Pengaruh Lingkungan Terhadap Efisiensi Inhibisi Asam Askorbat (Vitamin C) pada Laju Korosi Tembaga

dokumen-dokumen yang mirip
Studi Perilaku Korosi Tembaga dengan Variasi Konsentrasi Asam Askorbat (Vitamin C) dalam Lingkungan Air yang Mengandung Klorida dan Sulfat

PEMANFAATAN SUPLEMEN VITAMIN C SEBAGAI INHIBITOR KOROSI PADA BAJA API 5L GRADE B DALAM MEDIA 3.5% NaCl DAN 0.1 M HCl

PENGGUNAAN VITAMIN C SEBAGAI INHIBITOR KOROSI PADA LINGKUNGAN ASAM. Irvan Kaisar Renaldi 1

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH LAJU KOROSI PELAT BAJA LUNAK PADA LINGKUNGAN AIR LAUT TERHADAP PERUBAHAN BERAT.

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki lahan tambang yang cukup luas di beberapa wilayahnya.

PENGARUH KONSENTRASI INHIBITOR ASAM ASKORBAT DAN KONSENTRASI LARUTAN NATRIUM KLORIDA TERHADAP LAJU KOROSI BAJA KARBON RENDAH PASCA PELAPISAN CAT EPOXY

Proteksi Katodik dengan Menggunakan Anoda Korban pada Struktur Baja Karbon dalam Larutan Natrium Klorida

PENGARUH TEGANGAN DALAM (INTERNAL STRESS) TERHADAP LAJU KOROSI PADA BAUT

ANALISA PERBANDINGAN LAJU KOROSI MATERIAL STAINLESS STEEL SS 316 DENGAN CARBON STEEL A 516 TERHADAP PENGARUH AMONIAK

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Pengendalian Laju Korosi pada Baja API 5L Grade B N Menggunakan Ekstrak Daun Gambir (Uncaria gambir Roxb)

BAB I PENDAHULUAN. Cooling tower system merupakan sarana sirkulasi air pendingin yang

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) 1

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Korosi Baja Karbon dalam Lingkungan Elektrolit Jenuh Udara

BAB I PENDAHULUAN. Boiler merupakan salah satu unit pendukung yang penting dalam dunia

PENGARUH ph LARUTAN NaCl DENGAN INHIBITOR ASAM ASKORBAT 200 ppm DAN PELAPISAN CAT EPOXY TERHADAP LAJU KOROSI BAJA KARBON RENDAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (C), serta unsur-unsur lain, seperti : Mn, Si, Ni, Cr, V dan lain sebagainya yang

PENGARUH VARIASI TEMPERATUR PADA PROSES PERLAKUAN PANAS BAJA AISI 304 TERHADAP LAJU KOROSI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

: Komposisi impurities air permukaan cenderung tidak konstan

Penghambatan Korosi Baja Beton dalam Larutan Garam dan Asam dengan Menggunakan Campuran Senyawa Butilamina dan Oktilamina

PENERAPAN PENGELOLAAN (TREATMENT) AIR UNTUK PENCEGAHAN KOROSI PADA PIPA ALIRAN SISTEM PENDINGIN DI INSTALASI RADIOMETALURGI

I. PENDAHULUAN. Proses pengendapan senyawa-senyawa anorganik biasa terjadi pada peralatanperalatan

Studi Perbandingan Kinerja Anoda Korban Paduan Aluminium dengan Paduan Seng dalam Lingkungan Air Laut

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Klasifikasi Baja [7]

Jurnal Reaksi Jurusan Teknik Kimia Politeknik Negeri Lhokseumawe Vol. 3 No.5, Juni 2005 ISSN X

Pemanfaatan Madu Sebagai Inhibitor Pada Baja Karbon Rendah Dalam Lingkungan NaCl 3,5% Dengan Metode Weight Loss

1. PENDAHULUAN. Proses pengendapan senyawa-senyawa anorganik biasa terjadi pada peralatanperalatan

Perhitungan Laju Korosi di dalam Larutan Air Laut dan Air Garam 3% pada Paku dan Besi ASTM A36

Penentuan Laju Korosi pada Suatu Material

EKSTRAK DAUN GAMBIR SEBAGAI INHIBITOR KOROSI Oleh: Dr. Ahmad Fadli, Ir.Rozanna Sri Irianty, M.Si, Komalasari, ST., MT. Abstralc

BAB I PENDAHULUAN. juga menjadi bisnis yang cukup bersaing dalam perusahaan perbajaan.

