perilaku ke arah yang lebih baik, meningkatnya produktivitas usaha ekonomi, teratasinya masalah sosial psikologis, terpeliharanya pendidikan dasar anak-anaknya, tertatanya rumah dan lingkungan yang sehat dan terpeliharanya kesehatan dan gizi keluarga serta berpartisipasi aktif dalam berbagai kegiatan pembangunan di wilayahnya. Pada saat diputuskan kebijakan Pengurangan Subsidi BBM, untuk melindungi masyarakat miskin agar tidak terkena dampak negatif, maka pemerintah melaksanakan program Subsidi Langsung Tunai (slt) kepada l9,l Juta Rumah rangga Miskin (RTM) dengan total nilai bantuan langsung tunai sebesar Rp 23 triliun. Dampak yang dapat dipantau adalah dapat dipertahankan daya beli masyarakat miskin untuk memenuhi kebutuhan dasarnya. Selain itu, pemerintah berhasil memiliki data RTM secara lengkap berdasarkanama dan alamat penerima (by name by address), termasuk karakteristik sosial ekonomi RTM sebagai dasar perencanaan penanggulangan kemiskinan. Dalam upaya membangun sistem jaminan sosial, pemerintah melakukan uji coba bantuan tunai bersyarat bagi masyarakat sangat miskin melalui sebuah program yang II.28-3

dikenal dengan Program Keluarga Harapan. Program tersebut diselenggarakan dalam rangka menurunkan angka kemiskinan secara terarah dan berkesinambungan, serta meningkatkan kualitas sumberdaya manusia melalui peningkatan akses pelayanan pendidikan, perbaikan gizi, dan pelayanan kesehatan dasar. Di samping permasalahan sosial yang bersifat konvensional, permasalahan sosial lainnya yang agak sulit diperkirakan secara tepat seperti bencana alam (antara lain gempa bumi, banjir, dan kekeringan) memerlukan perhatian yang serius. Kejadian bencana sulit diprediksiwaktu dan lokasinya. Di samping itu, laporan data bencana dari daerah umumnya terlambat dengan akurasi data yang perlu dipertanyakan. Data pengungsi sampai saat ini belum sepenuhnya tertangani, terutama di daerah kantong-kantong pengungsi seperti di NAD, SulawesiTengah, Maluku, NTT dan di beberapa propinsi lainnya. Dalam hal penanggulangan korban bencana alam yang terjadi pada berbagai wilayah, termasuk bagi korban bencana Tsunami dan Gempa Bumi di Nangroe Aceh Darusalam, Nias, Jawa Tengah, Yogyakarta dan Jawa Barat telah diberikan bantuan sosial tanggap darurat dan bantuan bahan rehabilitasi rumah penduduk sebanyak 11.024 KK di l5 provinsi pada tahun 2007. Selain itu, Pemerintah juga memberdayakan Karang Taruna untuk menjadi relawan sosial penanganan pengungsi/korban bencana sebanyak 7000 Taruna Siaga Bencana (TAGANA) di tahun 2007. Pemerintah juga berupaya agar nilai-nilai kesetiakawanan sosial, nilai-nilai kejuangan, nasionalisme dan kearifan budaya lokal dapat diaktualisasikan sebagai modal sosial bangsa dalam mengatasi masalah kemiskinan, bencana alam, dan konflik sosial. Untuk itu pemerintah mencanangkan Gerakan Nasional Kesetiakawanan Sosial, rehabilitasi 36 unit Taman Makam Pahlawan, pemeliharaan 78 Monumen Pahlawan Nasional, memberikan perhatian dan bantuan kepada 74 orang perintis kemerdekaan dan 435 keluarga pahlawan nasional, serta jaminan kesehatan bagi 1.384 orang janda perintis kemerdekaan. Dengan memperhatikan situasi dan perkembangan aneka masalah sosial yang dihadapi saat ini akan dilaksanakan kegiatan lanjutan dan terobosan antara lain dengan meningkatkan fungsi sosial PMKS melalui pelatihan keterampilan, bimbingan dan motivasi, sehingga PMKS memiliki kemampuan untuk mengatasi masalah yang dihadapinya dan dapat mengakses berbagai pelayanan sosial dasar secara mandiri. Meskipun pencapaian pembangunan yang berkaitan dengan kesejahteraan sosial semakin membaik, berbagai permasalahan yang menjadi beban sosial masih harus diatasi, terutama permasalahan yang berkaitan dengan kemiskinan. Dalam hal ini, yang dimaksud kemiskinan adalah tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia seperti pangan, sandang, perumahan, pendidikan dan pelayanan kesehatan dasaq serta mereka yang memiliki keterbatasan kemampuan untuk mengakses berbagai sumber pelayanan kesejahteraan sosial. Masalah lainnya adalah rawan sosial ekonomi, ketunasosialan, ketelantaran, kecacatan, penyimpangan perilaku, keterpencilan, eksploitasi, dan diskriminasi, serta kerentanan sosial warga masyarakat yang berpotensi menjadi penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS). Pencapaian pembangunan bidang kesejahteraan sosial pada tahun 2008 dan tahun-tahun mendatang diperkirakan akan membaik, apabila didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai. 11.28-4