PEMANFAATAN OBAT SAKIT KEPALA SEBAGAI INHIBITOR KOROSI PADA BAJA API 5L GRADE B DALAM MEDIA 3,5% NaCl DAN 0,1M HCl

2.1 PENGERTIAN KOROSI

PERILAKU INHIBITOR KOROSI PADA RADIATOR

BAB IV PEMBAHASAN. -X52 sedangkan laju -X52. korosi tertinggi dimiliki oleh jaringan pipa 16 OD-Y 5

PENGHAMBATAN KOROSI BAJA BETON DALAM LARUTAN GARAM DAN ASAM DENGAN MENGGUNAKAN CAMPURAN SENYAWA BUTILAMINA DAN OKTILAMINA

BAB I PENDAHULUAN. Peristiwa korosi sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari dan tanpa

II. LATAR BELAKANG PENGOLAHAN AIR

PENGARUH TEMPERATUR DAN ph AIR SADAH KALSIUM SULFAT TERHADAP KOROSI PADA BAJA KARBON

STUDI EKONOMIS PENGARUH POST WELD HEAT TREATMENT TERHADAP UMUR PIPA

ANALISISN AIR METODE TITRIMETRI TENTANG KESADAHAN AIR. Oleh : MARTINA : AK

I. PENDAHULUAN. terjadi pada permukaan peralatan penukar panas yang disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Korosi merupakan fenomena kimia yang dapat menurunkan kualitas suatu

Pengaruh Polutan Terhadap Karakteristik dan Laju Korosi Baja AISI 1045 dan Stainless Steel 304 di Lingkungan Muara Sungai

PENGARUH VARIASI KONSENTRASI LARUTAN NaCl DENGAN KONSENTRASI 3,5%, 4% DAN 5% TERHADAP LAJU KOROSI BAJA KARBON SEDANG

Laju Korosi Baja Dalam Larutan Asam Sulfat dan Dalam Larutan Natrium Klorida

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang kaya akan energi panas bumi.

ANALISIS LAJU KOROSI MATERIAL PENUKAR PANAS MESIN KAPAL DALAM LINGKUNGAN AIR LAUT SINTETIK DAN AIR TAWAR

STUDI PENGARUH PENAMBAHAN NACL (PPM) DAN PENINGKATAN PH LARUTAN TERHADAP LAJU KOROSI BAJA KARBON DARI BIJIH BESI HEMATITE DAN BIJIH BESI LATERITE

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei Agustus 2014 di Laboratorium

BAB II KOROSI dan MICHAELIS MENTEN

Hasil dan Pembahasan

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian

BAB I PEDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pipa merupakan salah satu kebutuhan yang di gunakan untuk

Laporan Tugas Akhir. Saudah Dosen Pembimbing Prof. Dr. Ir. Sulistijono, DEA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik Fakultas Matematika dan

Bab III Metodologi Penelitian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari - Mei 2015 di Laboratorium Kimia

Korosi telah lama dikenal sebagai salah satu proses degradasi yang sering terjadi pada logam, khusunya di dunia body automobiles.

PENGARUH INHIBITOR EKSTRAK DAUN PEPAYA TERHADAP KOROSI BAJA KARBON SCHEDULE 40 GRADE B ERW DALAM MEDIUM AIR LAUT DAN AIR TAWAR

PENGARUH TEGANGAN DAN KONSENTRASI NaCl TERHADAP KOROSI RETAK TEGANG PADA BAJA DARI SPONS BIJIH LATERIT SKRIPSI

INHIBITOR KOROSI BAJA KARBON DALAM LARUTAN 1% 4 JENUH CO2

BAB III METODE PENELITIAN. Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana. Untuk sampel

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab III Pelaksanaan Penelitian

PENGARUH KEHADIRAN TEMBAGA TERHADAP LAJU KOROSI BESI TUANG KELABU

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei-Juli 2013 di Laboratorium Kimia

BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN ANALISIS

Korosi Retak Tegang (SCC) Baja Karbon AISI 1010 dalam Lingkungan NaCl- H 2 O-H 2 S

BAB II DASAR TEORI. H 2 + 2OH - evolusi hidrogen dalam basa M e - M deposisi logam M 3+ + e - M 2+ reduksi ion logam

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISA PENGARUH AGING 400 ºC PADA ALUMINIUM PADUAN DENGAN WAKTU TAHAN 30 DAN 90 MENIT TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS

DEA JURUSAN TEKNIK MATERIAL DAN METALURGI FTI-ITS

SIDANG TUGAS AKHIR. oleh : Rosalia Ishida NRP Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Ir. Sulistijono, DEA Dr. Hosta Ardhyananta, ST, MSc

Oleh: Az Zahra Faradita Sunandi Dosen Pembimbing: Prof.Dr.Ir. Sulistijono, DEA

12/3/2015 PENGOLAHAN AIR PENGOLAHAN AIR PENGOLAHAN AIR 2.1 PENDAHULUAN

PERANCANGAN ALAT UJI KOROSI SALT SPRAY CHAMBER DAN APLIKASI PENGUKURAN LAJU KOROSI PLAT BODY AUTOMOBILES PRODUKSI EROPA DAN PRODUKSI JEPANG PADA

PENCEGAHAN KOROSI DENGAN MENGGUNAKAN INHIBITOR NATRIUM SILIKAT(Na 2 SiO 3 ) HASIL SINTESIS DARI LUMPUR LAPINDO PADA BAJA TULANGAN BETON

Analisa Klorida Analisa Kesadahan

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print) G-292

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN DAN WAKTU PELAPISAN NIKEL PADA ALUMINIUM TERHADAP KEKERASAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik Fakultas Matematika

STUDI DEGRADASI MATERIAL PIPA JENIS BAJA ASTM A53 AKIBAT KOMBINASI TEGANGAN DAN MEDIA KOROSIF AIR LAUT IN-SITU DENGAN METODE PENGUJIAN C-RING

Pengaruh Rasio Luasan Terhadap Perilaku Korosi Galvanic Coupling Baja Stainless Steel 304 & Baja Karbon Rendah AISI 1010

Mahasiswa Program Magister Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Sudarto, SH, Tembalang - Semarang

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. dunia perindustrian. Umumnya banyak dijumpai pada peralatan-peralatan industri

Hubungan koefisien dalam persamaan reaksi dengan hitungan

PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP LAJU KOROSI BAJA KARBON DAN BAJA LATERIT PADA LINGKUNGAN AIR SKRIPSI

ELEKTROKIMIA DAN KOROSI (Continued) Ramadoni Syahputra

METODA GRAVIMETRI. Imam Santosa, MT.

Transkripsi:

JURNAL TEKNIK MESIN Vol. 1, No. 2, Oktober 1999 : 100-107 Pengaruh Lingkungan Terhadap Efisiensi Inhibisi Asam Askorbat (Vitamin C) pada Laju Korosi Tembaga Soejono Tjitro, Juliana Anggono Dosen Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Mesin Universitas Kristen Petra Heri Hariyono Alumnus Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Mesin Universitas Kristen Petra Abstrak Pemberian inhibitor dapat mengurangi laju korosi dan kemampuannya untuk menginhibisi diukur dari efisiensinya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa efisiensi inhibisi berbeda-beda pada lingkungan yang berbeda. Penambahan inhibitor yang paling efisien untuk lingkungan NaCl dan CaCO3 dalah 50 ppm asam askorbat sedangkan untuk lingkungan CaSO4 adalah 100 ppm asam askorbat. Kata kunci : laju korosi, efisiensi inhibisi, asam askorbat. Abstract Corrosion rate can be reduced by adding inhibitor and inhibition efficiency is a measure if its ability to suppress corrosion. The result of the immersion tests show that the inhibition efficiencies are different on each environment. Addition of 50 ppm of ascorbic acid results in the highest efficiency for NaC1 and CaCO3 environment while for Ca SO4 environment needs 100 ppm. Keywords : corrosion rate, inhibition efficiency, ascorbic acid. 1. Pendahuluan Pada sistem pendingin, air merupakan media yang banyak digunakan karena kemampuan memindahkan panas yang tinggi. Disamping itu air cukup murah dan mudah diperoleh. Air dalam sistem pendingin merupakan suatu lingkungan korosif bagi material pipa, karena itu perlu mengetahui sampai sejauh mana pengaruh kandungan unsur-unsur dalam air terhadap ketahanan korosi material, dalam hal ini adalah tembaga. Unsur-unsur yang terkandung dalam air, seperti oksigen terlarut, sodium klorida (NaCl), kalsium sulfat (CaS04), dan kalsium karbonat (CaCO3) akan ikut mempengaruhi proses korosi pada material. Masing-masing unsur ini memiliki karakteristik pengaruh yang tidak sama pada laju korosi material logam. Hasil penelitian sebelumnya (6) menyebutkan bahwa unsur-unsur yang sangat berpengaruh terhadap peningkatan laju korosi tembaga (Cu = 91,35%) adalah NaCl dan CaSO4. Karena hadirnya ke dua ion C1- dan SO4 2- yang termasuk jenis ion agresif, memiliki kemampuan untuk menembus lapisan pelindung pada permukaan logam. Catatan : Diskusi untuk makalah ini diterima sebelum tanggal 1 Januari 2000. Diskusi yang layak muat akan diterbitkan pada Jurnal Teknik Mesin Volume 2 Nomor 1 April 2000. Untuk mengurangi laju korosi tembaga dapat ditambahkan inhibitor ke dalam lingkungan air. Inhibitor yang dipilih untuk diteliti adalah asam askorbat (vitamin C). Asam askorbat (AA) dipilih sebagai inhibitor karena merupakan senyawa organik yang ramah lingkungan dibandingkan inhibitor anorganik dengan kandungan logam berat Cr, dan unsur P. Inhibitor ini akan menghasilkan sebuah lapisan pelindung tipis di permukaan logam yang menghalangi reaksi langsung antara logam dengan lingkungan air (8). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efisiensi inhibisi AA dengan memvariasi konsentrasi AA yang ditambahkan ke dalam media air dengan konsentrasi unsur-unsur sodium klorida (NaCl), kalsium sulfat (CaSO4), dan kalsium karbonat (CaCO3) yang juga bervariasi, serta pada 3 variasi temperatur. 2. Metodologi Penelitian 2.1 Persiapan Spesimen Uji Bahan spesimen uji yang digunakan adalah paduan tembaga, dengan kandungan (% berat) Al = 4,61%, Zn = 2,86%, Fe = 2,60%, dan Cu = balance. Bahan uji tersebut dipotong dalam 100