Pada sisi lain keberadaan institusi sosial, dinas sosial/dinas kesejahteraan sosial, Orsos/LSM di bidang kesejahteraan sosial, panti-pan ti sosial yang berada dalam kewenangan pemerintah pusat, pemerintah daerah dan swasta membutuhkan peningkatan kapasitas, standarisasi, dan suatu saat nanti, akreditasi, sehingga profesionalisme pelayanan kesejahteraan sosial dapat ditingkatkan. Kurangnya tenaga lapangan terdidik, terlatih dan berkemampuan di bidang kesejahteraan sosial, dan masih lemahnya jaringan kerja antara tenaga kerja sosial masyarakat masih menjadi kendala. Hal itu disebabkan oleh lemahnya koordinasi antar instansi, antar pemerintah pusat dengan pemerintah daerah, dan belum tertatanya sistem dan standar pelayanan minimal bidang pelayanan kesejahteraan sosial. Tantangan yang dihadapi pada tahun mendatang adalah upaya perlindungan sosial bagi masyarakat miskin, terbatasnya cakupan dan upaya pemberdayaan ekonomi masyarakat rentan dan miskin, belum tuntasnya penanganan dampak dari konflik sosial, dan besarnya jumlah, bobot maupun kompleksitas PMKS yang masih menjadi beban sosial. Di samping itu, tantangan lainnya adalah masih terbatasnya jangkauan dan kemampuan pelaku pembangunan kesejahteraan sosial dari unsur masyarakat sebagai sumber dan potensi kesejahteraan sosial; dan penataan sistem pendataan, pelaporan dan jalur koordinasi di tingkat nasional dan daerah. B. SASARAN PEMBANGTJNAN TAHUN 2OO9 Sasaran pembangunan dalam rangka perlindungan dan kesejahteraan sosial pada tahun 2009 adalah sebagai berikut: l. Tersusunnya kebijakan peningkatan kualitas manajemen pelayanan kesejahteraan sosial dan sistem perlindungan sosial bagipmks; 2. Meningkatnya jumlah PMKS dan kelompok rentan lainnya yang mendapatkan akses bantuan sosial, pelayanan rehabilitasi sosial dan jaminan sosial serta pelayanan sosial dasar lainnya, antara lain dalam bentuk bantuan tunai bersyarat; 3. Menurunnya persentase fakir miskin, komunitas adat terpencil (KAT) dan PMKS lainnya; 4. Meningkatnya peran TKSM/relawan sosial, karang taruna dan organisasi sosial masyarakat dalam penanggulangan kemiskinan dan pelayanan kesejahteraan sosial; 5. Dimanfaatkannya berbagai hasil penelitian dan pengkajian bidang kesejahteraan sosial dalam penataan manajemen pelayanan kesejahteraan sosial; 6. Meningkatnya upaya pelestarian nilai kepahlawanan, keperintisan, kejuangan dan kearifan lokal; 7. Meningkatnya keserasian kebijakan dan koordinasi pelaksanaan penanggulangan kemiskinan dan pemenuhan hak sosial dasar kesejahteraan rakyat; 8. Terjaminnya bantuan sosial bagi korban bencan alam dan sosial; dan 9. Terjaminnya bantuan sosial bagi rumah tangga sasaran dalam bentuk bantuan langsung tunai. rr.28-5

C. ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN TAHUN 2OO9 Mencermati kondisi saat ini dan perkembangan sosial yang menjadi tantangan ke depan, rnaka arah kebijakan dalam rangka perlindungan dan kesejahteraan sosial adalah sebagai berikut: l. Menyusun kebijakan peningkatan kualitas manajemen pelayanan kesejahteraan sosial bagi PMKS dan pembaruan legislasi bidang kesejahteraan sosial; 2. Meningkatkan aksesibilitas PMKS dan kelompok rentan lainnya yang mendapatkan bantuan sosial, pelayanan rehabilitasi sosial dan jaminan sosial serta pelayanan sosial dasar lainnya; 3. Menyediakan sarana dan prasarana pelayanan kesejahteraan sosial; 4. Meningkatkan pemberdayaan bagi keluarga, fakir miskin, KAT dan PMKS lainnya; 5. Mendorong dan memt'asilitasi keluarga dan masyamkat dalam melaksanakan tanggung jawab sosial terhadap anak, lanjut usia dan kelompok rentan lainnya; 6. Meningkatkan peran TKSM/relawan sosial, karang taruna dan organisasi sosial masyarakat dalam penanggulangan kemiskinan dan pelayanan kesejahteraan sosial; 7. Meningkatkan kualitas hasil penelitian, pengkajian, dan penataan manajemen pelayanan kesejahteraan sosial; 8. Meningkatkan pelestarian nilai-nilai kepahlawanan, keperintisan, kejuangan dan kearifan lokal; 9. Meningkatkan keserasian kebijakan dan pelaksanaan agenda kesejahteraan rakyat; 10. Menjamin ketersediaan bantuan dasar bagi korban bencana alam, bencana sosial dan PMKS lainnya. 11. Mengembangkan jaringan kerja nasional dan internasional dalam penyelenggaraan pelayanan kesej ahteraan sosial ; 12. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan pekerjaan sosial; dan 13. Memberikan perlindungan sosial bagi rumah tangga sasaran yang mencakup Rumah Tangga Sangat Miskin, Miskin, dan Hampir Miskin. \.28-6