Pengaruh Lingkungan Terhadap Efisiensi Inhibisi Asam Askorbat (Vitamin C) pada Laju Korosi Tembaga (Soejono Tjitro) bentuk kupon dengan dimensi panjang 50 mm dan lebar 25 mm. Spesimen yang telah dipotong dilakukan penggosokan dengan kertas amplas, pembersihan, pemberian kode dan penimbangan spesimen awal dengan menggunakan timbangan analitik merk Metter Toledo (ketelitian 0,1 mg). 2.2 Persiapan Lingkungan Uji Lingkungan yang digunakan adalah lingkungan air (aquades) dengan variasi konsentrasi unsur-unsur sebagai berikut : Sodium klorida (NaCl) : 200 mg/l, 300 mg/l, dan 400 mg/l. Kalsium silfat (CaSO4) : 200 mg/l, 300 mg/l dan 400 mg/l. Kalsium karbonat (CaCO3) : 75 mg/l, 150 mg/l, dan 200 mg/l. Dan masing-masing lingkungan tersebut dilakukan variasi penambahan inhibitor AA dengan konsentrasi 50 ppm, 100 ppm, dan 200 ppm serta variasi temperatur lingkungan, yaitu temperatur 30 o C (suhu kamar), 60 o C, dan 80 o C. 2.3 Pengujian Kehilangan Berat Kupon tembaga dicelupkan pada lingkungan yang telah dipersiapkan sebelumnya. Volume lingkungan yang digunakan mengikuti rasio minimum volume larutan terhadap luas permukaan spesimen adalah 20 ml/cm 2, sesuai dengan ASTM G31072 (Reapproved 1990) Standard Practice for Laboratory Immersion Corrosion Testing of Metals. Pencelupan spesimen dilakukan selama 10 hari dan mencatat perubahan ph lingkungan dengan menggunakan ph- meter (ketelitian satu desimal). Setelah 10 hari masa pencelupan, mengangkat spesimen dari lingkungan dan melakukan pembersihan produk korosi dengan menggunakan larutan asam sulfat yang dilarutkan dalam 1 liter air selama 1-3 menit pada temperatur 20-25 o C. Kemudian dibersihkan dengan alkohol dan dikeringkan dengan hair dryer sesuai dengan standar ASTM G1-90 Standard Practice for Preparing, Cleaning and Evaluating Corrosion Test Specimens. Penimbangan berat akhir spesimen dilakukan setelah pembersihan. Dengan demikian laju korosi dapat ditentukan dengan rumus 6 3.45 x10 x W mpy = (1) A x T x D dimana : mpy = laju korosi, (mils/year) W = berat yang hilang, (gr) A = luas, (cm 2 ) T = waktu, (jam) D = density, (gr/cm 3 ) 2.4 Perhitungan Efisiensi Inhibitor Efisiensi inhibitor menunjukkan persentase penurunan laju korosi dengan adanya inhibitor dibandingkan dengan laju korosi bila tanpa inhibitor. Perhitungan efisiensi inhibisi AA menggunakan persamaan : Xa Xb Efisiensi Inhibitor = x100% Xa dimana : Xa = laju korosi tanpa AA, (mpy) Xb = laju korosi dengan AA, (mpy) 2.5 Pengamatan Bentuk Korosi (2) Pengamatan bentuk korosi yang terjadi untuk setiap lingkungan dengan bantuan mikroskop optik dengan perbesaran 100 x. 2.6 Pengujian Lingkungan Pengujian komposisi kimia dilakukan terhadap aquades awal dan lingkungan air sebelum dan setelah pencelupan Pengujian jumlah AA di dalam lingkungan air sebelum dan setelah pencelupan dengan ultraviolet spectroscopy (uv). 3.1 Air 3. Teori Dasar Di dalam air terdapat beberapa unsur seperti oksigen terlarut, sodium klorida, kalsium sulfat, kalsium karbonat, dan unsur kimia lainnya. Sebagian unsur-unsur yang terdapat di dalam air merupakan ion-ion agresif, sehingga kemungkinan besar akan terjadi suatu reaksi. Jika reaksi ini terjadi pada logam, maka reaksi dinamakan korosi. Unsurunsur di dalam air yang mempengaruhi laju korosi pada logam adalah: Oksigen terlarut Dengan adanya oksigen terlarut dalam air akan meningkatkan laju korosi pada logam, karena oksigen digunakan dalam proses reaksi katodik. Sodium klorida (NaCl). Senyawa ini secara lengkap berdisosiasi menjadi ion-ion Na + dan Cl -. Dengan adanya ion Cl - yang merupakan ion agresif di dalam 101

JURNAL TEKNIK MESIN Vol. 1, No. 2, Oktober 1999 : 100-107 air, maka air menjadi lingkungan yang korosif bagi logam. NaCl Na + + Cl - (3) Kalsium karbonat (CaCO3) Dengan adanya unsur kalsium dalam air maka akan terjadi suatu endapan berupa kerak CaCO3, sehingga logam akan terlindungi dengan adanya kerak. Dampak negatif kehadiran kerak ini adalah dapat menghambat perpindahan panas ke media pendingin. Pengaruh CaCO3 dapat diamati dari terjadi atau tidaknya proses scaling (pembentukan kerak). Pembentukan kerak ini dipengaruhi oleh faktor ph, temperatur, konsentrasi ion Ca 2+, alkalinitas, dan adanya materialmaterial terlarut. Untuk memperkirakan apakah terjadi pengendapan lapisan CaCO3 pada dinding/permukaan material pipa digunakan LSI (Langelier Saturation Index), yang didefinisikan dengan persamaan berikut (9) : LSI = ph phs (4) Indeks ini didasarkan pada pengaruh ph terhadap kelarutan CaCO3. Nilai ph dimana air jenuh dengan CaCO3 dikenal dengan ph kejenuhan atau phs. Nilai LSI dari persamaan (4) di atas dapat dikategorikan sebagai berikut : LSI > 0 air mengalami lewat jenuh dan cenderung untuk mengendapkan lapisan kerak CaCO3. LSI > 0 air jenuh (setimbang) dengan CaCO3, lapisan CaCO3 tidak terendapkan maupun larut. LSI < 0 air kurang jenuh, cenderung untuk melarutkan CaCO3. Nilai phs dapat dihitung dengan persamaan berikut : PHs = A + B log [Ca 2+ ] log [alkalinitas total] (5) dimana A = konstanta yang berhubungan dengan temperatur (Tabel 1) B = konstanta yang berhubungan dengan total padatan terlarut (Tabel 2) Log [Ca 2+ ] dan log [alkalinitas total] diperoleh dari Tabel 3. Tabel 1. Konstanta A sebagai Gungsi Temperatur Air (7) Temperatur Air ( o C) A 0 2.60 4 2.50 8 2.40 12 2.30 16 2.20 20 2.10 25 2.00 30 1.90 40 1.70 50 1.55 60 1.40 70 1.25 80 1.15 Tanel 2. Konstanta B sebagai Fungsi Total Padatan Terlarut (7) Padatan Terlarut (ppm) B 0 9.70 100 9.77 200 9.83 400 9,86 800 9.89 1000 9.90 Tabel 3. Logaritma Konsentrasi Ca 2+ dan Alkalinitas (9) Ca 2+ atau Alkalinitas (ppm CaCO3) Log 10 1.00 20 1.30 30 1.48 40 1.60 50 1.70 60 1.74 70 1.84 80 1.90 100 2.00 200 2.30 300 2.48 400 2.60 500 2.70 600 2.78 700 2.84 800 2.90 900 2.95 1000 3.00 Selain unsur-unsur di dalam air, lingkungan air juga akan mempengaruhi laju korosi pada logam, yaitu konsentrasi larutan, temperatur dan ph lingkungan. 3.2 Inhibitor AA Pencegahan korosi perlu dilakukan agar tidak menimbulkan suatu kerugian-kerugian yang tidak diinginkan. Untuk mencegah laju korosi pada logam di lingkungan air dapat dilakukan dengan menambahkan suatu bahan kimia khusus yang disebut dengan inhibitor. Inhibitor ini akan menghasilkan suatu lapisan pelindung tipis yang melekat pada permukaan logam, sehingga tidak terjadi kontak langsung dengan lingkungan korosif. AA (vitamin C) adalah inhibitor organik. Struktur AA seperti ditunjukkan oleh Gambar 1. 102

Pengaruh Lingkungan Terhadap Efisiensi Inhibisi Asam Askorbat (Vitamin C) pada Laju Korosi Tembaga (Soejono Tjitro) terlindungi oleh lapisan pelindung tipis pada permukaannya. Hal ini seperti ditunjukkan oleh Gambar 4. Gambar 1. Struktur Atom AA (8) Inhibitor organik ini merupakan suatu inhibitor yang ramah terhadap lingkungan. Kristal AA ini sangat stabil di udara, tetapi di dalam larutan AA akan cepat teroksidasi oleh udara dan dengan perlahan-lahan berdekomposisi menjadi dehydro-ascorbic acid (DAA). Selanjutnya akan berdekomposisi menjadi beberapa molekul di dalam larutan dengan ph di atas 4 (8) seperti ditunjukkan oleh Gambar 2. Gambar 4. Terbentuknya Lapisan Pelindung pada Permukaan Logam (8) 4.1 Analisa Laju Korosi pada Lingkungan NaCl Gambar 2. Dekomposisi AA (8) AA ini stabil pada temperatur 10 o C, tetapi pada temperatur di atas 20 o C AA akan cepat berdekomposisi. Sebagai tambahan, saat larut terdapat ion-ion logam, seperti ion besi (Fe 2+ ), ion tembaga (Cu 2+ ) (5) yang akan mengikat gugus-gugus yang bersifat negatif AA dan kemudian membentuk suatu senyawa kompleks yang dinamakan senyawa kelat, ditunjukkan pada Gambar 3. Gambar 3. Struktur Kimia Senyawa Kelat (6) Mekanisme inhibisi AA, yaitu teradsorpsi pada permukaan logam. Permukaan logam yang bereaksi dengan inhibitor AA ini akan Penambahan konsentrasi NaCl pada lingkungan tanpa AA menunjukkan peningkatan laju korosi (Grafik 10 lampiran). Diamati dari ph lingkungan dan nilai konduktivitas listriknya (Grafik 1 dan Grafik 4). Walaupun tampak terjadi perubahan ph tetapi perubahan nilai konduktivitas listriknya cukup mempengaruhi besarnya konsentrasi NaCl, ionion Cl - akan semakin banyak ion-ion ini memiliki kemampuan untuk memecahkan atau mencegah pembentukan lapisan pasif oleh oksigen pada permukaan logam. Lapisan pasif ini sendiri merupakan lapisan pelindung logam terhadap lingkungan korosif. Dengan makin banyak ion-ion ini yang teradsorpsi ke permukaan logam semakin banyak ion-ion logam yang larut. Pengamatan pada perubahan temperatur lingkungan memiliki kecenderungan yang sama dengan perubahan konsentrasi. Dengan meningkatnya temperatur menyebabkan laju korosi semakin besar pada semua peningkatan konsentrasi NaCl tanpa AA. Hal ini disebabkan karena dengan meningkatnya temperatur mengakibatkan laju oksigen ke permukaan logam meningkat dan kekuatan oksidasi lingkungan akan semakin tinggi. Akan tetapi pada kondisi temperatur yang sama, penambahan AA 50 ppm pada lingkungan NaCl laju korosinya mengalami penurunan dibandingkan dengan lingkungan NaCl tanpa 103

JURNAL TEKNIK MESIN Vol. 1, No. 2, Oktober 1999 : 100-107 AA. Sedangkan penambahan AA di atas 50 ppm, laju korosinya naik. Hal ini diperkirakan berkaitan dengan kestabilan AA dimana jenis asam ini di atas 20 o C akan cepat berdekomposisi menjadi Dehydroascorbic acid (DAA). DAA ini nantinya akan berdekomposisi lanjut menjadi beberapa asam. Kehadiran DAA akan semakin banyak sesuai dengan bertambahnya konsentrasi AA dan selanjutnya akan berdekomposisi lanjut menjadi asam-asam lain sehingga tidak terjadi adsorpsi yang maksimum dan akibatnya ph lingkungan mengalami penurunan. Di samping itu pada hasil pengujian ultraviolet (UV test) menunjukkan jumlah AA yang dipakai untuk inhibisi pada suhu 60 o C dan 80 o C lebih kecil dibandingkan dengan suhu 30 o C. Nilai absorbansi AA pada semua lingkungan pada temperatur 30 o C lebih tinggi dibandingkan dengan kedua temperatur di atas. (Grafik 7). Efisiensi inhibisi yang paling baik untuk semua konsentrasi NaCl dan semua kondisi temperatur adalah penambahan AA 50 ppm. Karena jumlah AA teradsorpsi pada permukaan logam sebagai lapisan pelindung lebih besar dibandingkan dengan jumlah AA yang berdekomposisi menjadi asam lain. 4.2 Analisa Laju Korosi pada Lingkungan CaSO4. Penambahan konsentrasi CaSO4 pada lingkungan tanpa AA menghasilkan laju korosi yang meningkat (Grafik 11). Walaupun perubahan ph tidak begitu besar (Grafik 2) tetapi perubahan konduktivitas listriknya cukup berarti (Grafik 5). Dibandingkan dengan laju korosi NaCl, laju korosi ini masih lebih rendah karena ion-ion Cl tiga kali lebih agrasif dibandingkan dengan ion-ion SO4 2 (9). Untuk semua konsentrasi CaSO4 tanpa AA, laju korosinya semakin besar seiring dengan meningkatnya temperatur. Hal ini disebabkan kekuatan oksidasi lingkungan meningkat dan mempercepat laju oksigen ke permukaan logam (4). Seperti halnya lingkungan NACl yang ditambah dengan AA semakin tinggi temperatur lingkungannya, ph lingkungan semakin menurun. Ini berhubungan dengan kestabilan AA pada temperatur tinggi dimana memungkinkan terbentuknya asam oksalat yang merupakan asam kuat, hasil dekomposisi AA. Berdasarkan hasil pengujian UV, dimana jumlah AA yang dipakai untuk inhibisi pada temperatur yang lebih tinggi (60 o C dan 80 o C) lebih rendah dibandingkan pada temperatur 30 o C (Grafik 8). Penambahan AA 100 ppm menghasilkan efisiensi yang paling maksimum untuk lingkungan CaSO4. Penambahan AA lebih dari 100 ppm diperkirakan akan mengalami pembentukan senyawa kelat dengan ion-ion tembaga. 4.3 Analisa Laju Korosi pada Lingkungan CaCO3 Berdasarkan Grafik 12 kurva laju korosi terhadap konsentrasi CaCO3, memperlihatkan laju korosi yang semakin meningkat dengan bertambahnya konsentrasi CaCO3. Hal ini berhubungan dengan agresivitas air yang berkaitan dengan nilai hardness. Air dengan kesadahan yang rendah dimana kandungan kalsiumnya rendah akan lebih korosif dibandingkan air dengan tingkat kesadaran lebih tinggi. Untuk semua peningkatan konsentrasi CaCO3 tanpa AA dengan meningkatnya temperatur, laju korosinya semakin menurun. Hal ini berkebalikan dengan apa yang terjadi pada kedua lingkungan terdahulu. Ini terjadi karena adanya endapan kerak pada permukaan logam yang dipengaruhi oleh faktor ph, temperatur, konsentrasi ion Ca 2+, alkalinitas dan adanya padatan terlarut. Terbentuk tidaknya endapan kerak ini dapat diketahui dan diprediksi dari nilai LSI lingkungan (pada tabel A lampiran). Demikian pula terjadi pada lingkungan dengan AA bahwa laju korosi semakin menurun dengan meningkatnya temperatur lingkungan. Penambahan AA 50 ppm menghasilkan efisiensi inhibisi yang paling baik untuk temperatur 30 o C, ini diperlihatkan pada Grafik 12 bahwa semua konsentrasi laju korosi pada temperatur tersebut paling rendah. Hal ini ditunjukkan dengan teradsorpsinya sebagian AA pada permukaan logam sebagai lapisan pelindung dan terbentuknya endapan kerak juga akan menurunkan laju korosi. Dengan penambahan AA lebih besar dari 50 ppm, disamping lapisan kerak yang terbentuk dan dipihak lain terjadi penurunan ph akibat dekomposisi AA menjadi beberapa asam yang lain, terutama pada temperatur 60 o C dan 80 o C. Hal ini dapat dilihat dari hasil pengujian UV bahwa jumlah AA yang dipakai untuk inhibisi pada penambahan 50 ppm lebih banyak dibandingkan dengan penambahan ppm askorbat yang lain. 104

Pengaruh Lingkungan Terhadap Efisiensi Inhibisi Asam Askorbat (Vitamin C) pada Laju Korosi Tembaga (Soejono Tjitro) 5. Kesimpulan Penambahan AA (vitamin C) pada lingkungan korosif yang berbeda menunjukkan bahwa efisiensi AA berbeda-beda. Hal ini dipengaruhi oleh faktor lingkungan, antara lain temperatur lingkungan, derajat keasaman, dan kestabilan AA sendiri berkaitan dengan kondisi lingkungan. Penambahan inhibitor yang paling efisien untuk lingkungan NaCl dan CaCO3 adalah 50 ppm AA sedangkan untuk lingkungan CaSO4 adalah 100 ppm AA. 11. Keneth, T. R. and Chamberlain, J., Korosi untuk Mahasiswa dan Rekayasawan, edisi ke-2. Jakarta : PT. Gramedia, 1991. 12. Uhlig, H. H. and Winston, R. R., Corrosion and Corrosion Control, 3 rd ed. New York : John Wiley & Sons, 1990. Lampiran : Daftar Pustaka 1. ASM Handbook, Corrosion, 3 rd ed. New York: ASM International, 1992. 2. ASTM Standards, Wear and Erosion; Metal Corrosion, vol 03.02. New York : ASTM International, 1990 3. Bofardi, B. P., Control of Environmental Variables in Water Recirculating Systems, ASAM Metal Handbook, vol. 13. Grafik 1. Hubungan ph terhadap Konsentrasi AA untuk Lingkungan NACl 4. Fontana, M. G., Corrosion Engineering, 3 rd ed. New York: McGraw-Hill Book Company, 1987. 5. Harjadi, W. Ilmu Kimia Analik Dasar, Jakarta : PT. Gramedia, 1986. 6. Anggono, J., et al. Makalah Dimensi edisi 26 : Studi Pengaruh Oksigen dan Variasi Konsentrasi Kalsium Karbonat, Sodium Klorida, dan kalsium sulfat dalam air terhadap laju korosi tembaga. Surabaya : LPPM UK. Petra. 1996. 7. Roscoe, M. C., Hankbook of Ground Water Development, New York : John Wiley & Sons, 1990. 8. Sekine, I., Corrosion Inhibition of Steels by Organic Inhibities, Japan : Industrial Technology Development Institute Department of Scienceand Technology, 1994. 9. Singley, J.E. et al. Corrosion Prevention and Controlin Water Treatment and Supply System, New Jersey : Noyes Publications, 1985. 10. Suherman, W., Pengetahuan Bahan Surabaya: Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Institut Sepuluh November, 1987. Grafik 2. Hubungan ph terhadap Konsentrasi AA untuk Lingkungan CaSO4 Grafik 3. Hubungan ph terhadap Konsentrasi AA untuk Lingkungan CaCO3 105

JURNAL TEKNIK MESIN Vol. 1, No. 2, Oktober 1999 : 100-107 Grafik 4. Hubungan Konduktivitas Listrik terhadap Konsentrasi AA untuk Lingkungan NaCl. Grafik 8. Hubungan Absorbansi terhadap Konsentrasi AA untuk Lingkungan CaSO4 Grafik 5. Hubungan Konduktivitas Listrik terhadap Konsentrasi AA untuk Lingkungan CaSO4 Grafik 9. Hubungan Absorbansi terhadap Konsentrasi AA untuk Lingkungan CaCO4 Grafik 6. Hubungan Konduktivitas Listrik terhadap Konsentrasi AA untuk Lingkungan CaCO3 Grafik 7. Hubungan Absorbansi terhadap Konsentrasi AA untuk Lingkungan NaCl Grafik 10. Hubungan Laju Korosi terhadap Konsentrasi AA untuk Lingkungan NaCl 106

Pengaruh Lingkungan Terhadap Efisiensi Inhibisi Asam Askorbat (Vitamin C) pada Laju Korosi Tembaga (Soejono Tjitro) Tabel A. Nilai LSI pada Lingkungan CaCO3 Grafik 11. Hubungan Laju Korosi terhadap Konsentrasi AA untuk Lingkungan CaSO4 Grafik 12. Hubungan Laju Korosi terhadap Konsentrasi AA untuk Lingkungan CaCO3 107